Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

ACARA VII. UJI VIGOR BENIH

OLEH

NAMA : NADIA YULIANA

NIM : C1M017096

KELOMPOK : 15

PRODI : AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti praktikum selanjutnya.

Mataram, 12 November 2019

Menyetujui,

Ass. Praktikum Praktikan

( MIFTAHUR RIZKI ) ( NADIA YULIANA )

NIM. C1M015119 NIM. C1M017096


BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Vigor merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa; benih yang
berkecamabah, kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal, pada
berbagai lingkungan yang memadai. Selain itu juga harus diperhatikan semua
atribut perkecambahan secara morfologi dan fisiologis yang mempengaruhi
kecepatan. Keseragaman pertumbuhan benih pada berbagai lingkungan, ini
merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau kesehatannya.
Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengindikasikan
pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan
kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis
selama proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Pengamatan dan
penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik
secara fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian
benih pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat
diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya
tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan
mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek
penampilan kecambah.
Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, terujinya benih berarti
terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dari pelaksanaan
usaha taninya. Pengujian vigor benih merupakan salah satu cara untuk
menentukan kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal.
Uji vigor merupakan parameter viabilitas absolute yang tolak ukurnya bermacam-
macam. Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih mampu
menghadapi kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah
persentase kecambah normal.
1.2. Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui kriteria benih yang normal kuat, normal tidak kuat, abnormal dan
mati.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi,
sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap
tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih
di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing ‘kekuatan
tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisioogi ini menempatkan benih
pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal
meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih
melampui suatu periode simpan yang lama (Mugnisjah 2008).
Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh
secara normal pada kondisi optimum. Berdasarkan pada kondisi lingkungan
pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam
kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi
lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi
lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih. Perlakuan
dengan kondisi lingkungan sesuai sebelum benih dikecambahkan tergolong
untukmenduga parameter vigor daya simpan benih, sedangkan jika kondisi
lingkungan tidak sesuai diberikan selama pengecambahan benih maka tergolong
dalam pengujian untuk menduga parameter viabilitas tumbuh benih (Soetopo
2005).
Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman
berproduksi normal dalam kondisi sub optimum. Beberapa kondisi sub optimum
dilapang misalnya : kondisi kekeringan, tanah salin, tanah asam, tanah penyakit,
dsb. Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor
tinggi ( Amira 2011).
Vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada
kondisi suboptimum di lapang sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang
suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Tanaman dengan
tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari fenotipe kecambah atau
bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk
ketahananya terhadap berbagai kondisi yang menimpanya (Bewley and Black
2005).
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor
genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik
yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan
dalam galur genetik yangsama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari
indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan
penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah
pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang
didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak
menguntungkan di lapangan dapatmenambah segi kelemahan benih dan
mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan
selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragamakan
tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Bagod
2006).
Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing –
masing “kekuatan tumbuh” dan daya simpan” benih. Tanaman dengan tingkat
vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau
bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk
ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor benih untuk
kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi
kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan
pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih
secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi
sarana produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo 2011).
Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan
perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat
dan mantap. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan
tingkat potensi aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan
munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang menunjukan bagaimana
benih tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor adalah gabungan antara
umur benih, ketahanan, kekuatan dan kesehatan benih yang diukur melalui
kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau memalui analisis biokimia (ISTA
2007).
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada jum’at 25 Oktober 2019 pada pukul
12.00-13.30 WITA di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain bak
kecambah, sparyer, timbangan analitik, pinset dan alat pengecambah. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan yaitu pasir, kertas merang, benih jagung, kedelai,
kacang tanah, padi, tomat, dan kacang hijau.
3.3. Pelaksanaan praktikum

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini antara lain:

a. Metode Uji Kedalaman Dengan Medium Pasir

1. Disiapkan baki atau kotak plastik dengan ukuran disesuaikan


dengan ukuran benih yang dipakai.
2. Diisi kotak tersebut dengan pasir yang telah disaring dan
disterilkan. Basahi pasir dengan air secukupnya.
3. Ditanam benih pada kedalaman tertentu, kemudian ditutup
dengan pasir halus. Kedalaman tanam untuk masing-masing
jenih benih :
 Padi, tomat :2,5 cm
 Jagung dan kacang tanah :5 cm
 Kacang hijau :3,5 cm
 Kedelai :4 cm
4. Bagian atas kotak plastik ditutupi dengan lembaran plastik mika.

