Anda di halaman 1dari 43

I.

SIMULASI PENENTUAN KEBUTUHAN BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Istilah benih dipakai untuk bahan dasar pemeliharaan tanaman maupun
hewan yang ukurannya lebih kecil daripada ukuran hasil akhirnya. Benih
dalam tumbuhan dapat berupa biji yang digunakan untuh mengawali
kehidupan tanaman dan memperbanyak tanaman. UU Sistem Budidaya
tanaman menyebutkan bahwa benih merupakan bagian dari tanaman yang
berfungsi untuk mengembangbiakkan tanaman yang di budidaya. Benih
dalam budidaya tanaman berupa biji yang merupakan hasil dari
perkecambahan, pendederan atau perbanyakan secara aseksual.
Benih pada tanaman telah melalui beberapa proses seleksi yang
kemudian diharapkan dapat melakukan proses pertumbuhan secara optimal.
Benih pada tanaman dapat digunakan apabila telah masak dengan melalui
beberapa fase untuk mencapai tingkat kemasakan benih. Fase tersebut adalah
fase pembuahan, fase penimbunan zat makanan dan fase pemasakan. Fase
pembuahan ditandai dengan terjadinya proses penyerbukan yang kemudian
membentuk jaringan dan kadar air tinggi. Fase penimbunan zat makanan
ditandai dengan semakin naiknya berat kering benih tanaman dan turunnya
kadar air. Fase pemasakan terjadi saat berak kering benih tanaman seimbang
dengan kelembapan udara di luar.
Benih yang merupakan komponen agronomi dituntut untuk selalu
tersedia dengan syarat mutu atau kualitas yang tinggi. Mutu yang harus
dipenuhi oleh suatu benih adalah mutu fisiologis (daya kecambah, vigor dan
daya simpan yang tinggi), mutu genetik (kemurnian benih) dan mutu fisik
(bersih dari kotoran fisik ) serta kesehatan benih (bebas hama dan penyakit).
Program pembenihan di Indonesia selalu dikembangkan mengingat
pentingnya peran benih dalam mengembangkan produksi pertanian. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah penggunaan benih unggul. Peran benih
dalam budidaya pertanian ditandai dengan adanya konsep penggunaan benih
unggul dalam konsep Panca Usahatani dan penggunaan benih unggul
bermutu dalam konsep Sapta Usaha Pertanian. Benih unggul bermutu
dihasilkan dari sistem produksi pertanian yang selalu diperhatikan baik
dalam seluruh aspek mutu pada setiap mata rantai produksinya.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum agroteknologi acara 1 yaitu simulasi penentuan kebutuhan
benih bertujuan agar mahasiswa mampu memahami berbagai tahap yang
harus dilakukan untuk mempersiapkan budidaya tanaman. Tahap persiapan
yang dilakukan terkait dengan pemilihan dan penggunaan benih. Mahasiswa
mampu menghitung kebutuhan benih per satuan luas serta pemahaman
terkait Daya Kecambah (DK) dan Kecepatan Kecambah (KK).
B. Tinjauan Pustaka

1. Ciri-ciri Benih yang Baik


Benih yang digunakan dalam budidaya tanaman pastinya harus memiliki
kualitas yang baik. Peningkatan produktivitas pertanian sebagian besar
ditentukan oleh pemilihan benih dengan varietas yang unggul bermutu. Benih
dengan mutu yang baik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu mutu fisik,
fisiologi dan genetik.
a. Mutu fisik benih
1). dapat diukur dari kebersihan benih
2). bentuk, ukuran
3). warna benih cerah
4). tidak adanya kerusakan mekanis atau kerusakan yang disebabkan
oleh hama dan penyakit.
b. Mutu fisiologi benih
1). diukur dari viabilitas benih atau daya hidup benih,
2). kadar air
3). daya simpan benih
c. Mutu genetik benih
1). dapat diukur dari tingkat kemurnian benih tersebut.
Benih yang berkualitas dan bermutu baik akan memenuhi syarat
tersebut. Ciri-ciri benih bermutu yang dapat kita lihat langsung adalah terkait
dengan mutu fisik. Benih yang baik terlihat bersih dan bebas dari kotoran,
berwarna relative cerah, berukuran normal yang seragam baik tidak terlalu
besar maupun tidak terlalu kecil serta berisi atau bernas (Widajati, 2014).
2. Daya Kecambah
Daya kecambah benih adalah jumlah benih yang dapat berkecambah
dari total benih yang dikecambahkan pada kondisi media tumbuh yang
optimal atau kondisi laboratorium dengan waktu yang sudah ditentukan dan
dinyatakan dalam persen. Daya kecambah benih merupakan salah satu proses
perkecambahan benih yang dapat menentukkan viabilitas benih atau daya
hidup benih. Presentase perkecambahan yang optimal diperlukan perhatian
terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, contohnya sifat benih,
media perkecambahan, perlakuan dan kondisi lingkungannya. Pengujian daya
kecambah benih dilakukan untuk mencari dan menentukkan presesntase
jumlah benih yang dapat tumbuh dari seluruh benih yang dikecambahkan
(Kurniawan, 2017).
3. Kecepatan Kecambah
Kecepatan kecambah benih adalah waktu yang diperlukan benih untuk
berkecambah dengan menghitung benih yang berkecambah dari hari
pengamatan pertama hingga hari terakhir pengamatan. Kecepatan kecambah
turut menjadi salah satu penentu nilai viabilitas benih dan dapat bertujuan
untuk memprediksi tanaman tumbuh dengan seragam sehingga dapat
dilaksanakan panen secara serempak. Vigor benih atau kemampuan benih
dapat tumbuh secara normal juga berkaitan dengan nilai kecepatan kecambah
benih
(Placas, 2015).
4. Berat 1000 Biji
Berat 1000 biji merupakan berat nisbah 1000 butir biji yang berasal dari
suatu jenis tanaman atau varietas tertentu. Bobot dari satu jenis tanaman
memiliki nilai yang berbeda dengan varietas lain dari tanaman tersebut. Nilai
bobot 1000 biji ini perlu untuk diketahui supaya nantinya petani dapat
memprediksi jumlah benih dalam 1 kg yang diperlukan dalam produksi
pertanian. Fungsi tersebut juga memiliki pengaruh besar dalam menentukkan
hasil produksi per satuan luas tanaman (Yusuf dan Maiyuslina, 2015).
5. Kebutuhan Benih/Ha
Petani tentunya dalam budidaya tanaman perlu mengetahui kebutuhan
benih yang harus terpenuhi baik setiap satuan luas maupun dalam luas lahan
pertaniannya. Perlunya mengetahui kebutuhan benih ini bertujuan agar
produksi pertaniannya dapat menghasilkan produk pertanian secara maksimal.
Kebutuhan benih per hektar yang sangat diatur oleh pemerintah adalah salah
satunya tanaman pangan yaitu padi. Kebutuhan benih padi pada tiap
varietasnya memiliki jumlah yang berbeda untuk setiap hektarenya, hal ini
sangat dipengaruhi oleh kualitas benih padi tersebut (Nuswardhani, 2019).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 15 Maret 2021 pukul 15.30
WIB dan berlokasi di Laboratorium EMPT Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat : Cawan, Petri dish dan Tissue
b. Bahan : Benih Padi 10 biji dan Air
3. Cara Kerja
a. Pemilihan Benih
1). Mengambil benih yang siap ditanam
2). Pemilihan benih dilakukan dengan mengamati benih yang baik dengan
ciri ciri yang dapat dilihat seperti benih bersih, berwarna cerah, berukuran
normal dan tidak ada kerutan atau tidak keriput.
b. Uji Perkecambahan
1). Pilihlah biji yang terbaik sebanyak 10 biji yang selanjutnya ditata di
atas cawan yang sudah dilapisi tissue dan dibasahi sedikit dengan air.
2). Hitunglah biji yang telah berkecambah pada hari ke-4 dan hari ke-7.
c. Berat 1000 biji
1). Mencari data berat 1000 biji padi yang sesuai dengan data Kementan.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan :

a. Perhitungan Kecepatan Kecambah (KK)

