Anda di halaman 1dari 26

UJI POTENSI RHIZOBAKTERI TANAH RHIZOSFER TANAMAN

PERKEBUNAN BUAH YANG MEMPUNYAI KEMAMPUAN GANDA


SEBAGAI BIOFERTILIZER DAN BIODEGRADASI RESIDU PESTISIDA
SERTA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Strata Satu (S-1)
Program Studi Agroteknologi

Diajukan Oleh:
Muhammad Putro Nuswantoro
NIM. 201310200311073

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penelitian serta skripsi yang berjudul “” tepat pada waktunya tanpa
halangan yang berarti.

Pelaksanaan penelitian dan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,


arahan, dukungan, dan motivasi kuat serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Dr. Ir. Ali Ikhwan, M.P. selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan
waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat
berguna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
2. Erfan Dani Septia, S.P., M.P. selaku pembimbing II yang juga telah banyak
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan yang
sangat berguna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Kedua orang tua saya yang selalu memebrikan dukungan dan memberikan
nasehat serta semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh keluarga, teman-teman jurusan Agroteknologi khususnya angkatan
2013 kelas B yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satu pun karya manusia yang sempurna, sehingga
kritik dan saran demi perbaikan karya ini sangat penulis harapkan. Meski
demikian, penulis berharap karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.

Malang, 5 Oktober 2017

Penulis

Muhammad Putro N.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Hipotesis ................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
2.1 Melon........................................................................................................ 4
2.2 Semangka ................................................................................................. 5
2.3 Apel .......................................................................................................... 6
2.4 Jambu........................................................................................................ 7
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 14
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 14
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 14
3.3 Rancangan Percobaan .............................. Error! Bookmark not defined.
3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

ii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara mega-biodiversity, Indonesia memiliki keanekaragaman

hayati yang sangat tinggi, baik keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis,

maupun keanekaragaman sumber daya genetiknya.Salah satu keaneka ragaman

hayati yang sangat melimpah adalah tanaman perkebunan buah. Rifai menyatakan

bahwa, tidak kurang dari 329 jenis buah-buahan (terdiri dari 61 suku dan 148

marga) baik yang merupakan jenis asli Indonesia maupun pendatang (introduksi)

dapat ditemukan di Indonesia (Rifai, 1986).Namun kelompok jenis tumbuhan

sebagai penghasil buah buahan belum banyak dikenal. Hal ini disebabkan antara

lain karena dari sudut pandang kehutanan, buah-buahan hutan masih dianggap

sebagai hasil sampingan (minor product) yang secara ekonomis dianggap kurang

penting. Pada hasil survey pada masyarakat menyatakan bahwa kebutuhan

masyarakat untuk mengkonsumsi buah ini semakin meningkat sejalan dengan

peningkatan konsumsi per kapita, jumlah konsumen.

Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, negara-negara industri mulai

berpendapat bahwa “paket pertanian modern yang memberikan hasil panen yang

tinggi ternyata menimbulkan dampak terhadap lingkungan” (Mc Guinness,1993).

Sejalan dengan makin banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh paket

pertanian modern, seperti pestisida, herbisida, dan pupuk kimia terhadap

lingkungan, maka dampak negatif paket pertanian modern mulai mendapatkan

perhatian. Hal ini merupakan tantangan para pakar bidang pertanian untuk

mencari teknologi alternatif dalam mencukupi kebutuhan pengan dengan kualitas

1
yang baik dan menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan

(Sutanto,2000). Pertanian konvensional selain menimbulkan dampak negatif dari

penggunaan pestisida sintetis, ternyata pemberian input berupa pupuk anorganik

juga banyak menimbulkan masalah.

Dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan yang ditimbulkan karena

pertanian modern yang diterapkan adalah dengan meningkatkan peran mikroba

tanah sebagai penyedia unsur hara bagi tanah. Menurut Sharma (2002) upaya

mengatasi masalah di atas dapat dilakukan dengan meningkatkan peran mikroba

tanah yang bermanfaat melalui berbagai aktivitasnya yaitu, Meningkatkan

kandungan beberapa unsur hara di dalam tanah, Meningkatkan ketersediaan unsur

hara di dalam tanah. Meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara, Menekan

mikroba tular tanah patogen melalui interaksi kompetisi. Untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya mikroba tanah melakukan immobilisasi berbagai unsur hara

sehingga dapat mengurangi hilangnya unsur hara melalui pencucian. Unsur hara

yang diimobilisasi diubah sebagai massa sel mikroba dan akan kembali lagi

tersedia untuk tanaman setelah terjadi mineralisasi yaitu apabila mikroba mati.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat keberhasilan yang didapatkan dari uji potensi bakteri

tanah rhizosfer tanaman perkebunan sebagai biofertilizer dan kemampuannya

dalam cekaman osmotik serta pestisida.

