Disusun Oleh :
SAFNA FITRI
21130091
Dosen Pembingbing :
DR. Ir. M. NASIR ISMAIL, M. Si
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat, hidayah, dankarunianya
kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Dasar Fisiologi Ternak mengenai
“Usaha Tani Kentang.” Makalah ini disusun dengan sebenar-benarnya sehingga
menjadi karya tulis yang dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Adapun kami selaku
pelaksana tugas ini mengucapkan terima kasih kepadapihak-pihak yang telah terlibat
dalam pembuatannya baik Bapak DR. Ir. M. NASIR ISMAIL, M. Si serta rekan
sekalian. Karena mereka kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapunkami harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membacanya.Kami sadari didalam pembuatannya masih terdapat kekurangan, kami
mohonmaaf atas segala kekurangan itu dan mohon kritik serta saran yang membangun
bagikami selaku penyusun makalah ini.
SAFNA FITRI
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................3
1.4 Manfaat..................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Dengan adanya penelitian ini dapat menambah atau memberi informasi
dan ilmu untuk pengetahuan kepada pembaca yang berkaitan dengan penentuan
lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman kentang di Desa Boloak
Kecamatan Balantak. Sehingga dengan ketersediaan lahan yang ada di Desa
tersebut akan menambah potensi lahan yang akan digunakan oleh petani dan
berimplikasi pada peningkatan produksi kentang serta meningkatkan
kesejahteraan untuk petani kentang (Solanum Tuberosum L.).
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat,
lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif,
respirasi dan persediaan tanaman (Rukmana, 1997)
2. Batang
Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima,
tergantung pada jenis varietasnya. Batang tanaman memiliki buku–buku,
berongga, dan tidak berkayu, namun agak keras bila dipijat. Diameter
batang kecil dengan tinggi dapat mencapai 50–120 cm, batang tumbuh
menjalar. Warna batang hijau kemerah-merahan atau hijau keungu–
unguan. Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat–zat hara dari tanah ke
daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian
tanaman yang lain (Rukmana, 1997).
3. Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut.
Akar tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm,
sedangkan akar serabut umumnya tumbuh menyebar ke arah samping dan
menembus tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih– putihan dan
halus berukuran sangat kecil. Di antara akar– akar tersebut ada yang akan
berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya
akan menjadi umbi kentang. Akar tanaman berfungsi menyerap zat– zat
yang diperlukan tanaman dan untuk memperkokoh berdirinya tanaman
(Samadi, 1997).
4. Bunga
Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun
dalam rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung
batang dengan tiap karangan bunga memiliki 7–15 kuntum bunga. Warna
bunga bervariasi : putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun
kelopak (calyx), daun mahkota (corolla), benang sari (stamen), yang
masing–masing berjumlah 5 buah serta putih 1 buah. Bunga bersifat
protogami, takni putik lebih cepat masak daripada tepung sari. Sistem
penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang (Rukmana,1997).
Menurut Samadi (1997) Bunga kentang yang telah mengalami
penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji–biji. Buah kentang
berbentuk bulat, bergaris tengah kurang lebih 2,5 cm, berwarna hijau tua
sampai keungu–unguan dan tiap buah berisi 500 bakal biji. Bakal biji yang
dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir sampai dengan 300 butir. Biji
5
kentang berukuran kecil, bergaris tengah kurang lebih 0,5 mm, berwarna
krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi) sekitar 6 bulan.
5. Umbi
Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar–akar. Proses
pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang
dari rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome
membengkak. Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (Samadi, 1997).
Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin
yang beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan
berkurang atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk
dimakan. Tetapi racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut
keluar dari tanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang yang masih
mengandung racun solanin berwarna hijau walaupun telah tua (Samadi,
1997).
Kondisi topografi yang mendukung usaha tani kentang, tidak serta merta
dapat meningkatkan produktivitas kentang yang dihasilkan. Beberapa kendala
yang menyebabkan kurang berhasilnya usahatani kentang adalah rendahnya
kualitas bibit yang digunakan, produktivitas rendah, teknik bercocok tanam yang
kurang baik khususnya pemupukan kurang tepat, baik dosis maupun waktunya,
dan keadaan lingkungan yang memang berbeda dengan daerah asal kentang (Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 2004).
Menurut Samadi (2007), kentang dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan
warna umbinya, yaitu:
1) Kentang putih, yaitu jenis kentang dengan warna kulit dan daging umbi
putih, misalnya varietas Atlantic, Marita, Donata, dan lainnya.
2) Kentang kuning, yaitu jenis kentang yang umbi dan kulitnya berwarna
kuning, misalnya varietas Granola, Cipanas, Cosima, dan lainnya.
3) Kentang merah, yaitu kentang dengan warna kulit dan daging umbi merah,
misalnya varietas Desiree dan Arka.
6
dibutuhkan adalah 9-10 jam dengan intensitas cahaya rendah, kelembapan 70-90
% dan ketinggian tempat antara 1000- 3000 mdpl. Suhu yang paling tepat untuk
pertumbuhan kentang adalah 20oC-24oC pada siang hari, sedangkan pada malam
hari yaitu 8oC-12oC. Suhu yang cocok selama periode pertumbuhan dari mulai
bertunas sampai stadium primordia bunga yaitu 12oC-16oC. Sedangkan setelah
stadium primordia bunga suhu yang cocok yaitu 19oC-20oC. Kentang dapat
tumbuh baik pada suhu rata-rata 15oC-20oC, jika suhu rata-rata melebihi 23oC
daun biasanya akan menjadi kecil serta jarak antar ruas menjadi Panjang
(Soelarso, 1997).
Kentang sangat peka terhadap air, sehingga penanamannya dianjurkan
pada akhir musim hujan. Kelembaban di dalam tanah berpengaruh besar, jika
intensitasnya meningkat dapat menyebabkan pertumbuhan umbi tidak normal dan
banyak mengeluarkan cabang-cabang. Angin kencang dapat membuat batang
tidak kuat dan mudah patah, sehingga pada daerah yang memiliki potensi angin
yang tinggi budidaya dilakukan di dalam green house (Neni, 2010).
2) Kesuburan Tanah
Kentang menghendaki tanah yang subur dengan kandungan bahan organik
yang tinggi. Jenis tanah andisol merupakan pilihan yang tepat, jenis tanah ini
umumnya ditemukan di dataran tinggi atau dilereng-lereng yang tinggi (Hartus,
2001).
Kesuburan tanah memegang peranan penting untuk budidaya tanaman
kentang, fungsi tanah sebagai penyangga akar, penyedia air, zat hara dan udara
untuk pernafasan akar tanaman. Kondisi media tumbuh yang dibutuhkan tanaman
kentang adalah berstruktur remah, gembur dan banyak mengandung bahan
organik. Areal lahan penanaman untuk budidaya komoditas ini harus berdrainase
baik dan memiliki lapisan olah yang dalam agar perakaran dapat menembus tanah
untuk mengambil unsur hara dan melakukan fotosintesis, sehingga didapatkan
makanan untuk seluruh bagian tanaman. Kondisi keasaman tanah yang
dikehendaki oleh kentang adalah 5,8 - 7. Pengapuran dilakukan apabila pH kurang
dari 5,8 dengan kapur dolomit yang berstruktur rapuh, remah dan mudah
mengikat asam (Neni, 2010).
7
Menurut Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1) Bibit bebas hama dan penyakit
2) Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni)
3) Ukuran umbi 30–45 g berdiameter 35–45 mm (bibit kelas 1) dan 45–60 g
berdiameter 45–55 mm (bibit kelas 2) atau umbi belah dengan berat
minimal 30 g
4) Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat. Ciri umbi bibit yang siap tanam
adalah telah melampaui istirahat atau masa dormansi selama 4 bulan
sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2 cm. penanaman umbi bibit
yang masih dalam masa dormansi atau belum bertunas pertumbuhannya
akan lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit yang disimpan
terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya panjang harus dilakukan
perompesan lebih dulu yang dikerjakan sebelum masa tanam. Jika tidak
dilakukan perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.
2. Penyiapan Lahan
Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah
karena hama dan penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi
anaerob. Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap tanam dilakukan
melalui beberapa tahap. Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan
yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan
selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan (Samadi, 1997).
Tahap berikutnya adalah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau
pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian
diistirahatkan selama 1–2 minggu. Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi
hingga tanah benar– benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu atau
cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar. Setelah pembajakan
tanah dan penggemburan dilakukan pembuatan bedengan dan selokan untuk
irigasi atau pengairan. Bedengan dibuat membujur searah Timur–Barat, agar
penyebaran cahaya matahari dapat meratamengenai seluruh tanaman. Bedengan
berukuran lebar 70–100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan
lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm). Selanjutnya di
sekeliling petak – petak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan air
(drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Handayani, 2009).
3. Pemupukan
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan.
Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan
sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira–kira satu
8
minggu sebelum tanam. ketika penggemburan tanah terakhir dan dengan
diberikan pada lubang tanam. Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan
sebagai pupuk dasar sebanyak 300 kg sampai 350 kg per hektar bersamaan
dengan pemberian pupuk organik. Kebutuhan pupuk organik mencapai 20–30 ton
per hektar, Pemupukan susulan dilakukan pada saat sebelum pembumbunan yaitu
menggunakan kombinasi Urea, TSP, KCl, atau ZA, TSP, KCl dengan waktu dan
dosis pemberian pupuk (Samadi, 1997).
