Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR

“PERKECAMBAHAN BENIH”

IRFAN

M1A119102

KELOMPOK III (TIGA)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan adalah sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan secara

berkesinambungan bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelangsungan

fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan hidup. Sumber daya hutan

dapat dirasakan manfaatnya secara langsung berupa hasil hutan kayu dan non kayu

serta secara tidak langsung sebagai pengatur tata air, pencegah erosi, pariwisata, serta

berbagai penyangga kehidupan yang penting melalui ekosistem flora dan

fauna(Marthen, 2013.)

Dalam pengembangan hutan tanaman, benih memainkan peranan yang sangat

penting, karena benih yang digunakan untuk pertanaman akan menentukan mutu

tegakan yang dihasilkan dimasa mendatang. Benihbenih hutan berbeda dengan benih-

benih pertanian, sebagian besar benih-benih hutan mempunyai kondisi kulit biji yang

keras, terutama pada family Leguminosae, untuk itu jenis yang termasuk dalam

kelompok family Leguminosae ini dalam upaya permudaan perlu ditunjang oleh

teknik silvikultur yang sesuai. Teknik silvikultur yang dapat mengatasi sifat dormansi

kulit benih sangat diperlukan untuk mempercepat perkecambahan benih sekaligus

menjamin ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup, waktu yang tepat dan dengan

mutu yang tinggi. Perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya radikula dan

plumula dari benih/biji. Secara visual dan morfologis suatu benih yang berkecambah

ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji. Perkecambahan benih

Sengon termasuk tipe perkecambahan epigeal dimana perkecambahan yang


menghasilkan kecambah dengan cotyledon muncul dipermukaan tanah (jika ditanam

pada media tanah)(Marthen, 2013).

Perkecambahan dapat diartikan sebagai munculnya semai, secara teknis

perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan

pecahnya kulit biji dan munculnya semai menurut Gardner. (1991) dalam Irawanto

(2015). Proses perubahan dari biji menjadi bibit tumbuhan seringkali disebut

perkecambahan. Dimana perkecambahan adalah batas antara benih (biji yang mampu

tumbuh) yang masih tergantung pada sumber makanan dari induknya dengan

tumbuhan yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil unsur hara. Tipe

perkecambahan dibagi menjadi dua: epigeal dan hipogeal. Tipe epigeal yaitu

perkecambahan dengan kotiledon terangkat keatas tanah dengan memanjangkan

hipokotil, sedangkan tipe hipogeal dimana kotiledon tidak membesar sehingga

kotiledon tetap berada dibawah tanah selama perkecambahan.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan praktikum ini dilakukan yaitu

1. Untuk mengetahui presentase keberhasilan perkecambahan benih pohon

trembesi (Samanea saman)

2. Untuk mengetahui faktor pengaruh keberhasilan perkecambahan


Manfaat praktikum ini dilakukan yaitu

1. Agar mengetahui presentase keberhasilan perkecambahan benih pohon

trembesi (Samanea saman)

2. Agar mengetahui faktor pengaruh keberhasilan perkecambahan


II TINJUAN PUSTAKA

Trembesi (Samanea saman) yang kita kenal saat ini memang bukan spesies

asli Indonesia. Namun tumbuhan berkayu yang kekar, kokoh, serta rindang dengan

bentuk kanopi yang memayung ini tidak asing lagi untuk masyarakat Indonesia di

desa maupun kota sebagai peneduh jalan. Trembesi merupakan tumbuhan pohon

besar dengan ketinggian hingga 20 meter dan tajuknya yang sangat lebar. Pohon

Trembesi (Ki Hujan) mempunyai jaringan akar yang luas dan kuat. Pohon Trembesi

(Samanea saman) disebut juga sebagai pohon hujan atau Ki Hujan lantaran air yang

sering menetes dari tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat.

Di beberapa daerah di Indonesia tanaman pohon ini sering disebut sebagai Kayu

Ambon (Melayu), Trembesi, Munggur, Punggur, Meh (Jawa), Ki Hujan (Sunda).

Trembesi tahan terhadap serangan jamur dan rayap. Polong buahnya dapat dimakan

oleh hewan ternak yang biasa terdapat di areal padang penggembalaan, berupa : kuda,

kambing dan domba, Semut dan lebah juga sering terlihat menghisap buahnya yang

memang rasanya manis. Trembesi merupakan jenis tanaman cepat tumbuh (fast

growing species) yang tumbuh sangat baik pada tanah dengan drainase yang baik

(Haska, 2011). Klasifikasi tanaman Trembesi adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (tumbuhan dikotil)

Ordo : Fabales
Family : Fabaceae (alt. Mimosaceae)

Genus : Samanea saman

Perkecambahan dapat diartikan sebagai munculnya semai, secara teknis

perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan

pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan bibit trembesi masih

dihadpkan pada permasalahan lambatnya benih berkecambah karena pengaruh

ketebalan kulit biji yang cukup tebal sehingga agak sulit ditembus

air (Hermanto, 2019) sehingga proses imbibisis jadi terhambat. Imbibisi adalah tahap

pertama yang sangat penting karena menyebabkan peningkatan kandungan air benih

yang diperlukan untuk memicu perubahan biokimiawi dalam benih sehingga benih

berkecambah. Jika proses ini terhambat maka perkecambahan juga akan

terhambat (Widyawati, 2009).

Faktor yang menentukan keberhasilan suatu perkecambahan benih trembesi

dengan perlakuan fisik yaitu dengan perendaman air panas, seperti yang dilakukan

oleh Balai Perbenihan Tanaman Hutan Sumatera (2013) dalam Hermanto (2019).

Hasil kajian yang Balai Perbenihan Tanaman Hutan Sumatera dapatkan bahwa

perendaman air hangat suhu 40⁰C – sampai 80⁰C selama 2 sampai 5 menit dengan

volume air 5 lali lebih banyak dari volume biji akan membantu perkecambahan biji

90-100% dan mempercepat perkecambahan benih trembesi. Selain perendaman

dengan air panas, cepat tidaknya perkecambahan ditentukan juga oleh media tanam,

hal ini dibenarkan oleh Sutopo (1997) dalam Hermanto (2019) bahwa media tanam

memegang peranan penting dalam perkecambahan, karena akan mempengaruhi


kemampuan embrio menembus lapisan tanah. Tanah dengan kondisi gembur dan

yang memiliki darinase dan aerasi yang baik akan menyebabkan benih cepat tumbuh.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian kali ini dilakukan di rumah plasstik asosiasi mikoriza Indonesia

cabang Sulawesi Tenggara, Kec Kendari Barat, Kota Kendari yang dilaksankan pada

tanggal 26 November 2021, pukul 15:30 wita.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kamera yang digunakan

untuk mengambil gambar kegiatan,wadah yang digunakan untuk tempat

perkecambahan, tanah pasir sebai media tanam sedangkan bahan yang digunakan

yaitu benih tanaman trembesi (Samanea saman).

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pengambilan Benih

Pengambilan benih dilakukan pada tanggal 20-24 November 2021, tempat

pengambilan benih yaitu di peranatara halaman kampus lama UHO(Gambar 3.1)


Gamabr 3.1 Pengambilan benih trembesi (Samanea saman)

3.3.2 Pengekstrakan Benih

Pengektrakan benih dengan cara memisahkan benih dari kulit biji yang dilakukan

pada tanggal 24 November 2021, tempat pengambilan benih yaitu di peranatara

halaman kampus lama UHO(Gambar 3.2)


Gambar 3.2 Pengekstrakan benih dengan cara memisahkan benih dari kulit biji

3.3.3 Perendaman Benih

Benih direndam pada air hangat dengan kisaran suhu 36⁰C - 37⁰C selama 12 jam

sebelum melakukan praktikum, perendaman benih dilakukan pada tanggal 25

November 2021 yang dilakukan di rumah salah satu praktikan, 1 jam sebelum

praktikum air bekas rendaman ditiriskan dari benih yang telah direndam
3.3.4 Penaman Benih

Benih yang telah direndam selama 12 jam di air hangat selanjutnya di masukkan

dalam wadah yang berisi media tanam yaitu pasir dengan jumlah 100 benih tiap satu

wadah (Gambar 3.3), penanaman benih dilakukan pada tanggal 26 November 2021.

Gambar 3.3 Penanaman benih ke dalam sebuah wadah

3.3.5 Pengamatan Benih

Langakah terakhir yaitu pengamatan pada benih yang telah di tanam, durasi

pengamatan yaitu 3 minggu atau dari tanggl 27 November – 17 Desember 2021

dalam pengamatan ada prosedur yang harus dilakukan yaitu, penyiraman benih pagi

dan sore hari tiap hari, mengamati berapa benih yang berkecambah(lampiran 1-3).
Adapun rumus yang di gunakan untuk menentukan persentase keberhasilan

perkecambahn yaitu sebagai berikut:

1. Daya Berkecambah (DB) yaitu jumlah dari persentase benih yang

berkecambah dan persentase benih yang tidak berkecambah, tetapi masih

berisi dan hidup (Indriyanto, 2008) dalam Lubis (2014).

∑ benih yang berkecambah+∑ benih yang berpotensi hidup


DB=
∑ benih yang dikecambahkan
2. Persentase Kecambah (K) yaitu persentase jumlah benih yang berkecambah

sampai akhir pengujian

∑benih yang berkecambah


K= x 100
∑ benih yang dikecambahkan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

Berikut tabel pengamatan perkecambahan benih trembesi (Samanea saman)

Hari Ke Wadah
Wadah 1 Wadah 2
1 - -
2 - -
3 5 -
4 9 (+4) 3
5 14 (+5) 11 (+8)
6 25 (+11) 12 (+1)
7 28 (+3) 18 (+6)
8 29 (+1) 19 (+1)
9 30 (+1) 25 (+6)
10 31 (+1) 26 (+1)
11 32 (+1) 30 (+4)
12 35 (+3) 30 (-)
13 35 (-) 30 (-)
14 35 (-) 31 (+1)
15 35 (-) 31 (-)
16 35 (-) 31 (-)
17 35 (-) 31 (-)
18 36 (+1) 31 (-)
19 36 (-) 31 (-)
20 36 (-) 31 (-)
21 36 (-) 31 (-)

Tabel diatas menunjukan adanya kenaikan perkecambahan benih tiap harinya,

untuk mengetahui berapa persentase perkecambahan benih trembesi lebih jelasnya

dapat diketahui melalui perhitungan berikut

1. Persentase Kecambah (K)

36
K 1= X 100
100

3600
¿
100
¿ 36 %

31
K 2= 100
100

3100
¿
100

¿ 31 %

4.2 Pembahasan

Perkecambahan benih dapat 100% berhasil apabila mendapatkan perlakuan

yang benar seperti perendaman benih dalam air hangat. Perlakuan perendaman air

panas pada benih dormansi bertujuan untuk mempercepat pelunakan kulit benih.

Kulit benih yang lunak akan menyebabkan kemampuan mengeluarkan dan

memasukkan air, udara, dan gas akan lebih baik. Bila benih mendapatkan suplai air,

O2 dan CO2, serta gas yang maksimal maka benih akan berkecambah lebih cepat,

perkecambahan sempurna, jaringan muda akan lebih sempurna dan lebih banyak

(Hermanto, 2019).

Hasil penelitian menunjukan persentase berkecambah dari kedua wadah

sangat sedikit tidak melebihi 50%, hal ini disebakan oleh perendaman yang tidak

merata terhadap benih sehingga hanya sedikit benih yang berkecambah. Hasil

penelian yang dilakukan oleh Hermanto (2019) menjadi bukti bahwa faktor yang

mempengaruhi banyaknya benih trembesi berkecambah yaitu pada perlakuan

perendaman pada air hangat.


V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasrkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan

bahwa,

1. Persentase perkecambahan benih trembesi (Samanea saman) hanya sebesar 36%

di wadah pertama dan 31% di wadah kedua,

2. Kecilnya persentase berkecambahnya disebabkan karena tidak meratanya

perendaman benih, sehingga ada beberapa benih yang tidak mendapatkan air

yang cukup sehingga proses imbisis jadi terhambat.


DAFTAR PUSTAKA

Haska, H.P., D.P.Lestari, dan R. Fitria. 2011. Pohon trembesi sebagai alternatif
terbaik untuk mensukseskan terget penurunan emisi karbon di Indonesia.
[PKM-GT]. Institut Pertanian Bogor.

Herman., E.Kaya dan H. Rehatta. 2013. Pengaruh perlakuan pencelupan dan


perendaman terhadap perkecambahan benih sengon (Paraserianthes
falcataria L.). Jurnal Agrologia. 2(1):10-16.

Hermanto., D, Haryanto. 2019. Perlakuan fisik dan media semai terhadap


pertumbuhan bibit trembesi (Samanea saman) pada fase perkecambahan I.
Jurnal Klorofil. 15(2): 74-77

Irwanto. R., E.E. Ariyanti dan R. Hemdrian. 2015. Jeruju (Acanthus ilicifolius): Biji,
perkecambahan dan potensinya. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon.
1(5):1011-1018.

Widyawati, N., Tohari, P. Yudono dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan


perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal Argon
Indonesia. 37(2): 152-158.
LAMPIRAN

Lampiran 1

Pengamatan benih pada minggu pertama

Gambar 3.4 Perkecambahan Benih trembesi pada minggu pertama yang kanan wadah
2 yang kiri wadah 1

Lampiran 2

Pengamatan benih pada minggu kedua

Gambar 3.5 Perkecambahan Benih trembesi pada minggu kedua yang kanan wadah 2
yang kiri wadah 1
Lampiran 3

Pengamatan benih pada minggu ketiga

Gambar 3.6 Perkecambahan Benih trembesi pada minggu ketiga yang kanan wadah 2
yang kiri wadah 1

Anda mungkin juga menyukai