2
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hasil yang didapatkan dari uji

potensi bakteri tanah rhizosfer tanaman perkebunan buah - buahan sebagai

biofertilizer dan kemampuannya dalam cekaman osmotik serta pestisida.

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

H0 = diduga bakteri tanah rhizosfer tanaman perkebunan berpotensi sebagai

biofertilizer dan kemampuannya dalam cekaman osmotik serta pestisida.

H1 = diduga bakteri tanah rhizosfer tanaman perkebunan tidak berpotensi sebagai

biofertilizer dan kemampuannya dalam cekaman osmotik serta pestisida.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap potensi

bakteri tanah rhizosfer tanaman perkebunan sebagai biofertilizer dan

kemampuannya dalam cekaman osmotik serta pestisida.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Perkebunan Buah

2.1.1 Melon

Melon (Cucumis melo L.) tergolong ordo Cucurbitales suku Cucurbitaceae

genus Cucumis (Tjitrosoepomo, 2004). Rubatzky dan Yamaguchi (1999)

menyatakan bahwa tanaman melon merupakan tanaman semusim (annual),

herbacious, batang berbentuk segi lima tumpul dengan panjang 1,5 m–3 m,

berbulu, bersulur tunggal, sebagian besar kultivar merambat dan lunak. Daun

melon berbentuk bulat bersudut dengan diameter 8 cm–15 cm, memiliki 5–7

lekukan yang dangkal dan permukaan daunnya berbulu. Melon merupakan

tanaman buah semusim yang termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Buah melon

banyak disukai karena rasanya yang manis serta aroma yang khas. Saat ini dikenal

beberapa jenis melon dengan karakteristik yang beragam baik yang hibrida

maupun yang non hibrida. Untuk itu dalam praktek ini akan diamati keragaman

dari beberapa varietas melon baik yang hibrida maupun non hibrida.

Secara taksonomi tanaman melon dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis melo L.

4
Tanaman melon dapat tumbuh pada daerah tropik dan subtropik. Menurut

Tjahjadi (1987), tanaman melon dapat ditumbuh pada ketinggian diatas 300 m

dpl. Whitaker dan Davis (1962) menyatakan bahwa tanaman melon memerlukan

curah hujan antara 2.000–3.000 mm/tahun). Suhu optimum untuk pertumbuhan

rata–rata berkisar antara 180C–280 C, pertumbuhan akan terhambat apabila melon

ditanam pada suhu dibawah 120 C. Siemonsma dan Piluek (1994) menambahkan

bahwa kelembaban yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan, kualitas buah

dan kendala penyakit.

Tanah yang ideal untuk pertumbuhan melon, jenis tanah andosol/berpasir

yang memiliki porositas dan aerasi yang baik dengan pH 6 – 7 (Siemonsma dan

Piluek, 1994). Harjadi (1989) menyatakan bahwa tanah yang masam akan

menyebabkan terjadinya Acid Yellowing yang memiliki gejala seperti tanaman

kerdil, pertumbuahan terhambat dengan daun berwarna kuning, sehingga

diperlukan pengapuran sebelum ditanami melon. Tanah gambut, tanah liat berat

atau tanah cadas tidak disarankan untuk ditanami melon.

2.1 Semangka

Semangka (Citrullus vulgaris,Schard) merupakan buah yang digemari

masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan kandungan airnya

yang banyak, kulitnya yang keras dapat berwarna hijau pekat atau hijau muda

dengan larik larik hijau tua tergantung varietasnya.Daging buahnya yang berair

berwarna kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

Klasifikasi ilmiah dari semangka (Citrullus Lanatus Tunb) :

5
Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Violales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Citrullus

Spesies : Citrullus lanatus (Tunb)

Semangka termasuk jenis tanaman menjalar atau merambat. Helai daun

menyirip, permukaan daunnya berbulu,bentuk daun mirip jantung di bagian

pangkalnya, ujung meruncing, tepinya bergelombang dan berwarna hijau

tua.Tanaman semangka menghasilkan 3 macam bunga, yaitu bunga jantan,

betinadan bunga sempurna (Rukmana, 1994).Bentuk buah semangka

bervariasi,tergantung varietasnya. Pada umumnya dibedakan 3 bentuk buah, yaitu

oval, bulat memanjang dan silinder. Daging buah semangka dibedakan menjadi

empat macam warna, yaitu merah muda, merah tua, putih dan kuning. Selain

semangka berbiji juga telah dikembangkan jenis semangka tanpa biji (Rukmana,

1994).