Tabel 1.1 Pengamatan Biji Yang Berkecambah Hari Ke 4


Komoditas benih Jumlah benih yang berkecambah
Tanaman Padi 7 benih

Total 7 benih
Keterangan : Jumlah biji yang dikecambahkan 10 biji
Sumber : Logbook pengamatan
b. Perhitungan Daya Kecambah (DK)
Tabel 1.2 Pengamatan Biji Yang Berkecambah Hari Ke 7
Komoditas benih Jumlah benih yang berkecambah
Tanaman Padi 8 benih

Total 8 benih
Keterangan : Jumlah biji yang dikecambahkan 10 biji
Sumber : Hasil Pengamatan
Analisis Data :
Kegiatan praktikum acara 1 yang dilakukan adalah perhitungan 100 biji,
perhitungan nilai daya kecambah dan perhitungan kecepatan kecambah
sehingga didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut,
a. Perhitungan kecepatan kecambah (KK)
Jumlah Biji yang berkecambah
pada hari ke 4 X 100%
KK Tanaman Padi =
Jumlah biji yang
dikecambahkan

KK Tanaman 7
= X 100% = 70%
Padi 10

b. Perhitungan daya kecambah (DK)


Jumlah biji yang
berkecambah pada hari ke-7
DK Padi = X 100%
Jumlah biji yang
dikecambahkan

8
DK tanaman Padi = X 100% = 80%
10

Harkat DK :>80 %= 1; 70 – 80%= 2; <70%= 3


Harkat DK =2
c. Perhitungan Kebutuhan Benih per Hektar

= 100.000.000 X 29,56 gram X Harkat


cm2 DK
25 cm x 25 cm 1000 2
100.000.000 29,56 gram 2
= cm2 1000
625 cm2
= 9.459 gram
= 9,459 kg

2. Pembahasan

Menurut Binnaryo et al. (2021) tujuan dari perhitungan KK (Kecepatan


Kecambah) adalah untuk menentukkan keseragaman benih yang tumbuh pada
hari ke-4 yang kemudian dapat memberikan gambaran bahwa pertumbuhan
biji akan seragam sehingga waktu panen dapat dilakukan dengan serempak.
Menurut Oktavia & Miftahorrachman (2012) tujuan dari perhitungan DK
(Daya Kecambah) adalah menjadi tolak ukur dari kemampuan benih untuk
bisa tumbuh dengan normal. Hal yang dilakukan setelah uji perkecambahan
adalah menghitung berat 1000 biji yang dilakukan dengan mengambil biji
sebanyak 1000 biji secara acak kemudian ditimbang sebanyak 3 kali dan hasil
ketiganya di rata-ratakan. Tujuan dari perhitungan 1000 biji ini adalah untuk
memprediksi jumlah benih dalam 1 kg yang nantinya akan diperlukan dalam
perencanaan penanaman terutama dalam menentukkan jumlah benih yang
diperlukan untuk persemaian guna mencapai target bibit siap tanam.
Hasil pengamatan dari praktikum yang dilaksanakan pada pengamatan
biji padi yang telah berkecambah pada hari ke-4 sebanyak 7 biji dari total 10
biji yang kemudian menentukan nilai kecepatan kecambah sebesar 70%. Pada
pengamatan hari ke-7 total biji yang telah berkecambah sebanyak 1 biji
sehingga menjadi 8 biji dari total 10 biji yang telah berkecambah. Pengamatan
tersebut menentukan nilai daya kecambah sebesar 80%. Menurut Umar (2012)
batas kemampuan daya kecambah pada benih yang baik adalah 80% ke atas
sehingga pada praktikum yang dilakukan benih memiliki daya kecambah yang
baik. Menurut Siregar et al. (2013) berat dari 1000 biji padi adalah sebesar
29,56 gram. Dari data tersebut dapat disimpulkan nilai harkat DK yaitu 2 dan
kebutuhan benih per hektar mencapai 9,459 kg.
Menurut Rahayu & Suharsi (2015) penelitian mengenai penentuan
pengamatan daya berkecambah dan optimalisasi substrat perkecambahan
penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui kondisi pengujian yang tepat
untuk mengetahui keragaan benih yang akan ditanam di lapangan sehingga
dapat dihasilkan produksi yang maksimal untuk pemenuhan kebutuhan
konsumsi. Hasil perhitungan DK (Daya Kecambah) menghasilkan nilai harkat
DK atau kebutuhan benih per lubang tanamnya. Menurut Abdullah (2019)
semakin tinggi nilai daya kecambah suatu tanaman maka nilai harkat DK akan
semakin rendah. Hal itu dikarenakan daya kecambahnya yang semakin bagus
maka kebutuhan benih per lubang tanah akan semakin sedikit.
E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
a. Kecepatan kecambah benih adalah waktu yang diperlukan benih untuk
berkecambah dengan menghitung benih yang berkecambah dari hari
pengamatan pertama hingga hari terakhir pengamatan. Tujuan dari
perhitungan KK (Kecepatan Kecambah) adalah untuk menentukkan
keseragaman benih yang tumbuh pada hari ke-4 yang kemudian dapat
memberikan gambaran bahwa pertumbuhan biji akan seragam sehingga
waktu panen dapat dilakukan dengan serempak. Nilai perhitungan kecepatan
kecambah pada praktikum yang dilaksanakan adalah 70%.
b. Daya kecambah benih adalah jumlah benih yang dapat berkecambah dari
total benih yang dikecambahkan pada kondisi media tumbuh yang optimal
atau kondisi laboratorium dengan waktu yang sudah ditentukan dan
dinyatakan dalam persen. Tujuan dari perhitungan DK (Daya Kecambah)
adalah menjadi tolak ukur dari kemampuan benih untuk bisa tumbuh dengan
normal. Nilai perhitungan daya kecambah pada praktikum yang
dilaksanakan adalah 80%.
c. Berat 1000 biji merupakan berat nisbah 1000 butir biji yang berasal dari
suatu jenis tanaman atau varietas tertentu. Berat dari 1000 biji padi adalah
sebesar 29,56 gram.
d. Petani perlu mengetahui kebutuhan benih yang harus terpenuhi baik setiap
satuan luas maupun dalam luas lahan pertaniannya. Semakin tinggi nilai
daya kecambah suatu tanaman maka nilai harkat DK akan semakin rendah.
Hal itu dikarenakan daya kecambahnya yang semakin bagus maka
kebutuhan benih per lubang tanah akan semakin sedikit. Nilai perhitungan
kebutuhan benih per hectare pada praktikum yang dilaksanakan adalah 9,459
kg.
2. Saran
a. Praktikum diharapkan dapat dilaksanakan secara luring atau offline supaya
lebih paham terkait tahap pelaksanaanya
b. Coass diharapkan lebih baik dalam menyampaikan proses pelaksanaannya
karena praktikum dilaksanakan secara online sehingga kurang dapat
dimengerti dnegan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

