Anda di halaman 1dari 23

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pinang sebagai salah satu tanaman palma cukup potensial dan memiliki

nilai ekonomi sebagai bahan baku industri kimia dan farmasi. Pemanfaatannya

terutama untuk acara seperti ramuan sirih pinang, pada upacara adat, atau

untuk keperluan rumah tangga (Saka, 2001). Dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman pinang untuk keperluan

farmasi dan industri makin berkembang (Maliangkay, 1991). Disamping

prospektif untuk ekspor, pinang juga dapat dikategorikan sebagai tanaman

perkebunan serbaguna. Di pasar internasional dikenal sebagai areca nut atau

battnut yang dapat diekspor dalam bentuk biji atau buah utuh (Nazaruddin,

1993). Bagian lain dari tanaman pinang yang bermanfaat, antara lain sebagai

bahan bangunan, tanaman hias, dan banyak digunakan dalam acara adat

yang melambangkan hubungan sosial dan budaya. Dalam budidaya tanaman,

faktor ketersediaan benihsangat penting. Namun sebagian besar benih tanaman

hutan mempunyai masalah akibat adanya dormansi. Walaupun dormansi benih

merupakan sifat alami untuk dapat bertahan hidup atau untuk pelestarian

spesiesnya, tetapi sifat dormansi tersebut dapat mengganggu pelaksanaan

kegiatan dalam pesemaian dan pembibitan.

Masalah utama perkecambahan benih pinang adalah lamanya waktu

yang diperlukan untuk berkecambah dan jumlah yang berkecambah sangat

sedikit. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut

adalah mendorong perkecambahan benih sehingga dihasilkan kecambah dalam

jumlah banyak dan cepat tersedia, baik yang ditunjukkan berupa potensi
2

tumbuh maksimal (kapasitas berkecambah) maupun kecambah fase akhir

(kecambah normal). Berkecambahan benih terutama bergantung pada air, oksigen,

suhu dan pada benih tanaman tertentu juga dipengaruhi oleh cahaya. Diketahui

bahwa ada golongan benih yang perlu cahaya untuk

perkecambahannya, ada yang perlu cahaya hanya untuk mempercepat

perkecambahan, dan ada justru menghambat perkecambahan, namun ada pula

yang berkecambah sama baik di tempat gelap atau terang.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui stuktur biji dengan berbagai bentuk biji

2. Untuk mengetahui uji daya berkecambah dengan media tanah

3. Untuk mengetahui uji daya bekecambah dengan media kertas

4. Untuk mengetahui kemurnian pada benih


3

II. TINJUAN PUSTAKA

Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi

yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung

presentase daya berkecambahnya (Sutopo, 2002).

Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih

yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Bila

daya uji kecambah benih memberikan hasil yang negatif maka perlu diadakan

usaha lain untuk mengetahui faktor apakah yang mengakibatkan kegagalan

perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar

lingkungan menguntungkan bagi perkecambahan seperti ketersediaan air, cahaya,

suhu dan oksigen (Throneberry and Smith, 2001).

Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi

untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini

digolongkan ke dalam kecambah abnormal adalah kecambah rusak (kecambah

yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau

tidak tumbuh). Kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah dengan

pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak

proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula

tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh

sebaliknya. Kecambah lambat adalah kecambah yang pada akhir pengujian belum

mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah

benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil (Rejesus,

2008).
4

Secara umum, cara pengujian daya kecambah benih dapat dibedakan

menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengujian secara langsung

dilakukan untuk benih yang mudah berkecambah, sedangkan pengujian secara

tidak langsung dilakukan untuk benih yang sulit berkecambah (Gunawan, 2011).

Pengujian daya kecambah benih bermanfaat untuk menentukan benih

persatuan luas lahan dan mengecek kualitas benih (Rukmana, 2002). Faktor-

faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih adalah kemasakan benih, kadar

air, dormansi, oksigen, temperatur, cahaya, dan zat penghambat perkecambahan.

Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan

menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan

metode uji daya kecambah benih dimana contoh kerja diletakkan di atas substrat

kertas yang telah di-lembabkan (Winarto, 2006).

Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya

bagi perkecambahannya. Kertas merang digunakan dalam metode UDK karena

kertas merang memiliki daya mempertahankan air yang tinggi, walaupun tujuh

hari tidak diberi air (Suwarno dan Hapsari, 2007).

Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman. Pada

konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu

menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi

yang maju (Wahyuni, 2013).

Kulit biji merupakan lapisan terluar dari biji.Pelindung biji dapat

terdiri dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm dan kadang-kadang

bagian buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal dari integument ovule

yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung.

