PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai vigor benih ini adalah sebagai
berikut.
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengujian vigor pada benih.
2. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam vigor.
3. Mahasiswa mampu mengetahui komponen yang diamatii dalam
pengujian vigor benih.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biji
Biji merupakan suatu struktur kompleks, yang terdiri dari embrio atau
lembaga, kulit biji dan persediaan makanan cadangan. Dalam biji banyak
tumbuhan, makanan disimpan di dalam lembaga biji itu sendiri, pada tumbuhan
lain, makanan disimpan dalam jaringan di sekililingnya. Cerita lengkap mengenai
biji harus menerangkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam stamen dan
pistil, proses penyerbukan, perkembangan embrio, pembentukan kulit biji dan
perkembangan penyediaan cadangan makanan yang digunakan oleh tumbuhan
muda ketika biji berkecambah (Yuniarsih, 1996).
Bunga sangat beragam bentuknya, meskipun demikian, persamaan yang
pokok diantara bunga bermacam tumbuhan itu lebih besar dibandingkan dengan
kelainannya, karena semua bunga mempunyai kerangka struktur dasar yang sama.
Menurut botaniawan, bunga adalah sepotong batang atau cabang dengan
sekumpulan daun yang mengalami metamorfosis yang berhubungan dengan
fungsinya untuk bereproduksi. Dikatakan mengalami perubahan bentuk karena di
antara daun-daun ini ada yang mungkin menyerupai daun biasa, tetapi yang lain
berbeda sekali dalam strukturnya sehingga sukar dinamakan daun (Tjitrasam,
1983).
2
tempat benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih yang menurun,
serangan hama dan penyakit meningkat, jumlah kecambah abnormal meningkat,
dan rendahnya produksi tanaman (Sutopo, 1985).
3
BAB III
METODE PRAKTIKUM
4
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan Tinggi Tanaman
Media
Benih
Pasir Tanah Pecahan Batu Bata
Jagung Baru 0,1 cm Tidak tumbuh 2,1 cm
Jagung Kadaluarsa Tidak tumbuh Tidak tumbuh Tidak tumbuh
4.2 Pembahasan
Berdasarkan atas hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan
pembahasan sebagai berikut. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih
untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal. Vigor merupakan
kehidupan benih yang diukur berupa benih yang berkecambah, kecepatan
berkecambah, jumlah kecambah normal pada berbagai lingkungan yang memadai.
Vigor adalah sejumlah sifat benih yang mengindikasikan pertumbuhan dan
perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada kondisi lapang. Kondisi
benih pada waktu disimpan merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur
simpannya, proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai
dengan penurunan daya kecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal,
terhambatnya petumbuhan dan perkembangan tanaman.
Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian
(2016) pada tahun 2017 dan 2018 proyeksi permintaan jagung untuk konsumsi
rumah tangga masing-masing sebesar 1,58 kg/kapita/tahun dan 1,51
kg/kapita/tahun, sehingga total kebutuhan jagung untuk konsumsi langsung pada
tahun 2016, 2017 dan 2018 masing-masing diramalkan sebesar 425 ribu ton, 412
ribu ton dan 400 ribu ton. Oleh karena itu, pada praktikum ini kami menggunakan
jagung sebagai pengamatan vigor benih pada jagung. Menurut Nuraini dkk.
5
(2018), benih merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan hasil
jagung. Banyaknya peran penting dari jagung mendorong adanya ketersediaan
benih bermutu dan varietas unggul baru yang dapat memenuhi kuantitas, kualitas,
dan kontinyuitas.
Pengujian vigor benih ini sangat penting untuk dilakukan agar petani
terhindar dari berbagai kerugian yang dapat timbul, pengujian ini merupakan salah
satu cara untuk menentukan kualitas dan mutu benih. Mutu fisiologis benih
berkaitan dengan aktivitas perkecambahan benih yang didalamnya terdapat
aktivitas enzim, reaksi-reaksi biokimia serta respirasi benih. Mutu fisiologis benih
dapat diketahui dengan melakukan uji terhadap viabilitas dan vigor benih. Vigor
benih diukur melalui uji vigor, yaitu: uji perkecambahan, uji biokimiawi dan uji
fisik. Terdapat beberapa uji perkecambahan yang dapat dilakukan antara lain: uji
kertas digulung plastik, uji antar kertas, uji di atas kertas dan uji perkecambahan
dengan menggunakan media pasir. Menurut Rahmawati dan Syamsuddin (2013),
uji biokimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan uji tetrazolium dan uji fisik
dilakukan dengan melakukan uji daya hantar listrik. Uji daya hantar listrik
(conductivity test) adalah peubah viabilitas benih melalui pendekatan fisik yang
menggambarkan tingkat kebocoran membran sel.
Praktikum uji vigor dilakukan dengan menanam benih pada media yang
berbeda, yaitu menanam benih pada media tanah, pasir dan pecahan batu bata.
Apabila benih mampu tumbuh dan berkecambah pada media dan kedalaman
tersebut maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan vigor benih tinggi, hal ini
sangat menentukan tingkat keserempakan tumbuh tanaman.
Variabel pengujian vigor benih antara lain, benih yang sudah tumbuh
normal sesuai ukuran yang sudah dibakukan diambil dan dihitung. Umumnya
kenormalannya ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari
akar primer, akar seminal sekunder, kecambah, kotiledon, dan daun pertama yang
tumbuh dalam kotiledon, atau koleoptil dan daun pertama yang tumbuh di
dalamnya. Jumlah kecambah normal dihitung dalam persen terhadap semua benih
yang ditanam dan menjadi gambaran persentase tanaman yang mampu tumbuh
secara normal di lapang yang berkondisi optimum.