2.2 Apel

Apel dalam ilmu botani disebut Malus sylvestris Mill.Apel merupakan

tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub

tropis.Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini.Tanaman

6
apel mulai berkembang setelah tahun 1960, terutama jenis Rome Beauty.

(Irawan,2007)

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Malus
Species : Malus sylvestris Mill

2.3 Jambu

Jambu biji (Psidium guajava L.) termasuk dalam Famili Myrtaceae

merupakan buah yang cukup dikenal masyarakat Indonesia, padahal sebenarnya

tanaman ini berasal dari daerah Amerika Tengah terutama Meksiko dan Peru.

Tanaman ini sekarang sudah menyebar ke seluruh dunia, terutama di daerah

tropis. Tanaman jambu biji sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang

buruk misalnya kekeringan, lahan batu dan pH rendah (Fachruddin 2008).

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

7
Spesies : Psidium guajava L.

Tanaman jambu biji dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran

tingi lebih dari 1000 m dpl dengan curah hujan antara 1000-2000 mm pertahun,

suhu optimum 23°-28° C dan pH tanah 4,5-7,5 (Sunarjono 1987). Jambu biji

memiliki batang yang cukup kokoh dengan ketinggian mencapai 5-10 meter.

Batang pokok jambu biji ini tidak ada yang lurus, warnanya coklat muda sampai

putih abu-abu dan mudah terkupas berganti kulit baru seirama dengan gejolak

membesarnya batang. Permukaan batang cukup 16 licin dan bersih dengan sifat

kayu yang halus, liat, dan tidak mudah patah (Rismunandar 1986)

2.4 Jeruk

Jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi

penting dan nilai kesehatan yang berarti karena mengandung nilai gizi yang tinggi

Vitamin C dan A. Produktivitas jeruk rata-rata di Indonesia masih rendah, sekitar

16 t/ha/thn, sementara potensi hasil bisa lebih dari 25 t/tha/thn (Hanum,2008).

Berdasarkan taksonominya, tanaman jeruk di klasifikasikan sebagai berikut

(Zaifbio, 2011):

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp

8
Tanaman jeruk manis, juga jeruk lainnya, dapat ditanam di daerah antara

400LS.Namun, tanaman jeruk paling banyak ditanam pada daerah 200–400LU

dan 200–400 LS. Disekitar laut tengah, daerah 44 derajat LU, masih merupakan

daerah yang cocok untuk tanaman jeruk.Pada daerah subtropis, tanaman jeruk

ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 650 m dpl.Sedangkan di daerah

khatulistiwa sampai ketinggian 2.000 m dpl. Tanaman jeruk memerlukan sinar

matahari yang penuh, bila terlindung akan berkurang produktivitasnya

(Hanum,2008).

2.3 Rhizobakteri

2.3.1 Rhizobakteri dan Kegunaannya

Rhizobakteri merupakan bakteri di sekitar perakaran yang mempengaruhi

dan dipengaruhi kegiatan perakaran, yaitu antara mikroorganisme dan akar terjadi

interaksi, artinya aktivitas mikroorganisme di dalam zona tersebut akan

dipengaruhi oleh eksudat akar yang diproduksi (Arrizal,2013) Sedangkan menurut

Gnanamanickam, Rizobakteri adalah bakteri yang hidup disekitar perakaran

tanaman dan aktivitasnya dipengaruhi oleh eksudat akar (Gnanamanickam, 2006).

Rhizorhizobakteri adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran (rhizosfer ) dan

berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya rhizobakteri dapat

dibedakan menjadi dua golongan yaitu (1) rhizorhizobakteri yang memacu

pertumbuhan tanaman (PGPR : plant growth - promoting rhizobacteria ) dan (2)

rhizorhizobakteri yang merugikan tanaman (DRB : deleterious rhizobacteria ).