Pengamatan :
1. Kekuatan tumbuh : hitung jumlah kecambah normal kuat,
normal kurang kuat, abnormal dan mati (%).
2. Gambar kecambah lengkap disertai keterangannya untuk
masing-masing kriteria (kecambah normal, kecambah abnormal,
benih mati, kecambah tumbuh normal kuat (vigor) dan
kecambah tumbuh normal kurang kuat (less vigor).
b. Metode Uji Kertas Digulung Didirikan (UKDd)
1. Disiapkan substrat kertas merang berukuran 20 cm x 30 cm
sebanyak 3-4 lembar setebal ± 1mm, kemdian rendam dalam air
sampai lembab: Tekan dengan tangan sehingga kelebihan air
terbuang.
2. Dilipat bagian tengah dari lebar kertas, tanam benih dalam satu
deretan pada 1/3 dari separuh lebar kertas dengan arah
pertumbuhan akar primer ke bagian 2/3 separuh lebar kertas ke
arah bawah.
3. Ditutup bagian substrat yang telah ditanami dengan separuh
substrat yang lain, kemudian diulung dengan arah gulungan dari
kiri ke kanan.
4. Gulungan substrat diletakkan dengan cara didirikan pada baki
dalam alat pengecambah.

Pengamatan dan penilaian :

1. Pengamatan dilakukan satu kali yaitu pada 4 x 24 jam untuk


benih padi dan 6 x 24 jam untuk benih tomat dan bayam.
2. Penilaian terhadap kecambah dilakukan dengan menggolongkan
berdasarkan kriteria : tumbuh kuat, tumbuh kurang kuat,
abnormal, dan mati dengan membandingkan antara kecambah
satu dengan yang lain dalam satu substrat.
3. Parameter penunjang : pengukuran terhadap panjang tunas
batang dan akar kecambah, jumlah daun, jumlah akar sekunder,
berat segar dan berat kering kecambah.
c. Uji Dingin (Cold Test)
Cold test menempatkan benih pada suhu dingin (10o C,7 hari) pada
tanah lapangan yang tidak steril pada kadar air kira-kira 60-70% sebelum
ditempatkan selama 4-7 hari pada kondisi yang ideal (25o C). Kondisi suhu
dan kelembaban yang disediakan pada cold test mensimulasi kondisi yang
tidak sesuai dimana benih mungkin mengalami pada penanaman awal
musim semi. Kemampuan benih untuk berkecambah dan muncul ditanah
yang dingin dan basah dipengaruhi oleh sifat genetiknya, kualitas benihnya
(fisik dan fisiologis), patogen dan perlakuan benih. Cold test berusaha
mengukur akibat dari pengaruh kombinasi semua faktor-faktor tersebut.
Hasil ujinya sering menampilkan pertumbuhan bibit (perkecambahan)
yang terendah ynag mungkin diperkirakan dari kelompok benih jika
ditanam pada kondisi lapangan yang sessuai, sementara uji perkecambahan
standar menampilkan potensi pertumbuhan bibit (perkecambahan)
tertinggi yang dapat diharapkan. Ketika perkecambahan benih diperoleh
pada cold test sangat mendekati hasil yang diperoleh pada uji standar
perkecambahan, kelompok benih tersebut diharapkan dapat tumbuh baik
pada kisaran kondisi lengas dan suhu yang luas.
Pelaksanaan
Pada cold test terdapat dua uji pokok yaitu uji menggunakan
handuk yang digulung dan nampan. Yang akan dijelsakan berikut ini
adalah yang menggunakan handuk yang digulung dengan menggunakan
contoh benih jagung.
1. Sehari sebelum pengecambahan, handuk dan kertas yang yang
akan digunakan direndam dalam air hingga masing-masing
handuk menyerap kira-kira 35 ml air. Handuk dan kertas
tersebut diekuilibrasi pada 10oC selama semalam untuk
memastikan bahwa seluruh handuk dan kertas tersebut telah
mencapai suhu 10oC.
2. Diambil minimum 4 x 50 benih dari sampel benih murni untuk
diuji. Benih ditempatkan di atas handuk yang telah dilapisi
kertas (yang telah didinginkan semalaman) dalam 2 baris
masing-masing 25 benih. Posisi benih di handuk kira-kira 4
dan 8 cm dari pinggir atas handuk. Semua benih ditaburi tipis
dengan tanah yang diambil dari lahan bekas penanaman
jagung. Bagian bawah kertas tersebut kemudian dilipat
sehingga benih tercover kertas dan bagian kanan dan kiri
kertas dilipat untuk mencegah agar akar yang tumbuh tidak
samapi keluar kertas pengujian. Handuk dengan benih
didalamnya kemudian digulung, dibungkus dengan plastik
sehingga uap air tidak bisa keluar dan kemudian ditempatkan
pada ruang gelap dengan suhu 10oC selama 1 minggu. Fluktasi
suhu selama 1 minggu tersebut tidak boleh lebih dari 0,5oC.
3. Setelah perlakuan dingin (10oC), handuk dengan benih di
dalamnya ditransfer kedalam camber dengan suhu 25oC pada
keadaan gelap.
4. Setelah itu baru kemudian dipindahkan kedalam lingkungan
yang sesuai untuk perkecambahan benih jagung, dan dibiarkan
disini selama 7-10 hari. Kecambah kemudian dievaluasi dan
diklasifikasikan ke dalam kecambah kuat, lemah seperti yang
didiskripsikan oleh Fiala (ISTA, 1987).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Jumlah vigor kuat, lemah dan mati
Bahan Kelompok Kuat Lemah Mati
Jagung 15 4 0 21
21 1 0 14
Kacang 15 10 5 10
Tanah 21 13 0 12

