Anda di halaman 1dari 7

ACARA III

PENGUJIAN VIABILITAS DAN KONDISI BENIH

ABSTRAK
Viabilitas benih adalah daya tumbuh benih berdasarkan hormon dan lingkungan benih.
Viabilitas benih yang paling baik adalah benih dalam kondisi baru matang dengan sifat genetic
yang bagus dan bersala dari pohon induk berkualitas. Benih dengan viabilitas yang baik
umumnya memiliki persen kemurnian yang paling tinggi berdasarkan kondisi benih. Untuk uji
viabilitas benih dilakukan dengan cara uji langsung dan tidak langsung brupa uji belah dan uji
arutan tetrazolium. Untuk uji kondisi benih digunakan benih yang elum diseleksi kemudian
dilakukan uji kebersihan, kemurnian, jumlah benih berdasarkan berat, dan kadar air benih. Dari
hasil pengamatan diperoleh bahwa benih yang diamati memiliki viabilitas dan kualitas benih
yang baik berdasarkan cepatnya biji berkecambah dengan isi biji yang dalam kondisi baik dan
kemurnian benih mencapai 93,87%.

Kata kunci: benih/biji, viabilitas, kualitas, uji/pengujian.

I. TINJAUAN PUSTAKA
Benih atau biji merupakan bagian generative tanaman khususnya yang terletak pada
buah yang berfungsi sebagai calon individu baru dengan membawa informasi genetic
induk tumbuhan. Dikarenakan benih membawa sifat genetic induknya maka akan
mempengaruhi perlakuan yang tepat terhadap benih tersebut baik dari struktur maupun
hormon. Dari struktur biji khususnya cangkang biji, kondisi embrio, dan cadangan
makanan embrio dapat diketahui daya tumbuh (viabilitas) dan kualitas benih.
Viabilitas benih adalah kemampuan daya hidup benih yang dilihat berdasarkan
pertumbuhan dan perkembangan, metabolism, dan proses pembentukan kromosom pada
benih (Avivi., dkk, 2021). Benih dengan viabilitas dan vigor yang tinggi dikatakan
sebagai benih unggul atau benih bermutu. Benih yang bermutu memiliki kriteria mutu
genetis, mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih (fisiologis) (Setiawan., dkk,
2021). Benih yang berkualitas unggul akan menghasilkan pohon yang berkualitas pula
(Kusmawati., Zaini.,& Ernata, 2018).
Faktor yang mempengaruhi viabilitas dan kualitas benih adalah faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari sifat genetik benih yang mempengaruhi masa
penyimpanan benih seperti kelompok ortodoks atau rekalsitran, kondisi kulit dan kadar
air benih awal. Faktor eksternal atau lingkungan yang mempengaruhi viabilitas benih dan
kualitas benih adalah suhu dan kelembaban, media penyimpanan, dan waktu
penyimpanan (Tambunsaribu., Anwar., & Lukiwati, 2017; Murrinie., Sudjianto., &
Faizah, 2021).

II. TUJUAN
Tujuan Praktikum Silvikultur Acara III adalah:
1. Mengetahui dan menentukan viabilitas (kemampuan berkecambah) benih
2. Mengetahui dan menentukan kondisi benih

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Acara III adalah:
Alat: Bahan:
- Pisau yang tajam - Benih lamtoro/sengon
- Bak kecambah - Aquades
- Oven - Larutan tetrazolium
- Germinator
- Oven
- Timbangan
- Amplop