Rhizobakteri dapat digunakan serta dikembangkan sehingga memiliki kegunaan

yang sangat efektif untuk berbagai aspek dalam pertanian.Alternatif untuk

mengurangi aplikasi pupuk sintetis dan pestisida adalah menggunakan

9
rizobakteri.Aplikasi rizobakteri telah dibuktikan mampu meningkatkan

pertumbuhan, hasil dan ketahanan tanaman (Ernita et al., 2015; Ahemad dan

Kibret, 2014; Anitha dan Rabeeth, 2009).Menurut Ikhwan, Penerapan

Rhizobakteri ini dapat bermanfaat bagi petani lahan kering dalam hal ,

Memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap

cekaman kekeringan sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanaman dilahan

kering,Meningkatkan efisiensi penggunaan air dan pupuk N dilahan kering,

Meningkatkan skala usaha tani dilahan kering pada musim kemarau, Menurunkan

bahaya puso akibat dampak kekeringan. Hal ini dapat diperkuat dengan penelitian

Ikhwan yang menyebutkan, Penggunaan rhizobakteri tersebut diharapkan dapat

mengatasi cekaman kekeringan dilahan kering terutama pada tanaman jagung.

Hasil pengujian dirumah kaca menunjukkan bahwa isolat rhizobakteri tersebut

mampu mempertahankan pertumbuhan jagung pada kondisi cekaman lengas 40%

dari kapasitas lapang (Soedarsono, 1997) yang berarti dapat meningkatkan

ketahanan jagung terhadap cekaman kekeringan dan mengefisiensi penggunaan

air sebanyak 60%.Dengan demikian rhizobakteri tahan kekeringan ini

pengaruhnya sangat menonjol pada kondisi atas kekeringan tanah yang tinggi

sehingga dapat meningkatkan produksi , skala usaha tani menjadi 2 kali tanam.

2.3.2 Biofertilizer

Biofertilizer adalah inokulan berbahan aktif organisme hidup yang

berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam

tanah bagi tanaman (Simanungkalit dkk.,2006). Mikroba tersebut antara lain

adalah Azotobacter, Azospirillum, dan Cellulomonas membantu dalam proses

dekomposisi yang menghasilkan unsur kalium.

10
Dengan pemakaian biofertilizer diharapkan tidak hanya akan memberi

dampak positif bagi tanah saja tetapi juga pada pertumbuhan dan produktifitas

tanaman. Dengan menggunakan biofertilizer akan mengurangi jumlah

ketergantungan para petani terhadap pupuk kimia. Selain itu, penggunaan

biofertilizer tidak akan meninggalkan residu kimia seperti pada pemakaian pupuk

kimia.

Menurut Gunalan (1996) dalam Rahmawati (2005), secara garis besar

fungsi dapat dibagi menjadi berikut:

1. Penyedia hara.

2. Pengikat ketersediaan hara

3. Pengontrol organisme pengganggu tanaman

4. Pengurai bahan organik dan pembentuk humus

5. Perombak persenyawaan agrokimia

6. Pemantap agregat tanah.

2.3.3 Cekaman Osmotik

Salinitas yang tinggi merupakan salah satu cekaman lingkungan yang

mengakibatkan tanaman mengalami cekaman osmotik, ketidak-seimbangan hara,

toksisitas ion tertentu, dan cekaman oksidatif (Kristiono,2013) Konsentrasi garam

di dalam tanah yang tinggi, terutama garam dari Natrium (Na+) dan Khlor (Cl-),

merusak struktur tanah, meningkatkan tekanan osmotik sehingga penyerapan air

dan unsur hara oleh tanaman terganggu (Kurban et al. 1998; Cicek dan Cakirlar

2002; Bohnert 2007; Anonim 2011). Penyerapan unsur Na yang berlebihan

menyebabkan penurunan penyerapan air dan kalium (FAO 2005) Kalium (K)

