Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRATIKUM SILVIKULTUR

ACARA III
PENGUJIAN VIABILITAS DAN KONDISI BENIH

Oleh :

Nama : Galuh Sekar Ardhanariswari

NIM : 19/442295/KT/08993

Kelompok : 1

Co-Ass : Nina Nur Ainia

LABORATORIUM SILVIKULTUR DAN AGROFORESTRI


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA III
PENGUJIAN VIABILITAS DAN KONDISI BENIH

ABSTRAK
Benih merupakan bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak
ataupun dalam proses mengebangbiakan tanaman yang sudah terseleksi dan dikondisikan
untuk menjadi bahan dengan tujuan perbanyakan tanaman maka dari itu benih merupakan
kunci utama keberhasilan dalam budidaya tanaman. Kemudian untuk Viabilitas benih
ialah dapat didefinisikan suatu kemampuan hidup benih sehingga viabilitas benih menjadi
fokus dari ilmu benih. Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan
viabilitas (kemampuan berkecambah) benih dan dapat mengetahui serta menetukan
kondisi benih. Dari pratikum yang telah dilakukan dihasilkan data berupa viabilitas benih
dari jenis lamtoro dengan menggunakan uji langsung dan uji tidak langsung.
Diketahuinya viabilitas benih dapat mengidentifikasikan kondisi benih, namun juga
diperlukan data berupa kemurnian benih dan kebersihan benih. Kemudian dari data
menghasilkan persentase kemurnia benih sebesar 95,3%, kebersihan benih sebesar 98,2%
serta viabilitas benih dengan uji tak langsung sebesar 55.56% dan uji langsung sebesar
66,667%.
Kata kunci : Benih, Viabilitas

I. TINJAUAN PUSTAKA
Benih merupakan bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak
ataupun dalam proses mengebangbiakan tanaman yang sudah terseleksi dan dikondisikan
untuk menjadi bahan dengan tujuan perbanyakan tanaman maka dari itu benih merupakan
kunci utama keberhasilan dalam budidaya tanaman. Kemudian dalam budidaya tanaman,
benih dapat berbentuk berupa biii ataupun tumbuhan kecil yang berasal dari hasil proses
perkecambahan, pendederan, perbanyakan aseksual yang sering disebut dengan bahan
tanam. Sedangkan benih yang bukan berbentuk bihi atau yang telah disemaikan disebut
dengan bibit (Sundari dan Hapsari., 2017).
Viabilitas benih ialah dapat didefinisikan suatu kemampuan hidup benih sehingga
viabilitas benih menjadi fokus dari ilmu benih. Adanya viabilitas benih menjadi indikator
untuk menggambarkan bahwa benih tersebut hidup. Kemudian penilaian viabilitas benih
dapat dilakukan melalui pendekatan secara fisiologis dengan melalui penilaian terhadap
fenomena pertumbuhan, lalu pendekatan biokimiawi yaitu penilaian terhadap aktivitas
metabolisme benih, ada pendekatan sitologis yang dideteksi dari kondisi kromosom,
membran sel serta mitokondria, lalu ada pendekatan sistematis yaitu pengamatan dari
viabilitas yang dijabarkan dalam rumusan matematika (Widajati dkk., 2014).
Faktor yang memperngaruhi vigor benih yaitu dari faktor genetik, faktor genetik
merupakan faktor bawaan yang berhubungan dengan komposisi genetika benih.
Kemudian faktor dari kondisi lingkungan tumbuh dan ruang simpan yang berpengarih
terhadap mutu benih yang berkaitan dengan kondisi serta perlakuan selama prapanen,
pascapanen ataupun saat pemasaran benih dan lingkungan tumbuh selama periode
pembentukan serta perkembangan benih akan berpengaruh dalam kualitas benih yang
dihasilkan. Faktor selanjutnya yaitu kematangan benih yang berkaitan dengan faktor
kondisi fisik serta fisiologi benih yang berhubungan dengan performa benih seperti
tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan , tingkat kesehatan,
ukuran serta berat jenis benih. Lalu ada faktor kadar air benih yang paling mempengaruhi
kemunduran benih, dan ada faktor proses pengolahan benih serta faktor jenis kemasan,
dikarenkan jenis kemasan yang baik akan dapat mempertahankan kadar air dari vigor
benih (Kusumawardana dan Hidayati., 2019).
Metode pengujian benih terdiri dari dua metode yaitu metode langsung dan metode
tidak langsung. Kemudian untuk indikasi dalam metode langsung adalah pengujian yang
menghasikan kecambah ataupun metode pengujian benih dengan digunakan adanya uji
daya berkecambah normal. Sedangkan pada metode tidak langsung, indikasi nya
menggunakan uji tetrazolium yang bertujuan untuk mengetahui persentase benih yang
hidup, benih tidak hidup serta benih yang dorman (Fatmawati dkk., 2018).
Kemurnian benih memliliki pengertian yaitu berupa keompok benih yang
menggambarkan persentase propors benih murni dari suatu jenis. Kemudian dengan
adanya analisis terhadap kemurnian benih yaitu untuk dapat menentukan komposisi benih
yang murni, benih lain serta kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Sehingga
kemurnian benih dihitung yang berdasarkan dengan berat masing-masing dari benih
murni, benih lain serta kotoran (Arif dkk., 2018).