IV. METODE (WAKTU DAN TEMPAT, CARA KERJA)


4.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Praktikum Silvikultur Acara III. Pengujian Viabilitas Dan
Kondisi Benih dilakukan pada hari Rabu, 03 November 2021 pukul 19.00 WIB
hingga selesai, yang dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom.
Pengamatan praktikum dilakukan berdasarkan video yang diberikan saat
pelaksanaan praktikum dimana lokasi praktikum dilakukan di Laboratorium
Silvikultur Intensif Klebengan (LABSIK), Fakultas Kehutanan.
4.2. Cara Kerja
Berdasarkan video, cara kerja Praktikum Silvikultur Acara III adalah sebagai
berikut:
Pada praktikum ini dilakukan 2 pengujian, yaitu pengujian viabilitas benih dan
pengujian kondisi benih. Pengujian viabilitas benih berupa uji langsung terhadap
benih dengan diberi perlakuan skarifikasi fisis yang direndam dengan air panas
kemudian dibilas dan direndam dengan air dingin, benih dikecambahkan dengan
diletakkan pada germinator. Dari hasil pengamatan dilakuan uji viabiitas benih.
Pengujian viabilitas benih lainnya adalah uji tidak langsung/uji belah/uji
tetrazolium dilakukan dengan cara perendaman benih dalam air hingga kulit benih
menjadi lunak. Setengah dari benih uji tidak langsung dibelah kemudian diamati
kondisi embrio dan cadangan makanan benih lalu dihitung viabilitas benih
berdasarkan benih yang diamati. Sisa benih lainnya dibelah dan direndam dengan
larutan tetrazolium berupa 2,3,5 Triphenyl TetrazoliumChloride + aquades dengan
perbandingan 1:100 selama 4 jam dan dilihat perubahan warna pada benih. Apabila
benih berubah menjadi merah terang, berarti benih tersebut masih baik. Dari
pengamatan tersebut dilakukan uji viabilitas benih. Kemudian dari 3 perlakuan
dalam pengujian viabilitas benih dilakukan perbandingan.
Pengujian kondisi benih terdiri dari menghitung kebersihan benih, kemurnian
benih, jumlah benih berdasarkan berat, dan kadar air benih. Dalam menghitung
kebersihan benih dilakukan dengan diambil benih tanpa diseleksi namun pastikan
berat benih yang diambil konstan 5 gr setelah dilakukan pengulangan. Kemudian
dari benih yang diambil dipisahkan kotorannya berupa sayap, sisa kulit, kerikil,
dan lainnya. Lalu ditimbang berta benih yang sudah dibersihkan, kemudian
dihitung % kebersihan benih. Menghitung kemurnian benih dilakukan dengan
benih yang sudah bersih dari uji kebersihan benih kemudian dipisahkan sesuai
dengan spesiesnya. Setelah benih tersebut sudah dibedakan sesuai spesiesnya,
maka dihitung kemurnian benihnya. Untuk menghitung jumlah benih berdasarkan
beratnya dilakukan dengan menghitung jumlah benih yang sudah murni dalam
berat 1 gr, dan diasumsikan apabila berat benih 1 kg maka jumlah benih adalah
1000 kali lipatnya. Untuk menghitung kadar air benih adalah dengan menghitung
berat basah benih yang sudah murni sebelum di oven dan berat kering benih setelah
benih dikeringkan dengan oven bersuhu 70°C hingga berat benih konstan.
Rumus yang digunakan:
Pengujian Viabilitas Benih
Uji langsung :
𝛴𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
𝑉𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ (%) = × 100%
𝛴𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑏𝑢𝑟
Uji tidak langsung :
𝛴𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖−𝛴𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑒𝑙𝑒𝑘
𝑉𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ (%) = × 100%
𝛴𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖

Pengujian Kondisi Benih


Menghitung kebersihan benih :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛
% 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Menghitung kemurnian benih :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢
% 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖𝑎𝑛 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Menghitung kadar air benih :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ

V. HASIL (HASIL OLAH DATA)


Berdasarkan hasil pengamatan praktikum diperoleh hasil data sebagai berikut:
Pengujian viabilitas benih
Tabel 3.1. Data pengamatan uji viabilitas langsung
Ulangan Biji Berkecambah Biji Ditabur Viabilitas (%)
1 8 10 80.0000
2 10 10 100.0000
3 9 10 90.0000

Tabel 3.2. Data pengamatan uji viabilitas tidak langsung dengan uji belah
Kelompok Biji Bagus Biji jelek Jumlah Biji Viabilitas (%)
14 7 2 9 77.7778

