Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIK

PEMBUATAN SEEDBALL
ACARA IV
PEMBUATAN SEEDBALL DAN KEDALAMAN BENIH

Disusun oleh:

Nama : Muhammad Nabil Aushafa


NIM : 19/442327/KT/09025
Kloter :2
Coass : Miftahulhuda

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA IV
PEMBUATAN SEEDBALL DAN KEDALAMAN BENIH

I. TUJUAN
Tujuan pada praktikum ini adalah untuk untuk mengetahui bagaimana aspek fisis seedball
yang dibuat dari formula pmbentuk dan ketebalan yang berbeda terhadap pertumbuhan.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Ember
2. Cangkul
3. Jangka sorong
4. Mesin penggiling
5. Saringan pasir
6. Wadah
7. Sarung tangan
8. Sendok pengaduk
9. Gelas ukur
10. Timbangan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Insektisida 10 gr
2. Fungisida 10 gr
3. Tanah liat
4. Kompos
5. Air
III. CARA KERJA
Praktikum ini dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut

Masing-masing media
Dibuat komposisi Diberikan insektisida dan dibuat seedball dengan
campuran media 1, 2, 3, fungisida 10 gram pada kedalaman 0,5 cm, 1 cm,
dan 4 seperti acara III masing-masing media dan 1,5 cm

Setiap seedball dengan


Dibuat 10 kali ulangan perlakuan berbeda
diberi label

• Pada praktik ini langkah pertama yang dilakukan dengan membuat campuran media antara
tanah liat dan kompos dengan perbandigan 3:1, 2:1, 1:1 dan 1:2. Kemudian, ditambah
dengan air ledeng secukupnya dan diaduk hingga merata menyerupai adonan dalam
pembuatan kue. Kemudian, adonan tersebut dibuat bulatan menggunakan tangan dengan
diameter ± 2 cm. Apabila media terlalu kelebihan air maka akan lembek dan sulit untuk
dibentuk bulatan. Begitu juga sebaliknya, apabila media kurang air akan keras dan
menyebabkan seedball akan mudah retak atau pecah. Dalam pencampuran media,
ditambahkan fungisida dan pestisida sebanyak 10 gram. Kemudian, pada masing – masing
seedball dibuat perlakuan kedalam berbeda yaitu 0,5 cm; 1 cm; dan 1,5 cm dan setiap
ulangan dibuat sebanyak 10 sampel, jadi seedball yang dibuat berjumlah 4 x 3 x 3 x 10 =
360. Setiap seedball yang berbeda perlakuan diberi label agar lebih mudah dibedakan.
V. HASIL
Hasil pengamatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Benih Jati
Kedalaman Tumbuh Tidak ada respon Hilang
0.5 0 40 0
1 0 40 0
1.5 0 39 1
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Benih Akasia
Kedalaman Tumbuh Tidak ada respon Hilang
0.5 0 39 1
1 0 39 1
1.5 0 39 1
Tabel 3. Respon Pertumbuhan Benih Trembesi.
Kedalaman Tumbuh Tidak ada respon Hilang
0.5 1 38 1
1 3 37 0
1.5 2 38 0
Gambar 1.1 Grafik Respon Pertumbuhan pada Berbagai Kedalaman Biji Jati

Respon Pertumbuhan pada Berbagai


Kedalaman Biji Jati
50
40
30
20
10
0
Tumbuh Tidak Ada Respon Hilang

Kedalalam 0.5 Kedalalam 1 Kedalalam 1.5


Gambar 1.2 Grafik Respon Pertumbuhan pada Berbagai Kedalaman Biji Akasia

Respon Pertumbuhan terdapat Kedalaman Biji


Akasia
50
40
30
20
10
0
Tumbuh Tidak Ada Respon Hilang

Kedalalam 0.5 Kedalalam 1 Kedalalam 1.5

Gambar 1.3 Grafik Respon Pertumbuhan pada Berbagai Kedalaman Biji Trembesi

Respon Pertumbuhan pada Berbagai Kedalaman


Biji Trembesi
40

30

20

10

0
Tumbuh Tidak Ada Respon Hilang

Kedalalam 0.5 Kedalalam 1 Kedalalam 1.5


VI. PEMBAHASAN
Adanya kerusakan hutan dan lahan ini menyebabkan berkurangnya atau hilangnya
multifungsi baik secara ekologis maupun sosial ekonomi. Untuk mencegah degradasi lebih
lanjut, perlu dilakukan upaya rehabilitasi dan restorasi. Upaya untuk meningkatkan
keberhasilan tumbuh benih terus dilakukan, salah satunya dengan terus melakukan ujicoba
formula pembungkus benih yang divariasikan dengan tingkat kedalaman tanam benih di
dalam seedball. Pembungkusan benih bertujuan bertujuan untuk membekali benih dengan
formula bernutrisi sehingga mampu bertahan sampai kondisi yang memungkinkan untuk
berkecambah (Priadi, 2010).
Dalam melakukan rehabilitasi hutan dan lahan dibutuhkan metode yang paling
efektif dan efisien. Upaya rehabilitasi lahan dan hutan juga membutuhkan metode alternatif
lainnya yang praktis, melibatkan tenaga kerja yang rendah dan biaya yang murah,
khususnya untuk diterapkan pada areal-areal yang sulit dijangkau (remote area). Teknologi
yang mudah dan murah dengan investasi rendah untuk diaplikasikan di lapangan sangat
diperlukan, agar peran para pihak dan masyarakat umum lainnya dapat ditingkatkan. Salah
satu teknik penanaman yang memiliki potensi yang besar untuk digunakan dengan
keterbatasan biaya dan sarana adalah direct seeding (penaburan benih secara langsung)
(Willoughby, Harrison, Jinks, Gosling, Harmer, & Kerr, 2007).
Pembuatan seedball bertujuan untuk memberikan kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan oleh benih untuk berkecambah serta memberikan kondisi lingkungan yang
lebih mendukung dalam perkecambahan. Pada acara kali ini dilakukan pembuatan seedball
dan kedalaman benih, pengamatan dilakukan untuk mengetahui kemampuan seedball
menjaga benih agar tidak terpengaruh gangguan luar serta kemampuan benih berkecambah
sehingga kegiatan rehabilitasi hutan dapat tercapai. Media tanam merupakan tempat akar
tanaman menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Media tanam yang
baik merupakan media yang dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman.
Penunjang keberhasilan dari penanaman adalah media yang bersifat porus dan aerasi baik
serta nutrisi yang tercukupi untuk pertumbuhan tanaman (Wahyuningsih, A. dkk, 2016).
Pemilihan komposisi yang tepat bagi seedball sangat penting untuk pemenuhan nutrisi dan
mengontrol kondisi lingkungan yang bisa berpengaruh terhadap perkecambahan biji serta
pertumbuhan bibit tersebut. Selain itu, kedalaman biji dalam seedball pun perlu
diperhatikan. Apabila biji terlalu dalam, kecambah akan sulit menembus lapisan seedball.
Namun apabila terlalu dangkal, maka biji bisa saja terdeteksi oleh predator dan terpengaruh
kondisi lingkungan yang ekstrem, misalnya biji akan terbawa arus aliran air hujan yang
deras (Fatchullah, 2016). Pembungkusan benih di dalam seedball bertujuan bertujuan
untuk membekali benih dengan formula bernutrisi sehingga mampu bertahan sampai
kondisi yang memungkinkan untuk berkecambah (Priadi, 2010 dalam Lestari, 2018).
Pada penelitian ini pembuatan seedball dilakukan dengan menggunakan 4 formula
antara tanah liat dan kompos yaitu pada media 1 dengan perbandingan 3:1, media 2 dengan
perbandingan 2:1, media 3 dengan perbandingan 1:1, dan media 4 dengan perbandingan
1:2. Dari masing-masing formula media tersebut diisikan benih dengan berbagai macam
kedalaman, yaitu 0,5 cm; 1 cm; dan 1,5 cm. Benih yang digunakan juga memiliki berbagai
ukuran, mulai dari ukuran kecil dengan benih akasia, ukuran sedang dengan benih
trembesi, dan ukuran besar dengan benih jati. Berdasarkan hasil pengamatan, seedball yang
berisi benih jati dan akasia tidak berkecambah baik pada kedalaman 0,5 cm; 1cm maupun
1,5 cm.
Tanah liat memiliki sifat kembang kerut tinggi dan sangat berfungsi untuk
membentuk bulatan seedball. Sedangkan kompos dimaksudkan sebagai penyedia nutrisi
dan memperbaiki aerasi dan drainase. Pada tiap komposisi media, masing-masing seedball
dibuat untuk 3 kedalaman berbeda (0,5 cm, 1 cm, dan 1,5 cm), 3 jenis biji berbeda (jati,
akasia, dan trembesi), dengan 2 jenis ketinggian pelemparan yaitu pada ketinggian 15 m
dan 30 m dengan ulangan yang dilakukan adalah 5 seedball. Dengan perlakuan skarifikasi
yaitu fisis dan kemis, total seedball yang dibuat sebanyak 720 buah. Faktor yang
mempengaruhi tidak hanya dari sisi kedalaman benihnya tetapi dapat dari faktor
keberhasilan skarifikasi, komposisi media dan sifat benih yang digunakan. Benih akasia
termasuk salah satu benih ortodoks sehingga dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama
sehingga perlu dilakukan skarifikasi yang tepat untuk mematahkan dormansi bijinya.
Benih akasia dapat berkecambah sekitar 7 hari setelah dilakukan proses skarifikasi
(Rahmawati, dkk., 2022).
Berdasarkan praktik dan pengamatan yang telah dilakukan biji yang berkecambah
hanya pada jenis biji trembesi sebanyak 6 buah dengan rincian 3 biji dari kedalaman 1 cm
dan 2 biji dari kedalaman 1,5 cm, dan 1 biji berasal dari kedalaman biji 0,5 cm. Dengan
hasil tersebut, diketahui bahwa dengan kedalaman 1 cm, biji mampu berkecambah dan
tumbuh lebih baik daripada 2 jenis kedalaman lainnya. Posisi biji yang tidak terlalu dangkal
dan tidak terlalu dalam membuat kebutuhan biji untuk tumbuh bisa terpenuhi dengan tetap
terlindungi dari ancaman predator maupun kondisi ekstrem pada lokasi pengamatan.
Pengamatan untuk waktu yang lebih lama bisa dilakukan agar mendapatkan hasil yang
lebih optimal.
Dapat disimpulkaari pengamatan yang telah dilakukan bahwa kedalaman benih
pada seedball memberikan respon yang berbeda terhadap pertumbuhan benih. Pada jenis
akasia dan jati, diketahui tidak ada benih yang berkecambah. Sedangkan pada benih
trembesi diketahui ada 6 seedball yang berkecambah yang terdiri dari 3 seedball kedalaman
0,5 cm, 1 seedball kedalaman 1 cm dan 2 seedball kedalaman 1,5 cm. Apabila kedalaman
benih diletakkan, maka tanah akan semakin tebal sehingga benih akan sulit menembus.
Selain itu, semakin dalam benih diletakkan, asupan oksigen dan air juga menjadi
berkurang. Hal tersebut dapat memengaruhi pertumbuhan benih.
VII. KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktik dan pengamatan kali ini adalah kedalaman benih pada seedball
memberikan respon yang berbeda terhadap pertumbuhan benih. Pada jenis akasia dan jati,
diketahui tidak ada benih yang berkecambah. Sedangkan pada benih trembesi diketahui
ada 6 seedball yang berkecambah yang terdiri dari 3 seedball kedalaman 0,5 cm, 1 seedball
kedalaman 1 cm dan 2 seedball kedalaman 1,5 cm. Semakin dalam benih diletakkan, maka
tanah akan semakin tebal sehingga benih akan sulit menembus. Selain itu, semakin dalam
benih diletakkan, asupan oksigen dan air juga menjadi berkurang. Hal ini dapat
memengaruhi pertumbuhan benih.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Fatchullah, D. 2016. Pengaruh Jarak Tanam dan Kedalaman Tanam terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Generasi Dua (G2) Varietas
Granola. In Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian.

Lestari, S. U. P. H. 2018. Seminar Nasional Silvikultur V & Kongres Masyarakat


Silvikultur Indonesia IV Silvikultur untuk Produksi Hutan Lestari dan Rakyat
Sejahtera.

Priadi, D. 2010. Aplikasi Teknik Enkapsulasi Pada Benih Sengon (Paraserienthes


falcataria). Teknologi Indonesia. 33(2): 92-99

Rahmawati, D., Supriyanto., dan Aditya, N. 2022. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma
Terhadap Daya Kecambah Benih Akasia (Acacia mangium) Generasi M2. Jurnal
Perbenihan Tanaman Hutan. Vol 10 (1) : 24 – 35.

Wahyuningsih, A., S. Fajriani, dan Nurul Aini. (2016). Komposisi Nutrisi Dan Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)
Sistem Hidroponik. Jurnal Produksi Tanaman. Vol 4(8). 595-601.

Willoughby, I., Harrison, A., Jinks, R., Gosling, P., Harmer, R. and G. Kerr 2007. The
Potential for Direct Seeding of Birch pn Restock Sites. Forewstry Commission
Information Note, March 2007. Edinburgh, UK.
IX. LAMPIRAN

Gambar 2.1 Pembuatan seedball

Gambar 2.2 Pembuatan seedball pada berbagai kedalaman

Anda mungkin juga menyukai