11
berperan penting untuk mempertahankan turgor sel dan aktivitas enzim (Xiong

dan Zhu 2001) Cekaman osmotik akibat meningkatnya salinitas disebabkan

potensial air meningkat sehingga mengurangi penyerapan air yang menyebabkan

penurunan kandungan air relatif daun (Kabir et al. 2004)., yang selanjutnya

menyebabkan dehidrasi sel (Ondrasek et al. 2009).Potensial air pada kapasitas

lapang adalah –0,033 MPa. Peningkatan konsentrasi garam terlarut menurunkan

potensial air dari –1 Mpa sampai –2,5 MPa (mega pascal) bahkan dapat mencapai

–5 Mpa (Flower dan Flower 2005). Bila tekanan osmotik di rhizosfer melebihi te

Kemampuan lain dari rhizorhizobakteri adalah mampu memproduksi osmolit

sebagai osmoprotektan dalam kondisi cekaman osmotik maupun cekaman

kekeringan (A Ikhwan,2006) . Hartman et al. (1991) menyatakan bahwa

Azosprillum halopraeferens (penghasil osmoprotektan glisin betain ), mampu

mempertahankan aktivitas nitrogenase (enzim pemfiksasi N) ± 100% pada

cekaman osmotik mencapai 27 bar .

2.3.4 Biodegradasi Pestisida

Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang

digunakan untuk mengendalikan jasad hidup penganggu tanaman. Di lingkungan

tertanian terdapat Penggunaan pestisida yang tidak terkontrol berakibat

agroekologi pertanian dan kesehatan manusia sebagai konsumen menjadi

terabaikan. Biodegradasi adalah proses dimana bahan organik yang dirobohkan

oleh enzim dihasilkan oleh organisme hidup (Astuti,2013)

12
. Peran mikroba dalam mendegradasi cemaran senyawa Persistent Organic

Pollutants atau dapat disebut POPs sangat penting, sehingga pestisida yang berada

dalam tanah dapat menurun (Indratin dkk,2012)

13
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, dimulai dari bulan Maret

hingga bulan Agustus 2017. Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan di

Laboratorium Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah

Malang yang berlokasi di Jalan Raya Tlogomas No. 246 Malang, Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bunsen burner, shaker,

laminar air flow (LAF), autoclave, mikropipet ukuran 0-10 µl, 10-100 µl dan 100-

1000 µl,beaker glass 1000 ml; 500 ml; 250 ml, erlenmeyer 1000 ml, 500 ml, 500

ml 250 ml, tip mikropipet warna putih, kuning dan biru, tube volume 1500 µl,

jarum ose, sentrifuge, beaker glass, bunsen, tabung reaksi volume 30 ml, Cawan

petri diameter 150 x 25 (mm), erlemeyer volume 1000 ml, botol duran volume

2000 ml dan 1000 ml, oven, microwave, spektrofotometer dan vortex

Bahan-bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah tanah rhizosfer

dari tanaman perkebunan, agen triptopan, reagen salsowski, kapas, plastik, ethanol

absolut (96%), aquades dan media mineral M63 standar.

3.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana

dengan perlakuan sebagai berikut :

a. Perlakuan Uji Biofertilizer

- Pemberian Triptopan 250 mg/L

14
b. Perlakuan Uji Biodegradasi Residu Pestisida

- I. (100% glukosa + 0% pestisida) = 2 mg glukosa + 0 mg pestisida

- II. (75% glukosa + 25% pestisida) = 1.5 mg glukosa + 0.5 mg pestisida

- III. (50% glukosa + 50% pestisida) = 1 mg glukosa + 1 mg pestisida

- IV. (25% glukosa + 75% pestisida) = 0.5 mg glukosa + 1.5 mg pestisida

- V. (0% glukosa + 100% pestisida) = 0 mg glukosa + 2 mg pestisida

- Pestisidanya terdiri dari herbisida, fungisida serta bakterisida.

c. Perlakuan Uji Toleran Cekaman Kekeringan

- 0 M (tanpa NaCL hanya murni larutan)

- 0.25 M (0.145 g NaCL / 10 ml larutan)

- 0.50 M (0.29 g NaCL / 10 ml larutan)

- 0.75 (0.453 g NaCL / 10 ml larutan)

- 1 M (0.58 g NaCL / 10 ml larutan)

- Larutan terdiri dari media 9 ml dan 1 ml sampel tanah

Dari adanya tiga pengujian tersebut, dilakukan tiga kali pengulangan

disetiap perlakuan yang diberikan.