Tabel 3.3. data pengamatan uji viabilitas tidak langsung dengan larutan tetrazolium
Kelompok Biji Bagus Biji jelek Jumlah Biji Viabilitas (%)
14 6 3 9 66.6667
Pengujian Kondisi Benih
Tabel 3.4. Uji kebersihan benih
Ulangan Berat Kotoran (gr) Berat Bersih (gr) %kebersihan
1 0.09 4.91 98.2
2 0.19 4.81 96.2
3 0.21 4.79 95.8
Rata-rata 0.16 4.84 96.73

Tabel 3.5. Uji kemurnian benih


Berat Benih Bersih Berat Biji Lain Berat Bersih
Ulangan %kemurnian
(gr) (gr) (gr)
1 4.91 0.32 4.59 93.48
2 4.81 0.29 4.52 93.97
3 4.79 0.28 4.51 94.15
Rata-rata 4.84 0.30 4.54 93.87

Tabel 3.6. Uji jumlah benih berdasarkan berat


Ulangan Benih (gr) Benih (kg)
1 245 245000
2 228 228000
3 235 235000

VI. PEMBAHASAN
Viabilitas benih adalah kemampuan daya hidup benih yang dilihat berdasarkan
pertumbuhan dan perkembangan, metabolism, dan proses pembentukan kromosom pada
benih (Avivi., dkk, 2021). Benih dengan viabilitas dan vigor yang tinggi dikatakan
sebagai benih unggul atau benih bermutu. Kriteria benih bermutu baik dapat diukur
dengan persen kecambah, keserempakan tumbuh dan kecepatan berkecambah yang
dipengaruhi faktor genetic maupun lingkungan (Setiadi., &Adinugraha, 2018). Benih
yang bermutu memiliki kriteria mutu genetis, mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan
benih (fisiologis) (Setiawan., dkk, 2021). Benih yang berkualitas unggul akan
menghasilkan pohon yang berkualitas pula (Kusmawati., Zaini.,& Ernata, 2018).
Berdasarkan pengujian viabilitas benih secara langsung maupun tidak lan gsung,
diperoleh kelebihan dan kekurangan dari kedua cara uji tersebut. Dalam uji viabilitas
benih secara langsung, kelebihan dari cara ini adalah mudah dilakukan dan tidak
menggunakan bahan yang berbahaya. Namun kekurangannya adalah diperlukan waktu
yang cukup lama untuk mengamati perkembangan benih menjadi kecambah karena tidak
mengetahui kualitas benih hingga benih berkecambah, dan penggunaan alat germinator
harus berhati-hati karena cukup mahal. Untuk 2 cara pada uji tak langsung, kelebihannya
adalah praktikan dapat mengetahui ciri dari benih yang berkualitas dan lebih hemat waktu
karena uji viabilitas berdasarkan isi biji. Kekurangannya adalah menggunakan bahan
kimia dan peralatan tajam untuk melihat kualitas biji yang apabila tidak berhati-hati akan
melukai biji maupun praktikan.
Faktor yang mempengaruhi viabilitas dan kualitas benih adalah faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari sifat genetik benih yang mempengaruhi masa
penyimpanan benih seperti kelompok ortodoks atau rekalsitran, kondisi kulit dan kadar
air benih awal. Faktor eksternal atau lingkungan yang mempengaruhi viabilitas benih dan
kualitas benih adalah suhu dan kelembaban, media penyimpanan, dan waktu
penyimpanan (Tambunsaribu., Anwar., & Lukiwati, 2017; Murrinie., Sudjianto., &
Faizah, 2021). Suhu dan kelembaban berpengaruh dalam kadar air benih dari luar yang
berpengaruh dalam proses imbibisi. Media dan waktu penyimpanan berpengaruh dalam
proses dormansi biji dengan maksud disengaja. Apabila media simpan tidak cocok akan
menyebabkan benih yang tujuannya untuk disimpan akan berkecambah atau bahkan
tidak dapat berkecambah dikarenakan adanya zat yang meracuni benih. Apabila benih
disimpan terlalu lama maka daya tumbuh dan kualitas benih akan menurun sehingga
pertumbuhan benih akan berkurang.
Berdasarkan data hasil pengamatan untuk pengujian viabilitas benih uji langsung
diperoleh hasil bahwa pada pengulangan kedua merupakan kelompok benih dengan
viabilitas dan kualitas benih yang paling baik dikarenakan benih 100 % berkecambah