Tabel 2. Timggi tanaman, jumlah daun dan panjang akar tanaman


jagung.
No Tinggi tanaman Jumlah daun Panjang akar
1 16,5 2 9
2 6,5 2 2
3 13,3 3 5
4 9,5 2 5,6
Jumlah 45,8 9 21,6
Rata-rata 11,45 2,25 5,4

Tabel 3. Tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar kacang tanah.
No Tinggi tanaman Jumlah daun Panjang akar
1 5 3 2
2 4 2 1
3 3 3 1
4 4 2 2
5 4 2 2
6 5 3 3
7 7 1 4
8 6 4 6,5
9 4 1 1
10 5 1 2
Jumlah 47 22 24,5
Rata-rata 4,7 2,2 2,45

4.2. Pembahasan
Vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal
pada kondisi suboptimum di lapang sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang
suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Tanaman dengan
tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari fenotipe kecambah atau
bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk
ketahananya terhadap berbagai kondisi yang menimpanya.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap vigor benih :1) Faktor Genetik.
Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika
benih. Setiap varietas memiliki identitas genetika yang berbeda. 2) Kondisi
Lingkungan Tumbuh dan ruang simpan. Faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen,
pascapanen, maupun saat pemasaran benih. Lingkungan tumbuh selama periode
pembentukan dan perkembangan benih berpengaruh terhadap kualitas benih yang
dihasilkan. Ruang penyimpanan yang dilengkapi dengan pendingin dan pengatur
RH mampu mempertahankan kualitas benih. Suhu yang terlalu dingin
menyebabkan chilling injury. 3) Kematangan Benih. Faktor kondisi fisik dan
fisiologi benih berkaitan dengan performa benih seperti tingkat kemasakan,
tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan (hubungan antara vigor awal dan
lamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis, komposisi kimia,
struktur, tingkat kadar air dan dormansi benih. Kualitas maksimal suatu benih
tercapai saat mencapai Matang Fisiologis. Pada saat Matang Fisiologi sakumulasi
bahan kering (dry matter) dan bahan kimia yang terlibat dalam perkecambahan
sudah mencapai maksimal. Panen sebelum atau sesudah matang fisologis
kualitasnya lebih rendah dibandingkan saat matang fisiologis. Pemasakan benih
pada kondisi suhu 350C lebih cepat perkecambahannya dibanding suhu 300C. 4)
Kadar air benih. Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi
kemunduran benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya
kadar air benih. Kadar air benih akan berpengaruh terhadap proses aktivasi enzim.
Kadar air yang rendah dapat meminimalisir proses aktibvasi enzim (perombakan
cadangan makanan). Bagi benih ortodok kadar air terlalu rendah menyebabkan
cracking (retak) sedangkan bagi benih rekalsitran kadar air terlalu rendah
menyebabkan gangguan fisiologis. Kadar air optimum setiap jenis benih berbeda-
beda. 5) Proses Pengolahan Benih. Pengolahan yang baik tidak menyebabkan
kerusakan pada benih. Pengolahan yang tidak baik menyebabkan benih memar,
cracking atau pecah, case hardening (pengerasan kulit benih). Perontokan dan
pengeringan merupakan tahap pengolahan yang paling berpengaruh terhadap
kualitas benih. 6) Jenis Kemasan. Jenis kemasan yang baik dapat
