Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

ACARA VI UJI DAYA KECAMBAH

OLEH

NAMA : NOVIYANTI

NIM : C1M017097

KELOMPOK : 15

PRODI : AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti praktikum selanjutnya.

Mataram, 5 November 2019

Menyetujui,

Ass. Praktikum Praktikan

(M. HAMAM NASIRUDDIN) (NOVIYANTI)

NIM. C1M015128 NIM. C1M017097


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau
bibit tanaman, sebelum berkecambah benih relative kecil dan dorman.
Perkecambahan ditandai dengan dengan munculnya radicle dan plumula.
Biasanya radicle keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan membentuk
sistem akar. Plumula muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada
tahap ini proses respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang tidak
dapat dilarutkan diubah agar dapat dilarutkan, hormon auksin terbentuk
pada endoperm dan kotiledon. Hormon tersebut dipindah ke jaringan
meristem dan digunakan untuk pembentukan sel baru dan membebaskan
energi kinetik.
Daya berkecambah benih adalah tolok ukur tumbuh normal. Uji
daya kecambah dilakukan untuk mengetahui potensi benih yang dapat
berkecambah dari suatu kelompok atau satuan berat benih. Air merupakan
salah satu faktor yang sangat berperan terhadap perkecambahan dan
pertumbuhan benih. Secara umum, pengujian secara langsung dilakukan
untuk benih yang mudah berkecambah, sedangkan pengujian secara tidak
langsung dilakukan untuk benih yang sulit berkecambah. Pengujian daya
kecambah benih bermanfaat untuk menentukan benih per satuan luas lahan
an mengecek kualitas benih.
Viabilitas benih adalah daya hidup benih untuk berkecambah.
Viabilitas benih dilakukan pada kondisi optimum bagi benih untuk
berkecambah. Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih antara lain suhu
dan kelembaban udara di sekitar tempat penyimpanan. Faktor yang lain
adalah air jika benih kekurangan air maka benih akan mengalami stress
yang menyebabkan perkecambaha pada benih terganggu. Manfaat lain dari
pengujian viabilitas benih adalah dapat mengetahui perlakuan yang tepat
saat penyimpanan benih. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan uji
daya kecambah.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan
mempraktekkan cara evaluasi daya kecambah sebagai jenis benih tanaman.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan didefinisikan sebagai proses awal munculnya


pertumbuhan aktif yang ditandai dengan pecahnya kulit biji dan
munculnya semai). Semai ditandai dengan adanya tumbuhan kecil dalam
kotiledon yang merupakan hasil dari perkecambahan. Hasil perubahan
embrio saat perkecambahan adalah tumbuh dan berkembangnya menjadi
batang dan radikula menjadi batang (Gardner, 2011)
Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai
berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang
menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada
lingkungan yang sesuai. Dengan demikian, pengujian daya tumbuh atau
daya berkecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, beberapa
persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu
berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Sunarto, 2012).
Daya berkecambah benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih
untuk tumbuh normal. Uji daya kecambah dilakukan untuk mengetahui
potensi benih yang dapat berkecambahdari suatu kelompok atau satuan
berat benih. Secara umum, cara pengujian daya kecambah benih dapat
dibedakan menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung (Budi,
2013).
Pengujian secara langsung dilakukan untuk benih yang mudah
berkecambah, sedangkan pengujian secara tidak langsung dilakukan untuk
benih yang sulit berkecambah (Gunawan, 2011). Pengujian daya
kecambah benih bermanfaat untuk menentukan benih per satuan luas lahan
dan mengecek kualitas benih (Rukmana, 2002). Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya kecambah benih adalah kemasakan benih, kadar air,
dormansi, oksigen, temperatur, cahaya, dan zat penghambat
perkecambahan (Wahab, 2011)
Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas
dan metoda uji = UDK (Uji Di atas kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan
UKDdp (Uji Kertas digulung didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan
benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah halus, pasir
halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau tidak
dicampur (Sadjad, 2009)
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada jum’at 25 Oktober 2019 pukul
14.00-15.30 WITA bertempat di Laboratorium Agronomi dan Hortikulura
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu antara
lain cawan petridish, bak kecambah, pinset, sprayer, dan alat
perkecambahan benih. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain
yaitu kertas merang dan benih beberapa jenis tanaman