II. TUJUAN
Pratikum ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menentukan viabilitas (kemampuan
berkecambah) benih
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menetukan kondisi benih

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam pratikum ini, ialah:
1. Pisau yang tajam
2. Kaca pembesar/ loupe
3. Bak kecambah/ kertas saring
4. Oven
5. Timbangan
6. Amplop
Bahan yang digunakan dalam pratikum ini, ialah :
1. Benih lamtoro atau sengon

IV. METODE

2.1 Waktu
Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 30 Agustus 2019
2.2 Tempat
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Silvikultur Intensif, Klebengan,
Kabupaten Sleman
2.3 Cara kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam pratikum ini, ialah:
Cara kerja pada praktikum ini adalah:
a. Pengujian Viabilitas Benih
 Uji langsung
1. Disiapkan 9 butir benih diulang 3 kali (total 27 butir) kemudian
dilakukan skarifikasi dengan cara direndam dengan air panas
2. Setelah itu dikecambahkan ke dalam bak kecambah, menggunakan media
kertas saring yang telah dibasahi, kemudian dimasukkan ke dalam
germinator
3. Amati proses perkecambahan, hitung yang berkecambah, kemudian
hitung daya kecambah (viabilitas benih)
 Uji tak langsung
1. Disiapkan 9 butir benih diulang 3 kali (total 27 butir), kemudian
direndam dalam air hingga kulitnya menjadi lunak
2. Setelah kulitnya menjadi lunak, dibelah 27 butir benih tersebut, amati
keadaan embrio, cadangan makanan atau bagian lainnya
3. Biji yang baik embrio dan cadangan makanannya berwarna putih
kekuningan
4. Dihitung benih yang baik dan jelek, kemudian dihitung viabilitasnya
dengan cara jumlah benih – jumlah benih jelek dibagi jumlah benih yang
diamati x 100%
5. Kemudian 27 butir sisianya, dibelah dan direndam ke dalam larutan
tetrazolium yang telah disiapkan yaitu 2, 5, 3 Triphenyl Tetrazolium
Chlorida + Aquades dengan perbandingan 1 : 100
6. Setelah lebih dari 4 jam, diamati perubahan warna benih yang terjadi
yaitu berwarna merah ternag untuk benih yang masih baik
7. Dihitung viabilitas benih dengan cara jumlah benih – jumlah benih jelek
dibagi jumlah benih yang diamati x 100%
8. Dibandingkan ketiga macam cara uji tersebut
b. Pengujian kondisi benih
1. Menghitung kebersihan benih:
 Diambil sampel benih tanpa diseleksi, msialnya 5 gram diulang 3 kali
 Dipisahkan benih dengan kotorannya (Sayap, sisa – sisa kulit, kerikil, dll)
 Setelah bersih ditimbang untuk mengetahui % kebersihan benih
 Dihitung % kebersihan benih dengan cara: berat benih sampel – berat
kotoran dibagi berat benih sampel x 100 %
2. Menghitung kemurnian benih
 Benih yang telah bersih tersebut dipisahkan dari benih spesies lain
 Setelah murni ditimbang untuk mengetahui kemurnian benih
 Dihitung % kemurnian benih dengan cara : berat benih bersih – berat
benih spesies lain dibagi berat benih bersih x 100%

V. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Langsung Benih Lamtoro

Uji langsung dan Uji belah Uji Tetrazolium


Bagus Jelek Bagus Jelek
6 3 5 4

Tabel 2. Hasil pengamatan Kebersihan Benih

Ulangan Berat Kotor Berat Bersih %


1 0.09 5 98.2
2 0.1 5 98
3 0.08 5 98.4
Rata-rata 98.2

Tabel 3. Kemurnian Benih

Ulangan benih bersih spesies lain %


1 5 0.3 94
2 5 0.2 96
3 5 0.2 96
Rata-Rata 95.33333

Tabel 4. Viabilitas Benih

Viabilitas Bagus Jelek %


Langsung 6 3 66.66667
Tak langsung/tetrazolium 5 4 55.55556

Tabel 5. Jumlah Benih Berdasarkan Berat Per Gram

Ulangan Biji/1 gram Biji/kg


1 239 239000
2 243 243000
3 244 244000
Rata-rata 242000

Contoh perhitungan :
3. Persen Kebersihan Benih
berat beni h sampel−berat kotoran
%Kebersihan benih = × 100%
berat benih sampel
5−0.09
% ulangan 1 kemurnian benih = x 100% = 98,2 %
5
5−0.1
% ulangan 2 kebersihan benih = x 100% = 98 %
5
5−0.08
% ulangan 3 kebersihan benih = x 100% = 98,4 %
5
%ulangan1+% ulangan 2+%ulangan3
Rata-rata kebersihan benih =
3
98.2+98+ 98.4
= = 98,2 %
3
4. Kemurnian Benih
berat benih bersih−berat benih spesies lain
%Kemurnian Benih = × 100%
berat benihbersih
5−0 , 3
% Kemurnian Benih Ulangan 1 = × 100% = 94%
5
5−0 , 2
% Kemurnian Benih Ulangan 2 = × 100% = 96%
5

5−0 , 2
% Kemurnian Benih Ulangan 3 = × 100% = 96%
5
%ulangan1+% ulangan 2+%ulangan3
Rata-rata kebersihan benih =
3
94+ 96+96
= = 95.33333 %
3
5. Viabilitas benih
jumalh benih berkecambah
 Viabilitas Benih Uji Langsung (%) = × 100%
jumlah benih yang ditabur
6
= x 100% = 66.66667%
9
 Viabilitas Benih Uji Tak Langsung (%)
jumalh benih yang diamati− jumlah benih jelek
=
jumlah be nih yang diamati
9−4
= x 100% = 55.55556%
9

Anda mungkin juga menyukai