Anda di halaman 1dari 20

Tugas

USAHA TANI KENTANG

Disusun Oleh :
SAFNA FITRI
21130091

Dosen Pembingbing :
DR. Ir. M. NASIR ISMAIL, M. Si

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat, hidayah, dankarunianya
kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Dasar Fisiologi Ternak mengenai
“Usaha Tani Kentang.” Makalah ini disusun dengan sebenar-benarnya sehingga
menjadi karya tulis yang dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Adapun kami selaku
pelaksana tugas ini mengucapkan terima kasih kepadapihak-pihak yang telah terlibat
dalam pembuatannya baik Bapak DR. Ir. M. NASIR ISMAIL, M. Si serta rekan
sekalian. Karena mereka kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapunkami harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membacanya.Kami sadari didalam pembuatannya masih terdapat kekurangan, kami
mohonmaaf atas segala kekurangan itu dan mohon kritik serta saran yang membangun
bagikami selaku penyusun makalah ini.

Aceh Besar, 27 Juni 2022

SAFNA FITRI

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................3
1.4 Manfaat..................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4


2.1 Karakteristik Tanaman Kentang............................................................4
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang.........................................................6
2.3 Budidaya Tanaman Kentang..................................................................7
2.4 Perkembangan Generasi Turunan Kentang...........................................11
2.5 Proses Perbanyakan Bibit Kentang G0.................................................12
2.6 Media Tanaman Kentang......................................................................14
2.7 Hipotesis................................................................................................15

