PEMBIBITAN UTAMA
Khaerani Masyithoh1
1Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
ABSTRAK
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang
produktivitasnya lebih tinggi daripada tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Tanaman kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman komoditas perkebunan yang menduduki posisi
penting di sektor pertanian pada umumnya, dan sub sektor perkebunan khususnya. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, salah satu aspek agronomi yang sangat berperan adalah pembibitan. Metode
yang digunakan adalah menggunakan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Pengamatan dilakukan sekali
selama 4 minggu stiap 7 hari sekali. Hasil yang didapatkan adalah benih tanaman kelapa sawit tidak
dapat tumbuh dan berkembang hal ini disebabkan beberapa faktor.
Kata Kunci : Kelapa Sawit, Pupuk Kandang, Pembibitan.
1. PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang
produktivitasnya lebih tinggi daripada tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kelapa
(Cocos nucifera), zaitun (Olea europeae sativa), wijen (Sesamum indicum), bunga matahari
(Helianthus anuus), kacang tanah (Arachis hypogea), dan kedelai (Glycine hispida). Selain untuk
bahan pangan minyak sawit digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik dan farmasi, bahan
pelumas dan bahan flotasi pada industri logam [3].
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman komoditas perkebunan
yang menduduki posisi penting di sektor pertanian pada umumnya, dan sub sektor perkebunan
khususnya. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau
lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya [1].
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring
dengan meningkatnya kebutuhan penduduk akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan
dapat tercapai.
Praktikum Perkebunan dan Industri| Lab. Agronomi 2017/2018 1
Minyak yang dihasilkan kelapa sawit memiliki berbagai keungg ulan dibandingkan dengan
minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain seperti kacang kedelai, bunga matahari, kacang tanah, dan
kelapa. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol.
Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah
(crude palm oil/CPO) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (palm kernel oil/PKO) yang tidak
berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng
dan margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil,
kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak disel).
Dari tabel hasil produksi kelapa sawit terus meningkat setiap tahunnya. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, salah satu aspek agronomi yang sangat berperan adalah pembibitan. Pembibitan
merupakan tahap awal pengelolaan tanaman yang hendak diusahakan. Pertumbuhan bibit yang baik
merupakan faktor utama untuk memperoleh tanaman yang baik di lapangan. Salah satu faktor penentu
produktivitas tanaman kelapa sawit adalah dengan menggunakan bibit yang berkualitas yang
didapatkan melalui penggunaan benih yang secara genetik unggul dan pemeliharaan yang baik,
terutama pemupukan.
2. METODE
2.1 Tempat dan Waktu
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Jum’at pada tanggal 30 November 2017.
Percobaan ini dilakukan di Lahan Pendem Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1 Hasil
Dari hasil pengamatan ragam tinggi tanaman genotype wijen diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Analisis ragam tinggi tanaman sawit
Minggu ke-
Perlakuan
1 2 3 4
Tanah 0a 0a 0a 0a
Tanah + Pupuk (3 : 1) 0a 0a 0a 0a
Tanah + Sekam (3 : 1) 0a 0a 0a 0a
Minggu ke-
Perlakuan
1 2 3 4
Tanah 0a 0a 0a 0a
Tanah + Pupuk (3 : 1) 0a 0a 0a 0a
Tanah + Sekam (3 : 1) 0a 0a 0a 0a
BNJ 5% 0 0 0 0
Keteranngan : Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Minggu ke-
Perlakuan
1 2 3 4
Tanah 0a 0a 0a 0a
Tanah + Pupuk (3 : 1) 0a 0a 0a 0a
Tanah + Sekam (3 : 1) 0a 0a 0a 0a
BNJ 5% 0 0 0 0
Berdasarkan data pada tabel 1 didapatkan hasil bahwa pengamatan tinggi tanaman selama 4
minggu pada benih tanaman sawit yang ditanam di media tanah didapatkan tinggi tanaman 0
cm. Media tanah + pupuk (3 : 1) didapatkan tinggi tanamn 0 cm. Media tanamn tanah +
sekam (3 : 1) didapatkan tinggi tanaman 0 cm. Dimana benih tanaman sawit ini tidak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada semua jenis media tanam. Sedangkan pada
tabel 2 didapatkan hasil bahwa pengamatan jumlah daun selama 4 minggu pada benih tanaman
sawit yang ditanam di media tanah didapatkan tinggi tanaman 0 cm. Media tanah + pupuk (3
: 1) didapatkan tinggi tanamn 0 cm. Media tanamn tanah + sekam (3 : 1) didapatkan tinggi
tanaman 0 cm. Dimana benih tanaman sawit ini tidak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan pada semua jenis media tanam. Pada tabel ke 3 didapatkan hasil bahwa pada
pengamatan diameter selama 4 minggu pada benih tanaman sawit yang ditanam di media
tanah didapatkan tinggi tanaman 0 cm. Media tanah + pupuk (3 : 1) didapatkan tinggi tanamn
0 cm. Media tanamn tanah + sekam (3 : 1) didapatkan tinggi tanaman 0 cm. Dimana benih
tanaman sawit ini tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada semua jenis media
tanam.Hasil yang didapatkan pada percobaan ini adalah pada penanaman benih kelapa sawit
tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Tidak tumbuh dan berkembangnya benih tanaman kelapa sawit ini dapat dikarenakan
beberapa faktor. Faktor yang menyebabkan benih tanaman ini tidak tumbuh terdapat faktor
internal dan faktor eksternal.
Unsur hara makro yang kurang mencukupi dapat menjadi faktor ketidakberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan benih tanaman kelapa sawit. Menurut Sudrajat [5], Salah
satu masalah utama dalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit adalah pengadaan bibit
yang berkualitas karena bibit sangat menentukan tingkat produktivitas. Bibit yang berkualitas
selain secara genetik unggul, pertumbuhan fisiknya harus jagur dan sehat. Hal ini dicapai
dengan tersedianya unsur hara makro utama seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Salah satu
faktor penghambat adalah tidak tersedianya unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman pada
kadar yang cukup. Oleh karena itu, ketepatan dosis pupuk selama proses pembibitan menjadi
faktor yang sangat penting.
Kurangnya pemberian air pada tanaman juga menjadi faktor kegagalan tumbuhnya
benih kelapa sawit. Kelapa sawit termasuk tanaman yang mempunyai sistim perakaran
dangkal (serabut), sehingga mudah mengalami cekaman kekeringan. Dampak kekeringan
terhadap pertumbuhan kelapa sawit ditandai dengan daun muda tidak membuka, pelepah
daun tua sampai pupus patah [4] .
Hasil pertumbuhan tanaman wijen dipengaruhi oleh beberapa factor , factor tersebut
mempengaruhi setiap perlakuan yang diberikan pada tanaman wijen. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman wijen adalah faktor genetik dan faktor lingkungan , faktor genetik
mempengaruhi tinggi tanaman , jumlah daun, dan hasil produksi dari tanaman, sedangkan faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu. Data pada tabel 1, 2 dan 3
menunjukkan bahwa benih tanaman sawit tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Sehingga perlakuan media tanam yang berbeda ini tidak mempengaruhi pembibitan awal dan
pembibitan utama pada tanaman sawit.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Balai Informasi Pertanian. 1990. Pedoman Budidaya Kelapa Sawit. Departemen Pertanian.
Medan. 32 hal.
[2] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta. Sekertariat
Direktorat Jenderal Perkebunan.
[3] Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian
Perkebunan Marihat. Bandar Kuala, Sumatera Utara. 435 hal.
[4] Pangaribuan Y. 2001. Studi Karakter Morfofisiologi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineesis Jacq.) di Pembibitan Taerhadap Cekaman Kekeringan. Bogor. Institut Pertanian
Bogor.
[5] Sudrajat, Anita D. dan Ade Wachjar. 2014. Optimasi Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor pada
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq. ) di Pembibitan Utama. Bogor. Institut Pertanian Bogor.