3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut

sebagai berikut:

2.1.2 Sterilisasi Alat

Seluruh peralatan seperti cawan petri, tabung reaksi, erlemeyer, jarum ose

yang akan digunakan dalam penelitian dicuci terlebih dahulu, selanjutnya

dikeringkan dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Khusus erlemeyer dan

15
tabung reaksi bagian mulut labu dan tabung dibungkus dengan kertas aluminium

foil lalu dibungkus dengan plastik. Sterilisasi alat menggunankan autoclave

dengan suhu 121 0C selama 60 menit.

2.1.3 Pembuatan Media M63 Standart dan Sterilisasi Media

Menimbang bahan yang terdiri dari KH2PO4 100 mM, KOH 75 mM, MgSO4

0.16 mM, FeSO4 4 mM, Glukosa 2 g dan dilarutkan dengan aquades sanyak 1000

ml (1L) menggunakan beaker glass. Kemudian mengaduk larutan tersebut hingga

homogen. Selanjutnya memindahkan media M63 standar yang sudah larut ke

dalam tabung reaksi, masing-masing tabung sebanyak 9 ml. Kemudian menutup

tabung reaksi dengan kapas yang sudah steril, langkah selanjutnya adalah

melakukan sterilisasi media menggunakan autoclave dengan suhu 121 0C selama

15 menit.

2.1.4 Isolasi Bakteri Rhizosfer Tanah Sayuran dengan Pengenceran

Bertingkat dan Pourplate

Setelah melakukan tahapan sterilisasi alat dan media yang akan

digunakan, tahap selanjutnya adalah pengisolasian bakteri pada rhizosfer tanah

dengan menggunakan media M63 Standart. Langkah awal dari kegiatan ini adalah

menyiapkan sampel tanah yang akan dimasukkan kedalam tabung sebanyak 1 gr,

kemudian diberi aquadest steril sebanyak 9 ml, selanjutnya isolat divortex hingga

homogen. Mengambil larutan isolat masing-masing sebanyak 1 ml dan

dimasukkan kedalam tabung baru berisi 9 ml aquadest steril dan dihomogenkan

kembali, kegiatan ini diulang hingga 5 (lima) kali dan setiap sampel tanah diulang

3 (tiga) kali

16
10−1 10−2 10−3 10−4 10−5

Aquades Aquades Aquades Aquades Aquades


t Steril t Steril t Steril t Steril t Steril
9ml 9ml 9ml 9ml 9ml

1 gr 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
Tanah 10−1 10−2 10−3 10−4

Gambar 1. Proses Isolasi Bakteri Tanah dengan cara Pengenceran Bertingkat


sampai 𝟏𝟎−𝟓

Setelah itu memberi label pada masing-masing tabung reaksi sesuai

pengenceran. Pelaksanaan dilakukan diruang yang steril dengan menggunakan

Laminar Air Flow (LAF). Kemudian diambil sebanyak 100 µl dan dimasukkan

kedalam Media M63 Standart yang berada di dalam petridisk lalu diratakan

menggunakan draiglass dan ditunggu selama 3 hari kemudian dihitung koloni

bakterinya (CFU), jika diangka 20-25 maka dianggap berhasil dan digunakan

sebagai inokulan.

2.1.5 Pemurnian Bakteri dengan Cara Streak

Isolat bakteri yang sudah tumbuh pada media M63 Standart, selanjutnya

dilakukan pemurnian pada media M63 Standart dengan metode penggoresan

menggunakan jarum ose. Langkah awal dari pemurnian isolat bakteri adalah

menyiapkan isolat bakteri yang sudah tumbuh. Kemudian diambil menggunakan

ose dan melakukan penggoresan menggunakan jarum ose secara zig-zag kedalam

petridisk berisi media M63 Standart. Selanjutnya memberi label pada masing-

17
masing petridisk sesuai isolat bakteri yang ditumbuhkan. Isolat yang sudah

ditumbuhkan diinkubasi selama 24 jam. Proses selanjutnya adalah melakukan

identifikasi pada isolat yang sudah tumbuh, jika masih ada kontaminan maka

dilakukan pemurnian kembali. Setelah selesai proses identifikasi isolat disimpan

pada suhu 4 0C.