Biasanya kulit luar biji keras dan kuat berwarna kecokelatan sedangkan
5

bagian dalamnya tipis dan berselaput. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji

dari kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan insekta

(Kartasapoetra, 2003).

Perkecambahan merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan

embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit.

Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dua tipe

perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal (Kamil, 1982).

Tipe perkecambahan epigeal ialah ketika perkecambahan tersebut terjadi,

plumula terangkat kebagian permukaan tanah sehingga kotiledon pun ikut

terangkat kepermukaan tanah. Sedangkan tipe perkecambahan hipogeal ialah tipe

perkecambahan dimana terjadinya pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang

menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas tanah

kotiledon tetap berada di dalam tanah (Zahra, 2012).

Kecambah normal merupakan kecambah yang menunjukan potensi untuk

berkembang lebih lanjut hingga menjadi tanaman normal. Sedangkan kecambah

tidak normal atau abnormal tidak menunjukan adanya potensi untuk berkembang

lebih lanjut (Stefan, 2013).

Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah : Kecambah dengan

pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik,

jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan

mempunyai tunas pucuk yang baik, Kecambah dangan cacat ringan pada akar,

hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil dan Kecambah dengan

infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna (Sutopo, 1993).

Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi

untuk berkembang menjadi kecambah normal. Dibawah ini digolongkan ke dalam


6

kecambah abnormal Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang

atau rusak berat. Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan

pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak

proporsional. Dan Kecambah lambat kecambah yang pada akhir pengujian belum

mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah

benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil

(Sutopo, 1993).

Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran

benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air

benih. Kadar air benih akan berpengaruh terhadap proses aktivasi enzim. Kadar

air yang rendah dapat meminimalisir proses aktibvasi enzim ( perombakan

cadangan makanan). Bagi benih ortodok kadar air terlalu rendah menyebabkan

cracking ( retak) sedangkan bagi benih rekalsitran kadar air terlalu rendah

menyebabkan gangguan fisiologis.Kadar air optimum setiap jenis benih berbeda-

beda (Sutopo, 1993).

Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah

antara 6%–8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas

pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan

dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam

tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah

akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Pramana, 2012).

Pengujian benih ditunjukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih.

Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual

maupun konsumen benih. Mereka dapat memperoleh keterangan yang dapat

dipercaya, tentang mutu atau kualitas dari suatu benih. Dalam proses pengujian
7

benih yang diujikan antara lain viabilitas, benih atau daya hidup benih, struktur

pertumbuhan, uji kesehatan benih. Dalam pengujian benih langkah-langkah yang

harus dolakukan antara lain pengambilan contoh benih, pengujian kemurnian

benih, pengujian kadar air, uji daya kecambah, uji kesehatan (Pramana, 2012).

Kacang tanah merupakan tanaman pangan. Kacang tanah masuk ke

Indonesia diperkirakan dibawa oleh para pedagang Spanyol sewaktu melakukan

pelayaran dari Meksiko menuju Maluku setelah tahun 1597. Pada tahun 1863,

Holle memasukan kacang tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer

memasukan pula kacang tanah dari Mesir (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan

berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan

daun majemuk dengan empat helai daun. Setelah penyerbukan, ginofor akan

tumbuh dari dasar bunga hingga 15 cm. Ginofor ini akan terus tumbuh secara

geotropisme. Setelah menembus tanah dan mencapai kedalaman 2 – 7 cm, ginofor

akan tumbuh mendatar, membengkak, dan membentuk polong (Purwono dan

Purnamawati, 2007).

Perbanyakan tanaman kacang tanah dilakukan secara generative dengan

menggunakan biji. Benih kacang tanah disimpang dalam bentuk polong kering

agar tidak mudah rusak. Benih kacang tanah tidak memiliki masa dormansi

sehingga mudah tumbuh jika terlambat dipanen. (Purwono dan Purnamawati,

2007).

Uji daya berkecambah bertujuan untuk mengetahui mutu fisiologis benih.

Uji ini dapat dipergunakan untuk menilai mutu bibit di lapang. Umumnya

pengujian dilakukan di laboratorium dengan menggunakan media standar, dan

lingkungan yang optimum, sehingga seringkali dihasilkan data yangover estimate


8

dan tidak sesuai dengan daya tumbuh di lapang. Menurut Kamil (1980) salah satu

kesukaran pokok yang timbul dan sering diabaikan terutama oleh mahasiswa atau

analis benih pada pengujian perkecambahan benih (seed germination test ) ialah

menentukan bibit atau kecambah yang termasuk normal (identification of normal

seedling ).

Pengujian viabilitas benih dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan

cara menilai struktur-struktur penting kecambah dan secara tidak langsung, yaitu

dengan melihat gejala metabolismenya. Pada pengujian secara langsung, beberapa

substrat pengujian yang dapat digunakan seperti kertas, kapas, pasir, tanah, dan

lain-lain, namun substrat kertas lebih banyak digunakan karena lebih praktis dan

memenuhi persyaratan-persyaratan dalam prosedur pengujian mutu benih secara

modern (Kamil, 1979).


9

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Pratikum ini dilakukan dikompos percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kharudin Nasution KM 11, Kelurahan Simpang

Tiga, Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Praktikum ini dilaksanakan selama

3 bulan di mulai dari bulan Oktober sampai bulan Desember 2020.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih kacang hijau, benih kacang tanah, kedelai,

okra, sorgum,pinang, polybag dan tanah. Sedangkan alat yang digunakan adalah

kertas, alat tulis, gembor dan camera.

C. Pelaksanaan Pratikum

1. Uji Kecambah Dengan Media Kertas

Perkecambahan benih kacang tanah, kacang hijau, kedelai dan okra yang

dilakukan dalam tiga kali ulangan dimana setiap ulangannya terdiri dari lima

puluh benih kacang tanah. Kegiatan pelaksanaannya dimulai dari kegiatan

penyediaan benih, membasahkan kertas buram dengan air supaya proses

masuknya air kedalam biji lebih cepat sehingga benih akan mengalami dormansi

dan akhirnya menjasi kecambah, penyusunan benih kacang tanah,kacang

hijau,kedelai dan okra diatas kertas buram tiga lapis dan kemudian ditutup dengan

satu lapis, pengamatan untuk menghitung berapa banyak benih yang berkecambah

dalam setiap harinya selama dua hari sekali ,setelah itu dihitung berapa presentasi

daya kecambah ulangan satu dan daya kecambah ulangan dua setelah itu dihitung

rata-rata daya kecambah keseluruhan antara ulangan satu dengan ulangan dua .
10

2. Uji Daya Kecambah Menggunakan Media Tanah

1. Penyiapan benih

Benih yang di gunakan untuk ditanam adalah pinang sebanyak 50 buah. Dengan

polybag yang berisakan tanah. Setelah itu buah pinang di rendam menggunakan

cairan ZPT selama 30 menit.

2. Penanaman benih

Penanaman pinang di laksanakan di kebun percobaan pada November 2020,

dengan menggunakan polybag. pinang yang dikecambahkan hanya 4 biji, Setelah

itu pinang yang telah dipilih di tanam pada polybag dengan posisi tidur.

dilengkapi shading net sebagai naungan untuk menghindarkan pembibitan dari

teriknya sinar matahari atau tetesan air hujan secara langsung.

3. Pemeliharaan

Untuk tahap pemeliharaan ada beberapa bagian, yaitu :

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 1 atau 2 hari sekali apabila musim kamarau. Karna untuk

menjaga tingkat kelembaban tanah.

b. Penyiangan

Karna dalam praktikum ini menggunakan polybag maka penyiangan hanya

dilakukan sekali seminggu, hal ini dikarnakan gulma tidak terlalu banyak dan

mudah untuk membersihkan dari gulma yang mengganggu, hanya dengan

menggunakan tangan gulma yang mengganggu bisa di cabut dan dibuang.

3. Pemilihan Kemurnian Benih

Pada benih Kacang Hijau dan kedelai melakukan pemisahan untuk

mengatahui benih tersebut masih layak untuk dibudidayakan atau tidak. Dan

melakukan penimbangan pada setiap benih yang masih bagus atau tidak.
11

4. Struktur Biji

Dalam pratikum ini yang dilakukan adalah menggambar biji yang terdiri dari

biji kelengkeng, biji jeruk dan biji rambutan. Dan dipotong dalam bentuk vertikal

dan horizontal.

D. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati pada tanaman pinang ini adalah kapan benih

berkecambah, jumlah benih yang berkecambah pada polybag, dan pada uji

kecambah menggunkan media kertas Parameter yang dimati adalah banyak

jumlah benih yang berkecambah.


12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Kecambah Dengan Media Kertas

Tabel 1. Pengamatan Kondisi Umum

Sorgum Benih tetap seperti Sebagian besar Benih

kondisi awal benih tidak berkecambah

Umum Beni berkecambah dan karena benih

Benih tetap membusuk masih bagus

seperti kondisi Berkecambah rkecambah

awal Benih tetap

seperti kondisi ah

Kedelai Benih tetap seperti Sebagian besar Benih

kondisi awal benih tidak berkecambah

berkecambah dan karena benih

membusuk. masih bagus

atau masih baik

dan layak untuk

digunakan.

Kacang tanah Benih tetap seperti Benih tidak Tidak

kondisi awal seluruhnya berkecambah

berkecambah, karna benih

terbentuk akar mengalami

primer, diselimuti pembusukan.

hifa cendawan

berwarna putih,
13

hitam, dan hijau

dengan tekstur

kasar

Kacang hijau Benih tetap seperti Benih tidak Benih

kondisi awal samuanya berkecambah

berkecambah, karena benih

banyak mengalami masih bagus

pembusukan. atau masih

baik dan layak

untuk

digunakan.

Okra Benih tetap seperti Benih tidak Benih

kondisi awal samuanya berkecambah

berkecambah, karena benih

banyak mengalami masih bagus

pembusukan. atau masih baik

dan layak untuk

digunakan.
14

Tabel 2. Data Jumlah Kecambah Benih

Pengamatan Kedelai Kacang Kacang okra sorgum

tanah Hijau

berkecambah 22 benih - 32 benih - 13 benih

Plamula 1,5 - 3 - 2

1,0 - 3,5 - 1,4

1,0 - 3,5 - 1,5

0,7 - 2,7 - 1,5

1,0 - 2,5 - 1,2

Radikula 1,5 - 5 - 3,5

0,5 - 3,5 - 3,5

1,5 - 6,5 - 4

0,5 - 3,0 - 2,5

0,5 - 3,5 - 2

Hasil Pratikum Sadjad (1972) menyatakan bahwa kertas buram dapat

digunakan sebagai substrat perkecambahan dalam pengujian viabilitas benih.

warna kertas buram yang coklat muda, polos dan tidak luntur akan memudahkan

para penguji dalam mengamati dan menilai kecambah yang tumbuh. Hasil

Pratikum Purbojati & Suwarno (2006), substrat kertas memberikan pengaruh

yang berbeda terhadap hasil pengujian DB (daya berekecambah) benih. Hal ini

sesuai dengan pernyataan yaitu metode uji serta media tumbuh yang digunakan

dalam pengujian viabilitas benih sering memberikan hasil pengujian yang

berbeda. Oleh karena itu pemilihan metode uji serta media tumbuh harus

dilakukan dengan hati-hati. Adapun perbedaan kisaran nilai DB antar benih


15

disebabkan oleh keadaan benih tersebut sebelum ditanam. Aspergillus flavus

merupakan koloni cendawan yang dapat menyerang benih yang merupakan salah

satu jenis jamur yang menyebabkan penyakit semai pada biji yang sedang

berkecambah, sehingga kecambah membusuk dan tidak dapat muncul.


16

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji coba mata kuliah teknologi benih yang telah di lakukan,

dapat di simpulkan hal-hal berikut:

1. Terdapat perbedaan struktur antara benih monokotil dan dikotil yaitu

benih dikotil memiliki endosperm sedangkan benih monokotil tidak. Dan

tipe perkecambahan benih dikotil (kacang tanah) ialah epigeal sedangkan

benih monokotil (sorgum) ialah hipogeal.

2. Benih yang tumbuh dengan akar primer panjang dan kuat serta telah

tumbuh atau belum tumbuh daun pertama meskipun hanya sedikit

membuka digolongkan benih berkecambah normal. Sedangkan benih

yang tumbuh atau tak tumbuh dengan akar primer yang lemah/sedikit

digolongan benih berkecambah abnormal.

3. Vigor benih kacang hijau yang di cobakan pada perlakuan kontrol

maupun NaCl adalah 100% karena kecambah normal yang tumbuh 25

dari 25 benih yang di kecambahkan.

B. Saran

Di sarankan pada uji coba selanjutnya dapat di lakukan pengulangan uji dan

pembandingan antar benih agar nilai yang di dapat lebih akurat dan dapat

diketahui perbandingan antar benih.


1

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, S.S., 1979. Pengantar Agronomi. Garmedia, Jakarta.

Justice, Oren L. dan Louis N. B. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. CV.

Rajawali : Jakarta.

Kamil, J., 1984. Teknologi Benih. Angkasa Raya : Bandung.

Kartasapoetra, dkk., 1992. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan

Praktikum. Rineka Cipta : Jakarta.

Kuswanto, H., 1997. Analisis Benih. ANDI: Yogyakarta.

Pujiasmanto, B . 2000. Dasar Dasar Teknologi Benih. Universitas Sebelas Maret :

Surakarta.

Sutakaria. 1975. Penyakit Benih dan Uji Kesehatan Benih. IPB : Bogor

Sutopo, L. 1994. Teknologi Benih. IPB : Bogor


2

DOKUMENTASI
3
4
5
6
7

Anda mungkin juga menyukai