6
Terdapat dua jenis benih jagung yang dipakai yaitu benih yang masih baru
dan benih yang sudah melewati masa tanggal kadaluarsa. Setiap media ditanam 5
benih jagung dan diberi perlakuan sama dalam tempat ternaungi dan penyiraman
air. Setelah itu diamati benih yang mulai berkecambah sampai pada 4 hari setelah
tanam dengan mengukur tinggi tanaman dan akar tanaman.
Hasil pengamatan menggungkapkan bahwa tinggi tanaman benih jagung
baru yang tumbuh di media pasir setinggi 0,1 cm, di media tanah tidak tumbuh
dan yang tumbuh di media pecahan batu bata setinggi 2,1 cm. Sedangkan benih
jagung kadaluarsa tidak tumbuh pada semua media. Pada media pasir, koleoptil
terlihat baru saja muncul dari benih. Pada media pecahan batu bata, koleoptil
terlihat paling panjang daripada media tanam yang lain. Sedangkan pada media
tanah, benih belum terlihat perkecambahannya. Benih hanya terlihat kulit luarnya
yang mengalami perubahan bentuk dan koleoptil tidak muncul.
Sedangkan untuk panjang akar tanaman benih jagung baru yang tumbuh di
media pasir sepanjang 1,5 cm, di media tanah tidak tumbuh dan yang tumbuh di
media pecahan batu bata sepanjang 3,3 cm. Sedangkan benih jagung kadaluarsa
tidak tumbuh pada semua media. Sama halnya dengan pengamatan tinggi
tanaman, panjang akar pada media tanam pecahan batu bata adalah yang akar
terpanjang dibandingkan dengan akar tanaman pada kedua media lainnya, yaitu
sepanjang 3,3 cm. Pada media pasir, radikula terlihat baru saja muncul dari benih
sepanjang 1,5 cm. Sedangkan pada media tanah, akar tidak tumbuh sama sekali,
Pada pengujian benih jagung ini menunjukkan bahwa media tanam
mempengaruhi benih tumbuh. Untuk pengujian vigor benih, benih baru lebih
mampu untuk tumbuh pada media tanam yang kering daripada tumbuh pada tanah
yang memiliki bahan organik yang tinggi. Sedangkan benih yang kadaluarsa tidak
memiliki kualitas yang baik sehingga benih belum dapat berkecambah pada 4
HST.
Vigor benih yang tinggi dicirikan yaitu: tahan disimpan lama, tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, pertumbuhan cepat dan merata, mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam
lingkungan tumbuh suboptimal, bibit tumbuh kuat, baik pada tanah basah maupun
kering, bibit mampu memanfaatkan bahan makanan yang ada di dalam benih
7
dengan maksimal, sehingga tumbuh jaringan baru, dan terakhir laju pertumbuhan
bibit tinggi
8
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
kondisi lingkungan sub optimal. Vigor merupakan kehidupan benih yang diukur
berupa benih yang berkecambah, kecepatan berkecambah, jumlah kecambah
normal pada berbagai lingkungan yang memadai. Vigor adalah sejumlah sifat
benih yang mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang
cepat dan seragam pada kondisi lapang.
Pada praktikum ini, terdapat dua jenis benih jagung yang dipakai yaitu
benih yang masih baru dan benih yang sudah melewati masa tanggal kadaluarsa.
Setiap media ditanam 5 benih jagung dan diberi perlakuan sama dalam tempat
ternaungi dan penyiraman air. Hasil pengamatan menggungkapkan bahwa tinggi
tanaman benih jagung baru yang tumbuh di media pasir setinggi 0,1 cm, di media
tanah tidak tumbuh dan yang tumbuh di media pecahan batu bata setinggi 2,1 cm.
Sedangkan benih jagung kadaluarsa tidak tumbuh pada semua media. Sedangkan
untuk panjang akar tanaman benih jagung baru yang tumbuh di media pasir
sepanjang 1,5 cm, di media tanah tidak tumbuh dan yang tumbuh di media
pecahan batu bata sepanjang 3,3 cm. Sedangkan benih jagung kadaluarsa tidak
tumbuh pada semua media.
Pada pengujian benih jagung ini menunjukkan bahwa media tanam
mempengaruhi benih tumbuh. Untuk pengujian vigor benih, benih baru lebih
mampu untuk tumbuh pada media tanam yang kering daripada tumbuh pada tanah
yang memiliki bahan organik yang tinggi. Sedangkan benih yang kadaluarsa tidak
memiliki kualitas yang baik sehingga benih belum dapat berkecambah pada 4
HST.
5.2 Saran
Adapun saran yang didapat dari kegiatan praktikum ini adalah diharapkan
praktikan dapat fokus selama praktikum berlangsung agar kegiatan praktikum
9
dapat berjalan secara kondusif, dan praktikan dihimbau dapat berhati-hati dalam
penggunaan alat-alat praktikum yang dipakai.
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
Gambar 4. Media tanam Gambar 7. Media tanam Gambar 11. Benih pada
pasir yang telah ditanami benih tanah setelah 4 HST
Gambar 4. Media tanam Gambar 8. Media tanam Gambar 12. Benih pada
pecahan batu bata yang siap diamati pecahan batu bata setelah
4 HST