2.1.6 Uji Biofertilizer

Bakteri yang telah murni diambil, dimasukkan kedalam tabung reaksi

berisi media M63 Standart kemudian diberi tambahan triptopan dengan dosis 250

mg/L. Setelah itu memvortexnya hingga homogen dan dilihat nilai absorbansi

dengan spektrofotometer pada 0 jam pertumbuhan dengan panjang gelombang

600 nm (nanometer). Kemudian di shaker selama kurang lebih 18-20 jam setiap 2

jam diamati pertumbuhan bakterinya dengan spektrofotometer yang kemudian

didapatkan nilai OD (Optical Density). Sampel terakhir diambil 1 ml dimasukkan

kedalam tube kemudian di sentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 4000

rpm (rotary per minut’s). Terbentuklah supernatan dan natan yang kemudian

diambil supernatannya sebanyak 700 µl ditambahkan reagen salsowski 700 µl lalu

divortex dan di spektro dengan pajang gelombang 420 nm untuk melihat .

2.1.7 Uji Osmoprotektan (Cekaman Osmotik)

Bakteri yang telah murni diambil, dimasukkan kedalam tabung reaksi

berisi media M63 Standart, kemudian diberi larutan NaCL 0,8 g/L sebanyak 10

ml, mengkocok tabuk hingga homogen kemudian mengambil 1 ml untuk setiap

tabung sebanyak 5 tabung, lalu ditambah perlakuan NaCL yaitu :

I. 0 M (tanpa NaCL)

II. 0.25 M (0.145 g NaCL/10 ml larutan)

18
III. 0.50 M (0.29 g NaCL/ 10 ml larutan)

IV. 0.75 (0.453 g NaCL/ 10 ml Larutan)

V. 1 M (0.58 g NaCL/ 10 ml Larutan).

Selanjutnya memvorteks tabung-tabung tersebut agar homogen dan

kemudian menghitung nilai absorbansi (OD) pada 0 jam pertumbuhan dengan

panjang gelombang 600 nm (nanometer). Kemudian di shaker selama 24 jam

setiap 2 jam diamati pertumbuhan bakterinya dengan spektrofotometer.

2.1.8 Uji Biodergradasi Residu Pestisida

Bakteri yang telah murni diambil, dimasukkan kedalam tabung reaksi

berisi media M63 Standart, kemudian diberi perlakuan pestisida yaitu :

I. 100% glukosa + 0% pestisida = 2 mg/L glukosa + 0 mg/L pestisida

II. 75% glukosa + 25% pestisida = 1,5 mg/L glukosa + 0,5 mg/L pestisida

III. 50% glukosa + 50% pestisida = 1 mg/L glukosa + 1 mg/L pestisida

IV. 25% glukosa + 75% pestisida = 0,5 mg/L glukosa + 1,5 mg/L pestisida

V. 0% glukosa + 100% pestisida = 0 mg/L glukosa + 2 mg/L pestisida

Pestisida nya sendiri tediri dari fungisida, insektisida, dan herbisida dalam

bentuk serbuk. Selanjutnya memvorteks tabung-tabung tersebut agar homogen

dan kemudian menghitung nilai absorbansi (OD1) pada 0 jam pertumbuhan

dengan panjang gelombang 600 nm (nanometer). Kemudian di shaker selama

kurang lebih 18-20 jam dan setiap 2 jam diamati pertumbuhan bakterinya dengan

spektrofotometer (OD2).

3.4 Variabel Pengamatan

Adapun beberapa variabel pengamatan yang dilakukan dalam pengujian

kali ini adalah :

19
1. Kemurnian isolat

2. Perhitungan CFU (Colony from Unit) dari nilai OD (Optical Density) yang

diketahui

3.5 Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dianalisa varian

(anova). Penafsiran data dilakukan dengan cara uji lanjut dengan duncan pada

taraf α = 5%. Hasil penelitian disimpulkan dari penafsiran data.

20
DAFTAR PUSTAKA

A ikhwan,2006, uji potensi rhizobakteri perombak pestisida ddt


sebagai pupuk hayati (biofertilizer),malang,universitas muhammadiyah
malang.
Arrizal s.dkk,2013, identifikasi rhizobakteri pada semanggi (marsilea crenata
presl.)
Yang terpapar logam berat timbal (pb),surabaya,universitas negeri
surabaya.
Astuti s.,2013, peruraian/biodegradasi bahan pencemar (polutan) dan pemanfaatan
bakteri nitrobacter sp sebagai upaya biodegradasi pengolahan air limbah,
Fachruddin l. 2008. Membuat aneka selai. Yogyakarta : kanisius. Hal 13-35.