4. Penanaman
Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman. Waktu tanam yang paling baik di daerah dataran tinggi adalah pada
kondisi cerah. Khusus di dataran menengah waktu tanam yang paling baik adalah
musim kemarau agar pada saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam
hari paling rendah. Penanaman bibit kentang yang paling baik dilakukan pada
pagi atau sore hari. Penanaman pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan
sehingga tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadi mati
(Rukmana, 1997).
Penanaman bibit kentang yang paling sederhana yaitu dengan cara umbi
bibit diletakkan dalam alur tepat di tengah–tengah dengan posisi tunas menghadap
keatas dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 25–30 cm. Khusus di dataran
menengah, jarak tanam diatur 50–30 cm untuk sistem bedengan atau 60–70 cm x
30 cm untuk sistem guludan (Sutabradja, 2008).
5. Pemeliharan Tanaman
a) Pengairan
Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.
Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca dan
keadaan air. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari saat
udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak terlalu
terik. Cara pengairan adalah dengan sistem dileb (digenangi) hingga air basah,
kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana, 1997).
b) Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput
dengan memperhitungkan pula bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan dengan
pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang berumur 1
bulan. Cara menyiangi adalah mencabuti atau membersihkan rumputdengan alat
bantu tangan atau kored. Penyiangan dilakukan secara berhati–hati agar tidak
9
merusak perakaran tanaman kentang. Penyiangan sebaiknya dilakukan pada
daerah kira– kira 15 cm disekitar tanaman (Rukmana, 1997).
c) Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan sebanyak 1 kali selama satu musim tanam,
pembumbunan yang pertama dilakukan setelah umur 40 hari setelah tanam.
Tujuan pembumbunan ialah memberi kesempatan agar stolon dan umbi
berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi kentang
yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah serangan hama penggerek
umbi (Phithorimaea opercuella). Cara pembumbunan adalah menimbun bagian
pangkal tanaman dengan tanah sehingga terbentuk guludan–guludan (Rukmana,
1997). Ketebalan pembumbunan pertama kira – kira 10 cm, pembumbunan kedua
juga kira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kira–kira 20
cm (Suseno, 2014).
e) Panen
Tanaman kentang dipanen pada umur 90-160 hari setelah tanam (HST)
dan hasilnya beragam tergantung kultivar, wilayah produksi, dan kondisi
pemasaran. Kultivar adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih
ciri yang dapat dibedakan secara jelas, tetap mempertahankan ciri-ciri yang khas,
dan sistem reproduksinya secara seksual dan aseksual. Hasil yang tinggi biasanya
dicapai oleh kultivar umur dalam dan musim tanam yang panjang. Panen
10
dilakukan sebelum terjadi senescence daun atau kematian akibat bunga es dan
umbi belum berkembang penuh (Rukmana,1997).
11
skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah,
bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam
jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif
pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama
kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya
tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang
berasal dari biji (Pudjiono, 1996). Selain itu, tanaman yang berasal dari
perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Kelemahan dari
perbanyakan tanaman secara vegetatif, adalah membutuhkan pohon induk yang
lebih besar dan banyak, sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi (BPTH,
2009).
b) Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang
akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan
kultur jaringan adalah tunas. Ada beberapa tipe jaringan yang di gunakan
sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan
muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif
mmembelh(meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang
tinggi. Jaringan tipe pertama ini bisa ditemukan pada tunas apikal, tunas
aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe
jaringan kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun
tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan
fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah
12
berfotosistesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai
tempat cadangan makanan(Yusnita. 2003).
c) Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan
harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu dilaminar flow dan
menggunakan alat- alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata
pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan
juga harus steril (Yusnita. 2003).
d) Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow
untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya
pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan
diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu
kamar (Yusnita. 2003).
e) Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat
adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang
terkontaminasi akan menunjukan gejala seperti berwarna putih atau biru
disebabkan oleh jamur atau busuk disebabkan bakteri. (Yusnita. 2003).
f) Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari
ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan
bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk
melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit
hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan
udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya
maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif
(Yusnita. 2003).
13
2.6 Media Tanaman Kentang
Media yang biasa digunakan pada penanaman stek umbi kentang adalah
media tanah dan pupuk kandang. Disamping media tersebut banyak media yang
dapat digunakan sebagai media tumbuh stek plantlet tanaman kentang dengan
memanfaatkan media antara lain cocopeat, serbuk gergaji, arang sekam dan pupuk
kandang. Mediamedia ini diharapkan dapat memberi hasil yang baik untuk
pertumbuhan stek umbi kentang. Arang sekam sebagai limbah pertanian tanaman
pangan yang murah, mudah di dapat dan ringan mulai banyak diminati
masyarakat untuk dimanfaatkan sebagaicampuran media tanam yang lain yaitu
pasir, tanah, pupuk kandang dan lain-lain. Arang sekam mempunyai sifat yang
mudah mengikat air, tidak mudah menggumpal, harganya relative murah,
bahannya mudah didapat, ringan, steril dan mempunyai porositas yang baik.