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................16


3.1 Kesimpulan...........................................................................................16
3.2 Saran......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari daerah subtropis di
Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di
sekitar abad ke 17 atau 18. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan
tanaman semusim yang berbentuk semak, termasuk divisi spermatophyta,
subdivisi angiospermae, kelas dicotyledonae, ordo tubiflorae, famili bsolanaceae,
genus solanum, dan spesies Solanum tuberosum L.
Menurut Kusmana dan Sofiari (2007) kentang merupakan tanaman
menyerbuk silang dan umumnya di perbanyak dengan umbi dan secara vegetatif
buatan. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) menghasilkan umbi sebagai
komoditas sayuran yang dikembangkan dan berpotensi untuk dipasarkan di dalam
negeri maupun diekspor. Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman
penunjang program diversifikasi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat. Sebagai bahan makanan, kandungan nutrisi umbi kentang dinilai
cukup baik, yaitu mengandung protein berkualitas tinggi, asam amino esensial,
mineral, dan elemen–elemen mikro, disamping juga merupakan sumber vitamin C
(asam askorbat), beberapa vitamin B (tiamin, niasin, vitamin B6) dan mineral P,
Mg dan K.
Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan umbi kentang dikenal
sebagai bahan pangan yang dapat menggantikan bahan pangan penghasil
karbohidrat lain seperti beras, gandum, dan jagung. Tanaman kentang juga dapat
meningkatkan pendapatan petani serta produknya merupakan komoditas
nonmigas dan bahan baku industri. Selain itu, umbi kentang lebih tahan lama di
simpan dibandingkan dengan sayuran lainnya.
Menurut Samadi (1997) dalam Andry (2010) lokasi penanaman kentang
yang paling baik adalah tanah yang suhunya optimum untuk pembentukan umbi
yang normal berkisar antara 15–18o C. Daerah yang cocok untuk menanam
kentang adalah dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1000–
3000 m dpl. Pada dataran medium, tanaman kentang dapat di tanam pada
ketinggian 300-700 m dpl.Dalam pengembangan tanaman kentang harus ada
perencanaan yang matang dapat dilihat pada karakter dan kesesuaian lahan yang
sesuai dengan tata cara yang baik, karena dalam hal ini lahan dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman kentang.
Menurut siswanto (2006) kemampuan penggunaan lahan adalah suatu
sistematika dari berbagai penggunaan lahan berdasarkan sifat-sifat yang
menentukan potensi lahan untuk berproduksi secara lestari. Kualit
as lahan yang digunakan untuk menentukan klasifikasi kesesuaian lahan
dilakukan secara in situ dan ceteris paribus horizontal. Secara in situ, artinya
contoh tanah yang digunakan dan dianalisis merupakan titik profil tanah pada
pedon setempat dan bukan poligon. Sedangkan secara ceteris paribus horizontal,
artinya pengambilan contoh tanah tidak dilakukan pada titik yang sama dalam
kurun waktu sampai 20 tahun.Karakteristik lahan adalah sifat-sifat lahan yang
dapat diukur atau di estimasi. Sifat-sifat lahan yang dapat kita estimasi untuk
keperluan pertanian antara lain : tanah, iklim, topografi dan formasi geologi,
vegetasi, dan sosial ekonomi. Setiap satuan peta lahan yang dihasilkan dari
kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan (Sastrohartono, 2011).
Menurut Bagu (2012) perencanaan penggunaan lahan merupakan penilaian
yang sistimatik terhadap lahan untuk mendapatkan alternatif penggunaan lahan
dan memperoleh opsi yang terbaik dalam memanfaatkan lahan agar terpenuhi
kebutuhan manusia dengan tetap menjaga agar lahan tetap dapat digunakan pada
masa yang akan datang. Penentuan luas baku penggunaan lahan optimum untuk
perencanaan dan penggunaan lahan pertanian tanaman pangan merupakan suatu
persoalan penting dalam rangka mencapai tujuan perencanaan penggunaan lahan
pertanian berorientasi pada keseimbangan agroekosistem. Perencanaan
penggunaan lahan yang terencana khususnya pengaturan, pemanfaatan dan
pendugaan optimasi lahan sangat diperlukan. Apabila tidak dilakukan pengaturan
akan mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan antara daya dukung lahan
dengan potensi lahan. Secara fisik pada lokasi penelitian dapat dikategorikan
lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman kentang, dimana kondisi
lokasi tersebut memenuhi sebagian dari kriteria tanaman kentang. Penggunaan
lahan pada daerah penelitian belum sesuai hal ini dikarenakan penentuan lahan
yang kurang tepat penggunaannya dari masyarakat setempat. Salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan adalah menggunakan pendekatan parametrik.
Menurut Udawatta and Henderson (1986) dalam Syaifuddin dkk (2011)
pendekatan parametrik adalah sistem klasifikasi dan pembagian lahan atas dasar
pengaruh atau nilai ciri lahan tertentu dan kemudian mengkombinasikan
pengaruh-pengaruh tersebut untuk memperoleh kesesuaiannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Karateristik lahan di Desa Boloak Kecamatan Balantak Kabupaten
Banggai?
2. Bagaimanakah kelas kesesuaian lahan secara parametrik untuk
pengembangan tanaman kentang (Solanum Tuberosum L.) di Desa Boloak
Kecamatan Balantak Kabupaten Banggai?
3. Faktor pembatas apakah yang menjadi kendala pengembangan tanaman
Kentang (Solanum Tuberosum L.) di Desa Boloak Kecamatan Balantak
Kabupaten Banggai?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui karateristik lahan
2. Mengetahui kelas kesesuaian lahan secara parametrik untuk
pengembangan tanaman kentang (Solanum Tuberosum L.) apakah layak
untuk tanaman kentang.
3. Mengetahui faktor pembatas yang menjadi kendala pada pengembangan
tanaman kentang (Solanum Tuberosum L.)

1.4 Manfaat
Dengan adanya penelitian ini dapat menambah atau memberi informasi
dan ilmu untuk pengetahuan kepada pembaca yang berkaitan dengan penentuan
lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman kentang di Desa Boloak
Kecamatan Balantak. Sehingga dengan ketersediaan lahan yang ada di Desa
tersebut akan menambah potensi lahan yang akan digunakan oleh petani dan
berimplikasi pada peningkatan produksi kentang serta meningkatkan
kesejahteraan untuk petani kentang (Solanum Tuberosum L.).

