Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRATIKUM

DASAR – DASAR ILMU BENIH


PENGUJIAN VIABILITAS SECARA TIDAK LANGSUNG

Oleh :

Zhuan Anses Armytha (2205901020018)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mutu fisiologis benih berkaitan dengan aktivitas perkecambahan benih yang


didalamnya terdapat aktivitas enzim, reaksi-reaksi biokimia serta respirasi
benih.Mutu fisiologis benih dapat diketahui dengan melakukan uji terhadap
viabilitas dan vigor benih. Vigor benih diukur melalui uji vigor yaitu: 1) uji
perkecambahan, 2) uji biokimiawi dan 3) uji fisik. Terdapat beberapa uji
perkecambahan yang dapat dilakukan antara lain uji kertas digulung plastik, uji
antar kertas, uji di atas kertas dan uji perkecambahan dengan menggunakan media
pasir. Uji biokimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan uji tetrazolium dan
uji fisik dilakukan dengan melakukan uji daya hantar listrik.
Metode uji cepat sebagai metode penilaian kualitas fisik dan fisiologis benih
tanaman adalah uji Tetrazolium (Tz) dan belah, namun tidak dapat digunakan
dalam penerapan aspek legalitas.Meskipun hanya merupakan metode
pembanding, penilaian berdasarkan metode tersebut menjadi syarat penting untuk
kemudian didokumentasikan oleh institusi penguji mutu dengan demikian fungsi
pelayanan penyediaan informasi yang cepat dan akurat dapat terwujud.Adapun
uji-uji lainnya, perlu pula diakomodasi dalam peraturan pengujian karena ke dua
metode tersebut tidak dapat digunakan untuk semua jenis.
Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui
cara pengujian viabilitas benih dengan menggunakan larutan Tetrazolium (Tz)
guna mempertahankan viabilitas benih (Farida, Z.N.L.E., D., dkk, 2017)

1.2 Tujuan Pratikum

Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mempelajari beberapa metode uji
viabilitas benih secara tidak langsung menggunakan larutan tetrazolium.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Viabilitas benih dan vigor benih merupakan subjek yang


menggambarkan karakteristik benih yang baik dan menentukan aktivitas benih
terhadap proses perkecambahan pada kondisi lingkungan yang berbeda.
Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ada di sekitar
benih tersebut. Benih dapat mengalami dormansi biji saat perkecambahan
berumur 2 - 3 minggu yang akan mengakibatkan benih mengeluarkan energi yang
tidak dipaka dan akan mendapat energi baru untuk terus melanjutkan proses
perkecambahan (Lesilolo et all., 2013).
Pengujian viabilitas benih dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan
cara menilai struktur-struktur penting kecambah dan secara tidak langsung, yaitu
dengan melihat gejala metabolismenya. Pada pengujian secara langsung, beberapa
substrat pengujian yang dapat digunakan seperti kertas, kapas, pasir, tanah, dan
lainlain. Namun substrat kertas lebih banyak digunakan karena lebih praktis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan dalam prosedur pengujian mutu benih secara
moderen (Purbojatiet all., 2009).
Metode pendugaan mutu fisiologis benih dapat dilakukan melalui metode
langsung dan tidak langsung. Metode langsung menggunakan indikator
pertumbuhan kecambah; benih dikecambahkan pada kondisi ideal, dilakukan di
germinator, rumah kaca atau areal persemaian selama jangka waktu tertentu (uji
resmi), sedangkan metode tidak langsung didasarkan padaprosesmetabolisme
sertakondisifisikyang merupakan indikasi tidak langsung; disebut pula
ujicepatviabilitas. Uji cepat umumnya diaplikasikan pada beberapa kondisi
seperti benih yang harus segera ditabur karena cepat mengalami kerusakan, benih
dengan dormansi kuat dan lambat berkecambah, keterbatasan jumlah benih,
permintaan konsumen serta pada beberapa jenis menunjukkan hasil yang lebih
akurat (Zanzíbaret all., 2010).
Prinsip metode Tetrazolium (Tz) adalah bahwa setiap sel hidup akan
berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan
membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna
putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang

3
berkaitan dengan respirasi. Kelebihan metode TZ meliputi waktu pengujian yang
singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta
benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian
tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang
intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau
mikroba lainnya dan bersifat merusak (Zanzibar et all., 2009).
Kriteria benih hidup uji Tetrazolium (Tz) adalah bila radikel dan kotiledon
berwarna merah (M) atau merah muda (Mm) tanpa warna putih (P),
gametofitbetinaberwarnamerahsampaiputih(≤ 20% warna putih dengan ≥ 50%
warna merah), benih mati bila terdapat warna putih pada radikel atau kotiledon,
luasan warna putih padagametofit betina ≥ 20% dan warna merahnya ≤ 50%.
Semakin luas pola pewarnaan, intensitas tinggi serta terletak pada bagian-bagian
penting dari setiap struktur tumbuh maka menunjukkan bahwa benih berpeluang
menjadi kecambah normal (Rahmawati et all., 2013).