3.3 Prosedur Kerja Praktikum


Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :
a. Metode uji diatas kertas (UDK)
1. Disiapkan contoh uji sebanyak 400 butir benih untuk empat kali
ulangan.
2. Disiapkan cawan petri yang bersih (diameter petri tergantung jenis
benih.)
3. Digunting kertas merak sebanyak tiga lapis dengan ukuran sesuai
dengan cawan petri.
4. Diletakkan substrat merang di atas cawan petri, kemudian basahi
dengan menggunakan pinset.
5. Benih-benih tadi ditanam di atas substrat kertas merang dengan
menggunakan pinset.
6. Jumlah benih dalam setiap cawan [etri disesuaikan dengan ukuran
benih dan ukuran cawan petri. Ketentuan untuk menguji 400 butir
benih setiap perlakuan dengan ulangan 4, 8 atau 16 kali (4 x 100
butir, 8 x 50 atau 16 x 25 butir).
Pengamatan dan penilaian :

1. Pengamatan dan penilaian uji daya kecambah untuk mengetahui


persentase perkecambahan dilakukan 2 kali.
 Pengamatan pertama pada 3 x 24 jam dilakukan untuk benih
jagung, padi, kacang hijau dan kedelai.
 Pengamatan pertama 5 x 24 jam dilskukan untuk benih
kacang tanah, tomat, pepaya, bayam, tembakau dan kopi.
 Pengamatan kedua dilakukan 2 x 24 jam setelah pengamatan
pertama.
2. Penilaian atas kecambah normal, abnormal dan mati dilakukan
pada saat pengamatan terakhir, dengan membandingkan antara
kecambah satu dengan yang lain dalam satu substrat.
3. Laju perkecambahan dan nilai perkecambahan pengamatan
terhadap munculnya radicle dan plumula dilakukan setiap hari
sampai semua contoh uji berkecambah atau sampai hari yang
telah ditentukan untuk tiap-tiap jenis benih (10-14) hari untuk
benih tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura, kecuali
pepaya, tembakau, dan kopi sampai 20 hari.
4. Pada pengamatan terakhir pengukuran terhadap parameter
penunjang antara lain panajnag tunas batang dan akar kecambah,
jumlah akar sekunder, berat kering dan segar kecamabah.
b. Metode uji antar kertas (UAK)
1. Disiapkan substrat kertas merang berukuran 20 x 30 cm sebanyak
3-4 lembar 1 mm.
2. Direndam dalam air beberapa saat, sampai substrat tersebut basah,
air yang berlebihan dibuang dengan cara memasukkan substrat
merang dalam alat pengepres atau cukup ditekan dengan tangan
secara hati-hati.
3. Letakkan substrat di atas meja praktikum dan lipat bagian tengah.
4. Tanam benih dengan menggunakan pinset pada ½ bagian dari
lipatan tadi, atur jarak antar benihnya. Jumlah benih dalam setiap
substrat disesuaikan dengan ukuran substrat dan ketentuan dalam
pengujian benih.
5. Tutup substrat yang telah ditanami benih dengan ½ bagian
substrat yang tepat pada lipatan. Lipat lagi pinggiran substrat
sekitar 1,5 cm ke dalam (kecuali yang telah ada lipatannya).
6. Letakkan di dalam alat kecambah.
4.1. Hasil pengamatan
Tabel 1. Jumlah benih berkecambah
Tabel 1. Jumlah benih berkecambah
Hari Jagung Kacang tanah
pengamatan
1 0 0
2 2 0
3 4 2
4 8 5
5 15 8
6 16 10
7 19 16
Jumlah 64 41
Rata-rata 9,14 5,86