mempertahankan kadar air dan vigor benih, selain itu kemasan yang baik juga
dapat menghindari benih dari benturan, serangan hama dan penyakit. Contoh
kemasan yang baik antara lain: kaleng, aluminium foil, plastik tebal, kertas semen
dilapisi aspal dll.
Benih normal kuat yaitu benih yang berkecambah dengan bagian-
bagiannya yang lengkap. Mempunyai struktur yang lebih kuat perkecambahannya
melebihi rata-rata kecambah dari benih normal lainnya. Pada hipokotilnya lebih
panjang dan kekar, akarnya lebih panjang atau lebih banyak, plumulanya lebih
besar/lebar. Benih normal lemah yaitu yang bagiannya belum lengkap seperti
akarnya lebih kecil dan melengkung dan plumulanya lebih kecil dan cendrung
memiliki penampilan yang lebih lemah. Benih abnormal yaitu benih yang
berkecambah namun ada salah satu bagian yang tidak muncul atau mengalami
kerusakan maupun kelainan dalam proses perkembangannya. Benih mati yaitu
benih yangtidak mampu berkecambah hingga sampai pada akhir periode. Kriteria
benih mati ditunjukana untuk benih – benih yang busuk sebelum berkecambah
atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan, tetapi bukan
dalam keadan dorman.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pada data
tabel 1. tentang jumlah vigor kuat, lemah, dan mati pada tanaman jagung dan
kacang tanah. Pada benih jagung varietas Februari 2013 memiliki benih dengan
vigor kuat 4 tanaman, vigor lemah 0 tanaman dan mati 21 tanaman. Sedangkan
untuk benih jagung varietas Januari 2019 memiliki benih dengan vigor kuat 13
tanaman, vigor lemah 0 tanaman dan mati 12 tanaman. Hal ini menunjukkan
bahwa daya vigor benih pada jagung tidak dapat direkomendasika sebagai benih
untuk penanaman selanjutnya karena kekuatan tumbuh (vigor) tidak kuat. Pada
benih tanaman kacang tanah varietas Februari 2013 memiliki benih dengan vigor
kuat 10 tanaman, vigor lemah 5 tanaman dan mati 10 tanaman. Sedangkan untuk
vigor benih kacang tanah varietas Januari 2019 memiliki benih dengan vigor kuat
1 tanaman, vigor lemah 0 tanaman dan mati 12 tanaman. Hal ini menunjukkan
bahwa vigor pada kacang tanah yang di amati oleh kelompok 15 lebih bagus
(kuat) dibandingkan dengan vigor kacang tanah dari kelompok 21 sehingga benih
dari kacang tanah varietas 2013 bisa direkomdasikan sebagai benih untuk periode
penanaman selanjutntya dikarenakan memiliki kekutan tumbuh (vigor) yang
tinggi.
Berdasarkan data pada tabel 2. tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang
akar tanaman jagung diperoleh bahwa tinggi tanaman rata-rata pada tanaman
jagung adalah 11,45 cm, kemudian untuk jumlah daun yang tumbuh rata-rata
2,25 cm dan untuk panjang akar yang tumbuh rata-rata 5,4 cm.
Berdasarkan data pada tabel 3. Tinggi tanaman, jumlah dan panjang akar tanaman
kacang tanah diperoleh tinggi tanaman rata-rata 4,7 cm, kemudian jumlah daun
yang tumbuh rata-rata 2,2 cm dan panjang akar rata-rata 2,45 cm.
Berdasarkan data hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa benih
yang direkomendasikan sebagai benih tanam adalah benih kacang tanah varietas
Februari 2019 dikarenakan varietas ini memiliki daya tumbuh(vigor) yang kuat