Komposisi kimiawi dari arang sekam sendiri terdiri dari SiO2 dengan kadar 72,28
% dan C sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe2O3, K2O,
MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil (Bakri, 2008). Arang sekam
dapat digunakan sebagai media pilihan selain tanah pada budidaya tanaman dalam
pot karena daya ikat terhadap air cukup tinggi sehingga dapat mengurangi biaya
pemeliharaan dalam hal penyiraman ( Maspary. 2011. )
Karakteristik cocopeat sebagai media sapih adalah mampu mengikat dan
menyimpan air dengan kuat. Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media
yang memiliki kapasitas menahan air cukup tinggi yaitu mencapai 14,71 kali
bobot keringnya (Sutater et al., 1998). Selanjutnya Hasriani dkk (2012) juga
menyatakan bahwa media sapih cocopeat memiliki kadar air dan daya simpan air
masing-masing sebesar 119 % dan 695,4 %. Media sapih cocopeat memiliki pori
mikro yang mampu menghambat gerakan air lebih besar sehingga menyebabkan
ketersediaan air lebih tinggi (Valentino, 2012).
Pupuk kandang digunakan sebagai media karena salah satu keunggulan
dari pupuk adalah mudah terdekomposisi dan unsure hara yang tinggi terutama
unsur phospat (Widowati, et al., 2005).
Pupuk kandang mempunyai peranan penting karena dapat memperbaiki
struktur tanah dan mempertahankan kesuburan tanah disamping sifatnya yang
dapat menahan air (Sumaryuono, 1981, William Cs (1996) . Menurut Donahue
(1970) dan Malherbe (1964) bahwa pemberian bahan organik dalam proses
petapukan akan berbentuk asam organik maupun an organik, yang dapat
meningkatkan daya larut unsur-unsur seperti Ca, P dan K. Pupuk kandang adalah
pupuk yang berasal dari kotoran hewan/ternak. Susunan hara pupuk kandang
tergantung macam dan jenis hewan ternak. Nilai hara pupuk kandang dipengaruhi
oleh makanan hewan yang bersangkutan. Fungsi hewan tersebut sebagai
pembantu pekerjaan atau dibutuhkan dagingnya saja , jenis hewan dan jenis bahan
yang digunakan sebagai alas kandang ( Agus, 2012 ).
Pupuk kandang tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan organic
tetapi besarnya pasokan nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan oleh aktivitas
14
mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk kandang
mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Penggunaan
pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan bentuk
praktek pertanian organik (Susanto, 2002).
Serbuk kayu merupakan limbah produsen atau perusahaan penggergajian
kayu yang jumlahnya cukup melimpah serta penggunaannya masih sangat kurang
optimal. Untuk mengurangi tingkat pencemaran yang tinggi serbuk kayu dapat
dimanfaatkan agar mempunyai nilai ekonomis, yakni menjadikannya sebagai
media tanam bagi tanaman kentang. (Muchroji & Cahyana, 2010).
2.7 Hipotesis
Diduga media tambahan pupuk kandang mampu memberikan
pertumbuhan tanaman setek umbi bibit kentang G0 varietas granola dengan baik.
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Perlakuan yang membedakan antara budidaya tanaman kentang di luar
musim tanam dengan budidaya kentang pada saat musim tanam yaitu
pemberian tehnik penguatan batang agar tanaman dapat berdiri kokoh
karena curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tanaman mudah layu
dan mati.
2. Waktu panen yang tepat adalah saat cuaca terang dan tidak terjadi hujan.
Bila pemanenan di lakukan saat hujan atau terkena air hujan akan dapat
merusak umbi pada saat penyimpanan di gudang.
3. Budidaya kentang memberikan keuntungan yang relatif besar. Keuntungan
yang didapat dari usaha tani ini sebesar Rp. 9.839.500,00 untuk satu
musim tanam (4 bulan) dengan luas lahan 1000 m2 .Dalam penghitungan
analisis, usaha ini diperoleh BEP (Rupiah) Rp.1.759.109,31, BEP (unit)
295,7 unit, R/C Ratio sebesar 2,88 dan B/C Ratio sebesar 1,88 sehingga
usaha ini layak untuk dijalankan.
3.2 Saran
Pembudidayaan tanaman kentang di luar musim tanam harus selalu
memperhatikan pemeliharaan tanaman agar dapat menghasilkan kentang yang
berkualitas dan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Rahyudiati, D. 1984. Kentang Sayuran Dataran Tinggi dan Cara Bercocok Tanam
di Kebun Hortikultura Tawangmangu. Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas
(SMTA) Negeri Karanganyar, Karanganyar.
Setiadi dan F.N. Surya, 1997. Kentang : Varietas dan Pembudidayaan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
17