diikuti pengulangan ketiga 90%, dan pengulangan pertama 80%. Menurut Juhanda Dkk
(2013) dalam Damayanti, dkk (2021), skarifikasi fisis mampu mematahkan dormansi
kulit dan mempercepat laju imbibisi yang mempengaruhi daya berkecambah, kecepatan
berkecambah, keserempakan waktu berkecambah, dan bobot kering kecambah normal.
Untuk uji viabilitas tidak langsung baik uji belah maupun uji tetrazolium menghasilkan
nilai viabilitas 77,78% dan 66,67%. Dari 9 benih yang diujikan tiap cara, untuk uji belah
terdapat 2 benih yang jelek sedangkan uji tetrazolium terdapat 3 biji yang kualitasnya
jelek. Untuk pengujian kondisi benih uji persen kebersihan diperoleh hasil kebersihan
benih di atas 95% dan rerata 96,73% untuk 3 kali pengulangan dengan pengulangan
pertama dengan tingkat kebersihan benih paling baik yaitu 98,2%. Uji kemurnian benih
menghasilkan data benih yang cukup murni dikarenakan data benih lain hanya mencapai
0.3 gr dari 4.84 gr setelah 3 kali pengulangan. Dari hasil benih yang sudah murni
dipahami bahwa untuk 1 gr benih dihasilkan jumlah benih mencapai lebih dari 200 benih.
Dari segala pengujian benih yang sudah dilakukan dapat dipahami bahwa benih memiliki
viabilitas dan kualitas benih yang baik.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikum Silvikultur Acara III. Pengujian Viabilitas Dan Kondisi Benih,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Cara untuk mengetahui dan menentukan viabilitas (kemampuan berkecambah) benih
dapat dengan dilakukan uji langsung dengan skarifikasi fisis kemudian langsung
ditanam untuk uji kecambah benih dan dapat dilakukan dengan uji viabilitas tidak
langsung dengan cara membelah benih dan diamati isi biji serta dapat dengan uji
dengan larutan tetrazolium dimana viabilitas benih dilihat dari perubahan warna
benih.
2. Untuk mengetahui dan menentukan kondisi benih dapat dilakukan dengan uji
kebersihan, kemurnian, jumlah benih berdasarkan berat, dan kadar air benih.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Avivi, S., Munandar, D. E., Suandana, F. H., Soares, M. d. S., Ramadhani, F. M. A.,
Hariyanto. D. N., dkk. (2021). Fisiologi & Metabolisme Benih. Jember: UPT
Penerbitan & Percetakan Universitas Jember.
Damayanti, E., Umar, H., Wulandari, R., Wahyuni, D., & Rahmawati. (2021). Pengaruh
Berbagai Skarifikasi Terhadap Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites
moluccana Willd.). Jurnal Warta Rimba, 9(3), 163-168. Retrieved from
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/WartaRimba/article/view/18289/12577
Kusmawati, W., Zaini, M.,& Ernata, Y. (2018). Optimalisasi Pengelolaan Lahan
Pekarangan/Kebun dengan Sengon Solomon Hasil Kultur in Vitro pada
Kelompok Usaha Pembibitan Sengon Di Kabupaten Malang. Prosiding Seminar
Nasional VI Hayati (pp. 268-276). Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri.
doi:https://doi.org/10.29407/hayati.v6i1.636
Murrinie, E. D., Sudjianto, U., & Faizah, I. (2021). Kajian Suhu dan Lama Penyimpanan
terhadapa Viabilitas dan Vigor Benih Kawista (Feronia limonia (L.) Swingle).
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS. 5, pp. 135-144. Surakarta:
Fakultas Pertanian UNS. Retrieved from
https://jurnal.fp.uns.ac.id/index.php/semnas/article/view/1770/1142
Setiadi, D., &Adinugraha, H. A. (2018). Eksplorasi benih Jati Putih (Gmelina arborea
Roxb) dari berbagai variasi habitat untuk populasi pemuliaan. Jurnal Biologi
Tropika, 1(2), 30-37. doi:https://doi.org/10.14710/jbt.1.2.30-37

Anda mungkin juga menyukai