lebih banyak dibandingan jumlah vigor benih yang mati ataupun yang bervigor
rendah. Sedangkan untuk benih kacang tanah varietas Januari 2019 tidak dapat
direkomendasikan sebagai benih yang di gunakan sebagai bahan budidaya.
Dikarenakan jumlah vigor benih yang kuat lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah vigor benih yang hidup maupun yang mati. Untuk benih jagung varietas
Februari 2013 dan varietas Januari 2019 tidak dapat direkomendasikan karena
daya tumbuh (vigor) benih terlalu lama disimpan dan pengaruhi oleh
pemeliharaan selama pertumbuhan benih.
Kemampuan dari suatu benih untuk dapat tumbuh pada suatu kondisi dingin
merupakan suatu uji yang sangat menentukan tingkat vigoritas dari suatu benih.
Karena syarat benih yang bermutu adalah benih yang mampu tumbuh pada
berbagai kondisi lingkungan, salah satunya pada kondisi dingin sekalipun.
Sehingga jika dilihat dari hasil data uji vigor, maka kacang tanah varietas Februari
2013 merupakan salah satu varietas yang mampu tumbuh pada kondisi
lingkungan yang dingin.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Benih normal kuat yaitu benih yang berkecambah dengan bagian-
bagiannya yang lengkap dan mempunyai penampilan yang lebih
kuat mampu berkecambah melebihi rata-rata kecambah normal
lainnya.
b. Benih normal lemah yaitu benih ini berpenampilan lemah dan juga
bagiannya belum lengkap seperti akarnya lebih kecil dan
melengkung dan plumulanya lebih kecil. Benih abnormal yaitu benih
yang berkecambah namun ada salah satu bagian yang tidak muncul
atau mengalami kerusakan dalam proses perkembangannya.
c. Benih mati yaitu benih yang sampai akhir periode perkecambahan
tidak berkecambah.
d. Benih yang dapat di rekomendasikan sebagai bahan untuk budidaya
tanaman yaitu benih kacang tanah varietas Februari 2013 dari
kelompok 15 dibandingkan dengan benih kacang tanah varietas
Januari 2019 dari kelompok 21. Hal ini dikarenakan bahwasanya
benih tersebut memiliki daya vigor yang lebih bagus dari pada benih
lainnya.
e. Benih jagung varietas Februari 2013 dan Januari 2019 tidak dapat
direkomendasikan sebagai bahan budidaya tanaman dikarenakan
daya tumbuh (vigor) tidak bagus.
5.2. Saran
Mengetahui pentingnya daya kecambah (vigor) suatu benih ini sangat
penting sekali, oleh karena itu petani ataupun mahasiswa pertanian sangat
disarankan untuk mengetahui cara menguji vigor, syarat tubuh maupun hal-hal
yang mencirikan bahwa benih tersebut memiliki mutu yang bagus dan cocok
digunakan untuk budidaya.
DAFTAR PUSTAKA

Amira 2011. Analisis Kemurnian Benih. http://www.leo6nheart45.blogspot.com. Di akses


pada tanggal 27 November 2013.

Bagod 2006. Biologi: Sains Kehidupan. Surabaya: Penerbit Yudhistira.

Basuki 2005. Evaluasi Dengan Hasil 7 Genotip kentang Pada Lahan Kering Bekas Sawah
Dataran Tinggi Ciwidy. Jurnal Hortikultura Vol 5 (4) : 16-28.

Bewley and Black 2005. Physiology and Biochemistry of Seed in Relation to Germination.
New York: Heidelberg.

ISTA 2007. International Rule for Seed Testing Edition 2007. Swizerland: International
Seed Testing Association.
Sutopo 2011. Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai