Anda di halaman 1dari 15

SKARIFIKASI BENIH

(Laporan Praktikum Silvikultur)

Oleh
Rhinanda Maulaya Putri
2214151060
Kelompok 1

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2024
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman atau
simbol dari permulaan kehidupan di alam semesta dengan kegunaan sebagai
penyambung dari kehidupan tanaman. Benih merupakan alat untuk menyebar
kehidupan baru dari suatu tempat ketempat lain dengan kekuatanya sendiri atau
dengan pertolongan manusia maupum hewan. Menurut strukturnya, benih adalah
suatu ovule atau bakal benih yang masak dan mengandung suatu embrio yang
biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel generatif (gamet) didalam embrio serta
cadangan makanan yang mengelilingi embrio. Pertumbuhan benih dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti kedalaman tanah. Kedalaman tanah mempengaruhi
perkecambahan benih jika benih ditanam terlalu dalam maka akan menghambat
proses perkecambahan (Yulyatin dan Diratmaja, 2016).
Dormansi benih yaitu keadaan tidak aktif yang bersifat sementara yang
artinya walaupun berada dalam lingkungan yang sesuai bagi perkecambahan
baginya, sementara tidak mau tumbuh. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
dalam benih itu sendiri, kemungkinan dikarenakan embrio yang dorman, kulit
benih yang kedap terhadap air dan gas, atau karena adanya zat penghambat
perkecambahan. Kedapnya kulit benih terhadap air atau gas, karena kulit benih
tersebut terlalu keras, terlapisi gabus atau lilin. Zat penghambat dapat berada
sekitar kulit serta di bagian-bagian dalam benih itu, atau menempel pada kulit
(semula zat ini berada dalam daging buah). Kerasnya kulit benih menyebabkan
resistensi mekanis, dan ini menyebabkan embrio yang memiliki daya untuk
berkecambah tidak dapat menyobek kulit yang berarti pula tidak dapat keluar
untuk tumbuh sebagaimana mestinya (Nengsih, 2017).
Benih dikatakan sebagai benih dorman apabila benih dari tanaman tersebut
masih hidup tetapi tidak berkecambah meskipun ditempatkan pada kondisi
optimum. Banyak faktor penyebab dormansi, antara lain yaitu karena kulit benih
yang tidak permeabel terhadap air maupun gas, adanya penghambat kimiawi
dalam benih dan lain-lain. Keuntungan pembiakan dengan biji sangat banyak dan
biasanya merupakan cara yang paling murah. Kerugian pembiakan dengan benih
adalah terjadinya segregasi secara genetik pada tanaman-tanaman yang bersifat
heterozigot sehingga keragaman tanaman menjadi sangat tinggi (Rahmawati et
al., 2022).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mengenal dan memahami sifat-sifat kulit benih dari benih
beberapa jenis pohon.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara-cara yang lazim dilakukan dalam
skarifikasi.
3. Mahasiswa dapat menentukan dan melakukan skarifikasi sesuai dengan
kondisi benihnya
II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih adalah embrio tanaman yang istirahat, yang dikelilingi oleh selaput
benih dan memiliki endosperma. Embrio memiliki satu atau lebih kotiledon yang
akan berfungsi sebagai helai daun jika benih telah berkecambah. Antara kotiledon
terletak dua titik tumbuh, yaitu hipokotil yang akan memunculkan akar dan
epikotil yang akan tumbuh menjadi tajuk. Salah satu keajaiban benih ialah bahwa
semua bagian tanaman di atas tanah berkembang dari epikotil yang kecil dan
sistem perakaran yang berasal dari hipokotil yang kecil. Awal pertumbuhan dan
pembesaran epikotil dan hipokotil setelah perkecambahan benih akan tergantung
pada pasokan makanan yang tersimpan dalam kotiledon dan bagian lain dari benih
yang dinamakan sebagai organ penyimpanan (Tefa, 2017).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pra-treatment atau perlakuan awal
pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat
terjadinya perkecambahan benih yang seragam. Skarifikasi (pelukaan kulit benih)
adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeabel menjadi
permeabel melalui penusukan, pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan
penggoresan dengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan
alat lainnya. Kulit benih yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk
ke dalam benih sehingga proses imbibisi dapat terjadi. Benih yang diskarifikasi
akan menghasilkan proses imbibisi yang semakin baik. Air dan gas akan lebih
cepat masuk ke dalam benih karena kulit benih yang permeabel. Air yang masuk
ke dalam benih menyebabkan proses metabolisme dalam benih berjalan lebih
cepat akibatnya perkecambahan yang dihasilkan akan semakin baik (Nurmiaty et
al., 2014).
Pada umumnya biji tidak segera tumbuh menjadi tanaman baru akan tetapi
memerlukan waktu istirahat yang cukup lamaOleh karena itu dilakukanlah
skarifikasi dalam rangka menghentikan masa dormansi atau masa istirahat benih
tersebut. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa
dormansinya atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih
tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai keuntungan biologis dari benih dalam
menghadapi siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik
musim maupun kemungkinan- kemungkinan variasi yang akan terjadi. Dormansi
pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari biji/kulit biji, keadaan
fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut (Agurahe et al.,
2019).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Februari 2024, Pukul
07.00-09.50 WIB di Laboratorium Silvikulkur, Jurusan Kehutanan, Fakultas
Pertanian. Universitas Lampung.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah lembar kerja, kertas
saring, gelas plastik ukuran 0,25-0,5 liter, dan bak kecambah. Sedangkan Bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah benih akasia, air panas suhu lebih
kurang 80°C, air biasa, dan pasir.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut,
1. Diambil 120 benih akasia (Acacia mangium) yang sudah diseleksi, diamati
dan diperhatikan kondisi kulit benih sebelum skarifikasi.
a. Dimasukkan 60 benih akasia tersebut ke dalam gelas, rendamlah dengan
air panas yang suhu awalnya lebih kurang 80oC lalu diamkan selama 24
jam sampai air rendamannya dingin, kemudian ditiriskan dengan kertas
saring. Amati kondisi kulit benih tersebut.
b. Dimasukkan 60 benih akasia ke dalam gelas, rendam dengan air biasa
selama 24 jam. Amati kondisi kulit benihnya
2. Benih-benih yang telah diberi perlakukan tersebut, masing-masing
dikecambahkan dalam bak kecambah dengan media pasir, kemudian
diletakkan di rumah kaca untuk tugas pengamatan berikutnya. Membuat
laporan hasil praktikum.
V. PENUTUP

5.1. Simpulan
Simpulan dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut,
1. Benih pohon akasia (acacia mangium) memiliki sifat kulit yang keras.
2. Cara lazim yang digunakan pada skarifikasi benih adalah cara mekanik,
cara fisik, dan cara kimiawi.
3. Skarifikasi pada benih akasia (acacia mangium) yang memiliki
karakteristik kulit keras adalah dengan cara fisik yaitu dengan merendam
benih ke dalam air panas selama 24 jam dan merendam dengan air biasa
selama 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Agurahe, L., Rampe, H. L., Mantiri, F. R. 2019. Pematahan dormansi benih pala
(Myristica fragrans) menggunakan hormon giberalin. Pharmacon. 8(1):
30-40.

Febriyan, D. G., Widajati, E. 2015. Pengaruh teknik skarifikasi fisik dan media
perkecambahan terhadap daya berkecambah benih pala (Myristica
fragrans). Buletin Agrohorti. 3(1): 71-78.

Hidayatulah, M., Arifin, Y. F., Susilawati. 2014. Skarifikasi percepatan dan


peningkatan daya kecambah benih sengon buto (Enterolobium
cyclocarpum). Jurnal Hutan Tropis. 7(1): 25-36.

Kusuma, M., Payung, D., Rahmawati, N. 2019. Uji Daya kecambah benih akasia
(Acacia Mangium Willd) di Desa Teluk Kepayang Kecamatan Kusan Hulu
Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva Scienteae.
2(1): 175-183.

Nurmiaty, Y., Ermawati, E., Purnamasari, V. W. 2014. Pengaruh cara skarifikasi


dalam pematahan dormansi pada viabilitas benih saga manis (Abrus
precatorius [L.]). Jurnal Agrotek Tropika. 2(1): 73-77.

Nengsih, Y. 2017. Penggunaan larutan kimia dalam pematahan dormansi benih


kopi liberika. Jurnal Media Pertanian. 2(2): 85-91.

Rahmawati, D., Supriyanto, S., Nugroho, A. 2022. Pengaruh radiasi sinar gamma
terhadap daya kecambah benih akasia (Acacia mangium) generasi M2.
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan. 10(1): 23-36.

Tefa, A. 2017. Uji viabilitas dan vigor benih padi (Oryza sativa L.) selama
penyimpanan pada tingkat kadar air yang berbeda. Jurnal Savana
Cendana. 2(3): 48-50.

Yulyatin, A., Diratmaja, I. A. 2016. Pengaruh ukuran benih kedelai terhadap


kualitas benih. Jurnal Pertanian Agros. 17(2): 166-172.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Gambar 1. Benih akasia (acacia mangium) sebelum diskarifikasi

Gambar 2. Benih akasia saat diskarifikasi (perendaman selama 24 jam)

(a) (b)
Gambar 3. Benih akasia setelah diskarifikasi
Gambar 4. Benih akasia yang telah ditanam pada media pasir

Anda mungkin juga menyukai