4
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat
Alat yang di gunakan dalam pratikum ini ialah alat – alat yang di gunakan di
laboratorium benih fakultas pertanian UTU.

a) Petridish c) Gelas ukur


b) PH meter d) loup

3.2 Bahan

Alat yang di gunakan dalam pratikum ini ialah :

a) Benih Kedelai c) KH2PO4 dan Na2HPO4.2H2O


b) Larutan Tetrazolium d) KNO3 dan HNO3

3.3 Cara kerja

1. Siapkan benih kedelai


2. Merendam benih kedelai dengan larutan KNO3 dan HNO3
3. Membuat larutan penyangga dengan melarutkan 9,078 gr KH2PO4 dan
11,876 gr Na2HPO4.2H2O (Masing-masing dalam 1000 ml air)
4. Campurkan larutan pertama sebanyak 400 ml dan larutan kedua sebanyak
600 ml
5. Larutkan 10 gr Tetrazolium dalam larutan penyangga
6. Belah benih kedelai yang telah direndam sebelumnya kemudian rendam
dengan larutan garam tetrazolium tersebut selama kurang lebih 1 jam.
7. Pengamatan viabilitas benih kedelai dilakukan berdasarkan pola pewarnaan
merah di daerah embrio. Amati pada embrio benih, hitung jumlah benih
kedelai yang embrionya berwarna merah secara penuh, dapat menggunakan
kaca pembesar.

8. Menggunakan buku petunjuk tetrazolium untuk melihat benih kedelai yang


mampu berkecambah (germinable) berdasarkan pola pewarnaan merah di
daerah embrio. Hitung persentase benih yang mampu berkecambah
berdasarkan pola pewarnaan merah.

5
A. Tabel Pengamatan
1. Pengamatan uji tetrazolium pada benih ………….
No Indikasi Warna

Merah cerah Merah muda Merah Tua Merah


Sebagian

Jumlah
Rata-Rata
Persentase

6
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dari kegiatan pratikum yang telah dilakuakan
ialah:

Indikasi Warna
No Merah
Merah muda Merah Tua Merah Sebagian
cerah

1. 3 4 4 4

Jumlah 3 4 4 4
Rata – Rata - - - -
Persentase 20% 26,6% 26,6% 26,6%

4.2. Pembahasan
Berikut akan diuraikan pembahasan tentang tabel hasil percobaan yang di
terapkan pada pratikum Dasar –Dasar Ilmu Benih minggu ke- 6 yang berjudul
VIABILITAS SECARA TIDAK LANGSUNG.
Dalam percobaan yang telah dilakukan, terdapat sebuah metode yang di
terapkan pada pratikum tersebut. Yaitu metode perendaman terhadap benih
kedelai menggunakan larutan tetrazolium.
Adapun langkah – langkah yang harus di perhatikan adalah :
 Benih di rendam terlebih dahulu dengan menggunakan air biasa selama 24
jam lalu benih di belah menjadi 2 bagian dan di rendam kembali dengan
laruta berupa:
1g larutan tetra / 100 ml Aquadest

Rendam selama 1 jam.

7
Dan melakukan perhitungan untuk mengetahui presentase pengamatan pada
uji viabilitas benih secara tidak langsung dengan menggunakan larutan
tetrazolium tersebut, dengan rumus :

RUMUS :

n : jumlah indikasi warna pada benih

N : jumlah keseluruhan benih yang di amati

Merah Cerah :

Merah Muda :

Merah Tua :

Merah Sebagian :

Hasil pengamatan pada benih kedelai dari 15 benih yang direndam


tetrazolium terdapat 3 Merah Cerah, 4 Merah Muda dan 4 Merah Tua Dan 4
Merah Sebagian dengan total rata - rata presentase sebesar Merah Cerah 20% ,
Merah Muda 26,6 %, Merah Tua 26,6 %, dan Merah Sebahagian 26,6 %.

Prinsip metode Tetrazolium (Tz) adalah bahwa setiap sel hidup akan
berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan
membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna
putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang
berkaitan dengan respirasi. Kelebihan metode TZ meliputi waktu pengujian yang
singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta
benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian
tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang
intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau
mikroba lainnya dan bersifat merusak.

8
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Uji


Tetrazolium (Tz) adalah uji yang dalam pelaksanaannya menggunakan zat
indikator berupa 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium disebut juga uji
biokhemis benih,karena dengan uji ini akan diketahui terjadinya proses
biokimiawi yang berlangsung dalam sel, khususnya dalam sel-sel embrio benih.
Uji tetrazolium juga disebut uji cepatkarena indikator pada uji ini adalah pola-pola
pewarnaan pada embrio, bukan proses perkecambahan yang umumnya
memerlukan waktu yang lebih lama dalam menentukan final count.

9
DAFTAR PUSTAKA

Farida, Z.N.L.E., D. Saptadi dan Respatijarti. 2017. Uji vigor dan viabilitas benih
dua klon karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) pada beberapa periode
penyimpanan. Jurnal Produksi Tanaman, 5(3): 484-492.

Leisolo, M.K., J. Riry dan E. Matatula. 2013. Pengujian viabilitas dan vigor benih
beberapa jenis tanaman yang beredar di pasaran kota Ambon. Jurnal
Agrologia, 2(1):1-9.

Purbojati, L., Faiza dan C. Suwarno. 2009. Studi alternatif substrat kertas untuk
pengujian viabilitas benih dengan metode uji diatas kertas. Jurnal Bul.
Agron, 34(1):55-61.

Rahmawati dan Syamsuddin. 2013. Pengujian mutu benih jagung dengan


beberapa metode. Jurnal Agroekotek, 9(1):43-47.

Zanzíbar, M. 2009. Kajian metode uji cepat sebagai metode resmi pengujian
kualitas benih tanaman hutan di Indonesia. Jurnal Standardisasi,11(1): 38-
45.

Zanzíbar, M. dan N.H. erdiana. 2010. Akurasi metode uji cepat dalam menduga
mutu fisiologis benih damar. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman,7(4):181-
189.

10
LAMPIRAN

11

Anda mungkin juga menyukai