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Tanaman Kentang


Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis sayuran semusim,
berumur pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman
semusim karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umur tanaman
relatif pendek, hanya 90–180 hari. Spesies Solanum tuberosum L. mempunyai
banyak varietas. Umur tanaman kentang bervariasi menurut varietasnya. Kentang
varietas genjah berumur 90–120 hari, varietas medium berumur 120–150 hari, dan
varietas dalam berumur 150–180 hari (Setiadi, 2009).
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), kentang diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L. (Samadi, 2007)
Kentang memiliki kadar air yang cukup tinggi sekitar 78%. Setiap 100 g
kentang mengandung kalori 374 kal, protein 0,3 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 85,6,
kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04
mg.Berdasarkan nilai kandungan gizi tersebut, kentang merupakan sumber utama
karbohidrat, seingga sangat bermanfaat untuk meningkatkan energi di dalam
tubuh (Samadi, 2007).
1. Daun
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun
berbentuk poling atau bulat lonjong, dengan ujung meruncing, memiliki
anak daun primer dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara
berhadap-hadapan yang menyirip ganjil. Warna daun hijau keputih–
putihan. Posisi tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk sudut
kurang dari 45o atau lebih besar 45o. Pada dasar tangkai daun terdapat
tunas ketiak yang dapat berkembang menjadi cabang sekunder. Daun
berkerut–kerut dan permukaan bagian bawah daun berbulu. Daun tanaman

4
berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat,
lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif,
respirasi dan persediaan tanaman (Rukmana, 1997)

2. Batang
Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima,
tergantung pada jenis varietasnya. Batang tanaman memiliki buku–buku,
berongga, dan tidak berkayu, namun agak keras bila dipijat. Diameter
batang kecil dengan tinggi dapat mencapai 50–120 cm, batang tumbuh
menjalar. Warna batang hijau kemerah-merahan atau hijau keungu–
unguan. Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat–zat hara dari tanah ke
daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian
tanaman yang lain (Rukmana, 1997).

3. Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut.
Akar tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm,
sedangkan akar serabut umumnya tumbuh menyebar ke arah samping dan
menembus tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih– putihan dan
halus berukuran sangat kecil. Di antara akar– akar tersebut ada yang akan
berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya
akan menjadi umbi kentang. Akar tanaman berfungsi menyerap zat– zat
yang diperlukan tanaman dan untuk memperkokoh berdirinya tanaman
(Samadi, 1997).

4. Bunga
Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun
dalam rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung
batang dengan tiap karangan bunga memiliki 7–15 kuntum bunga. Warna
bunga bervariasi : putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun
kelopak (calyx), daun mahkota (corolla), benang sari (stamen), yang
masing–masing berjumlah 5 buah serta putih 1 buah. Bunga bersifat
protogami, takni putik lebih cepat masak daripada tepung sari. Sistem
penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang (Rukmana,1997).
Menurut Samadi (1997) Bunga kentang yang telah mengalami
penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji–biji. Buah kentang
berbentuk bulat, bergaris tengah kurang lebih 2,5 cm, berwarna hijau tua
sampai keungu–unguan dan tiap buah berisi 500 bakal biji. Bakal biji yang
dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir sampai dengan 300 butir. Biji

5
kentang berukuran kecil, bergaris tengah kurang lebih 0,5 mm, berwarna
krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi) sekitar 6 bulan.

5. Umbi
Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar–akar. Proses
pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang
dari rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome
membengkak. Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (Samadi, 1997).
Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin
yang beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan
berkurang atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk
dimakan. Tetapi racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut
keluar dari tanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang yang masih
mengandung racun solanin berwarna hijau walaupun telah tua (Samadi,
1997).

Kondisi topografi yang mendukung usaha tani kentang, tidak serta merta
dapat meningkatkan produktivitas kentang yang dihasilkan. Beberapa kendala
yang menyebabkan kurang berhasilnya usahatani kentang adalah rendahnya
kualitas bibit yang digunakan, produktivitas rendah, teknik bercocok tanam yang
kurang baik khususnya pemupukan kurang tepat, baik dosis maupun waktunya,
dan keadaan lingkungan yang memang berbeda dengan daerah asal kentang (Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 2004).
Menurut Samadi (2007), kentang dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan
warna umbinya, yaitu:
1) Kentang putih, yaitu jenis kentang dengan warna kulit dan daging umbi
putih, misalnya varietas Atlantic, Marita, Donata, dan lainnya.
2) Kentang kuning, yaitu jenis kentang yang umbi dan kulitnya berwarna
kuning, misalnya varietas Granola, Cipanas, Cosima, dan lainnya.
3) Kentang merah, yaitu kentang dengan warna kulit dan daging umbi merah,
misalnya varietas Desiree dan Arka.

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang


1) Iklim
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) menghendaki iklim dengan
suhu udara dingin dan lembab. Untuk tumbuh dengan baik tanaman memerlukan
curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun. Lama penyinaran matahari penuh yang

6
dibutuhkan adalah 9-10 jam dengan intensitas cahaya rendah, kelembapan 70-90
% dan ketinggian tempat antara 1000- 3000 mdpl. Suhu yang paling tepat untuk
pertumbuhan kentang adalah 20oC-24oC pada siang hari, sedangkan pada malam
hari yaitu 8oC-12oC. Suhu yang cocok selama periode pertumbuhan dari mulai
bertunas sampai stadium primordia bunga yaitu 12oC-16oC. Sedangkan setelah
stadium primordia bunga suhu yang cocok yaitu 19oC-20oC. Kentang dapat
tumbuh baik pada suhu rata-rata 15oC-20oC, jika suhu rata-rata melebihi 23oC
daun biasanya akan menjadi kecil serta jarak antar ruas menjadi Panjang
(Soelarso, 1997).
Kentang sangat peka terhadap air, sehingga penanamannya dianjurkan
pada akhir musim hujan. Kelembaban di dalam tanah berpengaruh besar, jika
intensitasnya meningkat dapat menyebabkan pertumbuhan umbi tidak normal dan
banyak mengeluarkan cabang-cabang. Angin kencang dapat membuat batang
tidak kuat dan mudah patah, sehingga pada daerah yang memiliki potensi angin
yang tinggi budidaya dilakukan di dalam green house (Neni, 2010).

2) Kesuburan Tanah
Kentang menghendaki tanah yang subur dengan kandungan bahan organik
yang tinggi. Jenis tanah andisol merupakan pilihan yang tepat, jenis tanah ini
umumnya ditemukan di dataran tinggi atau dilereng-lereng yang tinggi (Hartus,
2001).
Kesuburan tanah memegang peranan penting untuk budidaya tanaman
kentang, fungsi tanah sebagai penyangga akar, penyedia air, zat hara dan udara
untuk pernafasan akar tanaman. Kondisi media tumbuh yang dibutuhkan tanaman
kentang adalah berstruktur remah, gembur dan banyak mengandung bahan
organik. Areal lahan penanaman untuk budidaya komoditas ini harus berdrainase
baik dan memiliki lapisan olah yang dalam agar perakaran dapat menembus tanah
untuk mengambil unsur hara dan melakukan fotosintesis, sehingga didapatkan
makanan untuk seluruh bagian tanaman. Kondisi keasaman tanah yang
dikehendaki oleh kentang adalah 5,8 - 7. Pengapuran dilakukan apabila pH kurang
dari 5,8 dengan kapur dolomit yang berstruktur rapuh, remah dan mudah
mengikat asam (Neni, 2010).

2.3 Budidaya Tanaman Kentang


1. Persiapan Bibit
Dalam mempersiapkan bibit perlu dilakukan pemeliharaan terhadap bibit
sebelum dilaksanakannya penanaman, dalam hal ini yang dilakukan yaitu
membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang
sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi
serta memberikan keuntungan yang besar.

7
Menurut Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1) Bibit bebas hama dan penyakit
2) Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni)
3) Ukuran umbi 30–45 g berdiameter 35–45 mm (bibit kelas 1) dan 45–60 g
berdiameter 45–55 mm (bibit kelas 2) atau umbi belah dengan berat
minimal 30 g
4) Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat. Ciri umbi bibit yang siap tanam
adalah telah melampaui istirahat atau masa dormansi selama 4 bulan
sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2 cm. penanaman umbi bibit
yang masih dalam masa dormansi atau belum bertunas pertumbuhannya
akan lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit yang disimpan
terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya panjang harus dilakukan
perompesan lebih dulu yang dikerjakan sebelum masa tanam. Jika tidak
dilakukan perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.

2. Penyiapan Lahan
Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah
karena hama dan penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi
anaerob. Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap tanam dilakukan
melalui beberapa tahap. Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan
yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan
selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan (Samadi, 1997).
Tahap berikutnya adalah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau
pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian
diistirahatkan selama 1–2 minggu. Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi
hingga tanah benar– benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu atau
cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar. Setelah pembajakan
tanah dan penggemburan dilakukan pembuatan bedengan dan selokan untuk
irigasi atau pengairan. Bedengan dibuat membujur searah Timur–Barat, agar
penyebaran cahaya matahari dapat meratamengenai seluruh tanaman. Bedengan
berukuran lebar 70–100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan
lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm). Selanjutnya di
sekeliling petak – petak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan air
(drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Handayani, 2009).

3. Pemupukan
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan.
Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan
sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira–kira satu

8
minggu sebelum tanam. ketika penggemburan tanah terakhir dan dengan
diberikan pada lubang tanam. Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan
sebagai pupuk dasar sebanyak 300 kg sampai 350 kg per hektar bersamaan
dengan pemberian pupuk organik. Kebutuhan pupuk organik mencapai 20–30 ton
per hektar, Pemupukan susulan dilakukan pada saat sebelum pembumbunan yaitu
menggunakan kombinasi Urea, TSP, KCl, atau ZA, TSP, KCl dengan waktu dan
dosis pemberian pupuk (Samadi, 1997).

4. Penanaman
Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman. Waktu tanam yang paling baik di daerah dataran tinggi adalah pada
kondisi cerah. Khusus di dataran menengah waktu tanam yang paling baik adalah
musim kemarau agar pada saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam
hari paling rendah. Penanaman bibit kentang yang paling baik dilakukan pada
pagi atau sore hari. Penanaman pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan
sehingga tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadi mati
(Rukmana, 1997).
Penanaman bibit kentang yang paling sederhana yaitu dengan cara umbi
bibit diletakkan dalam alur tepat di tengah–tengah dengan posisi tunas menghadap
keatas dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 25–30 cm. Khusus di dataran
menengah, jarak tanam diatur 50–30 cm untuk sistem bedengan atau 60–70 cm x
30 cm untuk sistem guludan (Sutabradja, 2008).

5. Pemeliharan Tanaman
a) Pengairan
Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.
Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca dan
keadaan air. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari saat
udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak terlalu
terik. Cara pengairan adalah dengan sistem dileb (digenangi) hingga air basah,
kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana, 1997).

b) Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput
dengan memperhitungkan pula bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan dengan
pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang berumur 1
bulan. Cara menyiangi adalah mencabuti atau membersihkan rumputdengan alat
bantu tangan atau kored. Penyiangan dilakukan secara berhati–hati agar tidak

9
merusak perakaran tanaman kentang. Penyiangan sebaiknya dilakukan pada
daerah kira– kira 15 cm disekitar tanaman (Rukmana, 1997).

c) Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan sebanyak 1 kali selama satu musim tanam,
pembumbunan yang pertama dilakukan setelah umur 40 hari setelah tanam.
Tujuan pembumbunan ialah memberi kesempatan agar stolon dan umbi
berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi kentang
yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah serangan hama penggerek
umbi (Phithorimaea opercuella). Cara pembumbunan adalah menimbun bagian
pangkal tanaman dengan tanah sehingga terbentuk guludan–guludan (Rukmana,
1997). Ketebalan pembumbunan pertama kira – kira 10 cm, pembumbunan kedua
juga kira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kira–kira 20
cm (Suseno, 2014).

d) Pengendalian Hama Terpadu


Pada budidaya kentang, sering terdapat gangguan seperti masalah teknis
dan Organisme Pengganggu Tanaman. Centre International Potato bekerjasama
dengan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang telah
mengiventarisasi OPT pada kentang yang menghasilkan 72 jenis, terdiri dari 4
bakteri patogen, 13 cendawan patogen, 15 jenis virus patogen, 8 jenis penyakit
fisiologi, 31 jenis hama dan 1 jenis mikoplasma patogen. Jumlah sebanyak itu
dikumpulkan dari beberapa negara maupun daerah penghasil utama kentang
(Semangun, 2007).Pengendalian terhadap Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) pada kentang perlu dilakukan secara berkala. Pada musim hujan seringkali
mengalami serangan penyakit tetapi sebaliknya pada musim kemarau hama sering
menimbulkan masalah yang serius. Disadari bahwa penggunaan pestisida yang
berlebihan akan memberikan dampak yang merugikan. Untuk menghadapi
permasalahan tersebut dalam upaya meningkatkan produktivitas kentang
sebaiknya para petani perlu dibekali pengendalian hama terpadu (Semangun,
2007).

e) Panen
Tanaman kentang dipanen pada umur 90-160 hari setelah tanam (HST)
dan hasilnya beragam tergantung kultivar, wilayah produksi, dan kondisi
pemasaran. Kultivar adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih
ciri yang dapat dibedakan secara jelas, tetap mempertahankan ciri-ciri yang khas,
dan sistem reproduksinya secara seksual dan aseksual. Hasil yang tinggi biasanya
dicapai oleh kultivar umur dalam dan musim tanam yang panjang. Panen

10
dilakukan sebelum terjadi senescence daun atau kematian akibat bunga es dan
umbi belum berkembang penuh (Rukmana,1997).

2.4 Perkembangan Generasi Turunan Kentang


Umbi yang dihasilkan oleh planlet ataupun mother plant disebut sebagai
umbi G0/ basic seed A atau umbi mini, sedang dari penanaman umbi G0
diperoleh umbi G-1/ basic seed B. Selanjutnya dari penanaman G-1 dihasilkan
umbi G-2 /foundation seed dan dari G-2 dihasilkan umbi G-3/ stock seed. Apabila
kualitas G-3 masih bagus dengan syarat tingkat serangan penyakit rendah maka
dilanjutkan untuk menghasilkan G-4/ extension seed. Penanaman umbi G-0 dan
G-1 dilakukan dirumah kaca dengan media tanam steril dan lingkungan yang
terisolir hama dan penyakit tanaman, sedang G-2, G-3 dan G-4 di tanam di lapang
(Wardiyati, 2003).
Perbanyakan produk benih kentang dilakukan dengan pemanfaatan metode
bioteknologi kultur jaringan. Teknik kultur jaringan adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman, seperti protoplasma, sel, sekelompok sel,
jaringan, dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman lengkap (Gunawan, 1987).
Dilanjutkan dengan aklimatisasi yaitu pemindahan plantlet dari
lingkungan in vitro ke lingkungan semi steril di rumah kaca. Pada tahap ini
plantlet diadaptasikan dari lingkungan heterotrof ke lingkungan autorotrof dann
induksi untuk membentuk tunas sebagai bahan stek yang siap tanam
(Rainiyati,dkk, 2011).
Perbanyakan stek selanjutnya dengan cara stek pucuk yang dipanen setelah
kentang berumur 1 bulan yang dapat dilakukan dengan selang waktu 2 minggu
(Karjadi dan Buchory, 2008). Penggunaan teknik perbanyakan stek di samping
meningkatkan jumlah stek yang berkualitas, juga untuk mempersingkat masa
penyediaan benih (Suyamto dkk, 2005).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara perbanyakan
tanaman menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting,
pucuk, daun, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan
induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif itu tanpa melalui perkawinan
atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk (BPTH, 2009). Beberapa cara
perbanyakan vegetatif antara lain dengan cara okulasi, cangkok dan stek batang.
Stek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan
tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.
Keuntungan pembibitan secara vegetatif antara lain keturunan yang
didapat mempunyai sifat genetik sama dengan induknya, tidak memerlukan
peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam

11
skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah,
bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam
jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif
pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama
kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya
tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang
berasal dari biji (Pudjiono, 1996). Selain itu, tanaman yang berasal dari
perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Kelemahan dari
perbanyakan tanaman secara vegetatif, adalah membutuhkan pohon induk yang
lebih besar dan banyak, sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi (BPTH,
2009).

2.5 Proses Perbanyakan Bibit Kentang G0


Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan adalah :
a) Media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan
kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang di gunakan biasanya terdiri
dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu di perlukan juga
bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh
(hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol
kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara
memanaskannya dengan autoklaf (Yusnita. 2003).

b) Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang
akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan
kultur jaringan adalah tunas. Ada beberapa tipe jaringan yang di gunakan
sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan
muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif
mmembelh(meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang
tinggi. Jaringan tipe pertama ini bisa ditemukan pada tunas apikal, tunas
aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe
jaringan kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun
tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan
fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah

12
berfotosistesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai
tempat cadangan makanan(Yusnita. 2003).

c) Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan
harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu dilaminar flow dan
menggunakan alat- alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata
pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan
juga harus steril (Yusnita. 2003).

d) Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow
untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya
pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan
diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu
kamar (Yusnita. 2003).

e) Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat
adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang
terkontaminasi akan menunjukan gejala seperti berwarna putih atau biru
disebabkan oleh jamur atau busuk disebabkan bakteri. (Yusnita. 2003).

f) Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari
ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan
bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk
melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit
hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan
udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya
maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif
(Yusnita. 2003).

13
2.6 Media Tanaman Kentang
Media yang biasa digunakan pada penanaman stek umbi kentang adalah
media tanah dan pupuk kandang. Disamping media tersebut banyak media yang
dapat digunakan sebagai media tumbuh stek plantlet tanaman kentang dengan
memanfaatkan media antara lain cocopeat, serbuk gergaji, arang sekam dan pupuk
kandang. Mediamedia ini diharapkan dapat memberi hasil yang baik untuk
pertumbuhan stek umbi kentang. Arang sekam sebagai limbah pertanian tanaman
pangan yang murah, mudah di dapat dan ringan mulai banyak diminati
masyarakat untuk dimanfaatkan sebagaicampuran media tanam yang lain yaitu
pasir, tanah, pupuk kandang dan lain-lain. Arang sekam mempunyai sifat yang
mudah mengikat air, tidak mudah menggumpal, harganya relative murah,
bahannya mudah didapat, ringan, steril dan mempunyai porositas yang baik.
Komposisi kimiawi dari arang sekam sendiri terdiri dari SiO2 dengan kadar 72,28
% dan C sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe2O3, K2O,
MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil (Bakri, 2008). Arang sekam
dapat digunakan sebagai media pilihan selain tanah pada budidaya tanaman dalam
pot karena daya ikat terhadap air cukup tinggi sehingga dapat mengurangi biaya
pemeliharaan dalam hal penyiraman ( Maspary. 2011. )
Karakteristik cocopeat sebagai media sapih adalah mampu mengikat dan
menyimpan air dengan kuat. Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media
yang memiliki kapasitas menahan air cukup tinggi yaitu mencapai 14,71 kali
bobot keringnya (Sutater et al., 1998). Selanjutnya Hasriani dkk (2012) juga
menyatakan bahwa media sapih cocopeat memiliki kadar air dan daya simpan air
masing-masing sebesar 119 % dan 695,4 %. Media sapih cocopeat memiliki pori
mikro yang mampu menghambat gerakan air lebih besar sehingga menyebabkan
ketersediaan air lebih tinggi (Valentino, 2012).
Pupuk kandang digunakan sebagai media karena salah satu keunggulan
dari pupuk adalah mudah terdekomposisi dan unsure hara yang tinggi terutama
unsur phospat (Widowati, et al., 2005).
Pupuk kandang mempunyai peranan penting karena dapat memperbaiki
struktur tanah dan mempertahankan kesuburan tanah disamping sifatnya yang
dapat menahan air (Sumaryuono, 1981, William Cs (1996) . Menurut Donahue
(1970) dan Malherbe (1964) bahwa pemberian bahan organik dalam proses
petapukan akan berbentuk asam organik maupun an organik, yang dapat
meningkatkan daya larut unsur-unsur seperti Ca, P dan K. Pupuk kandang adalah
pupuk yang berasal dari kotoran hewan/ternak. Susunan hara pupuk kandang
tergantung macam dan jenis hewan ternak. Nilai hara pupuk kandang dipengaruhi
oleh makanan hewan yang bersangkutan. Fungsi hewan tersebut sebagai
pembantu pekerjaan atau dibutuhkan dagingnya saja , jenis hewan dan jenis bahan
yang digunakan sebagai alas kandang ( Agus, 2012 ).
Pupuk kandang tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan organic
tetapi besarnya pasokan nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan oleh aktivitas

14
mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk kandang
mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Penggunaan
pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan bentuk
praktek pertanian organik (Susanto, 2002).
Serbuk kayu merupakan limbah produsen atau perusahaan penggergajian
kayu yang jumlahnya cukup melimpah serta penggunaannya masih sangat kurang
optimal. Untuk mengurangi tingkat pencemaran yang tinggi serbuk kayu dapat
dimanfaatkan agar mempunyai nilai ekonomis, yakni menjadikannya sebagai
media tanam bagi tanaman kentang. (Muchroji & Cahyana, 2010).

2.7 Hipotesis
Diduga media tambahan pupuk kandang mampu memberikan
pertumbuhan tanaman setek umbi bibit kentang G0 varietas granola dengan baik.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Perlakuan yang membedakan antara budidaya tanaman kentang di luar
musim tanam dengan budidaya kentang pada saat musim tanam yaitu
pemberian tehnik penguatan batang agar tanaman dapat berdiri kokoh
karena curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tanaman mudah layu
dan mati.
2. Waktu panen yang tepat adalah saat cuaca terang dan tidak terjadi hujan.
Bila pemanenan di lakukan saat hujan atau terkena air hujan akan dapat
merusak umbi pada saat penyimpanan di gudang.
3. Budidaya kentang memberikan keuntungan yang relatif besar. Keuntungan
yang didapat dari usaha tani ini sebesar Rp. 9.839.500,00 untuk satu
musim tanam (4 bulan) dengan luas lahan 1000 m2 .Dalam penghitungan
analisis, usaha ini diperoleh BEP (Rupiah) Rp.1.759.109,31, BEP (unit)
295,7 unit, R/C Ratio sebesar 2,88 dan B/C Ratio sebesar 1,88 sehingga
usaha ini layak untuk dijalankan.

3.2 Saran
Pembudidayaan tanaman kentang di luar musim tanam harus selalu
memperhatikan pemeliharaan tanaman agar dapat menghasilkan kentang yang
berkualitas dan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1985. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius. Yogyakarta

Anonim. 1989. Rambu–rambu Benih Bermutu. Dinas Pertanian Tanaman Pangan


Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan BPSB II Jawa Tengah. Yogy
akart a.

_____. 2000a. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

_____. 2002b. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Febriani, M. 2001. Upaya Perbanyakan Benih Kentang (Solanum tuberosum


Zeller) Varietas Granola Yang Berkualitas Tinggi Dan Bebas Penyakit di KBH
Tawangmangu. Fakultas Pertanian UNSOED. Purwokerto.

Rahyudiati, D. 1984. Kentang Sayuran Dataran Tinggi dan Cara Bercocok Tanam
di Kebun Hortikultura Tawangmangu. Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas
(SMTA) Negeri Karanganyar, Karanganyar.

Ridwan, H. 1980. Perhitungan biaya produksi empat varietas kentang dan


informasi pasar. Lembaga Penelitian Hortikultura, Pasar M inggu
(Jakarta).Rukmana, R. 1997. Kentang budidaya dan pasca panen. Kanisius,
Yogyakarta.

Samadi, B. 1997. Usahatani Kentang. Kanisius. Yogyakarta.

Setiadi dan F.N. Surya, 1997. Kentang : Varietas dan Pembudidayaan. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Soewito M. 1989. Manfaat dan Khasiat Flora. Stella Mars. Jakarta.Sulaeman, R,


W, Wibowo dan N, Susilo, 1997. Perbanyakan Bibit Kentang Berkualitas Tinggi
Bebas Penyakit. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Barat, BBI Kentang Penalengan, JICA.

Sunarjono, H. 1975. Budidaya kentang. N.V. Soeroengan, Jakarta.Warsito, D.P


dan Soedijianto. 1982. Sayuran Umbi. CV Bumi Restu. Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai