Anda di halaman 1dari 45

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah perkembangan teknologi perbanyakan bahan tanam diawali

dengan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pangan. Dalam sistem

pertanian mendorong masyarakat untuk menetap pada suatu wilayah sehingga

mendorong munculnya perabadan dan terjadi perubahan pada kepercayaan,

budaya, kehidupan dan alat-alat pertanian yang mengalami perubahan ke arah

teknologi. Teknologi dapat meningkatkan hasil produksi pertanian yang dapat

memenuhi kebutuhan manusia terutama masyarakat indonesia, adanya

teknologi pertanian ini mampu mendorong pengetahuan teknologi pertanian

dalam meningkatkan kebutuhan pangan. Teknologi ini muncul ketika terjadi

revolusi industri.

Teknologi merupakan suatu pembaruan alat-alat pertanian yang lebih

canggih dan dapat mempercepat kegiatan manusia serta dapat menggantika

manusia dalam melakukan pekerjaanya. Perbanyakan tanaman ini merupakan

rangkaian perkembang biakan tanaman yang dapat dilakukan dengan cara

vegetatif dan generatif untuk menghasilkan bibit anakkan tanaman baru

dengan jenis yang sama. Teknologi perbanyakan bahan tanam adalah suatu

pengetahuan mengenai metode untuk memperbaiki serta mempertahankan

sifat genetik dan fisik pada benih. Hal ini meliputi pengembangan varietas,

penilaiandan pelepasan varietas, produksi benih, pengelolahan benih,

penyimpangan benih, pengujian benih dan sertifikasi benih.


Benih memiliki definisi yang beragam tergantung dari sudut pandang

dari beberapa ahli. Menurut ahli fisiologi tumbuhan benih merupakan ovul

yang telah matang dan di dalamnya terdapat embrio dan endosperm serta

dilindungi oleh kulit biji. Benih ditinjau dari sudut biologi merupakan

miniatur suatu tanaman yang membawa gen untuk dapat diteruskan kepada

turunannya. Menurut ahli budidaya tanaman benih adalah tanaman atau

bagian tanaman yang dimanfaatkan untuk perbanyakan. Bagian tanaman di

sini bisa berupa daun, ranting, cabang, batang, akar, biji, umbi, dan

sebagainya (Yudono, 2019).

Penggunaan TSS sebagai sumber benih merupakan salah satu alternatif

solusi untuk mencukupi kebutuhan benih bermutu. Teknologi TSS

diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, menyehatkan tanaman,

mengefisienkan penggunaan benih, dan memudahkan transportasi sehingga

dapat menekan biaya kirim (Mardiyanto dkk., 2017).

Dalam proses perkembangan benih diawali dari proses pembuahan

sampai bakal biji. Setelah proses pembuahan terjadi periode pembentukan

struktur benih sebagai hasil dari pembelahan sel, ekspansi, dan diferensiasi

(Bareke, 2018). Jadi menurut Bareke, Biji adalah organ tumbuhan yang

terdapat di dalam buah dari hasil perkembangbiakan tanaman secara

generatif dan sebagai bahan untuk perbanyakan tanaman sebagai calon

tumbuhan baru. Perkecambahan adalah suatu fase terpenting dalam tahap

awal membentuk individu baru. Dalam perkembangan tumbuhan terjadi

perubahan bentuk jaringan menjadi dewasa. Suatu proses pendewasaan atau


pematangan. Pada tumbuhan spermatofit terdapat tumbuhan angiospermae

dan gymnospermae merupakan tumbuhan yang menghasilkan biji dan

menjadi generasi embrio.

Pada struktur biji monokotil terdapat kulit biji, endosperm, kotiledon,

dan embrio. Pada perkecambahan monokotil dan dikotil nutrisi disimpan

dalam kotiledon dan jaringan endosperm. Pada bagian radikula dan epikotil

yang akan membentuk akar. Pada bagian epikotil batang dan daun akan

ditutupi oleh selubung pelindung (coleoptile). Selain itu cadangan makanan

pada endosperm bentuknya terbesar, mempunyai hilus yang jelas, dan

cadangan makanan dapat diserap embrio ketika biji sudah masak Sedangkan

pada biji dikotil memiliki struktur antara lain hilus tidak jelas, cadangan

makan terletak pada kotiledon, endosperm bentuknya kecil, dan cadangan

makan dapat diserap dan dicerna embrio sebelum biji masak. Semua nutrisi

akan tersimpan dalam kotiledon yang membesar. Pada bagian radikula akan

muncul akar, hipokotil pada bagian batang bawah dan epikotil ke daun dan

batang atas (Britannica, 2021).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum struktur benih dan perkecambahan yaitu agar

praktikan dapat membandingkan berbagai bentuk struktur benih dan dapat

melihat perbedaan tipe perkecambahan epygeal dan hypogeal.

Tujuan dari praktikum identifikasi kecambah/bibit normal dan

abnormal yaitu agar praktikan dapat mengidentifikasi kecambah/bibit

normal dan abnormal pada berbagai benih yang dicobakan.


Tujuan dari praktikum pengujian kadar air benih yaitu agar praktikan

dapat membandingkan pengujian kadar air benih pada berbagai benih baik

pada benih ortodoks maupun benih rekalsitran.

Tujuan dari praktikum metode pengujian benih yaitu agar praktikan

dapat mengenal berbagai metode pengujian untuk mengetahui kualitas

benih dan mendapatkan mutu benih. Benih dengan metode uji daya

kecambah secara langsung dengan substrat kertas merang dan metode uji

daya kecambah secara langsung dengan substrat pasir/tanah.

Tujuan dari praktikum uji pematahan dormansi yaitu agar praktikan

dapat mengetahui cara cara pematahan dormansi dan dapat

membandingkan berbagai metode pematahan dormansi pada benih palem

putri dan kakao.

Tujuan dari praktikum uji vigor benih dengan NaCl yaitu agar

praktikan dapat mempelajari uji vigor pada kekuatan tumbuh benih

terhadap kekeringan (V 𝐾𝑇𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 ).

1.3 Manfaat Praktikum

Kegunaan dari praktikum ini agar mahasiswa memperoleh informasi

mengenai permbandingkan kualitas benih antar benih, mengetahui daya

simpan benih, dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah

memenuhi peraturan yang berlaku.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan

Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio.

Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji.

Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan

berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar

(Istamar, 2018). Dari pertumbuhan awal suatu kecambah, tipe perkecambahan

dapat dibedakan atas dua tipe yaitu :

a. Tipe perkecambahan epigeal (epigeous) dimana munculnya radikula diikuti

dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta

kotiledon dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.

b. Tipe perkecambahn hypogeal (hipogeous) dimana munculnya radikula diikuti

dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan

tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji dibawah permukaan

tanah.

2.2 Kecambah Normal Dan Abnormal

Kecambah normal merupakan kecambah yang telah muncul akar primer dan

akar sekunder dengan plumula yang telah berkembang dengan baik serta memiliki

dua daun yang terlepasdari kulit benih. Kecambah normal haruslah tidak terdapat

kerusakan atau cacat pada bagian hipokotil maupun plumula . Sedangkan

Kecambah abnormal yaitu Kecambah yang rusak tanpa kotiledon, embrio yang
pecah, dan akar primer yang pendek. Kecambah yang bentuknya cacat,

perkembangannnya lemah atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang penting,

plumula yang terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon. (Juanda et al, 2020)

2.3 Kadar Air Benih

Kadar air benih yang tinggi merupakan penyebab utama yang dapat

mempercepat proses deteriorasi benih. Deteriorasi benih merupakan proses yang

berkesinambungan dan efek utamanya adalah kehilangan viabilitas dan vigor

benih. (Bakhtavar et al., 2019) menyatakan penyimpanan benih di Super Bag

pada kondisi simpan kadar air benih 8% dapat membantu mencegah peningkatan

signifikan pada kelembaban relatif yang lebih tinggi dan pada akhirnya akan

mempertahankan kualitas benih yang tinggi. Penyimpanan benih di Super Bag

pada kadar air benih lebih tinggi (dalam kondisi 14%) tidak direkomendasikan

karena dapat menyebabkan kehilangan daya kecambah yang signifikan akibat

peningkatan aktivitas metabolisme benih. Penurunan kadar air benih yang

signifikan diperlukan pada akhir pematangan agar terjadi perubahan dalam

organisasi struktur membran sel serta peningkatan sintesis enzim dalam persiapan

untuk perkecambahan yang sukses (Bareke, 2018).

2.4 Pengujian Benih

Pengujian mutu benih dilakukan di tingkat lapangan dan laboratorium.

Pengujian mutu di lapangan dilakukan terhadap mutu genetik, yang didasarkan

pada fenotipik tanaman. Pengujian di laboratorium dilaksanakan terhadap mutu

fisik dan fisiologis. Pengujian mutu fisik bertujuan untuk mengetahui kondisi

penampilan fisik benih seperti kadar air, warna, kesegaran, kebersihan, ukuran
/berat dan keseragaman benih. Pengujian laboratorium mutu fisiologis bertujuan

untuk mengetahui daya hidup (viabilitas), daya kecambah, daya tumbuh, kekuatan

tumbuh (vigor), dan kesehatan benih. Pengujian laboratorium mutu genetis

bertujuan untuk mengetahui kemurnian varietas (Sundari & Hapsari, 2017).

2.5 Vigor Dan Viabilitas

Viabilitas benih adalah kemampuan yang dimiliki benih untuk tumbuh

menjadi kecambah normal pada kondisi optimum. Sedangkan vigor benih

adalah kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah normal pada

kondisi sub optimum. Mutu fisiologis benih selama di lapangan dipengaruhi oleh

beberapa hal di antaranya adalah ketersediaan unsur hara, air, infeksi penyakit

selama stadia pengisian biji, deraan cuaca (hujan) selama pemasakan biji hingga

panen, waktu dan metode pemanenan, pengolahan benih dan kondisi

penyimpanan benih. (Aruan, et al.,2018) menyatakan bahwa mutu fisiologis

benih dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman induk.

Tanaman induk yang memiliki pertumbuhan optimum baik pada fase vegetatif

maupun generatif akan menghasilkan benih dengan mutu fisik dan mutu fisiologis

yang prima.
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat Dan Waktu

Praktikum Mata Kuliah Teknologi Perbanyakan Bahan Tanam

mengenai struktur benih dan tipe perkecambahan, kecambah normal dan

kecambah abnormal, pengujian kadar air, pengujian benih dan pengujian

vigor dan viabilitas. Yang dilaksanakan setiap hari Selasa, mulai tanggal

19 September 2022 – 17 Oktober 2022, Dari pukul 07.00 Wita sampai

dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih,

Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum matakuliah Teknologi

Perbanyakan Bahan Tanam adalah kaca pembesar, pemotong (cutter),

cawan petri, gelas air mineral, kapas, pinset, bak perkecambahan, kertas

merang, penyemprot (sprayer), oven, timbangan analitik, label, pelastik,

alat pengecambah benih. Bahan yang digunakan dalam praktikum

matakuliah Ilmu dan Teknologi Benih adalah benih padi (Oriza Sativa),

bawang merah (Alium cepa L), biji kakao (Theobroma cocoa), air

(aquades), NaCl 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1%.


3.4. Langkah Kerja

3.4.1 Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan

Mengiapkan bahan yang akan dilakukan pengamatan, meletakkan

setiap biji yang akan diamati pada cawan petri. Setelah itu di amati dengan

menggunakan lup/kaca pembesar pada masing-masing biji yang utuh dan

yang telah diiris dengan cutter secara melintang maupun membujur

kemudian gambar di kertas.

3.4.2 Kecambah Normal Dan Abnormal

Mengambil masing-masing 50 benih untuk dikecambahkan pada

pestridish yang dilapisi kertas merang yang sebelumnya dijenuhkan

dengan larutan NaCl. Setiap hari diamati benih normal dan tidak normal

dan bila kelihatan kering disemprot dengan air. Mengidentifikasi benih

dilakukan selama 14 hari.

3.4.3 Kadar Air Benih

Pertama, contoh benih dipotong-potong dengan menggunakan

cutter lalu diletakkan pada wadah yang telah diberi label kemudian

ditimbang dengan menggunakan neraca analitik sebanyak 10g (W1).

Setelah itu contoh benih bersama wadahnya kemudian dipanaskan 105oC

dengan oven selama 8 jam lalu ditimbang dengan menggunakan neraca

analitik (W2). Kadar air benih kemudian dihitung dengan menggunakan

rumus:
berat benih awal−berat benih akhir
Kadar air (%) = x 100%
berat benih awal

3.4.4 Pengujian Benih

UDK (Uji Diatas Kertas) yaitu pertama, Substrat kertas

berbentuk lingkaran diletakkan pada petridish atau cawan plastik basahi

substratNaCl konsentrasi 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1%, biarkan sampai

air meresap. Menanam benih diatas lembar substrat dengan pinset, Untuk

benih sebesar padi cukup 50 butir dalam satu petridish. Meletakkan

petridish atau cawan plastik yang telah ditanami benih tersebut dalam

alat pengecambah benih.

UKDP (Uji Kertas Digulung dalam Plastik). Meyiapkan substrat

kertas berukuran 20 x 30 cm dan prastik dengan ukuran yang Sama,

menanam benih diatas lembaran substrat yang telah terlebuih dahulu

dibasahi NaCl konsentrasi 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1%. Tutup substrat

yang telah ditanami benih dengan lembaran substrat lain dan digulung,

Letakkan dalam alat pengecambah benih.

3.4.5 Pengujian Vigor dan Viabilitas

Pertama, substrat kertas merang berukuran 20 x 30 cm dan plastik

dengan ukuran yang sama disiapkan, setelah itu 4 lembar kertas merang

dijenuhkan dengan aquades yang telah dicampurkan dengan NaCl

konsentrasi 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1% kemudian diletakkan diatas

plastik. 50 benih kemudian diletakkan pada permukaan kertas merang

dengan menggunakan pinset lalu kemudian kertas dan plastik digulung


setelah itu diletakkan dalam alat pengecambah benih. Kemudian

perkecambahan diamati selama 14 hari.

BAB IV. HASIL PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Struktrur Benih dan Tipe Perkecambahan

Setelah di laksanakanya praktikum pengamatan struktur benih dan tipe

perkecambahan, di dapati hasil sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan


4.1.2. Kecambah Normal dan Abnormal

Gambar 2. Kecambah Normal dan Abnormal

4.1.3. Kadar Air Benih

Tabel 1. Pengujian Kadar Air Benih

Komoditi Kadar air %


Padi (Oryza sativa L) 31,002
Kakao (Theobroma cacao) 47,34
Jagung (Zea mays) 25,5
Bawang merah (Allium cepa) 86,188

4.1.4. Pengujian Benih

Tabel 2. Pengujian benih

Parameter
Perlakuan
DB KB PTM
Uji diatas kertas UDK 64% 5,9 80%
Uji Kertas di gulung UKD 58% 3,52 78%

4.1.5. Vigor dan Viabilitas

Tabel 3. Rata-rata daya kecambah (%) Pada uji kertas di gulung


Ulangan Daya kecambah (%) Rata-Rata
Perlakuan
I II III IV V (%)
Kontrol 82 58 92 56 78 73
0,2% 66 62 65 70 50 62,3
0,4% 64 26 64 76 57,5
0,6% 72 66 70 63 68 67,8
0,8% 22 22
1% 0

Tabel 4. Rata-rata potensi tumbuh maksimu (%) pada uji kertas digulung
Ulangan potensi tumbuh maksimum (%) Rata-Rata
Perlakuan
I II III IV V (%)
Kontrol 98 78 100 94 94 92,8
0,2% 94 100 93 98 100 97
0,4% 98 98 98 96 97,5
0,6% 94 76 100 98 94 92,4
0,8% 86 86
1% 0

Tabel 5. Rata-rata kecepatan berkecambah (hari) pada uji kertas digulung


Ulangan
Perlakuan Rata-Rata
I II III IV V
Kontrol 2,91 3.52 3,54 2,22 3,38 3,114
0,2% 3,12 2,68 3,9 3 2,78 3,096
0,4% 2,63 2,48 2,65 3,72 2,87
0,6% 4,8 4,34 4,8 4,97 4,14 4,61
0,8% 4,99 4,99
1% 0

4.2. Pembahasan

4.2.1 Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan

Berdasarkan hasil pengamatan struktur benih dan tipe perkecambahan

dapat diketahui bahawa struktur pada benih terdiri dari 2 struktur benih

yaitu benih dikotil dan struktur benih monokotil. Pada struktur benih

dikotil terdiri dari selubung biji, kotiledon, embrio, epikotil, plumula,

hepiktildan radikula sedangkan pada struktur enih monokotil terdiri dari

endosperma, skutelum, embri, plumula, koleoptil, radikula, dan

koleorhiza. Namun terdapat perbedaan dari kedua biji tersebut yaitu biji

dikotil memiliki keeping dua atau lebih, sedangkan pada biji benih

monkotil hanya berkeping satu. Pada bagian cadangan makanan dikotil

berletak pada kotiledon, sedangkan pada biji beni monokotilterletak pada

bagian endosperma, dan pada biji benih monokotil plumulanya dilindungi

oleh koleoptil dan radikula koleorhiza. Dan pada tipe pekecambahan pada

pengamatan yaitu terdapat dua tipe perkecambahan meliput

perkecambahan epikotil dan hipokotil.

4.2.2 Kecambah Normal dan Abnormal

Dari data pengamatan kecamba normal dan abnormal pada tabel, benih

padi yang tergolong kecambah normal yaitu padi yang tumbuh dengan
akar primer yang panjang dan telah terdapat daun pertama ataupun masih

sedikit membuka, sedangkan kecambah padi abnormal yaitu padi yang

tumbuh dengan memiliki akar primer yang lemah/sedikit.

Ciri benih normal adalah memiliki akar primer yang kuat dan

panjang, plumula berwarna hijau, perkembangan hipokotil sempurna, benih

abnormal tidak memiliki akar primer, plumula membusuk, sedangkan ciri

benih segar tidak tumbuh adalah benih yang tidak tumbuh sampai akhir dari

pengujian, tetapi masih mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi

normal. Benih jenis ini mampu menyerap air selama proses pengujian tetapi

mengalami hambatan untuk proses perkembangan selanjutnya (Prabhandaru

& Saputro, 2017).

4.2.3 Kadar Air Benih

Berdasarkan hasil perhitungan Kadar Air didapatkan persen kadar

air benih padi 31,002 %, persen Kadar Air benih kakao didapatkan 47,34

%, persen kadar air jagung yaitu 25,5 % dan persen Kadar Air benih

bawang merah didapatkan 86,188 %. Hai ini menunjikan bahwa benih

jagung (Zea mays) termasuk benih ortodoks karna memiliki kadar air

rendah dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.

sedangkan padi, kakao dan bawang merah termasuk benih rekalsitran

karna memiliki kadar air yang tinggi.

Benih ortodoks adalah benih yang dapat disimpan lama, kadar air

dapat diturunkan sampai di bawah 15%, dan dapat disimpan pada suhu

dan kelembaban rendah. Viabilitasnya dapat diperpanjang dengan


menurunkan kelembaban dan suhu penyimpanan. Benih dari jenis

rekalsitran tetap mempertahankan kadar air tinggi sampai masak (sering

>30%) dan peka terhadap pengeringan di bawah 12- 30%, tergantung

pada jenisnya. Benih ini mempunyai daya simpan rendah, kehilangan

viabilitasnya dengan cepat pada berbagai kondisi penyimpanan (Endang,

2017).

4.2.4 Pengujian Benih

Berdasarkan hasil perlakuan benih padi pada metode UDK (Uji

Diatas Kertas) dan UKD (Uji Kertas Digulung) didapatkan nilai daya

berkecambah dan kecepatan berkecambah yang tertinggi yaitu pada

metode Uji Diatas Kertas dan tingkat potensi tumbuh maksimum yang

tertinggi yaitu pada Uji Kertas Digulung.

Mutu benih penting dijaga sejak proses produksi benih, pemasaran

hingga sampai di tangan petani untuk ditanam. Untuk memastikan status

mutu benih sebelum ditanam, maka pengujian mutu benih harus dilakukan

terlebih Dahulu (Ningsih et al. 2018).

4.2.5 Pengujian Vigor dan Viabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan Vigor dan Viabilitas benih

didapatkan hasil pertumbuhan tanaman padi dengan daya kecambah yang

tertinggi yaitu pada konsentrasi NaCl 0,6% dengan nilai rata-rata 67,8%

dan daya kecambah yang rendah yaitu pada konsentrasi 0,8% dengan

nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 22%. Sedangkan hasil pertumbuhan


tanaman padi dengan potensi tumbuh maksimal yang tertinggi yaitu pada

konsentrasi NaCl 0,4% dengan nilai rata-rata 97,5% dan potensi

tumbuh maksimal yang terendah yaitu pada konsentrasi kontrol dengan

nilai rata- rata yang diperoleh yaitu 86%. Sedangkan hasil pertumbuhan

tanaman padi dengan kecepatan berkrcambah yang tertinggi yaitu pada

konsentrasi NaCl 0,8% dengan nilai rata-rata 4,99% dan kecepatan

berkecambah yang terendah yaitu pada konsentrasi kontrol dengan nilai

rata-rata yang diperoleh yaitu 2,87%.

konsentrasi pemberian garam dapur dapat menekan viabilitas dan

vigor benih padi sawah. Semakin tinggi konsentrasi pemberian garam

dapur maka semakin rendah viabilitas dan vigor. peningkatan konsentrasi

pemberian garam dapur dapat menekan tingkat vigor benih padi yang

dicobakan, dimana semakin tinggi konsentrasi pemberian garam dapur

semakin rendah pula indeks vigor, kecepatan tumbuh dan

keserempakan tumbuh benih padi (Faisall, 2019).


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum mata kuliah Ilmu dan Teknologi Benih

yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Struktur benih dan tipe perkecambahan

2. Benih Abnormal dengan benih normal berbanding terbalik.

3. Benih jagung digolongkan ortodoks( benih yang dalam proses


penyimpanan lama) karena kandungan airnya yaitu 25,5%
sedangkan bawang merah dan kakao digolongkan benih
rekalsitrans ( tidak tahan dalam penyimpanan dan mudah
berkecambah ) karena kandungan airnya >20% yaitu 86,188%
dan 47,34%.
4. Pertumbuhan benih padi pada metode UDK (Uji Diatas Kertas)

lebih baik dibanding UKD (Uji Kertas Digulung).

5. Vigor dan viabilitas benih yang dicobakan pada perlakuan kontrol

maupun NaCl yang baik tidak menentu pada perlakuan NaCl

0,4%, 0,6% dan 0,8% karena memiliki daya kecambah, potensi

tumbuh maksimum dan kecepatan berkecambah yang tinggi.

1.2. Saran

Saran yang dapat saya berikan untuk laboratorium sebaiknya alat


yang yang digunakan dalam praktikum semoga makin lengkap

kedepannya agar proses praktikum berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aruan, R.B., I Dewa N, I Ketut S., dan I. G. R. (2018) "Toleransi Penundaan

Prosesing Terhadap Mutu Fisik dan Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine

max L. Merril)," E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 7(2), hal. 264–274.

Bakhtavar, M. A., Afzal, I., and Basra, S. M. A. (2019). Moisture adsorption


isotherms & quality of seeds stored in conventional packaging materials &
hermetic Super Bag. PloS ONE,14 (2), 1–11. https://doi.org/10.1371/journal.pone.

Bareke, T. (2018) ‘The link between agricultural production and population

dynamics in Ethiopia: a review’, Advances in Plants & Agriculture

Research, 8(4). doi: 10.15406/apar. 2018.8.00336.

Britannica,T.EditorsofEncyclopaedia.(2021).Cotyledon.https://

www.britannica.com.science.cotyledon-plant anatomy/media 1139980

121733 (Diakses tanggal 9 April 2021)

Endang, 2017. Indentifikasi sifat benih kawista (feronia limonia (L.) swingle)

untuk tujuan penyimpanan. prosiding SNATIF Ke-4. Yogyakarta .


Faisall. 2019. Pengaruh Perlakuan Varietas Berbeda Dan Konsentrasi Garam

Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Padi Sawah (Oryzae sativa L.). Jurnal

Agrium 16(1): 771-778.

Istamar, S. (2018). Proses Perkecambahan. Published On https:// www.akh mad

share.com. Diakses Tanggal 04 april 2019.Pukul 08.28 Wita.

Juanda H, Hasanuddin H dan Syamsuddin S, 2020. Efektivitas Invigorasi Benih

Cabai (Capsicum annuum L.)

Kadaluarsa Menggunakan Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Pertanian; 5(2): 121-129.

Mardiyanto, T. C., Pangestuti, R., Prayudi, B., & Endrasari, R. (2017). Persepsi

Petani Terhadap Inovasi Produksi Umbi Mini Bawanng Merah Asal Biji

(True Seed of Shallot/TSS) Ramah Lingkungan Di Kabupaten Grobogan.

Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 24(1), 41–53.

Ningsih ., I Gusti Ngurah raka., I ketut siadi., dan Wirya. 2018. Pengujian mutu

benih beberapa jenis tanaman hortikultura yang beredar di bali. E-jurnal

agroekoteknologi tropika. Vol.7, No. 1.

Prabhandaru, I., & Saputro, T. B, 2017. Respon Perkecambahan Benih Padi

(Oryza sativa L.) Varietas Lokal SiGadis Hasil Iradiasi Sinar Gamma.

Jurnal Sains Dan Seni ITS, 6(2). https://doi.org/10.12962/j23373520.v6i2.25544

Sundari T, Hapsari RT. 2017. Pengawalan Mutu Benih Kedelai. Malang (ID):

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.


Yudono, P. (2019) “Perbenihan Tanaman: Dasar Ilmu Teknologi dan Pengelolaan.

“ UGM Press. Yogyakarta.

LAMPIRAN
Percobaan I. Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan

Gamabar 3. Persiapan penyemaian Gambar 4. Penyemaian benih


benih kacang tanah jagung, dan kacang padi

Gambar 5. Proses penyemaian kacang Gambar 6. Proses pengamatan


tanah perkecambahan
Percobaan II. Kecambah Normal dan Abnormal
Gambar 7. Proses perendaman benih Gambar 8. Proses pengambilan benih
padi kultivar Jahara padi setelah direndam

Gambar 10. Penyemaian benih di


Gambar 9. Perendaman kertas meram atas kertas merang

Percobaan III. Kadar Air

Gambar 12. Penimbangan berat


Gambar 11. Proses penghilangan pulp basah
pada benih kakao
Gambar 13. Pengovenan benih Gambar 14. Pendinginan benih
mengguanakan alat desikator

Gambar 15. Penimbangan benih kering


Percobaan IV dan V. Pengujian Benih, Vigor dan Viabilitas

Gambar 16. Perendaman benih padi Ganbar 17. Pembasahan kertas


untuk memilih benih yang bernas merang
Gambar 18. Peletakan benih pada kertas
merang.

1a. Perhitungan Kadar Air Bawang Merah

berat basah−berat kering


kadar air bawang merah= ×100 %
berat basah

10−0,8823
¿ ×100 %
10

¿ 91,177 %

1b. Perhitungan Kadar Air Kakao

berat basah−berat kering


kadar air kakao= ×100 %
berat basah

10−5,4732
¿ × 100 %
10

¿ 45,268 %

1c. Perhitungan Kadar Air Padi

berat basah−berat kering


kadar air padi= × 100 %
berat basah

10−8,6701
¿ × 100 %
10
¿ 13,299%

2b. Perhitungan Daya berkecambah

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 1−kel 1)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

34
¿ × 100 %
50

¿ 68%

jumlah kecambahnormal
DB ( Agt 1−kel 2)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

29
¿ ×100 %
50

¿ 58%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 1−kel 3)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

46
¿ ×100 %
50

¿ 92%

jumlah kecambahnormal
DB ( Agt 1−kel 4 )= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

44
¿ ×100 %
50

¿ 88 %
jumlah kecambahnormal
DB ( Agt 1−kel 5)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

39
¿ ×100 %
50

¿ 78%

2c. Perhitungan Potensi Tumbuh Maksimum

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 1−1 kel 1)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

50
¿ ×100 %
50

¿ 100%

jumlah benihberkecambah
PTM ( Agt 1−1 kel 2)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

39
¿ ×100 %
50

¿ 78%

jumlah benihberkeca mbah


PTM ( Agt 1−1 kel 3)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

50
¿ ×100 %
50

¿ 100%

jumlah benihberkecambah
PTM ( Agt 1−kel 4)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan
50
¿ ×100 %
50

¿ 100%

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 1−5 kel)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

47
¿ ×100 %
50

¿ 94 %

2d. Perhitungan Kecepatan Berkecambah

N 1. T 1+ N 2.T 2+ N 3. T 3+ N 4.T 4+ N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T 7
+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13.T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 1−kel 1)=
jumlah b enih yang di kecambahkan

37.1+ 1.2+ 12.3+ DST


¿
50

¿ 1 ,5

N 1. T 1+ N 2.T 2+ N 3. T 3+ N 4.T 4+ N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T 7
+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13.T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 1−kel 2)=
jumlah benih yang di kecambahkan

0.1+8.2+10.3+20.4+ 10.5+ DST


¿
50

¿ 3 , 52

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4.T 4 + N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T 7
+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 1−kel 3)=
jumlah benih yang di kecambahkan
0.1+0.2+23.3+27.4 + DST
¿
50

¿ 3 , 54

N 1. T 1+ N 2.T 2+ N 3. T 3+ N 4.T 4+ N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T
+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13.T 13+ N 14.T 1
KM (Ag t 1−kel 4)=
jumlah benih yang di kecambahka n

0.1+0.2+48.3+ 2.4+ DST


¿
50

¿ 3 , 04

N 1. T 1+ N 2.T 2+ N 3. T 3+ N 4.T 4+ N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T
+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 1−kel 5)=
jumlah benih yang di kecambahkan

0.1+3.2+43.3+ 0.4+0.5+ 4.6+ DST


¿
50

¿ 3,3829

3b. Perhitungan Daya berkecambah

jumlah kecambahnormal
DB ( Agt 2−kel 1)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

38
¿ ×100 %
50

¿ 76 %

jumlah kecambahnormal
DB ( Agt 2−kel 2)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan
41
¿ × 100 %
50

¿ 82%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 2−kel 3)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

36
¿ ×100 %
50

¿ 72%

jumlah kecamba h normal


DB ( Agt 2−2 kel 4)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

45
¿ × 100 %
50

¿ 90 %

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 2−kel 5)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

27
¿ × 100 %
50

¿ 54 %

3c. Perhitungan Potensi Tumbuh Maksimum

jumlah benihberkecambah
PTM ( Agt 2−kel 1)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

46
¿ ×100 %
50
¿ 92%

jumlah benihberkecambah
PTM ( Agt 2−kel 2)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

50
¿ ×100 %
50

¿ 100%

jumlah b enih berkecambah


PTM ( Agt 2−kel 3)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

45
¿ × 100 %
50

¿ 90 %

jumlah benihberkecambah
PTM ( Agt 2−kel 4)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

48
¿ × 100 %
50

¿ 96 %

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 2−5 kel)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

48
¿ × 10 0 %
50

¿ 96 %
3d. Perhitungan Kecepatan Berkecambah

N 1.T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6.T 6+ N 7.T 7


+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14. T 14
KB ( Agt 2−kel 1)=
jumlah benih yang di kecambahkan

3.2+ 39.3+3.4+1.5+ 1.6+11.1=DST


¿
50

¿ 3 , 14

N 1.T 1+ N 2. T 2+ N 3. T 3+ N 4. T 4+ N 5.T 5+ N 6.T 6+ N 7.T 7


+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11.T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14. T 14
KB ( Agt 2−kel 2)=
jumlah benih yang di kecambahkan

4.2+43.3+ 1.5+ DST


¿
50

¿ 2 , 84

N 1.T 1+ N 2. T 2+ N 3. T 3+ N 4. T 4+ N 5. T 5+ N 6.T 6+ N 7.T 7


+ N 9. T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13. T 13+ N 14. T 14
KB ( Agt 2−kel 3)=
jumlah benih yang di kecambahkan

0.1+0.2+23.3+27.4 + DST
¿
50

¿ 3 , 54

N 1.T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4+ N 5.T 5+ N 6.T 6+ N 7.T 7


+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14. T 14
KB ( Agt 2−kel 4)=
jumlah benih yang di kecambahkan

7.2+ 29.6+7.7+1.8+1.12+ DST


¿
50

¿ 5 , 14
N 1.T 1+ N 2. T 2+ N 3. T 3+ N 4. T 4+ N 5. T 5+ N 6.T 6+ N 7.T 7
+ N 9. T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13. T 13+ N 14. T 14
KB ( Agt 2−kel 5)=
jumlah benih yang di kecambahkan

4.2+37.3+7.4 +1.5+1.8+ DST


¿
50

¿3,2

4b. Perhitungan Daya berkecambah

jumlah kecamba h normal


DB ( Agt 3−kel 1)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

29
¿ ×100 %
50

¿ 58%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 3−kel 2)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

22
¿ ×100 %
50

¿ 44 %

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 3−kel 3)= ×100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

7
¿ ×100 %
50

¿ 14 %
jumlah kecambah normal
DB ( Agt 3−2 kel 4 )= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

31
¿ ×100 %
50

¿ 62%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 3−kel 5)= ×100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

38
¿ ×100 %
50

¿ 76 %

4c. Perhitungan Potensi Tumbuh Maksimum

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 3−kel 1)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

50
¿ ×100 %
50

¿ 100%

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 3−kel 2)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

49
¿ × 100 %
50

¿ 98 %

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 3−kel 3)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan
46
¿ ×100 %
50

¿ 92%

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 3−kel 4)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

50
¿ ×100 %
50

¿ 100%

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 3−5 kel)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

47
¿ ×100 %
50

¿ 94 %

4d. Perhitungan Kecepatan Berkecambah

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4.T 4 + N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T 7
+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 3−kel 1)=
jumlah benih yang di kecambahkan

24.3+26.4+ DST
¿
50

¿ 3 , 52

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6. T 6 + N 7. T 7
+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 3−kel 2)=
jumlah benih yang dikecambahkan

2.3+46.4 + DST
¿
50
¿3,8

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6.T 6+ N 7.T 7


+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14. T 1
KM (Agt 3−kel 3)=
jumlah benih yang dikec ambahkan

20.5+26.6+ DST
¿
50

¿ 5 , 12

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6. T 6 + N 7. T
+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 3−kel 4 )=
jumlah benih yang dikecambahkan

31.3+ DST
¿
50

¿ 1 , 86

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6.T 6+ N 7.T 7


+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14. T 1
KM (Agt 3−kel 5)=
jumlah benih yang di kecambahkan

22.3+25.4+ DST
¿
50

¿ 3 , 32

5b. Perhitungan Daya berkecambah

jumlah kec ambah normal


DB ( Agt 4−kel 1)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

29
¿ ×100 %
50
¿ 58%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 4−kel 2)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahk an

26
¿ × 100 %
50

¿ 56 %

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 4−kel 3)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

30
¿ ×100 %
50

¿ 60%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 4−2 kel 4)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

36
¿ ×100 %
50

¿ 72%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 4−kel 5)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

43
¿ × 100 %
50

¿ 86 %

5c. Perhitungan Potensi Tumbuh Maksimum


jumlah benihberkecambah
PTM ( Agt 4−kel 1)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

41
¿ × 100 %
50

¿ 82%

jumlah benihberkecambah
PTM ( Agt 4−kel 2)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

32
¿ ×100 %
50

¿ 64 %

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 4−kel 3)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

47
¿ ×100 %
50

¿ 94 %

jumlah benihberkecamba h
PTM ( Agt 4−kel 4)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

50
¿ ×100 %
50

¿ 100%

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 4−5 kel)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

50
¿ ×100 %
50
¿ 100%

5d. Perhitungan Kecepatan Berkecambah

N 1. T 1+ N 2.T 2+ N 3. T 3+ N 4.T 4+ N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T
+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13.T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 4−kel 1)=
jumlah benih yang di kecambahkan

12.4+11.5+ 17.6+1.13+ DST


¿
50

¿ 4 , 48

N 1. T 1+ N 2.T 2+ N 3. T 3+ N 4.T 4+ N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T
+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 4−kel 2)=
jumlah benih yang di kecambahkan

25.6+1.10+ 4.11+2.12+ DST


¿
50

¿ 4 ,56

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6. T 6 + N 7. T
+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Ag t 4−kel 3)=
jumlah benih yang di kecambahka n

9.3+38.4+ DST
¿
50

¿ 3 , 58

N 1. T 1+ N 2.T 2+ N 3. T 3+ N 4.T 4+ N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T
+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13.T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 4−kel 4)=
jumlah benih yang di kecambahkan

1.3+11.4+ 22.5+2.6+3.8+ 5.9+ DST


¿
50
¿ 4 ,76

N 1. T 1+ N 2.T 2+ N 3.T 3+ N 4.T 4 + N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T


+ N 9. T 9+ N 1 0. T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13.T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 4−kel 5)=
jumlah benih yang di kecambahkan

20.5+2.6+5.7+ 3.8+12.9+ DST


¿
50

¿ 5 , 58

6b. Perhitungan Daya berkecambah

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 5−kel 1)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

36
¿ ×100 %
50

¿ 78%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 5−kel 2)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

46
¿ ×100 %
50

¿ 92%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 5−kel 3)= ×100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

1
¿ ×100 %
50
¿ 2%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 5−2 kel 4 )= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

11
¿ ×100 %
50

¿ 22%

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 5−kel 5)= ×100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

21
¿ ×100 %
50

¿ 42 %

6c. Perhitungan Potensi Tumbuh Maksimum

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 5−kel 1)= ×100 %
jumlah benih y ang dikecambahkan

46
¿ ×100 %
50

¿ 92%

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 5−kel 2)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

46
¿ ×100 %
50

¿ 92%
jumlah benih berkecambah
PTM ( Agt 5−kel 3)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

25
¿ ×100 %
50

¿ 50%

jumla h benih berkecambah


PTM ( Agt 5−kel 4)= ×100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

43
¿ × 100 %
50

¿ 86 %

jumlah benih berkecambah


PTM ( Agt 5−5 kel)= × 100 %
jumlah benih ya ng di kecambahkan

30
¿ ×100 %
50

¿ 60%

6d. Perhitungan Kecepatan Berkecambah

N 1. T 1+ N 2.T 2+ N 3.T 3+ N 4.T 4 + N 5. T 5+ N 6. T 6+ N 7. T 7


+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12. T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 5−kel 1)=
jumlah benih yang dikecambahkan

28.4+5.5+ 8.6+2.7+2.10+ 2.11+ DST


¿
50

¿ 4 , 82

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6. T 6 + N 7. T 7
+ N 9.T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 5−kel 2)=
jumlah benih yang dikecambahkan
29.5+9.6+1.7 +3.8+7.13+ DST
¿
50

¿6,6

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6.T 6+ N 7.T 7


+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14. T 1
KM (Agt 5−kel 3)=
jumlah benih yang di kecambahkan

29.3+4.4 +5.6+2.7+ 2.9+ DST


¿
50

¿3,3

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6. T 6+ N 7. T
+ N 9. T 9+ N 10. T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 5−kel 4 )=
jumlah benih yang dikecambahkan

19.4+24.5+11.6+2.7+1.8+ 3.9+ DST


¿
50

¿ 6 , 22

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6.T 6 + N 7.T 7


+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14.T 1
KM (Agt 5−kel 5)=
jumlah benih yang di kecambahkan

27.3+9.4+ 25.5+1.8+3.9+ DST


¿
50

¿ 4 , 34

7b. Perhitungan Daya berkecambah

jumlah kecambah normal


DB ( Agt 6−kel1)= ×100 %
jumlah benih yang dikecambahkan
25
¿ ×100 %
50

¿ 50%

juml ah kecambah normal


DB ( Agt 6−kel2)= ×100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

12
¿ ×100 %
50

¿ 24 %

7c. Perhitungan Potensi Tumbuh Maksimum

jumlah benih berkecamba h


PTM ( Agt 6−kel 1)= × 100 %
jumlah benih yang di kecambahkan

35
¿ ×100 %
50

¿ 70%

jumlah benihberkecambah
TM ( Agt 6−kel2)= ×100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

41
¿ × 100 %
50

¿ 82%

7d. Perhitungan Kecepatan Berkecambah

N 1. T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4 + N 5.T 5+ N 6.T 6+ N 7.T 7


+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14. T 1
KM (Agt 6−kel 1)=
jumlah benih yang di kecambahkan
19.4+ 4.5+2.6+1.7+1.8 +2.9+3.13+3.14+ DST
¿
50

¿4 ,3

N 1.T 1+ N 2. T 2+ N 3.T 3+ N 4. T 4+ N 5.T 5+ N 6.T 6+ N 7.T


+ N 9.T 9+ N 10.T 10+ N 11. T 11+ N 12.T 12+ N 13. T 13+ N 14. T 1
KM (Agt 6−kel 2)=
jumlah benih yang di kecambahkan

12.4+11.5+ 15.6+2.10+1.13+ DST


¿ = 4,52
50

BIODATA PENYUSUN

Penulis bernama lengkap Failam, lahir di desa Kola-


kola pada tanggal 22 April 2003, terlahir sebagai anak
pertama dari Sardin dan Diana. Penulis memulai
pendidikan dari Sekolah Dasar Negeri 1 Banawa
Tengah, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten
Donggala pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2015
dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan ke SMP Negeri 2 Banawa Tengah dan
tamat pada tahun 2018. Kemudian melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Banawa Tengah dan
tamat pada tahun 2021, setelah lulus penulis melanjutkan pendidikan ke
Universitas Tadulako melalui jalur SNMPTN Kip-K dan diterima sebagai
mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi.

Anda mungkin juga menyukai