D, E. S., Yusuf, M., & Maiyuslina, M. (2015). Karakter Agronomi Beberapa Varietas
Sorgum pada Lahan Marginal di Aceh Utara. Jurnal Agrium, 12(1), 1–4.
https://doi.org/10.29103/agrium.v12i1.371
J., Binnaryo, E., Adi, M., Indrayani, S., Burhana, N., & Mulyaningsih, E. S. (2021).
AGROSAINSTEK Parameter Genetik Karakter Agronomi pada Galur F 1 Padi
Hasil Persilangan Galur Murni dan Kultivar Lokal Indonesia Genetic
Parameters of Agronomic Characters in F 1 Rice Line from Crossing between
Pure Line and Indonesia Local Cultivar. 5(1), 8–17.
Kurniawan, E. (2017). DAYA DAN KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH
PULAI ( Alstonia scholaris (L.) R. Br. ) YANG DISIMPAN SELAMA ENAM
TAHUN PADA RUANG SIMPAN DINGIN Edi Kurniawan. Info Teknis
EBONI, 14(2), 103–110.
Nuswardhani, S. K. (2019). Kajian Serapan Benih Padi Bersertifikat Di Indonesia
Periode 2012– 2017. Agrika, 13(2), 162. https://doi.org/10.31328/ja.v13i2.1207
Oktavia, F., & Miftahorrachman, M. (2012). Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap
Kecepatan dan Daya Kecambah Benih Pinang ( Areca catechu L .) The Effect of
Storage Duration on Germination and Viability of Arecanut Seeds. Buletin
Palma, 13(2), 127–130.
Placas, C. D. E. (2015). PENINGKATAN DAYA DAN KECEPATAN
BERKECAMBAH BENIH MALAPARI (Pongamia pinnata)2015, 1–239.
S, Abdullah. S, M. dkk. (2019). Penentuan Dosis Optimum Pupuk NPK dan Pupuk
Organik Cair pada Tanaman Kacang Koro Pedang Determination of an
Optimum NPK and Liquid Organic Fertilizer. 3(1), 43–46.
Siregar, D., Marbun, P., & Marpaung, P. (2013). Pengaruh Varietas Dan Bahan
Organik Yang Berbeda Terhadap Bobot 1000 Butir Dan Biomassa Padi Sawah
Ip 400 Pada Musim Tanam I. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera
Utara, 1(4), 96309. https://doi.org/10.32734/jaet.v1i4.4463
Rahayu, A. D., & Suharsi, T. K. (2015). Pengamatan Uji Daya Berkecambah dan
Optimalisasi Substrat Perkecambahan Benih Kecipir [Psophocarpus
tetragonolobus L. (DC)]. Buletin Agrohorti, 3(1), 18–27.
https://doi.org/10.29244/agrob.v3i1.14821
Umar, S. (2012). Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Daya Simpan Benih
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Berita Biologi, 11(3), 401–410.
Widajati, Eny. (2014). Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press: Bogor.

II. SIMULASI PENANAMAN


A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Lahan merupakan suatu wilayah bumi yang berupa daratan dengan
bercirikan terdapat semua komponen lingkungan baik atmosfer, hidrosfer,
litosfer serta biosfer yang bersifat mantap maupun mendaur dan merupakan
hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini. Lahan merupakan jabaran
operasional atau hamparan darat yang di dalamnya terdapat suatu
keterpaduan sumber daya alam dan budaya serta terdapat ekosistem dan
komponen komponennya. Lahan memiliki ciri khusus seperti tidak dapat
dipindahkan dan sumberdaya alam yang ada tidak dapat habis. Fungsi lahan
adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia baik melalui produksi pertanian,
pemukiman maupun sebagai kelestarian lingkungan hidup. Luas lahan
pertanian yang ada di Indonesia berdasarkan data BPS 2018 sebanyak 70,2
juta ha dengan lahan yang terlantar dan belum diusahakan sebanyak 11,3 ha.
Luas lahan sawah pada tahun 2018 sebanyak 7,1 ha yang menunjukkan
penurunan dari tahun 2017 sebanyak 7,75 ha.
Penggunaan lahan pertanian agar mendapat output secara maksimal
perlu memperhatikan beberapa hal terutama terkait dengan jarak tanam pada
tanaman. Pengaturan jarak tanam ini bertujuan agar produksi budidaya
pertanian menghasilkan output maksimal dengan meningkatkan
produktivitas tanaman. Kombinasi dari pertimbangan ilmu pengetahuan
terkait dengan hasil yang dicapai dan pertimbangn teknis terkait dengan
mudah dan efisiennya dilakukan, menyebabkan adanya pilihan atau opsi
pengaturan lahan. Keanekaragaman penerapan jarak tanam lahan ini di
antaranya adalah tanam tegel dengan ukuran jaraknya bermacam macam,
tanam jajar legowo, dan lainnya.
Orientasi penerapan jarak lahan yang dipraktikan petani di lapang
memiliki dasar pertimbangan seperti ilmiah, ekonomi, konsistensitas atau
pola, kepraktisan, dan estetika. Jarak tanam perlu pengaturan agar semua
tanaman yang dibudidaya mendapat kebutuhan untuk produktivitas tanaman
dari lingkungan dengan merata. Contohnya pada tanaman yang
membutuhkan sinar matahari dengan intensitas tinggi seperti jagung dan
padi, penerapan pengaturan jarak pada tanaman perlu dilakukan agar setiap
tanaman budidaya mendapatkan sinar matahari secara merata tanpa
terhalang oleh tanaman lainnya.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum agroteknologi acara 2 yaitu simulasi penanaman bertujuan
agar mahasiswa mampu mengetahui jarak yang diperlukan dalam
penanaman budidaya tanaman. Pengaturan jarak pada tanaman perlu
diketahui agar nantinya mahasiswa dalam praktek budidaya tanaman dapat
menghasilkan output secara maksimal. Jarak penanaman perlu
memperhatikan beberapa ketentuan yang perlu diketahui mahasiswa
sehingga dapat memperluas ilmu pengetahuannya.
B. Tinjauan Pustaka

1. Jarak tanam komiditas di lapang


Jarak tanam komoditas di lapang yang dilakukan petani memiliki
keanekaragaman yang merupakan hasil dari berbagai pertimbangan.
Penerapan jarak tanam salah satunya yang digunakan pada budidaya padi
dengan metode SRI adalah dengan jarak 30 cm x 30 cm sampai 50 cm x 50
cm, hal tersebut bertujuan agar anakan yang diperoleh semakin banyak dan
sinar matahari menyinari dengan intensitas yang rata. Selain itu, jarak tanam
yang biasa dilakukan atau dnegan metode konvensional adalah 20 cm x 20 cm
sampai 25 cm x 25 cm, bahkan dalam praktiknya petani ada juga yang
menggunakan jarak tanam 15 cm x 15 cm agar memanfaatkan lahan yang
sempit (Hatta, 2011).
2. Pengaruh jarak tanam
Penerapan jarak tanam yang tepat dengan memperhatikan beberapa
faktor seperti varietas dan kondisi lingkungan akan memberikan pertumbuhan,
jumlah anakan tanaman dan hasil produksi yang maksimal. Jarak tanam yang
optimum dapat memberi manfaat bagi pertumbuhan bagian atas tanaman
berupa pemanfaatan sinar matahari secara maksimal dan bagian bawah
tanaman yaitu akar yang sehat dan dapat menyerap air dan unsur hara lebih
banyak. Jika jarak tanaman terlalu rapat maka mengakibatkan terjadinya
kompetisi antar tanaman baik dalam sinar matahari, air dan unsur hara yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terhambat dan memberikan hasil
yang rendah (Hatta, 2012).
C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 28 April 2021 pukul 09.00
WIB s.d dan berlokasi di rumah mahasiswa.
2. Alat dan Bahan
a. Alat : Penggaris dan alat tulis
b. Bahan : Kertas
3. Cara kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada acara 2
b. Mengetahui dan memahami komoditas yang akan digunakan pada
praktikum acara 2 yaitu kacang tanah dan padi.
c. Menghitung komoditas kacang tanah dengan luas lahan 1,8 m x 2 m
dengan jarak tanamnya 25 cm x 20 cm.
d. Menghitung skema penanaman kacang tanah dengan disertai arah mata
angin.
e. Menghitung komoditas padi dengan luas lahan 2 m x 2 m dengan jarak
tanamnya 25 cm x 25 cm.
f. Menghitung skema penanaman padi dengan disertai arah mata angin.
D. Hasil Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.2 Skema Lahan Petak Pertanaman Padi

Sumber : Logbook pengamatan


2. Pembahasan
Menurut Wulandari & Guritno (2018) hal yang perlu diperhatikan
dalam pengelolaan tanaman adalah menyediakan lingkungan tumbuh yang
optimal bagi tanaman. Oleh karena itu untuk menentukan lingkungan yang
optimum bagi perkembangan dan hasil tanaman, maka perlu dilakukannya
pengaturan jarak tanam. Asbur et al (2019) berpendapat bahwa pengaturan
jarak tanam dibutuhkan untuk memberikan jarak yang optimum bagi
tanaman. Pada tabel 2.1 skema lahan pertanaman padi dengan ukuran 2m x
2m memiliki jarak janam 25cm x 25cm dan jarak tepi tanamanya 12,5cm..
Menurut Wirawan & Haryono (2018) pengaturan jumlah benih per
lubang tanam dan jarak tanam merupakan salah satu cara meminimalkan
terhadap persaingan cahaya matahari, air dan unsur hara. Selain
meminimalkan persaingan pergaturan jumlah tanaman per lubang dan jarak
tanam perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang
seragam. Pada tabel 2.1 skema lahan pertanaman padi memiliki jumlah
tanaman antar baris dan dalam baris yaitu 8 tanaman dengan menghitung
panjang lahan 200 cm dibagi dengan jarak tanam yang ditentukan yaitu
25cm. Menurut Mayadewi (2017) jarak tanam yang terlalu sempit
menyebabkan persaingan atau kompetisi antar tanaman sehingga
menghasilkan hasil yang kurang maksimal.
Menurut Yusuf et al (2017) arah baris tanam dan kerapatan populasi
tanaman mempengaruhi besarnya energi matahari yang diterima. Arah
baris tanam yang searah dengan datangnya sinar matahari dengan jarak
tanam lebar, akan terdapat ruang kosong yang mengakibatkan adanya
energi radiasi yang tidak digunakan tanaman. Sehingga, perlu adanya
pengaturan jarak tanam dan arah baris yang tepat agar penerimaan energi
radiasi oleh tanaman lebih efisien. Rebekka dan Ginting (2018),
berpendapat bahwa sistem tanam lajur barisan tanaman dibuat menghadap
ke timur searah dengan matahari terbit hal ini dikarenakan supaya barisan
tanaman yang berada di pinggir mendapat intensitas cahaya.
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum simulasi penanaman di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut,
a. Pengaturan jarak tanam dibutuhkan untuk memberikan jarak yang
optimum bagi tanaman sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman aga
mendapatkan hasil yang maksimal.
b. Jarak tanam pada skema lahan pertanaman padi memiliki jarak tepi 12,5
cm dan jarak antar tanaman 25cm x 25cm.
c. Jarak tanam pada skema lahan pertanaman padi memiliki jumlah antar
baris dan dalam baris sebanyak 8 tanaman. Sehingga total jumlah tanaman
padi yang dapat ditanam sebanyak 64 tanaman.
d. Arah baris tanam yang searah dengan datangnya sinar matahari dengan
jarak tanam lebar, akan terdapat ruang kosong yang mengakibatkan adanya
energi radiasi yang tidak digunakan tanaman.
2. Saran
a. Praktikum diharapkan dapat dilaksanakan secara luring atau offline supaya
lebih paham terkait tahap pelaksanaanya
b. Coass diharapkan lebih baik dalam menyampaikan proses pelaksanaannya
karena praktikum dilaksanakan secara online sehingga kurang dapat
dimengerti dnegan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Asbur, Y., Purwaningrum, Y., Rambe, R. D. H., Kusbiantoro, D., Hendrawan, D., &
Khairunnisyah, K. (2019). Studi jarak tanam dan naungan terhadap pertumbuhan
dan potensi Asystasia gangetica (L.) T. Anderson sebagai tanaman penutup
tanah. Kultivasi, 18(3), 969–976. https://doi.org/10.24198/kultivasi.v18i3.21422
cakra yusuf, andi, Soelistyono, R., & Sudiarso, S. (2017). Kajian Kerapatan Tanam
dengan Berbagai Arah Baris pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sorgum
Manis (Sorghum Bicolor (l.) Moench). Biotropika - Journal of Tropical Biology,
5(3), 86–89. https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2017.005.03.5XHatta, M.
(2011). Pengaruh Tipe Jarak Tanam Terhadap Anakan, Komponen Hasil, Dan
Hasil Dua Varietas Padi Pada Metode Sri. Jurnal Floratek, 6, 104–113.
Retrieved from http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/floratek/article/view/504/424 .
Hatta, M. (2012). Uji Jarak Tanam Sistem Legowo Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Beberapa Varietas Padi Pada Metode Sri. Jurnal Agrista, 16(2), 87–93.

Mayadewi, N. N. A. (2007). Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Agritrop, 26(4), 153–159.
Rebekka L, Ginting J. 2018. Pengaruh sistem tanam jajar legowo terhadap
pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi sawah (Oryza sativa L.). The
effect of jajar legowo planting system on growth and production of some
varieties paddy (Oryza sativa L.). J online agroekoteknologi 6(3): 576-581.
Wirawan, D. A., & Haryono, G. (2018). PENGARUH JUMLAH TANAMAN PER
LUBANG DAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN
KACANG TANAH (Arachis hypogea, L.) VAR. KANCIL. VIGOR: Jurnal
Ilmu Pertanian Tropika Dan Subtropika 3, 3(1), 5–8.
Wulandari, P., & Guritno, B. (2018). THE EFFECT OF PLANT SPACING AND
NUMBER OF PLANTS PER HOLE ON THE GROWTH AND YIELD OF
GROUND NUT (Arachis hypogaea L.) IN SUGAR CANE (Saccharum
officinarum L.) INTERCROPPING SYSTEM. Jurnal Produksi Tanaman, 6(7),
1513–1520.

III. PENGOLAHAN TANAH DAN PEMUPUKAN

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pengolahan lahan adalah suatu proses mengubah sifat tanah
menggunakan berbagai alat pertanian dengan sedemikian rupa sehingga
diperoleh lahan pertanian yang sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki
manusia dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah sendiri
merupakan suatu upaya untuk memperbaiki struktur tanah dengan
menggunakan alat pertanian seperti cangkul, bajat dan garu dengan berbagai
cara sehingga tanah menjadi gembur dan aerai serta drainase tanah menjadi
lebih baik. Tujuan utama dari dilakukannya pengolahan tanah adalah
menjadikan tanaman yang akan ditanam dapat tumbuh dan berproduksi secara
optimal sehingga mendapat keuntungan yang maksimal.
Pengolahan tanah terbagi menjadi dua yaitu pengolahan tanah secara
konvensional dan konversi. Salah satu hal yang meliputi pengolahan tanah
secara konvensional adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk
menambah unsur hara supaya tanaman dapat tumbuh dnegan subur dan
kebutuhan nutrisinya tercukupi. Pemupukan dilakukan dengan memberikan
unsur unsur hara yang ada di dalam pupuk yang dibutuhkan tanaman ke tanah.
Pemupukan dasar yang diberikan di awal bertujuan untuk merangsang
perkembangan akar lebih dalam.
Pemupukan pada dasarnya dapat dilakukan melalui du acara yaitu dapat
melalui akar dan melalui daun. Pemupukan melalui akar bertujuan untuk
memberikan unsur hara pada tanah untuk kebutuhan produktivitas tanaman.
Umumnya pemberian pupuk melalui akar dapat dilakukan dengan cara disebar
atau broadcasting, ditempatkan dalam lubang atau spot placement, larikan atau
barisan atau dibut dengan ring placement. Sedangkan pemberian pupuk melalui
daun dapat dilakukan dengan cara penyemprotan atau spraying. Penerapan
pemupukan pada tanaman semusim dan tahunan dilakukan dengan cara
berbeda. Pada tanaman semusim seperti sayuran, kacang-kacangan, dan lainnya
pemupukan dilakukan dengan cara disebar, dalam lubang atau larikan.
Sedangkan pada tanaman tahunan pemupukan dilakukan dengan metode ring
placement.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum agroteknologi acara 3 yaitu pengolahan tanah dan pemupukan
bertujuan memperluas pengetahuan mahasiswa terkait pengolahan tanah. Pada
praktikum ini mahasiswa melakukan budidaya jagung dengan perlakuan
pengolahan tanah dan pemupukan tertentu. Mahasiswa dapat mengetahui
perkembangan tanaman jagung tersebut dengan perlakuan berbeda sehingga
dapat memberi pengetahuan terkait pengolahan tanah dan pemupukan yang
benar.
B. Tinjauan Pustaka

1. Jagung

Tanaman jagung adalah salah satu tanaman pangan dari keluarga rumput-
rumputan yang termasuk dalam golongan tanaman biji-bijian. Jagung dikenal
masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok pengganti nasi dan dijadikan
berbagai produk makanan olahan. Tanaman jagung juga dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak seperti daun, batang, klobot dan jenggelnya. Tanaman
jagung dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanah yang
dibutuhkan untuk menanam jagung harus memiliki kandungan hara yang
cukup. Ketersediaan hara pada tanah sangat mempengaruhi proses pertumbuhan
dan produktivitas tanaman jagung (Wirosoedarmo et al, 2012).
2. Jenis sistem olah tanah
Sistem olah tanah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, tidak hanya tanaman jagung saja namun semua jenis
tanaman yang menggunakan media tanam tanah. Salah satu sistem olah tanah
yang banyak diterapkan dalam budidaya tanaman terutama jagung di Indonesia
adalah olah tanah intensif (OTI). Sistem ini bertujuan untuk menciptakan media
tanam yang gembur agar baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah
harus dilakukan dengan menghindari kerusakan terhadap lingkungan maupun
sumber daya lahan dnegan diarahkan melalui perbaikan fisik, biologi dan kimia
tanah. Upaya semacam ini dapat diterapkan dengan sisten olah tanah konservasi
(OTK) salah satunya adalah olah tanah minimum (OTM). OTK dilakukan
dengan memperhatikan kaidah konservasi tanah dair dengan berbagai cara
termasuk memanipulasi gulma dan residu tanaman sedemikian rupa
(Fitriah et al, 2016).
3. Pupuk organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari materi makhluk hidup,
seperti sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik dapat memiliki
berbagai bentuk seperti padat dan cair yang bertujuan untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki
kesuburan tanah dilakukan dnegan cara melakukan pemupukan menggunakan
pupuk organik. Pertanian organik yang bertujuan untuk menerapkan konsep
pertanian berkelanjutan sangat menekankan penggunaan pupuk organik pada
budidaya pertaniannya. Pupuk organik antara lain adalah pupuk kendang,
pupuk hijau, kompos dan masih banyak lagi (Roidah, 2013).
4. Pupuk NPK
Pupuk NPK sesuai dengan Namanya mengandung tiga unsur makro yang
dibutuhkan tanaman yaitu nitrogen, fosfor dan kalium dengan berbagai
presentase kandungannya. Pupuk NPK sendiri merupakan jenis pupuk majemuk
yang paling banyak digunakan karena kandungan unsur haranya baik mikro
dam makro. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk anorganik yang
dapat digunakan dengan sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan nutrisi
dalam tanah yang dibutuhkan tanaman. Keuntungan menggunakan pupuk NPK
adalah dapat digunakan dengan memperhitungkan kandungan zat hara sama
dengan pupuk tunggal, penggunaannya yang sangat sederhana serta menghemat
waktu (Kaya, 2013).

C. Metode Praktikum
4. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 28 April 2021 pukul 09.00 WIB s.d
dan berlokasi di rumah mahasiswa.
5. Alat dan Bahan
c. Alat : Cangkul, cethok, papan nama, polybag ukuran 15 cm x 25 cm
d. Bahan : Benih Jagung, pupuk kendang dan pupuk NPK
6. Cara kerja
a. Ambil tanah sawah 4 ember.
b. Dua ember bongkah tanah dihancurkan / tanah diolah, kemudian
dimasukkan polybag (T1).
c. Dua ember bongkah tanah dibiarkan relatif utuh / tanpa olah tanah,
kemudian dimasukkan pada 2 polibag (T2).
d. Empat polybag tanah dibasahi hingga kapasitas lapangan, kemudian
tanaman ditanam
e. Untuk padi dan aneka kacang diberi pupuk organic 100 g/pot dan NPK
1g/pot, untuk jagung 300 g/pot dan NPK 3 g/pot (P1).
f. Untuk padi dan aneka kacang diberi pupuk organic 200 g/pot dan NPK
2g/pot, untuk jagung 600 g/pot dan NPK 6 g/pot (P2).
D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Gambar 3.1 Grafik Tinggi Tanaman Padi (Oryza sativa)

Pengamatan Tinggi Tanaman


70
Tinggi Tanaman (cm)

60
50
40
30
20
10
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST
Waktu Pengamatan (HST)

T1P1 T1P2 T2P1 T2P2

Sumber : Hasil pengamatan


Gambar 3.1 menunjukkan grafik pengamatan pertumbuhan tinggi
tanaman padi (Oryza sativa) yang dimulai dari 14 hari setelah tanam sampai
42 hari setelah tanam. Grafik tersebut menunjukkan bahwa perlakuan T2P1
memiliki rata rata tinggi paling baik dan menunjukkan pertumbuhan
maksimal pada hari ke 42 setelah tanam yaitu mencapai 64 cm. Rata rata
pertumbuhan tinggi tanaman berjalan dengan normal dari hari ke hari namun
perbedaannya hanya terkait dengan kecepatan pertumbuhannya saja.
Gambar 3.2 Grafik Jumlah Daun Tanaman Padi (Oryza sativa)

Pengamatan Jumlah Daun


40
35
30
Jumlah Daun

25
20
15
10
5
0
21 28 35 42 49
Waktu Pengamatan (HST)

T1P1 T1P2 T2P1 T2P2

Sumber : Hasil pengamatan


Gambar 3.2 menunjukkan grafik pengamatan jumlah tanaman padi
(Oryza sativa) dari hari ke-14 setelah tanam sampai hari ke-42 setelah tanam.
Pengamatan yang dilakukan tersebut menunjukkan perlakuan T2P1 memiliki
jumlah daun yang paling banyak yaitu sebanyak 27 daun. Rata rata jumlah
daun dari waktu pengamatan bertambah secara normal.
Gambar 3.3 Grafik Panjang Daun Padi (Oryza sativa)

Pengamatan Panjang Daun


60
Panjang Daun (cm)

50
40
30
20
10
0
21 28 35 42 49
Waktu Pengamatan (HST)

T1P1 T1P2 T2P1 T2P2

Sumber : Hasil pengamatan


Gambar 3.3 menunjukkan grafik pengamatan panjang daun tanaman
padi (Oryza sativa) dari hari ke-14 setelah tanam sampai hari ke-42 setelah
tanam. Pengamatan yang dilakukan tersebut menunjukkan perlakuan T2P1
memiliki panjang daun yang paling panjang yaitu 37,6 cm pada hari ke-42
setelah tanam. Rata rata Panjang daun di setiap perlakuan dari waktu
pengamatan relatif bertambah.
Gambar 3.4 Grafik Lebar Daun Padi (Oryza sativa)

Pengamatan Lebar Daun


1.2
1
Lebar Daun (cm)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
21 28 35 42 49
Waktu Pengamatan (HST)

T1P1 T1P2 T2P1 T2P2

Sumber : Hasil pengamatan


Gambar 3.4 menunjukkan grafik pengamatan lebar daun tanaman padi
(Oryza sativa) dari hari ke-14 setelah tanam sampai hari ke-42 setelah tanam.
Pengamatan yang dilakukan tersebut menunjukkan perlakuan T1P2 memiliki
lebar daun yang paling panjang yaitu 0,9 cm pada hari ke-42 setelah tanam.
Rata rata lebar daun di setiap perlakuan dari waktu pengamatan relatif
bertambah.
Gambar 3.5 Histogram Berat Segar Tanaman Padi (Oryza sativa)

Pengamatan Berat Biji Tanaman


10
9
8
7
Berat Biji (g)

6
5
4
3
2
1
0
T1P1 T1P2 T2P1 T2P2
Perlakuan

Sumber : Hasil pengamatan


Gambar 3.5 menunjukkan histogram pengamatan berat segar tanaman padi
(Oryza sativa) dari hari ke-14 setelah tanam sampai hari ke-42 setelah tanam.
Pengamatan yang dilakukan tersebut menunjukkan perlakuan T2P1 memiliki
berat segar tanaman paling besar yaitu mencapai 9 gram pada hari ke-42
setelah tanam. Berat segar paling kecil menunjukkan pada perlakuan T2P2
yaitu sebesar 4 gram.
Gambar 3.6 Histogram Jumlah Biji Tanaman Padi (Oryza sativa)

Pengamatan Jumlah Biji Tanaman


1
0.9
0.8
0.7
Jumlah Biji

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
T1P1 T1P2 T2P1 T2P2
Perlakuan

Sumber : Hasil Pengamatan


Gambar 3.6 menunjukkan histogram pengamatan banyaknya jumlah biji pada
tanaman padi (Oryza sativa). Pengamatan menunjukkan bahwa belum ada
tanaman padi yang berbiji dari semua perlakuan sampai hari ke-42 setelah
tanam.
2. Pembahasan.
Menurut Prasetyo et al (2014) olah tanah bertujuan untuk
memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, infiltrasi air dan peredaran
udara (aerasi), menyiapkan tanah untuk irigasi permukaan dan
pengendalian hama serta menghilangkan sisa-sisa tanaman yang
mengganggu pertumbuhan tanaman. Praktikum dilakukan dengan beberapa
perlakuan yaitu pertama dengan olah tanah dan diberi pupuk organik 100
g/pot dan NPK 1 g/pot. Perlakuan yang kedua yaitu dengan olah tanah dan
diberi pupuk organik 200 g/pot dan NPK 2 g/pot. Perlakuan ketiga yaitu
dengan tanpa olah tanah dan diberi pupuk organik 100 g/pot dan NPK 1
g/pot. Yang terakhir perlakuan keempat yaitu dengan tanpa olah tanah dan
diberi pupuk organik 200 g/pot dan NPK 1 g/pot. Menurut Adnan et al
(2012) olah tanah dengan sistem olah tanah maupun tanpa olah tanah
keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Pemupukan sangat berperan penting dalam ketersediaan unsur hara
bagi tanaman untuk melakukan produktivitasnya. Pemupukan dilakukan
menggunakan pupuk yang dapat bersumber dari bahan organik maupun
anorganik. Menurut Widiyawati et al (2014) penggunaan pupuk yang
berlebihan atau tidak sesuai maka dalam jangka waktu yang cukup panjang
selain dapat mengganggu produktivitas tanaman juga dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Tanaman yang diberi pupuk yang berlebih akan
menyebabkan keracunan bahkan menyebabkan tanaman mati. Sedangkan
tanaman yang kurang diberi pupuk menyebabkan ketersediaan unsur hara
bagi tanaman akan berkurang yang menyebabkan gejala gejala kekurangan
unsur hara. Selain itu, (Raksun et al (2020) berpendapat bahwa selain
penggunaan dosis pempukan pada tanaman, perbedaan waktu pemberian
pupuk juga berpengaruh nyata bagi pertumbuhan tanaman seperti tinggi
tanaman, panjang daun pada tanaman dan lainnya.
Pada pengamatan di atas perlakuan penanaman dilakukan setelah 2
minggu tanaman ditanam. Setelah hari ke-14 setelah tanam, tanaman diberi
pupuk NPK sebanyak 1 gram dan 2 gram serta pupuk kendang sebanyak
100 gram dan 200 gram. Dari 4 polybag tanaman padi, dua diantaranya
(tanpa olah tanah dan dengan olah tanah) diberi pupuk organik yaitu pupuk
kendang sebanyak 100 gram/pot dan pupuk NPK sebanyak 1 gram/pot (P1)
dan dua yang lain diberi pupuk organic yaitu pupuk kendang sebanyak 200
gram/pot dan pupuk NPK 2 gram/pot.
Hasil pengamatan diperoleh bahwa tanaman padi dengan perlakuan
menggunakan sistem olah tanah (T2) yang kemudian setelah dua minggu
penanaman diberi pupuk kendang sebanyak 100 gram/pot dan pupuk NPK
sebanyak 1 gram/pot (P1) menunjukkan pertumbuhan paling bagus
diantara perlakuan lainnya. Sedangkan berdasarkan pengamatan
pertumbuhan yang paling lambat adalah yang diberi perlakuan tanpa olah
tanah (T1) dan setelah dua minggu penanaman diberi pupuk kendang
sebanyak 100 gram/pot dan pupuk NPK sebanyak 1 gram/pot (P1). Namun
demikian menurut Prabukesuma et al (2015) pengamatan yang dilakukan
pada setiap perlakuan juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti kondisi
lingkungan dan lain lain.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut,
a. Sistem olah tanah dalam pertanian dapat dilakukan dengan olah tanah
maupun tanpa olah tanah yang masing masing memiliki kelebihan dan
kekurangannya.
b. Praktikum dilakukan dengan beberapa perlakuan yaitu pertama dengan
olah tanah dan diberi pupuk organik 100 g/pot dan NPK 1 g/pot. Perlakuan
yang kedua yaitu dengan olah tanah dan diberi pupuk organik 200 g/pot
dan NPK 2 g/pot. Perlakuan ketiga yaitu dengan tanpa olah tanah dan
diberi pupuk organik 100 g/pot dan NPK 1 g/pot. Yang terakhir perlakuan
keempat yaitu dengan tanpa olah tanah dan diberi pupuk organik 200 g/pot
dan NPK 1 g/pot.
c. Hasil pengamatan diperoleh bahwa tanaman padi dengan perlakuan
menggunakan sistem olah tanah (T2) yang kemudian setelah dua minggu
penanaman diberi pupuk kendang sebanyak 100 gram/pot dan pupuk NPK
sebanyak 1 gram/pot (P1) menunjukkan pertumbuhan paling bagus
diantara perlakuan lainnya.
2. Saran
a. Praktikum diharapkan dapat dilaksanakan secara luring atau offline supaya
lebih paham terkait tahap pelaksanaanya
b. Coass diharapkan lebih baik dalam menyampaikan proses pelaksanaannya
karena praktikum dilaksanakan secara online sehingga kurang dapat
dimengerti dnegan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, A., Hasanuddin, H., & Manfarizah, M. (2012). Aplikasi Beberapa Dosis
Herbisida Glifosat Dan Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (Tot) Serta
Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulma Dan Hasil
Kedelai. Jurnal Agrista Unsyiah, 16(3), 135–145.
E.Kaya. 2013. Pengaruh kompos jerami dan pupuk NPK terhadap N-tersedia tanah,
serapan-N, pertumbuhan, dan hasil padi sawah (Oryza Sativa L). J Agrologia,
2(1), 43–50.
Fitriah, W. M., Swibawa, I. G., & Solikhin. 2016. Pengaruh sistem olah tanah dan
pengelolaan gulma terhadap kelompok makan komunitas nematoda tanah pada
pertanaman jagung (zea mays l.) Di laboratorium lapangan terpadu fakultas
pertanian universitas Lampung. J Agrotek Tropika, 4(2), 146–150.
Ida Syamsu Roidah. (2013). Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan
tanah. J Universitas Tulungagung BONOROWO, 1(1), 30–42.
Prabukesuma, M. A., Hamim, H., & Nurmauli, N. (2015). Pengaruh Waktu Aplikasi
Dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Gogo ( Oryza
sativa L .). Jurnal Agrotek Tropika, 3(1), 106–112. Retrieved from
https://www.neliti.com/id/publications/233067/pengaruh-waktu-aplikasi-dan-
dosis-pupuk-npk-terhadap-pertumbuhan-dan-hasil-padi
Prasetyo, R. A., Nugroho, A., Moenandir, J., Jurusan, ), Pertanian, B., & Pertanian, F.
(2014). THE EFFECT OF SOIL TILLAGE SYSTEM AND VARIOUS ORGANIC
MULCH ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max (L.) Merr.)
VAR. GROBOGAN. 1(6), 486–495.
Raksun, A., Zulkifli, L., & Mahrus, M. (2020). Pengaruh Dosis Dan Waktu
Pemberian Kompos Terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat. Jurnal Pijar Mipa,
15(2), 171. https://doi.org/10.29303/jpm.v15i2.1516
Widiyawati, I., Junaedi, A., Widyastuti, R., Meranti, J., & Dramaga, K. I. P. B.
(2014). Peran Bakteri Penambat Nitrogen untuk Mengurangi Dosis Pupuk
Nitrogen Anorganik pada Padi Sawah. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian
Journal of Agronomy), 42(2), 96–102. https://doi.org/10.24831/jai.v42i2.8424
Wirosoedarmo, R., Sutanhaji, A. T., & Kurniati, E. (2012). Evaluasi kesesuaian lahan
untuk tanaman jagung menggunakan metode analisis spasial land suitability
assessment of corn (Zea mays l.) using spasial analysis method. Agritech: J
Fakultas Teknologi Pertanian UGM, 31(1), 71–78.

IV. BUDIDAYA PADI DAN PALAWIJA


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris dimana sektor pertanian sangat
berpengaruh dan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional.
Penduduknya yang sebagian besar bekerja pada sektor pertanian menjadi bukti
bahwa negara Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah.
Kondisi Indonesia didukung oleh iklim yang ada dan sangat menguntungkan
terlebih pada proses budidaya tanaman. Sebagian besar wilayah Indonesia
beriklim tropis yang dilalui langsung oleh garis khatulistiwa memberikan
banyak manfaat pada sektor pertanian.
Tanaman padi merupakan salah satu tanaman pangan penting yang sudah
menjadi makanan pokok lebih dari sebagian besar penduduk dunia. Indonesia
menjadi salah satu negara yang sangat bergantung pada ketersediaan pangan
padi ini. Budidaya tanaman padi di Indonesia menjadi salah satu komoditas
budidaya pertanian yang paling besar. Seiring dengan perkembangan zaman
yang semakin maju, kegiatan budidaya padi harus dilakukan dengan konsep
berkelanjutan. Mulai dari proses persemaian, pengolahan lahan hingga panen
yang dilakukan harus dengan konsep berkelanjutan. Hal tersebut bertujuan agar
terciptanya ketahanan pangan mengingat kebutuhan masyarakat akan
ketersediaan pangan terutama beras.
Pertanian palawija menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan
produksi pangan dengan menciptakan diversifikasi atau keragaman tanaman
pangan. Tanaman palawija menjadi tanaman selingan atau tanaman pangan
kedua setelah padi, biasanya petani menjadikan tanaman palawija selingan
setelah memproduksi tanaman padi. Jenis tanaman palawija antara lain adalah
sorghum, ubi, kentang, kedelai, kacang hijau, dan lainnya. Produksi tanaman
palawija relatif mudah untuk dilakukan karena dapat ditanaman di lahan
kekeringan sekali pun.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum agroteknologi acara 4 yaitu budidaya padi dan palawija
bertujuan untuk mengenalkan budidaya padi dan salah satu tanaman palawija
kepada mahasiswa. Wawancara yang dilakukan mahasiswa kepada petani
terkait dengan pengolahan budidaya mulai dari pemberian pupuk dan waktu
pemeliharaan memperluas pengetahuan mahasiswa. Pengetahuan tersebut akan
memberi manfaat bagi mahasiswa untuk melakukan budidaya tanaman
dikemudian hari.
B. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 April 2021 pukul 10.00 WIB
yang berlokasi di lahan sawah dan palawija di Kabupaten Cilacap.

2. Alat dan Bahan


a. Alat : Alat tulis, meteran dan aplikasi pendeteksi koordinat dan
tinggi tempat
b. Bahan : Lahan padi dan palawija

3. Cara kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan praktikum

b. Mencari lokasi lahan sawah dan palawija

c. Mewawancarai salah satu petani padi dan petani palawija

C. Hasil dan Pembahasan


1. Budidaya Padi pada Tingkat Petani.

Budidaya padi yang dilakukan Pak Suseno berlokasi di Kelurahan


Gumilir, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dengan
ketinggian 5 mdpl dan letak koordinat 7˚40’46”S dan 109˚04’14”E. Budidaya
padi pada tahun ini dimulai pada akhir bulan Maret dengan varietas padi Inpari 46
Nutri Zinc. Sistem penanaman padi yang dilakukan Pak Suseno yaitu
menggunakan sistem tegel. Pada pola tanam sistem tegel ini dibuat dengan
jarak sisi antar lubang tanam sekitar 20 cm x 20 cm atau lebih. Sistem
pengairan yang digunakan pada budidaya padi ini menggunakan sistem tadah
hujan dan tanpa irigasi, sehingga sumber air hanya berasal dari air hujan saja.
Sebelum ditanami benih Pak Suseno melakukan pengelolahan lahan atau
perlakuan lahan dengan membajak lahan terlebih dulu dan diberi pupuk organik
berupa pupuk kendang. Pupuk yang digunakan dalam sekali tanam biasanya
mencapai 0,5 ton/ha. Pak Suseno melakukan semai pada benih padi terlebih
dahulu yang lamanya sekita 2,5 minggu atau 17-18 hari, kemudian setelah
disemai tanaman padi baru dipindahkan ke lahan. Jumlah benih padi yang
ditanam pada setiap lubang tanam biasanya adalah 3 benih. Menurut Pak
Suseno saat ini, cuaca sedang sangat baik di daerah tersebut sehingga budidaya
padi berjalan lancar dan kondisi pengairan selalu tergenang atau air selalu
tersedia. Perlakuan selanjutnya yang dilakukan Pak Suseno adalah dnegan
memberi pupuk tambahan berupa pupuk urea sebanyak 1 ton/ha yang diberikan
secara bertahap, pupuk KCl yang jumlahnya lebih sedikit dan diberikan
bersamaan dengan pupuk urea pada 42 hari setelah tanam. Penyiangan atau
pengendalian gulma dilakukan saat padi berumur 30 hari, 60 hari dan 90 hari.
Hama yang biasa mengganggu tanaman padi adalah hama wereng yang dapat
dikendalikan dengan cara menyemprot pestisida. Pemberian pestisida dilakukan
oleh Pak Suseno saat padi sudah berumur sekitar 4-5 minggu. Waktu panen
yang biasa dilakukan Pak Suseno adalah saat padi sudah berumur 4,5 bulan atau
sekitar 135 hari dengan ciri ciri tanaman padi siap panen yaitu tangkainya sudah
merunduk, daun bendera menguning dan bulir padi sudah keras berisi. Untuk
jenis padi varietas Inpari 46 Nutri Zinc dalam sekali panen dapat mencapai 7
ton/ha

2. Budidaya Palawija pada Tingkat Petani


Budidaya salah satu tanaman palawija yaitu singkong yang dilakukan
oleh Pak Siswo berlokasi di Desa Jeruklegi Wetan, Kecamatan Jeruklegi,
Kabupaten Cilacap. Lokasi tersebut memiliki titik koordinat 7˚36’31”S dan
109˚01’35”E dengan ketinggian sekitar 170 mdpl. Varietas singkong yang
digunakan Pak Siswo dalam budidaya singkonga adalah Adira 4 yang ditanam
mulai minggu awal bulan Januari. Proses budidaya tanaman singkong
menggunakan stek batang dari bagian bawah sampai bagian tengah. Bibit yang
digunakan berasal dari tanaman induk yang sudah berumur 10-11 bulan dengan
diameter sekitar 2 cm dan tidak ada tunas tunas yang tumbuh serta ditanam
dengan jarak 30 cm x 20 cm. Alat yang digunakan dalam proses penanaman
adalah dengan menggunakan pisau untuk memotong bagian stek batang dan
cangkul untuk menggali lubang tanam.
Pengolahan tanah sebelum ditanami singkong dilakukan dengan
membajak tanah di awal sebelum tanah diolah atau masih dalam keadaan
aslinya dan menghilangkan gulma. Tanah yang sudah dibajak dan tidak ada
gulma, selanjutnya diberi kapur secukupnya sekitar 2-3 kg untuk luas lahan 60
m2 dengan tujuan untuk menaikkan pH tanah. Pengairan yang dilakukan pada
budidaya singkong Pak Siswo adalah dengan sistem tadah hujan, namun jika
cuaca sedang kering biasanya dilakukan penyiraman secara manual. Perlakuan
selanjutnya adalah dengan diberi pupuk kendang sekitar 5 kg untuk lahan seluas
60 m2 saat tanaman singkong berusia 3 bulan. Pengendalian gulma dilakukan
setiap 1 bulan sekali dengan cara manual. Hama yang biasa menyerang
budidaya singkong adalah hama tungau merah yang menyebabkan daun kering
dan menguning, cara pengendaliannya adalah dengan memilih bibit yang baik
dan berkualitas. Panen dilakukan saat usia tanaman singkong mencapai 9-12
bulan yang memiliki ciri daun bagian bawah sudah mulai menguning dan
berjatuhan. Varietas singkong Adira 4 dalam sekali panen dapat mencapai 10-
20 kg/60m2.

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disumpulkan sebagai berikut,
a. Budidaya padi yang dilakukan Pak Suseno berlokasi di Kelurahan Gumilir,
Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dengan varietas
padi yang digunakan yaitu Inpari 46 Nutri Zinc. Budidaya yang dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan yang ada seperti sistem penanaman, sistem pengairan,
pengolahan dan perlakuan lahan serta pemberian pupuk dan pestisida.
b. Budidaya salah satu tanaman palawija yaitu singkong yang dilakukan oleh Pak
Siswo berlokasi di Desa Jeruklegi Wetan, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten
Cilacap. Varietas singkong yang digunakan Pak Siswo dalam budidaya
singkonga adalah Adira 4 dengan memperhatikan berbagai ketentuan
budidaya seperti pembuatan bibit singkong, pengolahan dan perlakuan lahan
serta pemberian pupuk dan pestisida.

2. Saran
a. Praktikum diharapkan dapat dilaksanakan secara luring atau offline supaya
lebih paham terkait tahap pelaksanaanya
b. Coass diharapkan lebih baik dalam menyampaikan proses pelaksanaannya
karena praktikum dilaksanakan secara online sehingga kurang dapat
dimengerti dnegan jelas.
LAMPIRAN

Dokumentasi ACARA 1

Hari ke-4

Hari ke-7
Dokumentasi ACARA 3
21 HST

28 HST

35 HST
42 HST

Dokumentasi ACARA 4
TABEL PENGAMATAN

Tinggi Tanaman Padi


Perlakuan Tinggi Tanaman Rata-
Rata
Ulangan

1 2 3 4 5 6

T1P1 20 26 40 42 44 45 36,167

T1P2 17 28 42 45 48 50 30

T2P1 19 20 56 58 64 65,6 47,1

T2P2 16 27 51 56 60 63 45,5

Jumlah Daun Tanaman Padi


Perlakua Jumlah Daun Rata-
n Rata
Ulangan
1 2 3 4 5 6

T1P1 1 3 11 17 13 12 9,5

T1P2 1 3 15 19 25 29 15,34

T2P1 2 6 17 20 27 35 17,84

T2P2 1 4 16 21 24 28 15,67

Panjang Daun Tanaman Padi


Perlakua Panjang Daun Rata-
n Rata
Ulangan

1 2 3 4 5 6

T1P1 7 8 12 25 28 35 19,67

T1P2 6 8,5 11 26,5 30,7 46 21,45

T2P1 10 15 25 30,3 37,6 56 28,98

T2P2 10 12 19 31 36,2 44 25,37

Lebar Daun Tanaman Padi


Perlakuan Lebar Daun Rata-
Rata
Ulangan

1 2 3 4 5 6

T1P1 0,2 0,3 0,4 0,7 0,6 1 0,54

T1P2 0,2 0,3 0,5 0,9 0,9 1 0,64

T2P1 0,2 0,3 0,4 0,6 0,7 1 0,54

T2P2 0,2 0,2 0,3 0,6 0,7 0,7 0,45

Berat Segar Tanaman Padi


Perlakuan Berat Segar Tanaman
T1P1 6
T1P2 7
T2P1 9
T2P2 4

Anda mungkin juga menyukai