Fao. 2005. Panduan lapang fao:20 hal untuk diketahui tentang dampak air laut
pada lahan pertanian di propinsi nad. Www. Fao. Org/ag/. .
./20_things_on_salinity_bahasa. Pdfý. Diakses 21 januari 2013.
Flowers, t.j. And flowers, s.a. 2005. Why does salinity pose such a difficult
problem for plant breeders?
Agric. Water manag. 78:15–24.
Gnanamanickam, s. S. 2006. Plant-associated bacteria. Springer. The netherlands.
Hal 1 -56.
Hanum,c.2008.teknik budidaya tanaman.jakarta. Direktorat pembinaan sekolah

menengah kejuruan, direktorat jenderal manajemen pendidikan dasar dan

menengah, departemen pendidikan nasional.

Harjadi, s. S. 1989. Dasar – dasar hortikultura. Departemen budidaya pertanian.

Fakultas pertanian. Institut pertanian bogor. Bogor.

Ikhwan.a dan e.susilo,2003, penerapan teknologi inokulasi


rhizobakteri tahan kekeringan pada tanaman jagung
di lahan kering, kec. Karangploso, kab.malang,malang,universitas
muhammadiyah malang.
Indratin dkk,2012, isolasi dan identifikasi mikroba pendegradasi senyawa
persisten organic
poluttans pada tanah andosol magelang,magelang, peneliti badan litbang

21
pertanian di balai penelitian lingkungan pertanian. Pati.laboratorium
mikrobiologi lipi cibinong.
Irawan,d.2007.potensi pengembangan tanaman apel (malus sylvestris

Jodhpur.agrobios. India

Kabir, m.e., m.a. Karim, and m.a.k. Azad. 2004. Effect of potassium on salinity
tolerance of mungbean (vigna radiata l. Wilczek). J. Of biol. Sci.
4(2):103–110
Kristiono a dkk,2013, respons tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau

terhadap cekaman salinitas, buletin palawija no. 26, 2013.

Kurban, h., h. Saneoka, k. Nehira, r. Adilla and k. Fujita. 1998. Effect of salinity
on growth and accumulation of organic and inorganic solutes in the
leguminous plants alhagi pseudoalhagi and vigna radiata. Soil sci. Plant
nutr. 44(4):589–597.
Mill).bogor.institut pertanian bogor.

Ondrasek, g., d. Romic,z. Rengel,m. Romic and m. Zovko. 2009. Cadmium


accumulation by muskmelon under salt stress in contaminated organic
soil. Sci. Tot. Enviro. 407:2175–2182.
Prajnanta, f. (2003). Agribisnis semangka non-biji. Jakarta: penebar swadaya.hal.

1 -4.

Produksi dan gizi. Edisi ke-2. Penerbit itb. Bandung. 635 hal.

Rismunandar. 1986. Tanaman jambu biji. Bandung : sinar baru. Hal 20-49

Rubatzky, v. E. Dan m. Yamaguchi. 1999. Sayuran dunia 3: prhinsip,

Rukmana, r. (1994). Budidaya semangka

hibrida. Yogyakarta: penerbitkanisius. Hal. 11 -18

Semonsma, j.s. Dan k. Piluek. 1994. Plant resources of south – east asia.

Prosea. Bogor. Indonesia.

22
Sharma, a. K.2002. Organic farming. Central arid zone research institute

Soedarsono,y.1997. The potency of drought-tolerent rhizobacteria as inoculant for


gogo rice. Indonesia biotecnology conference. Jakarta.,
Sulistyowati, a. 1999. Pertanian organik dalam sejarah peradaban. Wacana, edisi

17 mei-juni 1999, jakarta

Sunarjono h. 1987. Ilmu produksi tanaman buah-buahan. Bandung : sinar baru.

Hal 209.

Sutanto,r.2000.pertanian organik.yogyakarta.penerbit kanisus

Tjahjadi, n. 1987. Bertanam melon. Kanisius. Yogyakarta. 46 hal.

Tjitrosoepomo, g. 2004. Taksonomi tumbuhan (spermathopytha).cetakan ke -

8.gadjah mada university press. Yogyakarta. 477 hal.

Whitaker, t. W. And g. N. Davis. 1962. Cucurbits. Interscience publishers, inc.

New york. 250p.

Xiong l., schumaker k.s., and zhu j.k. 2002. Cell signaling during cold, drought,
and salt stress. The plant cell online. 14(1):165–183..

23

Anda mungkin juga menyukai