Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULIAN
A. Latar Belakang
Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih dorman sampai kebibit yang
sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung
pada usaha pemecahan dormansi. Oleh karena itu perlu dilaksanakan pengujian benih untuk mengetahui
viabilitas benih atau kemampuam benih untuk tumbuh menjadi bibit pada kondisi lingkungan yang optimum. Uji
perkecambahan itu meliputi uji daya kecambah, yang erat kaitanya dengan viabilitas benih dan uji kecepatan
berkecambah yang berhubungan erat dengan vigor benih.

Perkecambahan biji adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embryonic axis


didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Biji untuk dapat
berkecambah memerlukan persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun persyaratan
lingkungan. Persyaratan untuk berkecambah yang berbeda-beda dari bermacam-macam biji
adalah penting diketahui untuk pedoman penanaman biji, pedoman penetapan treatment tertentu
dan pengontrolan pertumbuhan. Persyaratan untuk berkecambah yang berbeda-beda dari
bermacam-macam biji adalah penting diketahui untuk pedoman penanaman biji, pedoman
penetapan treatment tertentu, dan pengontrolan pertumbuhan.

Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih. Berbagai macam
metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas benih. Pengujian daya
kecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter viabilitas potensial benih. Daya
kecambah benih adalah tolak ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi
normal pada kondisi lingkungan yang optimum.

B. Tujuan Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah Praktikan dapat melakukan uji daya berkecambah benih
dengan metode Uji Kertas Digulung (UKD), praktikam dapat mengidentifikasi kecambah normal
dan tidak normal, dan Praktikan dapat menghitung nilai persentase daya berkecambah benih.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daya Kecambah


Daya berkecambah benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal.
Uji daya kecambah dilakukan untuk mengetahui potensi benih yang dapat berkecambahdari
suatu kelompok atau satuan berat benih (Mulyana dan Asmarahman, 2012). Air merupakan salah
satu faktor yang sangat berperan terhadap perkecambahan dan pertumbuhan benih (Gardner et
al., 1991). Secara umum, cara pengujian daya kecambah benih dapat dibedakan menjadi dua
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengujian secara langsung dilakukan untuk benih
yang mudah berkecambah, sedangkan pengujian secara tidak langsung dilakukan untuk benih
yang sulit berkecambah (Gunawan, 2011). Pengujian daya kecambah benih bermanfaat untuk
menentukan benih per satuan luas lahan dan mengecek kualitas benih (Rukmana, 2002). Faktor-
faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih adalah kemasakan benih, kadar air, dormansi,
oksigen, temperatur, cahaya, dan zat penghambat perkecambahan (Sadjad, 1977).

2.2 Macam dan Penjelasan Pengujian Benih

2.2.1 Uji Viabilitas

Viabilitas benih menunjukkan persentase benih yang akan menyelesaikan


perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir dari kecambah-kecambah yang baru
berkecambah. Viabilitas benih dapat ditentukan dengan suatu prosedur penguji pengujian yang
dibukukan. Hal ini paling nyata dari pengukuran viabilitas adalah persentase perkecambahan
yaitu angka rata-rata persentase dari uji suatu spesies yang menghasilkan kecambah normal
pada kondisi perkecambahan yang apling normal (Qomara 2003).

2.2.2 Uji Vigor

Daya berkecambah benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal.
Uji daya kecambah dilakukan untuk mengetahui potensi benih yang dapat berkecambahdari
suatu kelompok atau satuan berat benih (Mulyana dan Asmarahman, 2012). Secara umum, cara
pengujian daya kecambah benih dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Pengujian secara langsung dilakukan untuk benih yang mudah berkecambah,
sedangkan pengujian secara tidak langsung dilakukan untuk benih yang sulit berkecambah
3

(Gunawan, 2011). Pengujian daya kecambah benih bermanfaat untuk menentukan benih per
satuan luas lahan dan mengecek kualitas benih (Rukmana, 2002).

2.3 Kriteria Kecambah pada

2.3.1 Uji Viabilitas

1. Kecambah Normal

Kecambah normal merupakan kecambah yang menunjukan potensi untuk berkembang


lebih lanjut hingga menjadi tanaman normal. Sedangkan kecambah tidak normal atau abnormal
tidak menunjukan adanya potensi untuk berkembang lebih lanjut (Nurlaela, et., al.
2008). Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah kecambah dengan
pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah
kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk
yang baik, Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun
primer, dan koleoptil dan Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna.

2. Kecambah Abnormal

Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk


berkembang menjadi kecambah normal. Dibawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal
Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Kecambah cacat
atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur
pentingnya cacat atau tidak proporsional. Dan Kecambah lambat kecambah yang pada akhir
pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah
benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil (Nurlaela, et., al. 2008).

2.3.2 Uji Vigor

Vigor benih dapat dkategorikan dalam vigor benih kuat dan vigor benih lemah. Ciri-ciri
benih yang mempunyai vigor tinggi atara lain benih ini dapat disimpan lama sehingga dapat
mempermudah dalam penyimpanan benih dalam jumlah yang besar. Vigor benih tinggi juga
memiiki cirri benih berkecambah cepat dan merata, bebas dari penyakit benih, tahan terhadap
gangguan mikroorganisme yang bersifat merugikan tanaman yang menyebabkan baik kerusakan
fisik maupun fisiologis tanaman, laju tumbuhnya tinggi dengan arti benih cepat tumbuh mulai dari
perkembangan embrio, perkecambahannya, dan petumuhannya menuju tanaman dewasa, dan
juga vigor benih yang tinggi ini memiliki produksi yang tinggi baik secara vegetative maupun
generatif nantinya. Sedangkan ciri-ciri vigor benih rendah merupakan kebalikan dari vigor benih
4

tinggi cirri-cirinya antara lain benih ini tidak dapat disimpan. Vigor benih rendah juga memiiki ciri
benih berkecambah tidak cepat dan merata, tidak bebas dari penyakit benih, tidak tahan terhadap
gangguan mikroorganisme yang bersifat merugikan tanaman yang menyebabkan baik kerusakan
fisik maupun fisiologis tanaman, laju tumbuhnya rendah dengan arti benih lambat dalam
pertumbuhannya tumbuh mulai dari perkembangan embrio, perkecambahannya, dan
petumuhannya menuju tanaman dewasa, dan juga vigor rendah ini memiliki produksi yang rendah
(Karta Sapoetra, 2002).

2.3 Uji Diatas Kertas

Uji daya kecambah benih dimana contoh kerja diletakkan di atas substrat kertas yang
telah di-lembabkan (Winarto, 2006). Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang
membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya (Qamara, 1990) Kertas merang digunakan dalam
metode UDK karena kertas merang memiliki daya mempertahankan air yang tinggi, walaupun
tujuh hari tidak diberi air (Suwarno dan Hapsari, 2007).

2.4 Uji Kertas Digulung


Uji daya kecambah benih dimana contoh kerja diletakkan di antara substrat kertas yang
telah dilembabkan lalu digulung (Winarto, 2006). Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKDdp)
dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat kertas substrat agar tidak tembus oleh akar yang
dapat mengakibatkan kertas substrat menjadi rusak sehingga pengamatan menjadi sulit
dilakukan (Qamara, 1990). Media kertas digulung akan mempermudah dalam mengontrol suhu,
kelembaban, intensitas cahaya, dan kondisi air dari media untuk pertumbuhan benih yang optimal
(Kamil, 1979).
5

2.5 Jagung ( zea mays )

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam
80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif.Tingggi tanaman jagung bervariasi. Meskipun tanaman
jagung berketinggian 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi
tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun
beberapa varietas menghasilkan anakan ( seperti padi ), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini.

Kingdom : Plantae

Ordo : poales

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Z.mays
6

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktiukum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 11 October 2018 pukul 14:00 – 17:00
WIB. Bertepatan di Laboratorium Agronomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung, air, dan kertas
pengecambah.

Alat yang dipakai dalam praktikum meliputi germinator, pinset, bak plastic, dan alat tulis.

C. Cara Kerja

1. Praktikan atau kelompok praktikan meyiapkan benih jagung masing – masing sebanyak
100 butir x 4.
2. Praktikan atau kelompok praktikan menyapkan media perkecambahan berupa kertas
merang dibasahi dengan air.
3. Benih jagung sebanyak 50 butir ditempatkan di atas kertas merang rangkap dua yang
sudah dibasahi dengan air, menjadi empat baris ( 12-13-12-13).
4. Benih yang sudah ditata di atas kertas kemudian ditutup selembar kertas merang yang
sudah dibasahi dan digulung. Selanjutnya kertas berisi benih yang telah digulung diberi
kode dan ditaruh di dalam germinator dalam posisi berdiri.
5. Media perkecambahan dijaga kelembabannya, bila perlu media disemprot air secukupnya
ketika media kering.
6. Praktikan mengamati dan menghitung jumlah benih yang berkecambah normal,
kecambah abnormal, benih busuk, benih tidak tumbuh pada hari ke-7.
7. Gambar dan beri keterangan bagian – bagian dari kecambah normal dan kecambah
abnormal ( bila ada ).
8. Hitung Nilai daya berkecambah dengan rumus :
∑ 𝐾𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
9. Daya berkecambah = ∑ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
𝑥 100%
7

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Gambar 1
8

Gambar 2
9

Keterangan :
U1 U3
Normal = 47 Normal = 47
Abnormal = 2 Abnormal = 1
Tidak tumbuh = 1 Tidak tumbuh = 2
U2 U4
Normal = 46 Normal = 49
Abnormal = 4 Abnormal = 0
Tidak tumbuh = 0 Tidak tumbuh = 1

Daya berkecambah benih jagung :

DB1 = (∑KN)/50 x 100% = 47/50 x 100% = 94%


DB2 = (∑KN)/50 x 100% = 46/50 x 100%= 92%
= (94% +92%)/2=93%
DB3 = (∑KN)/50 x 100%= 47/(50 ) x 100%=94%
DB4 = (∑KN)/50 x 100%= 49/50 x 100%=98%
= (94%=98%)/2 x 100%
10

B. Pembahasan
Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih dorman sampai
kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan yang cocok dan pada
beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Perkecambahan biji adalah
pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk
kemudian membentuk bibit (seedling). Biji untuk dapat berkecambah memerlukan persyaratan
baik dalam biji itu sendiri maupun persyaratan lingkungan.

Daya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah dari se jumlah benih yang di
kecambahkan pada media tumbuh optimal ( kondisi laboratorium ) pada waktu yang telah
ditentukan, dan dinyatakan dalam persen. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan
benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya.Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan
biji, dimana biji berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum tercapai
berat kering maksimum. Pada umumnya biji berkecambah pada umur beberapa hari sesudah
pembuahan.

Daya kecambah akan meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai
pertumbuhan maksimum jauh sebelum masa fisiologis atau berat kering maksimum tercapai.
Sampai masa fisiologis tercapai, pertumbuhan maksimum ini konstan, tetapi sesudah itu akan
menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan buruk lingkungan. Makin buruk
keadaan lingkungan makin cepat turunnya daya kecambah.

Praktikum kali ini menggunakan metode uji kertas digulung (UKD) yang menggunakan
kertas sebagai media tumbuhnya. Media kertas dicelupkan ke dalam air lalu diletakan benih di
atasnya. Kertas yang telah berisi benih lalu digulung dan diletakan di dalam germinator yang
dibuat sedemikian rupa sehingga intensitas cahaya yang masuk dan kelembaban udara di
sekitarnya dapat diatur. Dari hasil pengamatan benih jagung dilihat dari jumlah kecambah normal,
kecambah abnormal dan kecambah busuknya, benih jagung memiliki viabilitas yang baik.

Kecambah normal, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah
kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang
baik.

Kecambah dengan pertumbuhan lemah / kecambah abnormal memiliki ciri-ciri plumula


atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh
kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
11

Kecambah busuk ialah benih yang tidak tumbuh sama sekali bahkan terjadi pembusukan
pada benih tersebut.

Jumlah kecambah normal pada ulangan 1 = 47, ulangan 2 = 46, ulangan 3 = 47, ulangan
4 = 49 dari total 50 benih jagung disetiap ulangan, sehingga Dari empat ulangan yang diamati,
benih jagung memiliki nilai daya kecambah yang baik, termasuk dalam kriteria benih yang
memiliki mutu yang baik.
12

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan :

1. Perkecambahan benih dapat dilakukan dengan metode Uji Kertas Digulung (UKD)
2. Metode uji kertas digulung (UKD), dengan benih jagung menghasilkan daya kecambah
yang tinggi karena saat proses perkecambahan benih mendapat air yang cukup untuk
berkecambah.
3. Kecambah normal, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah
kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk
yang baik.
4. Kecambah dengan pertumbuhan lemah / kecambah abnormal memiliki ciri-ciri plumula
atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh
kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
13

DAFTAR PUSTAKA

Elias, S.G., L.O. Copeland, M.B. McDonald, and R.Z. Baalbaki. Sees Testing, Principles and
Practices. Michigan state University Press. East Lansing, Michigan.

Kartasapoetra, A. G. 2002. Teknologi Benih, Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina
Aksara. Jakarta.

Kuswanto, H., 2001. Analisis Benih. ANDI.: Yogyakarta.

Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandar Lampung.

Qomara, W. 2003. Pengantar Produksi Benih. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Universitas Lampung

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Grasindo. Jakarta. 144 hal.

Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Jakarta : Penebar Swadaya.

Throneberry and Smith. 2001. Relation of Respirations and Enzymic Activity to Corn Seed
Viability. Plant Physiol. 30:337 – 343.

Anda mungkin juga menyukai