Tabel 2. Jumlah benih normal, abnormal dan mati


Tanaman Kelompok Normal Abnormal Mati
15 19 0 6
16 16 8 1
17 8 7 10
18 1 1 23
Jagung 19 12 4 9
20 16 2 7
21 8 12 5
Jumlah 80 34 63
Tanaman Kelompok Normal Abnormal Mati
15 7 9 9
Kacang 16 21 1 3
Tanah
17 15 4 6
18 11 5 9
19 10 3 12
20 2 8 15
21 4 0 21
Jumlah 70 30 75

Analisis data
Jagung
𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
% benih berkecambah = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ

19
=25 𝑥100%

=76%
𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
% benih normal = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑥 100%

19
= 25 𝑥100%

=76%
𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑎𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
% benih abnormal : 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ

0
= 25 𝑥100%

=0%
𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑖
% benih mati = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑥 100%

6
=25 𝑥100%

=24%
Kacang tanah
𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
% benih berkecambah = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ

16
=25 𝑥100%

=64%
𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
% benih normal = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑥 100%

7
= 25 𝑥100%

=28%
𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑎𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
% benih abnormal : 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ

9
= 25 𝑥100%

= 36%
𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑖
% benih mati = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑥 100%

9
=25 𝑥100%

=36%

4.2. Pembahasan
Kecambah normal yaitu kecambah yang menunjukkan potensi untuk
berkembang lebih lanjut menjadi tanaman normal. Ciri-cirinya yaitu
kecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama
akar primer dan akar seminal paling sedikit dua, perkembangan hipokotil
baik baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan, pertumbuhann
pumula sempurna dengan daun hijau tumbuh baik. Epikotil tumbuh
sempurna dengan kuncup normal dan memiliki satu kotiledon untuk
kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil. Kecambah abnormal yaitu
kecambha yang tidak menunjukkan adanya potensi untuk berkembangan
menjadi tanaman normal jika ditambahkan pada tanah berkualitas baik dan
di bawah kondisi yang sesuai bagi pertumbuhannya. Ciri-cirinya yaitu
kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer pendek,
bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah dan
kurang seimbang. Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon
membengkok, akar pendek, kecambah kerdil, kecambah tidak membentuk
klorofil dan kecambah lunak.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
pada benih tanaman jagung jumlah benih yang berkecambah yaitu
sebanyak 64 benih dengan persentase jumlah benih normal 76 % ,
abnormal 0 % dan benih yang mati 24 % benih dengan daya
berkecambah sebesar 76 % atau termasuk dalam kriteria mutu benih
kurang baik sehingga kurang layak untuk dijadikan benih yang bermutu
SNI. Sedangkan pada benih tanaman kacang tanah jumlah benih yang
berkecambah yaitu 41 benih dengan jumlah benih normal 28 %, abnormal
36 % dan benih yang mati 36 % benih dengan daya perkecambahannya
sebesar 64 % atau termasuk dalam kriteria mutu benih jelek sehingga
benih tersebut tidak layak menjadi benih yang berstandar SNI.
BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan :
1. Benih dikatakan tumbuh dengan normal apabila kecambah telah
memiliki akar daun dan batang, sedangkan dikatakan abnormal
apabila perkecambahan tidak sempurna (kerdil).
2. Benih yang tidak tumbuh saat perkecambahan disebabkan
karena lingkungan yang diberikan terlalu becek atau terlalu
kering (kekeringan) atau terserang jamur.
3. Daya perkecambahan pada benih tanaman jagung sebesar 76 %
dan benih kacang tanah sebesar 64 %
1.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, D. W.2013. Pengujian Benih. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 2011. Fisiologi Tanaman


Budidaya. UI Press. Jakarta.

Sadjad, S. 2009. Produksi Benih Berkualitas Tinggi untuk Menunjang Produksi


Pangan. Proc. Kursus Singkat Pengujian Benih. IPB. Bogor.

Sunarto, T, Hilman, SB. 2012. Analisis Korelasi dan Koefisien Lintasan Hasil
Padi Sawah Pada Lahan Keracunan Fe. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan. Vol. 18 (2).

Wahab, M. K dan Dewi R. 2011. Pengaruh Ukuran dan Pencucian Benih


Terhadap Viabilitas Benih. Penelitian Tanaman Industri XIX (1-2): 38-41.

Anda mungkin juga menyukai