PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai pemulia tanaman hal ini yang menentukan kualitas benih. Baik atau
tidaknya benih juga ditentukan seberapa bersih atau murninya benih tersebut.
Benih sendiri merupakan awal dari suatu kehidupan tanaman. Benih juga
namun pada umumnya benih bermutu tinggi akan memberikan hasil produksi
lebih tinggi dibandingkan dengan benih bermutu rendah. Oleh sebab itu usaha
pengembangan dan pengadaan benih bermutu tinggi sangat penting dan harus
sampai tepat pada waktu yang dibutuhkan. Selain itu pemakaian benih bermutu
tinggi adalah cara yang paling mudah diantara sekian banyak teknik-teknik untuk
1
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Agronomi sendiri diartikan sebagai suatu gugus ilmu pertanian yang mempelajari
pengelolaan lapang produksi dengan segenap unsure alam (iklim, tanah, air),
tanaman, hewan dan manusia untuk mencapai produksi tanaman secara maksimal
(Kartasapoetra, 2006).
Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau
lain dalam jenis tanaman tersebut. Kemurnian benih adalah merupakan persentase
berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. Tujuan
berdasarkan berat dari contoh benih yang dapat diuji atau dengan kata lain
komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai species
benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih (Tortora, 1987).
benih serasah, atau benih varietas lain yang tidak diharapkan. Biasanya kemurnian
pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih
tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga
3
komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili
terdapat dalam suatu contoh benih (Sutopo, 1984). Menurut Kamil (1986),
tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang
berdasarkan berat dari contoh benih yang dapat diuji atau dengan kata lain
komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai species
Benih spesies lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman
pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
Bahan lain atau kotoran, termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi
persyaratan baik dari komponen benih murni, benih spesies lain maupun benih
Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan.
Benih murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu
presentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin
diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran (Kuswanto,
1997).
memiliki genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi, tahan terhadap hama
4
dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan
terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu tinggi dengan
kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi, bebasa dari kotoran dan benih
rerumputan serat bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air benih yang rendah
(Kamil, 1986).
5
III. METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu meja pemurnian, pinset,
B. Prosedur Kerja
1. Diambil contoh kerja dari benih yang ada denganjalan pengurangan dengan
memakai pembagi benih sehingga diperoleh berat benih yang diinginkan dan
timbang.
2. Sediakan alat-alat yang akan dipergunakan
3. Periksalah contoh kerja sedikit demi sedikit diatas meja pemurnian dengan
komponen: benih murni, bijitanaman/ varietas lain, biji gulma dan kotoran
benih
4. Hitunglah persentase berat komponen-komponen tersebut terhadap berat
komponen-komponen)
5. Tabel yang tersedia diisi
6
A. Hasil
7
= 11%
1,39%, benih murni jagung 0,74%, dan benih murni kedelai 2,77%. Varietas lain
padi sebesar 0, jagung sebesar 5,45%, kedelai 0,937. Kotoran benih padi sebesar
B. Pembahasan
pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian
8
Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih
murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu
presentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin
diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran (Kuswanto,
1997).
yaitu benih tanaman lain/ varietas lain dan kotoran benih dipisahkan dimana
kotoran benih yang dipisah yaitu kotoran fisis halus dan kasar, dimana berat dari
benih varietas lain yang ditimbang, sedangkan berat kotoran fisis yang berupa
batu, pasir dan lainnya juga ditimbang , dan kotoran kasarnya ditimbang pula.
terdapat dalam suatu contoh benih (Sutopo, 1984). ). Menurut Kamil (1986),
tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang
komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya
9
kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan
kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih (Hidayat, 1995).
2. Benih varian lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam
contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Contoh: benih padi diantara benih
jagung
3. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam
10
d. Bijihampa tanpa lembaga pecahan benih 0,5 ukuran normal
e. Cangkang benih
f. Kulit benih
g. Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.
perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah
bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat sehingga dapat
nya dengan Pengujian Kemurnian Benih yaitu pada kegiatan Sertifikasi benih
salah satu tahapan nya dalam pencapaian produksi benih yaitu Uji Kemurnian
Benih , maka jika Benih tidak dilakukan Uji Kemrunian maka Benih tersebut
tidak dinyatakan benih yang siap untuk di label dan di segel sehingga mampu di
dari suatu spesies adalah benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil,
mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji dan pcahan
benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan
dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang
dimaksud (Justice, 1990). Beda antara hasil ulangan pertama dan kedua tidak
boleh lebih tinggi ataulebih rendah dari 5%. Setiap komponen ditimbang lalu
ditotal, dimana berat total seharusnya dengan berat mula-mula keseluruhan contoh
uji untuk kemurnian tetapi bisa kurang. Persentase dari setiap komponen
11
didapatkan dari berat masing-masing komponen dibagi berat total kali 100%.
(Kartasapoetra, 2006).
Benih tanaman lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman
yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
Bahan lain atau kotoran, termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi
persyaratan baik dari komponen benih murni, benih species lain maupun benih
penerapan prosedur tersebut pada evaluasi benih dalam perdagangan nasional dan
terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan
usaha taninya. Selain itu, benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur
teknik yang mantap, agar dapat meningkatkan berbagai produk pertanian. Benih
penting dalam produksi pertanian. Dengan pengujian yang dilaksanakan itu perlu
ini untuk mencegah para pemburu benih dari segala resiko sehubungan dengan
12
laboratorium harus diterima oleh laboratorium lain. Dengan demikian, produsen-
produsen benih harus mengakui dan memperhatikan standar benih tersebut dalam
komponen-komponen seperti benih murni, biji tanaman lain, dan kotoran benih di
atas meja pemurnian. Setelah itu ditimbang semua komponen dan dihitung
persentasenya. Cara ini memiliki banyak kelemahan karena seperti kita ketahui
sangat kecil dan akurasi data yang didapatkan kurang. Hal tersebut sudah
mengacu pada ISTA (2006), dimana contoh kerja untuk kemurnian benih
umumnya setara denga 2500 butir benih. Komponen benih dibagi menjadi 3
bagian yaitu benih murni, benih lain, dan kotoran benih, setiap komponen
ISTA mengenalkan cara baru untuk pengujian kemurnian benih dengan Ergo
berikut:
13
1. Sampel diletakkan pada corong penampung sampel. Corong dan wadah
akan diperiksa. Kecepatan aliran benih dapat diatur sesuai keinginan analis
Perbesaran dapat diatur sesuai keinginan, tergantung apa jenis dan ukuran
benih/kontaminannya.
4. Kejernihan gambar dapat ditingkatkan dengan serat optik atau pencahayaan
sebagai berikut perlakuan yang dilakukan dengan cara memisahkan benih padi
murni dengan kotoran benih yang lain dengan penyinaran lampu untuk lebih
Benih padi murni sebesar 1,39%, benih murni jagung 0,74%, dan benih murni
kedelai 2,77%. Varietas lain padi sebesar 0, jagung sebesar 5,45%, kedelai 0,937.
Kotoran benih padi sebesar 11%, jagung 2,81%, dan kedelai 1.28%.
14
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Benih murni mutlak dipelajari untuk medapatkan hasil benih yang optimal,
pemisahan dari kotoran benih dibutuhkan untuk mendapatkan kualitas benih yang
baik.
B. Saran
Pada saat melakukan pemisahan benih dari kotoran dapat dilakukan lebihi
15
DAFTAR PUSTAKA
justice, Oren L dan Bass, Louis N. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan
Benih. Jakarta: Rajawali Press
Sutopo, Lita. 1984. Teknologi Biji. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali. 245 hlm.
16
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dilakukan. Air yang terkandung dalam benih merupakan salah satu komponen
yang dapat menunjang atau menghambat benih untuk dapat berkembang menjadi
kecambah secara optimal. Pengamatan tentang kadar air benih sangat penting bagi
Sperti yang sudah di singgung diatas kadar air benih merupakan salah satu
kopmponen yang sangat vital untuk di perhatikan. Untuk dapat menciptakan benih
yang baik di perlukan pengamatan mengenai kadar air yang optimal yang dapat
Pengetahuan dan pengamatan mengenai kadar air benih sering kali di anggap
remeh yang membuat upaya perbaikan kualitas benih berjalan tidak seimbang. Hal
ini mutlak dilakukan pendalaman dalam mengamati kadar air yang baik bagi
Pengujian kadar air benih dilakukan untuk mengetahui kadar air dalam biji
atau benih untuk menentukan waktu panen yang tepat dan penyimpanan benih.
Benih yang bermutu sangat diinginkan para petani, baik sebagai komoditas
17
perdagangan maupun bahan tanam untuk produksi pertanian. Kualitas benih dapat
dilihat dari beberapa variabel atau nilai, salah satunya adalah kadar air benih.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji kadar air benih dengan
18
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik
Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya benih
selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen
yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu
Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk
disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur
benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih
Kadar air benih adalah hilangnya berat air ketika benih dikeringkan, dan
dinyatakan sebagai persentase dari berat awal contoh benih. Metode pengukuran
kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau
sebanyak mungkin. Ada dua metode penetapan kadar air yang dapat dilakukan,
yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode yang paling umum digunakan
untuk pengukuran kadar air adalah metode langsung. Pada metode langsung kadar
19
air benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya
air dalam benih, dengan cara menggunakan oven suhu konstan (ISTA, 2010).
Benih berukuran besar atau benih berkulit keras harus digiling atau dipotong
lebih kecil sebelum penimbangan dan pengeringan. Kalau tidak, kulit benih akan
menahan penguapan air dari benih. Air akan tetap berada di dalam benih setelah
pengeringan sehingga kadar air benih hasil pengujian menjadi terlalu rendah.
Berat contoh kerja setelah digiling atau dipotong sekurang-kurangnya per ulangan
Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih
dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air
dalam benih dan ini yang sering disebut dengan metode oven, sedangkan
pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan
air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang
kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya dengan menggunakan alat yang
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya
hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar
benih adalah antara 6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang
20
Kadar air benih dapat dilakukan dengan memakai cara sebagai berikut:
1. Bermacam-macam alat pengukur kadar air biji otomatis (seed moisture tester)
Dengan cara ini, contoh biji (biji basah) yang baru dipanen, dikeringkan di
dalam tungku (oven) listrik pada suhu 1050 1100 C selama 24 jam secara
ditimbang lagi (didapat berat kering). Kadar air biji dihitung menurut rumus:
BeratBasah BeratKering
KadarAirBiji X 100%
BeratBasah
Ini disebut
KA berdasarkan berat basah (Wet Weight Basis), biasa dipakai pada industri
BeratBasah BeratKering
KadarAirBiji X 100%
BeratKering
Ini disebut KA
berdasarkan berat kering (Dry Weight Basis), biasa dipakai untuk penelitian
21
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu benih padi (20 g) dan
Jagung (20 g), sedangkan alat yang digunakan yaitu oven, timbangan, dan
Moisture tester.
B. Prosedur Kerja
A. Metode praktek
1. Siapkan dan cek alat moisture tester, serta contoh benih yang akan diuji
2. Benih yang akan diuji diambil dari benih lama dan benih baru
3. Setelah alat siap ambil beberapa biji dengan pinset kemudian masukan ke
pilihan biji yang diuji dan baca hasil pengujian pada display alat tersebut
6. Bandingkan hasil uji kadar air dengan kadar air standar masing-masing benih
disimpulkan.
B. Metode dasar
1. Timbang Berat Awal benih sebanyak 20gr
2. Masukkan dalam kantong lalu oven selama 2x24 jam
3. Setelah 2x24 jam ditimbang lagi berat Akhirnya
KA = Berat awal Berat akhir
%KA =
4. Bandingkan hasil uji kadar air dengan kadar air standar masing-masing benih
dan simpulkan.
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
gan rata
1 22,3 22,2 22,1 22 21,8 21,8 21,6 21,6 21,5 21,8
Padi 2 22,7 22,6 22,4 22,3 22,1 22 21,9 21,8 21,8 22,1
23
Kering 3 13,5 13,5 13,6 13,6 13,7 13,7 13,6 13,7 13,7 13,6
4 13,4 13,5 13,9 13,5 13,6 13,6 13,6 13,6 13,6 13,5
Rata-rata 14,4
1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1 12,1
2 13 13 13 12,9 12,9 12,9 12,9 12,9 12,9 12,9
Jagung
3 12,4 12,4 12,4 12,4 12,4 12,4 12,4 12,4 12,4 12,4
4 11,6 11,6 11,6 11,6 11,6 11,6 11,6 11,6 11,6 11,6
Rata-rata 12,25
1 13,2 13,2 13,2 13,2 13,2 13,1 13,1 13,1 13,1 13,1
2 14,2 14,2 14,1 14,1 14,1 14,1 14 14 14 14
Kedelai
3 15,3 15,2 15,1 15,1 15 15 14,9 14,9 14,9 15
4 15,3 15,2 15,2 15,2 15,2 15,2 15,2 15,1 15,1 15,1
Rata-rata 14,3
24
B. Pembahasan
Kandungan air dari suatu bahan pangan perlu diketahui terutama untuk
menentukan persentase zat-zat gizi secara keseluruhan. Jumlah kadar air yang
terdapat di dalam suatu bahan pagan sangat berpengaruh atas seluruh susunan
dari suatu bahan pangan, maka dapat diketahui berat kering dari bahan tersebut
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik
Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi beresiko cepat mundurnya benih
selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen
yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu
Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang
karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam
persentase terhadap berat awal contoh benih (Bass, 1953). Kadar air benih adalah
25
hilangnya berat air ketika benih dikeringkan, dan dinyatakan sebagai persentase
dari berat awal contoh benih. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan
(ISTA, 2010). Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai
dengan teknik atau metode tertentu. Kadar air benih merupakan salah satu
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi
rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting
dan berpengaruh terhadap viabilitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap
kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven
temperatur rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven temperatur
1 jam. Periode pengeringan dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang
desikator selama 30-45 menit untuk menyesuaikan suhu media yang digunakan
kurang dari 70% (AOAC, 1970). Selanjutnya metode oven temperatur tinggi.
Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah, hanya saja
26
temperatur yang digunakan pada suhu 130-133C dan waktu yang digunakan
pengeringam atau pengurangan kadar air dapat dibagi menjadi dua golongan
sebagai berikut:
drying).
Kondisi iklim yang kering dan panas sangat kondusif untuk menghasilkan
benih yang berkulit keras (hardseed). Hubungan antara dormansi benih dan mutu
benih terkair dengan mutu daya simpan benih. Benih dorman akibat kekerasan
kulit benih secara umum diyakini memiliki daya simpan yang lebih panjang
dibandingkan benih yang tidak memiliki sifat kulit benih keras. Namun demikian
nilai positif dormansi benih ini menuntut penanganan yang tepat saat benih harus
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari pangan tersebut. Kadar air dalam suatu bahan pangan sangat
berpengaruh pada mutu produk pangan tersebut. Semakin banyak kadar air yang
terkandung, umur simpannya semakin sebentar, karena kalau suatu bahan banyak
tumbuh. Oleh karena itu kita harus mengetahui kandungan air dalam suatu bahan
27
Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga harus diperhatikan.
Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional
Ohaus MB 45, Higromer). Dalam penentuan uji kadar air digunakan 2 metode
oven, yaitu metode temperatur rendah 1032C dan metode temperatur tinggi 130
- 133C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam penentuan kadar air
(Bonner, 1995). Pada metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar
air benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya
air dalam benih dan ini yang sering disebut dengan metode oven. Sedangkan
pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan
air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang
kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya dengan menggunakan alat yang
bernama Steinlete Moisture Tester (Tim Teknologi Benih Jurusan BDP, 2012).
Menurut Hasanah (2006) Manfaat dari pengujian kadar air benih adalah
untuk mengetahui seberapa besar kandungan air yang terkandung di dalam benih
tersebut. Dengan pengujian ini tentu tidak lepas dari kualitas perkecambahan,
viabilitas, dan vigor benih saat perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi
air ke dalam benih sebelum perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh
1. Tipe benih
ortodoks tidak mati walaupun dikeringkan sampai kadar air yang relatif sangat
28
rendah dengan cara pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau benih itu
disimpan dalam keadaan suhu yang relatif rendah.Benih yang bersifat rekalsitran,
akan mati kalau kadar airnya diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan
2. Ukuran benih
pertumbuhan tanaman dan daya simpan benih. Pada beberapa spesies, biji-biji
yang lebih kecil dalam suatu lot benih dari varietas yang sama mempunyai masa
3. Penyimpanan
sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar
Alat untuk mengukur kadar air pada benih menurut Hani (2012) adalah
29
(2) pemutar untuk menekan benih
Sifat : portable.
Prinsip kerja : beberapa butir benih diletakkan pada tempat penampung benih,
dimasukkan dalam laci di sisi kana alat (di bawah alat penekan).
tekan, kita pilih benih yang akan kita ukur dengan menekan
tombol select dan memilih jenis benihnya. Setelah itu kita tekan
beberapa saja, jadi menghemat benih. Dengan alat ini kita dapat
30
Selain itu kita juga dapat mengetahui temperature benih.
Selain menggunakan moisture tester, pengukuran kadar air menurut Hani (2012)
Menurut Menurut Winarno (1990), Ortodoks adalah benih yang pada masak
panen / fisiologi memiliki kandungan kadar air yang relatif rendah. Biji kelompok
ortodoks dicirikan oleh sifatnya yang bisa dikeringkan tanpa menglami kerusakan.
rendah, yaitu pada suhu 0 5o C dengan kadar air benih 57%. Dalam kondisi
penyimpanan yang optimal, benih yang orthodox akan mampu disimpan sampai
beberapa tahun. Pada saat masak, kadar air benih pada kebanyakan benih
orthodox sekitar 610%. benih yang bersifat Ortodoks antara lain adalah benih
halus bentuk lonjong, berwarna coklat, kadar air tinggi. lebih lanjut ciri ciri fisik
didefinisikan sebagai benih yang tidak tahan terhadap pengeringan dan suhu
31
Tingkat toleransinya tergantung dari species masing-masing, umtuk benih species
dari daerah tropik kadar air benih yang dianjurkan untuk penyimpanan adalah 20
mampu disimpan beberapa hari sampai dengan beberapa bulan. Benih recalsitrant
pada waktu masak, kadar air benih sekitar 30 70%. Benih recalsitrant banyak
ditemukan pada species dari zona iklim tropis basah, hutan hujan tropis, dan hutan
mangrove, beberapa ditemukan pada zona temperate dan sedikit ditemukan pada
zona panas. Beberapa contoh benih ini adalah Agathis lorantifolia Salisb
compressa, Shorea.
menggunakan metode langsung dan metode metode tidak langsung hal ini di
dapatkan hasil yang relative berbeda yaitu kadar air pada benih padi yang semula
pengovenan kadar air menjadi 19,08% setelah dilakukan penghitungan hasil yang
di dapatkan yaitu penurunan kadar air benih sebesar 4,43%. Hasil percobaan
kedua pada kadar air jagung yang semula 20% setelah melakukan perlakuan tidak
dilakukan penghitungan hasil yang di dapatkan yaitu penurunan kadar air benih
sebesar 10,5%. Hasil percobaan ketiga pada kadar air kedelai yang semula 20 %
air menjadi 17,26% setelah dilakukan penghitungan hasil yang di dapatkan yaitu
32
penurunan kadar air benih sebesar 13,7%. Hasil percobaan keempat pada kadar air
jagung yang semula 20,4% setelah melakukan perlakuan tidak langsung dengan
hasil yang di dapatkan yaitu penurunan kadar air benih sebesar 8,28%.
Pada percobaan yang dilakukan dengan metode yang berbeda yaitu menggunakan
padi basah sebesar 22,525, rata-rata kacang tanah sebesar 13,6, rata-rata padi
kering sebesar 14,4, rata-rata jagung sebesar 12,25, dan rata-rata kedelai sebesar
14,3.
V. PENUTUP
33
A. Kesimpulan
Pengujian kadar air benih pada setiap metode menunjukan hasil yang
B. Saran
Akan lebih baik apabila pada saat praktikum dilakukan lebih teliti karena
akurat.
34
DAFTAR PUSTAKA
Christian JHB. 1980. Reduced water activity. 7990. In J.H. Silliker, R.P. Elliot,
A.C. Baird-Parker, F.L. Brian, J.H.B. Christian, D.S. Clark, J.C.Olson Jr.,
and T.A. Roberts (Eds.). Microbial Ecology of Foods. New York:
Academic Press.
35
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengamati dan mengupayakan agar benih apt tetap tumbuh dengan sempurna.
Praktikum ini dilatarbelakangi akan kualitas benih yang semakin buruk dan sangat
tidak bai apabila dibiarkan berlarut mengingat kebutuha akan benih berkualitas di
suatu pemuliaan karena dormansi akan menyerang ketika benih sangat dini. Benih
yang merupakan salah satu cikal bakal bagi pemulia tanaman untuk dapat
tumbuh serempak.
impermiabilitas kulit biji terhadap air atau gas ataupun resistensi mekanis kulit
36
Dormansi dapat dipatahkan melalui berbagai cara. Pengamplasan
merupakan cara yang paling umum yang biasa dilakukan. Biji akan bekecambah
setelah mengalami masa dorman yang disebabkan berbagai faktor internal, seperti
embrio masih berbentuk rudimentatau belum masak (dari segi fisiologis), kulit biji
pengamplasan ada beberapa cara lain seperti memasukkan benih ke dalam botol
terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi, perubahan suhu, dan zat
kimia.
B. Tujuan
37
38
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas benih ditentukan antara lain oleh tingkat kemasakan biji yang
yang berasal dari yang masih muda, kualitasnya akan jelek karena benih akan
menjadi tipis, ringan, dan keriput, serta apabila dikeringkan daya hidupnya sangat
rendah. Dalam hal itu, kemungkinan embrio blum berkembang sempurna dan
berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk rudiment atau belum
masak (dari segi fisiologis), kulit biji yang tahan (impermeabel), atau adanya
air dan oksigen serta karbon dioksida tidak dapat keluar secara baik yang
dormansi dapat dilakukan dengan meretakkan kulit biji, perendaman dalam zat
kimia seperti kalium nitrat pada konsentrasi tertentu atau dengan pemanasan
(Harjadi, 2002).
dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji.
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun
39
pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan
kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan
digunakan untuk mengatasi dormansi embryo. Tipe dormansi biji antara lain:
perkedcambahan. seperti kulit biji ynag keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis
tanaman.
2. Dormansi fisiologis : dapat disebabkan oleh bebrapa mekanisme, umumnya
Dormansi benih dapat dibedakan atas beberapa tipe dan kadang-kadang satu
jenis benih memiliki lebih dari satu tipe dormansi. Willan (1985) membedakan
untuk mengaktifkan kembali benih yang dorman. Ada berbagai cara perlakuan
benih dalam kondisi lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut
40
menghaluskan kulit benih agar dapat dilalui air dan udara ; melemaskan kulit
benih dari sifat kerasnya ; memasukkan benih ke dalam botol yang disumbat dan
suhu rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dan zat kimia. Sedangkan
menurut, pematahan dormansi dapat diganti dengan zat kimia seperti KNO3,
thiorea dan asam giberalin. Pada kenyataannya, 24 pada organ secara visual
41
III. METODE PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah benih albasia
(20 benih), benih melinjo, bemih kolang kaling, benih cabai, air panas, cawan
B. Prosedur Kerja
mengalir.
c. Ditanam 10 biji dari perlakuan untuk dikecambahkan pada media polibag dan
masing pada bagian samping, atas dan bawah dan 2 buah yang lain tidak
42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
A. Tabel 1. Pengataman
Perlakuan hari ke-
No perlakuan
2 4 6 8 10 12
1 Air (Albasia)
a. Panas 0 0 5 0 0 0
b. Dingin 0 0 6 1 0 0
c. Kontrol 0 0 4 0 0 0
2 Fisik (Melinjo)
a. Kupas 0 0 0 0 0 0
b. Amplas 0 0 0 0 0 0
c. Kontrol 0 0 0 0 0 0
Fisik (Kolang-kaling)
a. Amplas 0 0 0 0 0 0
b. Kontrol 0 0 0 0 0 0
3 ZPT (Tomat)
a. Perlakuan 0 0 8 0 0 0
b. Kontrol 0 0 10 0 0 0
ZPT (Cabai)
a. Perlakuan 0 0 6 0 0 0
b. Kontrol 0 0 9 1 0 0
Perhitungan :
% Perkecambahan = x 100%
1. Albasia
a. Panas
% Perkecambahan= x100%= 50 %
b. Dingin
% Perkecambahan= x100%= 70 %
43
c. Kontrol
% Perkecambahan= x100%= 40 %
2. Fisik (Melinjo)
a. Kupas
% Perkecambahan= x100%= 0 %
b. Amplas
% Perkecambahan= x100%= 0 %
c. Kontrol
% Perkecambahan= x100%= 0 %
Fisik (Kolang-kaling)
a. Amplas
% Perkecambahan= x100%= 0 %
b. Kontrol
% Perkecambahan= x100%= 0 %
3. ZPT (Tomat)
a. Perlakuan
% Perkecambahan= x100%= 80 %
b. Kontrol
% Perkecambahan= x100%= 100 %
ZPT (Cabai)
a. Perlakuan
% Perkecambahan= x100%= 60 %
b. Kontrol
% Perkecambahan= x100%= 100 %
44
perkecambahan sebesar 0%. Artinya benih kolang-kaling tidak
pemecahan dormansi.
B. Pembahasan
hidup untuk berkecambah pada suatu kisaran keadaan luas yang dianggap
45
bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk perkecambahannya. Dormansi benih
dapat disebabkan keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis embrio, atau
tertunda atau keadaan istirahat, merupakan kondisi yang berlangsung selama suatu
periode yang tidak terbatas walaupun berada dalam keadaan yang menguntungkan
untuk perkecambahan. Biji yang dorman adalah biji yang gagal berkecambah,
anggota populasi biji yang lain, yang tidak dorman (Gardner, 1991).
tanaman yang dipengaruhi faktor dalam dan luar. Dormansi pada biji merupakan
salah satu penyebab gagalnya perkecambahan walaupun biji dapat menyerap air
dan berada dalam temperatur dan tingkat oksigen yang baik (Edmon et al., 1957).
kemusnahan alam. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari
kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua
kedaan tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermeabel terhadap air dan gas
46
Dormansi didefinisikan sebagai keadaan dari biji dimana tidak memperbolehkan
(Tempertur, air dan O2). Dormansi secar efektif menunda proses perkecambahan
perlakuan media yang optimum. Dormansi dapat berupa dormansi fisik dan
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan
namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik
untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai
(Schmidt 2002).
biji menjadi tumbuhan kecil di dalam biji yaitu terlihat daun kecil, calon batang,
dan calon akar. Dua faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu faktor
internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari luar atau lingkungan). Faktor
internal meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran biji, absorbansi (daya serap biji
47
eksternal meliputi suhu, oksigen, dan air. Setelah biji menyerap air (imbibisi), biji
membesar sehingga kulit biji pecah. Secara umum, proses perkecambahan terjadi
secara kimiawi. Dengan masuknya air ke dalam biji, enzim akan bekerja dengan
aktif. Jika embrio terkena air, embrio menjadi aktif dan melepaskan hormon
adalah salah satu upaya perlakuan pada benih yang ditujukan untuk mematahkan
dormansi. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan dengan cara fisik,
mekanis dan khemis (Zono, 2009). Larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan
konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui air
oksigen. Protein yang ada dipecah menjadi asam amino yang berfungsi menyusun
struktur sel dan enzim-enzim baru. Enzim-enzim di dalam biji dapat bekerja
dengan baik pada suhu tertentu, sedangkan suhu yang tinggi dapat merusak
48
enzim. Cahaya pada proses perkecambahan dapat memengaruhi hormon auksin.
Hormon ini rusak atau terurai jika terkena intensitas cahaya yang tinggi. Dengan
Ada beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.
1. Dormansi Fisik
perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis
terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel
tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada
dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji
49
yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio
dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus
dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih.
tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan
dapat berkecambah.
a. Dormansi fisik
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji. Dengan
kata lain, dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji
itu sendiri. Penyebab dormansi fisik antara lain, impermeabilitas kulit biji
50
terhadap air, resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, dan
b. Dormansi fisiologis
Ada beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.
1. Dormansi Fisik
perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis
terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel
51
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan
tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada
dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji
yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio
dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus
1) Immaturity Embrio
2) After ripening
52
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu
3) Dormansi Sekunder
53
Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll
(Esmaeili, 2009).
seperti benih rekalsitran sagat sulit untuk ditangani, karena perkecambahan dapat
dormansi sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus,
berikut:
pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif
untuk mengatasi dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani secara manual,
dapat diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya
semua benih dibuat permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah
Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air. Pada benih
legum, lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan proses pelunakan
menyebar dari titik ini keseluruh permukan kulit biji dalam beberapa jam. Pada
saat yang sama embrio menyerap air. Skarifikasi manual efektif pada seluruh
permukaan kulit biji, tetapi daerah microphylar dimana terdapat radicle, harus
54
dihindari. Kerusakan pada daerah ini dapat merusak benih, sedangkan kerusakan
2. Air panas
efektif bila benih direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat juga lebih
baik untuk mencegah kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling
kerusakan. Suhu tinggi dapat merusak benih dengan kulit tipis, jadi kepekaan
terhadap suhu berfariasi tiap jenis. Umumnya benih kering yang masak atau
kulit bijinya relatif tebal toleran terhadap perendaman sesaat dalam air
3. Perlakuan kimia
kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan
asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji
menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah. Larutan asam untuk
perlakuan ini adalah asam sulfat pekat (H2SO4) asam ini menyebabkan
kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan pada legum maupun non
legume (Coppeland,2001). Tetapi metode ini tidak sesuai untuk benih yang
55
a) kulit biji atau pericarp yang dapat diretakkan untuk memungkinkan imbibisi
b) larutan asam tidak mengenai embrio.
4. Perlakuan temperature
Pemberian suhu rendah selama waktu tertentu (berbeda untuk setiap jenis
5. Perlakuan cahaya
Media tumbuh dan substrat yang digunakan untuk menanam benih dormansi
benih lepas dari masa dormansi sebagai contoh dalam beberapa penelitian
akan selalu berbeda-beda tergantung media tanam yang dipakai dan unsur-unsur
yang terdapat dalam media tanam tersebut. Media tanam merupakan media/tempat
pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif
56
untuk mengatasi dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani secara manual,
dapat diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya
semua benih dibuat permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah
Yang terkandung dalam daging buah Kelapa ini sekitar 90% merupakan
asam lemak jenuh dan 105 asam lemak tak jenuh. Meskipun mengandung asam
lemak jenuh, namun minyak Kelapa memiliki rantai karbon sedang sehingga
mudah dicerna oleh tubuh. Asam lemak rantai sedang lebih baik dibandingkan
asam lemak rantai panjang karena bisa langsung dicerna dalam usus tanpa adanya
proses hidrolisis dan enzimatis. Sedangkan minyak yang memiliki rantai karbon
yang panjang harus melalui beberapa tahapan dulu untuk diproses di dalam
pencernaan manusia sebelum akhirnya dapat diserap dinding usus lewat beberapa
proses yang panjang. Asam lemak rantai sedang juga tidak diubah menjadi lemak
atau kolestrol, serta tidak memengaruhi kolesterol darah. Dan terkait dengan
manfaatnya, asam lemak rantai sedang ini berkemampuan secara spesifik sebagai
Tak hanya minyak dan dagingnya saja yang memiliki banyak manfaat,
namun air Kelapa juga disinyalir mengandung banyak zat gizi. Kalau selama ini
pemanfaatan air Kelapa hanya terbatas pada mengolahnya menjadi nata de coco,
maka dengan kandungannya yang padat gizi, air Kelapa bisa dikembangkan lebih
dari itu. Menurut hasil analisis, dalam air Kelapa tua mengandung sekitar 91%
mineral, 0,3% protein, 0,15% lemak, 7,3% karbohidrat dan 1,06% abu. Air Kelapa
juga mengandung vitamin C 2,7 mg/ 100 ml. Sedangkan kandungan mineral air
57
Kelapa terdiri atas kalium, natrium, kalsium, magnesium, tembaga, besi, dan
lainnya.
Makanya dengan banyak kandungan zat gizi tersebut menjadikan air Kelapa
sangat kaya khasiat seperti untuk mengobati penyakit usus, penyakit kolera,
muntah-muntah, cacar, campak, dan juga penyakit kulit lainya. Air Kelapa juga
airnya memiliki kandungan mineral dan gula yang sempurna sehingga memiliki
keseimbangan elektrolit. Dengan banyak kandungan zat gizi baik di dalam daging,
minyak maupun air Kelapa, buah ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi
penyerapan air oleh benih. Air panas mematahkan dormansi fisik pada
macrosclereids. Metode ini paling efektif bila benih direndam dengan air panas.
Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk mencegah kerusakan pada embrio karena
bila perendaman paling lama, panas yang diteruskan kedalam embrio sehingga
dapat menyebabkan kerusakan. Suhu tinggi dapat merusak benih dengan kulit
tipis, jadi kepekaan terhadap suhu berfariasi tiap jenis tergantung pada jenis biji
itu sendiri. Umumnya benih kering yang masak atau kulit bijinya relatif tebal
tetang ZPT alami umumnya dilakukan untuk kultur jaringan, namun saya yakin
58
bisa juga digunakan secara langsung untuk tanaman. Golongan ZPT dari sebagian
1. Air Kelapa
lain, seperti 1,3 dipheniluea, zaetin, zeatin glukosida dan zeatin ribosida.
2. Ekstrak Tauge
Ekstrak tauge memiliki respon yang mirip dengan air kelapa. Ekstrak tauge
3. Ekstrak Tomat
Ekatrak tomat ternyata tidak hanya baik untuk kesehatan manusia, ternyata
Cuka kayu dibuat dengan cara mengkondensasi asap hasil pembakaran kayu
secara tidak langsung. Asap yang mencair ini disebut juga cuka kayu/wood
positif untuk tanaman. Cuka kayu juga bisa digunakan sebagai pestisida
nabati.
5. Rebung Bambu
59
Pematahan dormansi biji pinang dengan dilakukan perendaman benih
pinang sirih dalam air, Asam sulfat (HzSO+) pekat, Kalium Nitrat (l3{O:) 0,2 yo,
Gibberelin (GA3) 1000 ppm dan pengikisan. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa perlakuan fisika dan kimia dapat mematahkan dormansi benih Pinang Sirih
mematahkan dormansi benih pinang sirih pada minggu ke tiga setelah tanam,
sedangkan perlakuan perendaman benih dengan air, KNO3 0,2 % dan GA3 1000
ppm dapat mematahkan dormansi benih pinang sirih pada minggu ke empat
setelah tanam. Pada minggu ke tujuh setelah tanam, persentase daya kecambah
baik untuk keempat perlakuan. Semua perlakuan mempunyai pengaruh yang sama
terhadap kemunculan radikula dan plumula pertama serta panjang akar dan batang
Dari hasil praktikum yang dilakukan pada praktikum ini dari perendaman
menggunakan air panas dan air dingin pada jenis biji albasia memberikan hasil
positif dengan tingkat prosentase sebesar 70% hal ini disebabkan karena pengaruh
air dingin lebih efektif untuk memecah atau menghentikan laju dormansi, hal ini
perlecambahan yang lebih besar pada perlakuan yang di lakukan menggunakan air
dingin pada jenis biji albasia yang di praktikumkan sedangkan pada percobaan
lain menggunakan air panas dan control memiliki prosentase lebih rendah yaitu
pada kulit luar biji melinjo menunjukan korelasi negative dengan tidak adanya biji
60
yang dapat berkecambah dengan prosentase 0%. Perlakuan ini terjadi pula pada
biji kolang kaling. Ini menunjukan tidak adanya kerja perlakuanyang dapat
Pada percobaan ketiga yang dilakukan pada biji tomat yang dilakukan
dengan perlakuan control serta penambahan ZPT justru memberikan hasil lebih
aik ketika biji tomat di perlakukan sebagai control dengan prosentase sebanyak
100% sedangkan pada biji yang di berikan penambahan ZPT hanya memberikan
hasi sebesar 80%. Hal ini juga terjadi pada benih cabai yang di perlakukan sama
dengan menunjukan hasil lebih baik ketika di perlakukan sebagai control sebesar
sebsar 60%.
61
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
dormansi memberikan hasil relative berbeda bahkan benih yang di berikan ZPT
B. Saran
Saran dari praktikum ini adalah praktikan harusnya lebih teliti dalam
62
DAFTAR PUSTAKA
Copeland LO, Mc.Donald MB. 2001. Principles of Seed Science and Technology 4thed.
London (UK): Kluwer Academic Publishers.
Esmaeili, Mohammad, 2009, Ecology of seed dormancy and germination of Carex divisa
Huds.: Effects of stratification, temperature and salinity, International Journal of
Plant Production, New York.
Harjadi, Sri Setyati. 2002. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sutopo, Lita, 2004. Teknologi Benih . Jakarta. Divisi Buku Perguruan Tinggi PT
RajaGrafindo Persada.
Suwarno FC, Santana DB. 2009. Efisiensi beberapa substrat dalam pengujian viabilitas
benih berukuran besar dan kecil. J.Agron.Indonesia. 37(3): 249-255.
Tamin, R. P. 2007. Teknik perkecambahan benih jati (Tectona grandis Linn. F.). Jurnal
Agronomi. Vol 1 : Halaman 7-14
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
63
Praktikum perkecambahan pada lingkungan suboptimal sangat bermanfaat.
kebutuhan tanaman. Hal ini menjadi perhatian khusus mengenai upaya untuk
memberikan kebutuhan baik media maupun upaya perbaikan lingkungan lain agar
Kandungan garam yang cukup tinggi pada suatu media akan menghambat
perkecambahan benih. Hal tersebut berkaitan dengan penyerapan air yang sangat
dapat berlangsung karena air merupakan pelarut dan pereaksi. Secara ideal semua
benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila di tanam pada
kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta
berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih dicerminkan oleh dua
simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan
baik. Beberapa tempat tumbuh benih mengalami kondisi yang tidak optimal,
kekurangan atau kelebihan suatu faktor tumbuh, seperti tanah salin. Tanah yang
64
menjadi terganggu bahkan dapat menjadikan benih tidak berkecambah atau benih
mati dan busuk. Tanah salin menyebabkan proses-proses yang seharusnya terjadi
B. Tujuan
65
II. TINJAUAN PUSTAKA
berupa lahan kering masam, dengan kendala utama miskin hara, masam, dan
kurang air, lahan kering pada wilayah iklim kering, dengan kesulitan utamanya
adalah menyediakan air yang cukup untuk budidaya tanaman; selain itu sering
juga tanahnya berbatu dengan lapisan topsoil yang tipis lahan rawa pasang surut,
dengan masalah utama kesulitan dalam mengatur tata airnya, keberadaan lapisan
pirit, lapisan gambut tebal, dan intrusi air laut, dan lahan rawa lebak, dengan
Benih yang baik untuk ditanam ialah benih yang memiliki daya kecambah
tinggi. Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan
sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan
sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau
mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti 2005).
sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Kekurangan
unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi.
tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang
66
berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan
1997). Benih merupakan simbol dari suatu permulaan sebagai inti dari kehidupan
di alam semesta yang berguna untuk menyambung kehidupan dari suatu tanaman.
benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk menanam. Benih dituntut
untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang
Benih yang berkecambah merupakan salah satu tanda dari benih yang telah
radikula pada embrio dari suatu benih. Plumula dan radikula diharapkan dapat
(Kuswanto, 1997). Perkecambahn dapat terjadi apabila kandungan air dalam biji
semakin tinggi karena masuknya air ke dalam biji melalui proses imbibisi. Proses
2010).
67
Kondisi optimum pertumbuhan benih biasanya hanya terdapat pada ruang
lingkup yang sempit, seperti pada laboratorium, sementara pada kondisi yang
sebenarnya atau pada kondisi lapang jarang didapati berada pada keadaan yang
optimum, melainkan pada keadaan sub optimum. Keadaan sub optimum yang
68
III. METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu petridish, pinset, dan gunting.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih padi, garam NaCl,
B. Prosedur Kerja
1. Larutan garam disiapkan dengan konsentrasi 0 ppm, 2500 ppm, dan 5000
ppm.
2. Petridish disiapkan dan diberi alas kertas merang sebanyak 3 rangkap.
3. 20 benih padi dikecambahkan pada masing-masing petridish dengan 3
perlakuan tersebut.
4. Pengamatan :
a. Benih disemprot secara merata dan jangan sampai tergenang.
b. Perkecambahan diamati setiap 2 hari sekali selama 8 hari.
c. Persentase perkecambahan dihitung dan dibandingkan untuk setiap
perlakuan.
69
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
A. 0 ppm
Persentase berkecambah normal = x 100% = 100%
B. 2500 ppm
Persentase berkecambah normal = x 100% = 80%
C. 5000 ppm
Persentase berkecambah normal = x 100% = 15%
B. Pembahasan
70
Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di
dalarn tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi
maka tanah akan bereaksi asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terIalu
rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini kadar kation OH- lebih
tinggi dari ion H+. Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena
kandungan H+ yang tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion
Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+.
Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kejenuhan ion Al3+ tertentu,
Lahan salin atau pantai adalah lahan pasang surut yang terkena pengaruh
intrusi air laut atau payau yang tanahnya dapat termasuk dalam katagori lahan
potensial, lahan sulfat masam, atau gambut. Lahan salin mendapatkan intrusi air
laut lebih dari 3 bulan dalam setahun dan kandungan Na dalam larutan tanah
antara 8-15% (Noor, 1996). Istilah salin digunakan untuk menggambarkan tanah
yang kaya kadar garamnya di dalam larutan tanah yang sangat tinggi. Persentase
Na pada koloid tanah salin di bawah 15% dan pH-nya di bawah 8,5. Sifat fisik
tanah salin cukup baik karena memiliki kandungan Ca yang cukup (Novizan,
2002).
Lamongan dan Tuban saja diperkirakan mencapai 192 hektar. Sembari mencari
lokasi untuk penelitian, dua peneliti Balitkabi menyusur lahan salin di Lamongan
dan Tuban. Keduanya mendapati bahwa meski lahannya bermasalah, petani tetap
71
berjuang menanam padi dan palawija. Hasilnya pun minim. Namun karena itu
lahan yang mereka punya maka perjuangan mereka pun memerlukan bantuan
dan kering tunas dan akar, serta menghambat penyerapan berbagai nutrisi pada
tumbuh dan hasil panen. Kadar garam yang tinggi dapat menaikkan tekanan
osmosis. Hal ini dapat mengurangi kesanggupan benih mengabsorbsi air dan
secara tidak langsung akan menghambat perkecambahan benih, karena benih tidak
memperoleh kadar air yang cukup. Jika konsentrasi suatu larutan di sekitar biji
tinggi dapat menyebabkan tidak atau kurang meresapnya air ke dalam biji
berupa lahan kering masam, dengan kendala utama miskin hara, masam, dan
kurang air, lahan kering pada wilayah iklim kering, dengan kesulitan utamanya
adalah menyediakan air yang cukup untuk budidaya tanaman; selain itu sering
juga tanahnya berbatu dengan lapisan topsoil yang tipis lahan rawa pasang surut,
dengan masalah utama kesulitan dalam mengatur tata airnya, keberadaan lapisan
pirit, lapisan gambut tebal, dan intrusi air laut, dan lahan rawa lebak, dengan
72
kemasaman tanah (Haryono, 2013). Salah satu kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan adalah adanya tanah salin. Tanah salin merupakan tanah yang
mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan
garam yang tinggi dibedakan dalam tanah salin, tanah sodik dan tanah salin-sodik.
Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang
dilakukan oleh biji. Bila tanah terlalu Salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak
maka akan menghambat proses metabolisme dalam benih. Konsentrasi NaCl yang
terlalu pekat maka akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar sehingga
dapat merusak benih sehingga benih tidak dapat berkecambah dengan baik.
(Sadjad, 1999).
pembentukan tanah terhambat atau tanah yang terbentuk tidak sesuai untuk
pertumbuhan tanaman. Misalnya, bahan induk yang keras dan asam, kekurangan
air, suhu yang dingin/membeku, tergenang dan akumulasi bahan gambut, fraksi
(Subagyo, 2000).
73
tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi dalam bentuk
berlebihan.
b. Penurunan penyerapan air.
c. Penurunan dalam penyerapan unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman.
biasanya pada tingkatan bibit sangat peka terhadap salinitas. Salinitas tanah dapat
pertanian seperti kacang-kacangan dan bawang, adanya kadar garam yang tinggi
dilarutkan dengan aquades sedangkan cara pembuatan larutan garam 2500 ppm
adalah dengan menyiapkan 2,5 gram garam, kemudian dilarutkan dengan aquades
dengan cara diaduk. Sedangkan untuk membuat larutan garam 5000 ppm
disiapkan 5 gram garam yang dilarutkan dengan aquades dan diaduk. Kadar
garam yang tinggi dapat menaikkan tekanan osmosis. Hal tersebut dapat
yang cukup.
74
Menurut Sipayung (2003) secara garis besar respon benih tanaman terhadap
salinitas dapat dilihat dalam dua bentuk adaptasi yaitu dengan mekanisme
1. Mekanisme morfologi
Bentuk adaptasi morfologi dan anatomi yang dapat diturunkan dan bersifat
unik dapat ditemukan pada jenis halofita yang mengalami evolusi melalui seleksi
alam pada kawasan huta pantai dan rawa-rawa asin. Salinitas menyebabkan
potensial air dalam tanaman dapat mempertahankan turgor dan seluruh proses
meliputi ukuran daun yang lebih kecil, stomata yang lebih kecil per satuan luas
daun, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan lilin pada permukaan
daun, serta lignifikasi akar yang lebih awal. Ukuran daun yang lebih kecil sangat
untuk penyesuaian osmose yang sangat penting untuk untuk memelihara turgor
normal.
Adaptasi struktural ini kondisi air akan berkurang dan mungkin akan
(pucuk) atau buah. Hal ini diduga karena akibat perbaikan keseimbangan dengan
merupakan mekanisme untuk mengencerkan garam. Dalam hal ini bila garam
75
dikeluarkan oleh akar, maka bahan organik yang tidak mempunyai efek racun
2. Mekanisme Fisiologi
a. Osmoregulasi
memperoleh air dari tanah sekitarnya potensial air dalam cairan xilem harus
potensial osmotik terus menjadi lebih negatif selama musim pertumbuhan sejalan
penimbunan garam (Na+ dan Cl) pada kondisi cekaman salinitas, misalnya
tanaman bakau yang mampu mengeluarkan 100% garam (Salisbury and Ross,
1995).
konstan dalam jaringan tanaman (Salisbury and Ross, 1995). Ada pula tanaman
76
halofita yang mampu mengeluarkan garam dari kelenjar garam pada permukaan
daun dan menyerap air secara higroskopis dari atmosfir (Salisbury and Ross,
1995).
c. Integritas Membran
aktif atas unsur-unsur hara essensial. Membran lainnya mengatur transpor ion dan
solute lainnya dari sitoplasma dan vakuola atau organel-organel sel lainnya
dengan tanah merupakan membran yang pertama kali menderita akibat pengaruh
salinitas. Dengan demikian maka ketahanan relatif membran ini menjadi unsur
menggunakan benih jagung yang di rendam pada masing masing larutan NaCl
kepekatan larutan NaCl justru memberikan hasil yang menurun. Konsentrasi air
yang rendah di luar biji (konsentrasi larutan di luar biji dinaikkan), yaitu dengan
menambahkan sejumlah NaCl ke dalam larutan maka air akan berkurang atau
sama sekali tidak akan masuk ke dalam biji. Jadi bertambah kecil konsentrasi air
(bertambah tinggi konsentrasi larutan) di luar biji, bertambah sedikit pula air yang
masuk ke dalam biji yang direndamkan ke dalam larutan tadi (Kamil, 1982).
perbedaan tekanan difusi antara cairan di dalam dan di luar biji akan
77
meningkatkan penyerapan air. Pada tanah salin, penyerapan air lebih lambat
karena tekanan difusi air pada tanah tersebut menjadi rendah akibat dari
penurunan dari konsentarsi air. Besarnya air yang masuk ke dalam biji dapat
di dalam biji. Bila konsentrasi cairan di luar biji lebih tinggi dari konsentrasi air
dalam biji dapat mentebabkan air di dalam biji akan tertarik keluar sehingga
terjadiplasmolisis (Kamil,1982).
78
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
prosentase hasil.
B. Saran
dilakukan lebih teliti agar hasil perhitungan tepat sehingga pada saat pembuatan
79
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid3. Penerbit ITB.
Bandung.
Tahir, Hikmal. 2009. Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik:
Aplikasi pada Penggunaan pH Meter dan Spektrofotometer Uv-vis. Gajah
Mada University Press.
I. PENDAHULUAN
80
A. Latar Belakang
Praktikum pengujian daya perkecamhan beih dan indeks vigor
dengan upaya pengadaan benih yang berkualitas bagi calon tanaman yang akan di
sangat penting guna mengetahui seberapa besar kemungkinan benih yag akan di
tanam dapat hidup. Hal ini mendasari perlunya pengamatan yang dilakukan
praktikum baik pada media tanam maupun pada perlakuan lain yang dapat
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar indeks vigor benih tersebut. Analisis
vigor benih ternyata dapat kita kembangkan terus. Betapa besarnya variasi kondisi
lapang, dan betapa besarnya jumlah spesies yang benihnya harus dianalisis, vigor
benih itu dibagaikan gatra yang tidak bakal habis untuk dikaji. Analisis vigor
berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor benih. Perbedaan antara daya
ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang optimum,
81
sedangkan vigor ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan
yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapang. Pengujian ini sangat penting
mengingat kebutuhan pasar akan hasil pertanian sangat tiggi. Hal ini sangat
B. Tujuan
Praktikum pengujian daya perkecambahan benih dan indeks vigor
benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi yang
tumbuh karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang
kecambah yang terukur, tidak segera terjadi setelah kemasakan tercapai. Pada
82
beberapa bulan atau beberapa tahun, tergantung pada kondisi penyimpanan,
merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih dan di pihak
lain perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah
kehidupan benihnya, yaitu yang terjadi antara awal dan akhir proses kemunduran.
Kemunduran vigor sangat sulit untuk diukur. Metode yang dapat digunakan untuk
memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang tinggi dan pada
langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat mengetahui dan menilai
tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala
83
Index matematis terhadap perkecambahan dapat mudah untuk menggambarkan
kualitas benih yang dapat diterima oleh seluruh konsumen (Al-Karaki, 2002).
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari
padabiji yang terjadi sesudah panen atau biji berkecambah setelah biji tersebut
kehidupannya. &alaupun banyak hal yang terdapat pada biji,tetapi baik mengenai
jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan tujuan yang
ovule. Dan ada yang mendefinisikan benih yaitu dengan dimana terdapat fase
84
sehat atauterbebas dari pathogen yang berupa bakteri , virus, kotoran dll atau
dengan kata lain benih tersebut dalamkondisi optimum. informasi tetang daya
ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akantetap tumbuh sehat dan
kuat serta dapat berproduksi tinggi dengan kualitas baik, diaman vigor
tentang kekuatan tumbuh dan daya simpan. Kedua nilai fisiologis ini
sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama (Sutopo, 1997)
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik
adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi
adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetikyang sama. Vigor fisiologi
dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau
artinya dari benih yangbervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang
tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara laintahan disimpan lama, tahan
85
keadaan lingkungan tumbuh yangsub optimal. Pada umumnya uji vigor benih
hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahaluntuk mengamati
seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakan kaidah korelasi misal
produksi tanaman. 8endahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa
hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan
mikrobia(Lita Sutopo,1995)
Alat yang digunakan adalah kertas merang, label, plastik bening, sprayer,
ember dan petridis. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih padi
B. Prosedur Kerja
86
Pengujuan Daya Perkecambahan Dengan Kertas Gulung
diatasnya.
3. Sebanyak 20 benih jagung diletakan zigzag diatas kertas merang, ditutup
dengan 2-3 lembar kertas merang, lipat bagian bawak dan digulung,
setiap hari dengan menyemprot kertas dengan akuades agar tetap lembab.
5. Pengamatan dengan menghitung benih normal, abnormal, biji keras, biji
sebanyak 20 butir.
2. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 10 hari , dihitung benih yang
berkecambah
3. Indeks vigor dan coefecient vigor dihitung.
87
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Perhitungan =x 100%
88
Padi 0 0 0 4 2 0 4 0 3 0
Indeks vigor : = 2,27
B. Pembahasan
Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh
Sudjadi, 2006).
normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor
genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik
89
yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan
dalam galur genetik yangsama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari
indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan
penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. Informasi
kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang didapati
berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak
selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragamakan
tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Bagod
Sudjadi, 2006).
masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisioogi ini
tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau
tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis
menimpa. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat
90
bersaing dengan tumbuhan pengganggu atau pun tanaman lainnya dalam pola
tanam multipa. Vigor benih untuk tumbuh secara spontan merupakan landasan
sebelum panen. Juga dalam memanfaatkan unsur sinar matahari khususnya selama
periode pengisian dan pemasakan biji. Pada hakekatnya vigor benih harus relevan
dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat
dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain
tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata
Sudjadi, 2006).
penyimpanan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar.
1. Faktor Dalam
Sangat penting untuk diketahui apakah benih tersebut berasal dari benih
mesophyt atau makrobiotik dll. Semua keterangan tentang jenis dan sifat
selama penyimpanan pun hatus ditentukan sesuai dengan jenis dan sifat
91
Untuk mendapatkan benih yang baik sebelum disimpan maka biji harus
Benih yang disimpan harus bertitik tolak dari viabilitas awal yang
dari viabilitas awal tersebut, yang mana tidak dapat dihentikan lajunya.
pada saat panen biasanya memiliki kandungan air benih sekitar 16-
disimpan. Kandungan air benih benih kira-kira 4-5% dari berat kering
laboratorium.
2. Faktor Luar
a. Temperatur
92
Temperatur yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat
air benih dan temperatur terdapat hubungan yang sangat erat dan
timbal balik. Jika salah satu tinggi maka yang lain harus rendah.
b. Kelembaban
93
viabilitas benih paling tidak untuk jangka waktupenyimpanan selama
setahun.
d. Mikroorganisme
94
Kecambah normal merupakan kecambah yang menunjukan potensi untuk
tidak normal atau abnormal tidak menunjukan adanya potensi untuk berkembang
lebih lanjut (Stefan, 2013). Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak
struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Kecambah cacat atau tidak seimbang:
cacat atau tidak proporsional. Dan Kecambah lambat kecambah yang pada akhir
lebih kecil. Benih mati merupakan jenis benih yang gagal dalam melakukan upaya
tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan, tetapi bukan dalam
diantaranya : Metode uji daya kecambah secara langsung dengan subtrat kertas
merang, metode uji daya kecambah subtrat antar kertas, metode uji daya
95
Cara pengujian langsung baik dilakukan untuk benih yang cepat
perlakuan lebih dulu dan membutuhkan waktu pengujian yang lebih lama.
a. UKDp (Uji Kertas Di Gulung dalam Plastik), pada metode ini diuji
lembar substrat. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang
pasir. cara pengujian daya kecambah dan kekuatan tumbuh suatu benih pada
a. Campur benih yang akan diuji dengan baik dan ambil segenggam benih
96
Setelah beberapa hari (5-7 hari) buka bak tabur dan amati jumlah biji yang
daya kecambahnya.
Perbedaan secara mendasar antara ukdp dan ukddp adalah apabila ukdp
hasil gulungan tidak didirikan sedangkan ukddp setelah di gulung maka akan
didirikan secara vertical sehingga tanaman tumbuh tegak. Hal ini di dukung oleh
dalam plastik), Pada metode ini benih diuji dengan cara menanam benih di antara
lembar substrat lalu digulung sedangkan UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan
dalam plastik), Metode ini menggunakan lapisan plastik diluarnya yang berfungsi
pengujian menggunaan sustrat kertas dan pasir sudah jelas bahwa biasanya benih
yang digunakan pada substrat kertas ukuran benihnya yang relative besar
sedangkan untuk benih yang digunakan untuk pengujian melalui substrat pasir
relative kecil.
Berdasarkan data pengamatan diketahui bahwa terdapat benih yang mati dan
juga abnormal hal ini dikarenakan terjadinya penurunan viabilitas dan vigor
benih, penurunan ini disebsbkan karena kandungan secara fisiologis benih sudah
ketidak normalan bahkan mati. Untuk benih yang mati kemungkinan benih yang
mengalami kematian.
97
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
pada pengujian benih padi sebesar 16,04, yang menunjukan bahwa perlakuan
B. Saran
hasil prakikum dapat maksimal serta hasil pembuatan laporan dapat tepat sasaran.
98
DAFTAR PUSTAKA
Al-Karaki. G.N. 2002. Seed size and water potential effects on water uptake,
germination and growth oflentil.
Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih.
Rajawali, Jakarta. 446 hal.
Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta.
Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogjakarta.
Sadjad S. 1993. Dari Benih kepada Benih. Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Shankar, U. 2006. Seed size as a predictor of germination success and early
Suresha, N.L., H.C. Balachandra, H. Shivanna, 2007. Effect of seed size on
germination Journal of Agronomy Crop Science. 181(4) :237-242.
Sutopo L.1995.Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta.Suradinata, Tatang. 1993.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW
Tjitrasam, 1983. Botani Umum I. Angkasa: Bandung.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
99
Pertumbuhan dan perkembangan pada pertumbuhan biji dimulai dengan
biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam biji. Jika
Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar
antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat
adalah suatu bagian dari tanaman yang merupakan cikal bakal suatu tumbuhan
baru yang memiliki cirri attau sifat seperti induknya. Benih memiliki beragam
jenis, baik bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya. Benih seharusnya memilki
kualitas yang baik agar tanaman baru yang didapat merupakan tanaman yang
sehat.
Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat
memperbaiki sifat- sifat genetic dan fisik dari benih yang mencakup kegiatan
perkecambahan hipogeal.
B. Tujuan
100
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe perkecambahan dan daya
vigor tanaman.
101
II. TINJAUAN PUSTAKA
Biji tanaman hutan daerah tropis umumnya bersifat rekalsitran atau
Benih dapat disimpan dalam bentuk biji utuh atau embrionya saja tergantung dari
dalam bentuk benih utuh dengan viabilitas masing-masing 63% dan 90%.
Pengamatan terhadap mutu benih padi gogo yang digunakan petani menunjukkan
hanya 50% yang mempunyai mutu yang baik (daya berkecambah > 80% dan
vigor > 70%). Sampel benih padi gogo tersebut telah terinfeksi oleh tiga jenis
cendawan gudang dengan tingkat infeksi 2,5-20% dan tujuh cendawan terbawa
benih. Mutu benih (daya berkecambah dan vigor benih) bervariasi antarvarietas
dan antar sumber benih, namun pengaruh interaksi antara varietas dan sumber
benih tidak nyata. Daya berkecambah benih hasil panen MH 2004/05 di lahan
kering berkisar antara 88- 93%. Daya berkecambah tertinggi diperoleh dari
oleh varietas Hawara. Benih hasil panen musim kemarau di lahan sawah (MK,
lahan sawah) mempunyai daya berkecambah yang lebih tinggi daripada benih
kualitas benih yang baik. Setelah penangkaran atau produsen benih mengajukan
102
permohonan pengambilan contoh benih, petugas pengawas benih akan datang
untuk mengambil contoh benih. Contoh benih tersebut diambil secara acak dari
laboratorium, untuk keperluan sertifikasi. Contoh ini diambil dari setiap kelompok
benih yang telah selesai diproses. Pengambilan contoh dilakukan oleh pengawas
benih atas permintaan dari penangkar atau produsen benih. Produksi kelompok
benih bawang merah yang berbentuk biji tidak boleh lebih dari 0,5 ton dan
kelompok benih bawang merah yang berupa umbi tidak boleh lebih dari 20 ton.
Wadah tempat benih dan pengaturan letak kelompok benih di gudang harus
contoh benih. Contoh benih yang berbentuk umbi paling sedikit sebanyak 1.000 g
dari setiap kelompok benih dan contoh benih yang berbentuk biji paling sedikit
berasal dari hasil tanaman sebelumnya, dari tetangga atau dibeli dari pasar.
benih menjadi tidak murni lagi. Keunggulan va-rietas dapat dinikmati konsumen
bila benih yang ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan sehat). Seleksi
103
perkembangan akar dan batang, figmentasi, bentuk daun, tanaman yang
tinggi, dan mencirikan varietas yang khas, sera memiliki daya kecambah minimal
80%. Akan lebih baik lagi kalau benih berasal dari hibridisasi, baik persilangan
tunggal atau ganda, pada keturunan F1 dari galur murni atau varietas unggul.
Setelah benih dipilih, pisahkan atau buang kotoran yang terikut, seperti kerikil,
sisa-sisa kulit buah, dan sebagainya. Pilih biji yang bernas, dan buang yang kisut
atau kosong. Langkah berikutnya adalah menguji daya kecambah benih dari biji
yang sudah diseleksi tersebut. Apabila daya kecambahnya kurang dari 80%,
berarti benih tersebut termasuk kurang bagus. Sebaiknya, cari benih yang daya
melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahapkedua dimulai dengan
104
karbohidrat,lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan
penyerapanair oleh benih terjadi pada tahap pertama biasanya berlangsung sampai
kering). Dan akan meningkat lagipada saat munculnya radikula sampai jaringan
90 % (Sutopo, 2004)
Metabolisme sel-sel mulai setelah menyerap air yang meliputi reaksi-
yaitu faktor dalam danfaktor luar. Faktor dalam meliputi : tingkat kemasakan
105
hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap
fisologi, danbiokimia.
106
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas label, polibag dan pasir.
Bahan yang digunakan antara lain benih jagung (20 benih) dan kedelai (20 benih).
B. Prosedur Kerja
107
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
berkecambah
benih mengembang
a.
dan terlihat lebih
b.
besar serta
warnanya lebih
kuning.
2. Gambar a dan b,
benih telah
berimbibisi namun
belum
berkecambah,
sehingga bentuk
benih mengembang
besar serta
108
2. Kedelai berwarna kuning
pucat.
Minggu, 1. Jagung 1. Jagung 1. Gambar a dan b,
b. mengkerut dan
serta berwarna
kuning kecoklatan.
2. Kedela
109
Selasa, 1. Jagung 1. Jagung 1. Gambar a dan b,
a
6/06/ 2.. benih jagung telah
benih kuning.
2. Gambar a dan b,
Kedelai
110
benih kedelai
a
. menjadi berwarna
b.
mengkerut.
111
b.
2. Kedela
112
113
Kamis, 1. Jagung 1. Jagung 1. Gambar a dan b,
8/06/ 2.
b. benih jagung telah
a.
memiliki akar dan
2017
daun yang lebih
panjang.
2. Gambar a dan b,
Kedelai
benih kedelai
a. menjadi sedikit
b.
membusuk dan
berwarna coklat.
2. Kedela
114
115
Sabtu, 1. Jagung 1. Jagung 1. Gambar a dan b,
a.
10/06/ b. benih jagung telah
b. dari sebelumnya.
a. berkembang.
2. Gambar a dan b,
b. benih kedelai
berwarna coklat
kehitaman.
116
117
Kesimpulan: Tanaman kedelai merupakan tanaman yang memiliki tipe
B. Pembahasan
Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung
potensi yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu baru, misalnya embrio,
cadangan makanan, dan calon daun/calon akar. Sebutir biji mengandung satu
embrio. Embrio terdiri atas radikula (yang akan tumbuh menjadi akar) dan
plumula (yang akan tumbuh menjadi kecambah). Cadangan makanan bagi embrio
beberapa jenis enzim. Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang kuat, disebut testa.
dan masuknya bakteri atau jamur ke dalam biji. Testa memiliki sebuah lubang
118
kecil, disebut mikropil. Di dekat mikropil terdapat hilum yang menggabungkan
Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu yang tinggi, karena suhu yang
mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi. Karena itu di
tempat gelap kecambah tumbuh lebih panjang daripada di tempat terang (Mayer
syarat yang diperlukan, yaitu air, udara, cahaya, dan panas. Jika syarat-syarat itu
tidak terpenuhi, biji tinggal biji, tumbuhan baru yang ada didalamnya (lembaga),
berada dalam keadaan tidur (latent). Dalam keadaan ini lembaga tetap hidup
benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi yang
tumbuh karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang
119
yang suboptimum. Kecepatan tumbuh benih diukur dengan jumlah tambahan
kecambah yang terukur, tidak segera terjadi setelah kemasakan tercapai. Pada
merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih dan di pihak
lain perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah
benihnya, yaitu yang terjadi antara awal dan akhir proses kemunduran.
Kemunduran vigor sangat sulit untuk diukur. Metode yang dapat digunakan untuk
memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang tinggi dan pada
120
merupakan komponen agronomi.Sebagai komponen agronomi masalah benih ini
makanan disimpan di dalam lembaga biji itu sendiri, pada tumbuhan lain,
dipindahkan ke lapangan.
Tujuan pembibitan adalah untuk menyiapkan benih yang berbentuk biji hingga
121
biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Berdasarkan letak kotiledon
pada saat perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hypogeal dan
epigeal.
Perkecambahan epigeal. Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil
terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan
kacang tanah. Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah adalah
radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk
tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan
menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan
122
yang mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung,
a. Sayap
(Ala) :
rambut-rambut halus.
c. Salut Biji (Arillus) : Merupakan pertumbuhan dari tali pusar.
d. Salut Biji Semu (Arillodium) : Merupakan pertumbuhan di sekitar liang
kedalam bakal biji pada peristiwa pembuahan. Tepi liang ini sering tumbuh
terkena air. Lendir merupakan bagian berpektin pada lapisan dinding selnya yang
akan mengembung bila terkena air dan akan memperlihatkan tekstur bergaris
sehingga menjadi robek dan lapisan dinding luar yang berkutin tertutup kutikula,
terangkat dan pecah pecah. Dibawah epidermis terdapat 1 atau 2 lapisan sel.
123
Dibawah lapisan sel sel tersebut ada lapisan sel sel sklerenkim memanjang
yang bernoktah. Sklerenkim ini letaknya sejajar tegak lurus terhadap sel sel
parenkim. Sel parenkim ini mengandung banyak pati yang diserap oleh jaringan
penghambat (inhibitor).
a. Tingkat kemasakan benih
Tingkat kemasakan benih merupakan faktor internal yang sangat
fisiologis umumnya tidak memiliki daya hidup (vigor) dan daya kecambah
(viabilitas) yang baik. Hal ini terjadi karena biji masih belum memiliki
dan ukuran benih. Benih dengan berat dan ukuran yang besar umumnya
124
d. Inhibitor
Perkecambahan biji juga sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
inhibitor fisik dan kimia. Inhibitor fisik misalnya berpa cangkang yang
perkecambahan dari lingkungan luar sekitar biji itu sendiri. Beberapa dari faktor
ini di antaranya terkait erat dengan ketersediaan air, suhu, oksigen, cahaya, dan
kondisi media.
1. Air
benih para petani umumnya akan merendam benih dalam air dalam waktu
tertentu.
2. Suhu
Suhu juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji. Suhu
oksigen di udara >29%. Untuk benih yang sedang dalam masa dorman,
125
penambahan oksigen ke dalam benih hingga 80% dapat membuat dormansi benih
benih itu sendiri. Ada benih yang butuh cahaya untuk berkecambah, ada benih
yang berkecambah dengan cepat jika cahaya tercukupi, ada benih yang terhambat
perkecambahannya jika ada cahaya, dan ada pula benih yang hanya dapat
umumnya dapat tumbuh sempurna pada media dengan sifak fisik yang baik.
Media gembur yang bebas penyakit dan kelembabannya terjaga akan membuat
benih berkecambah dengan baik. Biji yang telah masak dan siap untuk
memerlukan masa istirahat sesudah panen. After ripening period ini menunjukkan
adanya perubahan biokimia dan fisiologis dalam biji yang lambat sebelum tumbuh
menjadi tanaman Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, dan
126
Rangkaian proses-proses fisiologis yang berlangsung pada perkecambahan
adalah (1) penyerapan air secara imbibisi dan osmose, (2) pencernaan atau
pemecahan senyawa menjadi bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air
dan dapat diangkut, (3) pengangkutan hasil pencernaan, (4) asimilasi atau
penyusunan kembali senyawa hasil pencernaan, (5) pernafasan atau respirasi yang
faktor lingkungan seperti air, O2, cahaya dan suhu. Air berperan dalam
melunakkan kulit biji, memfasilitasi masuknya O2, dan alat transportasi makanan.
Suhu berperan pada tingkat kecukupan oksigen dalam perkecambahan. Pada suhu
O2 (Kamil, 1992).
Hasol praktikum yang di lakukan dengan melakukan pengamatan terhadap
tipe benih jagung dan kedelai denga menggunakan perlakuan media berupa pasir
di ketahui bahwa pertumbuhan kedua biji tersebut berbeda satu sama lain, biji
tanaman jagung cenderung tumbuh pada permukaan pasir sedangkan biji tanaman
127
kedua biji berbeda antara biji tanaman jagung yang hypogael dan biji tanaman
128
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
kedua biji berbeda satu sama lain yaitu jagung memiliki tipe perkecambahan
B. Saran
hasil prakikum dapat maksimal serta hasil pembuatan laporan dapat tepat sasaran.
129
DAFTAR PUSTAKA
justice, Oren L dan Bass, Louis N. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan
Benih. Jakarta: Rajawali Press
Sutopo, Lita, 2004. Teknologi Benih . Jakarta. Divisi Buku Perguruan Tinggi PT
RajaGrafindo Persada.
130
Wahyuni,S. 2008. Hasil Padi Gogo dari Dua Sumber Benih yang Berbeda.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 27(3)
Widodo,W dan S. Sumarah. 2007. Seri Budi Daya Jarak Kepyar. Yogyakarta:
Kanisius
131
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hidup, hal tersebut juga terjadi pada benih tanaman. Tidak hanya dibutuhkan pada
saat benih ulai berkecambah melainkan selama hidup tanaman tersebut sangat
(mencari dan menyerap air) untuk melangsungkan tumbuh kembangnya. Hal ini
benih terhadap air yang menjadi kebutuhan pokok tanaman untuk bisa tetap hidup
peroses imbibisi.
Peroses imbibisi pada setiap benih juga harus di perhatikan, termasuk pula
juga berbeda pada setiap jenih benih tersebut. Perhatian khusus perlu di pelajari
untuk memecahkan masalah tersebut agar persoalan kebutuhan air untuk benih
dapat teratasi.
Potensial air pada benih juga merupakan aspek penting yang harus di
pelajari untuk dapat mengetahui peroses imbibisi pada setiap benih tanaman,
132
pengaruh potensial benih ketika kadar air terlalu rendah dan terlalu tinggi juga
B. Tujuan
perkecambahan benih.
benih.
133
Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat
(solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda tersebut mempunyai zat
penyusun dari bahan yang berupa koloid. Ada banyak hal yang merupakan proses
penyerapan air yang terjadi pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari
dalam tanah oleh akar tanaman. Namun, penyerapan yang dimaksudkan di sini
yaitu penyerapan air oleh biji kering. Hal ini banyak kita jumpai di kehidupan
kita sehari-hari yaitu pada proses pembibitan tanaman padi, pembuatan kecambah
Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji
tanaman tersebut. Tidak hanya itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan
penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman. Mengingat
akan banyaknya hal yang berhubungan dengan proses imbibisi, maka diadakan
praktikum ini untuk mengetahui kecepatan imbibisi biji kering yang direndam.
Hal ini dimaksudkan guna menambah pemahaman kita tentang proses imbibisi
Imbibisi adalah absorbsi air oleh bahan-bahan koloid dan zat padat dalam
Menurut ( Siti Sutarmi Tjitrosomo, 1985 ) imbibisi adalah absorpsi air oleh
bahan bahan koloid dan zat padat dalam bagian tumbuhan. Masuknya air sering
134
Misalnya, biji akan menjadi lebih besar jika diletakkan dalam air atau tanah yang
lembab, dan hal ini dikatakan sebagai proses imbibisi. Pada imbibisi tidak ada
struktur struktur mikroskopis dalam sel tumbuhan seperti selulosa, butir pati,
protein, dan bahan lainnya menarik dan memegang molekul air dengan gaya tarik
antar molekul. Pada dasarnya imbibisi meliputi dua proses yang berjalan bersama
yaitu difusi dan osmosis. Pada umumnya air dan bahan yang larit di dalamnya,
masuk dan keluar sel, bukan sebagai aliran massa malainkan satu per satu molekul
setiap kali. Pergerakan netto dari satu tempat ke tempat lain akibat aktivitas
kinetik acak atau gerak termal dari molekul atau ion yang disebut difusi. Difusi
terjadi akibat pergerakan konsentrasi dari satu titik dengan titik lain ( Frank
Salisbury, 1995 ).
yang bersifat permeable terhadap molekul air. Difusi dan osmosis merupakan
bagian dibatasi selaput tersebut. Perbedaan kepekatan sitoplasma suatu sel dengan
Cara yang terbaik untuk menyatakan gejala difusi suatu zat yaitu dengan
menggunakan perbedaan nilai potensial kimia ( satuan energi per gram molekul )
zat tersebut antara dua daerah. Jika terdapat perbedaan nilai potensial kimia air di
antara dua daerah, air akan bergerak secara spontan asalkan tidak ada yang
menghalangi aliran air tersebut. Arah gerakan neto air tersebut dari daerah dengan
135
potensial kimia yang tinggi ke daerah yang potensial kimianya lebih rendah.
Gerakan neto air ini akan berlangsung terus sampai potensial kimia air pada kedua
daerah itu menjadi sama. Pada titik keseimbangan, gerakan neto air akan terhenti.
Istilah potensial kimia air ini biasanya dikenal dengan istilah potensial air ( Siti
Sutarmi Tjitrocomo,1985 ).
seperti selulosa, butir pati, protein dan bahan lainnya menarik dan memegang
molekul-molekul air dengan gaya tarik antar molekul. Dengan kata lain imbibisi
Imbibisi adalah peristiwa masuknya air ke dalam suatu zat melalui pori-
pori.Air yang masuk ke dalam biji membuat biji mengalami perubahan, baik
bentuk, warna, tekstur, maupun berat biji. Proses imbibisi berguna untuk
(solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda itu mempunyai zat
Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi pada
makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman.
Namun, penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji
kering.
136
Banyak benda-benda kering atau benda setengah padat dapat menyerap air
Hidrofil artinya menarik air. Contoh pada tumbuhan misalnya biji yang kering
(Suradinata, 1993).
rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum
dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Kadar air
dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain
Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan
menyerap suatu larutan akan semakin besar, sehingga air akan semakin cepat
bergerak kedalam biji dikarenakan konsentrasi potensial air larutan dalam biji
rendah dibandingkan dengan potensial air larutan tersebut sehingga berat biji
menurunkan kadar kolesterol total dan rasio kolesterol LDL/HDL, antara lain
137
anthocyanin, isoflavon, niasin (vitamin B3), PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid),
lesitin dan mineral. Glycine max kandungan asam amino glutamat,memiliki rasa
yang lebih gurih. Dalam lemak Glycine sp. mengandung anthocyanin yang
berfungsi sebagai antioksidan (Takahashi et al., 2005) dg Glycine max 0,45 0,02
mg/g. Di dalam protein Glycine sp. juga terkandung isoflavon (Harborne and
Mabry, 1982)
petri plastik, alat tulis, dark germinator. Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah benih kacang tanah, benih jagung, benih kedelai, air destilasi, pasir,
138
B. Prosedur Kerja
hasilnya.
5. Kelompok benih tersebut dimasukan ke dalam cawan petri yang telah diisi
cawan petri untuk potensi osmotik 0, dan satu lagi untuk potensi osmotik
-10).
139
3. Sebanyak 20 benih kacang tanah, kedelai, dan jagung masing-masing yang
telah diberi perlakuan PEG dan kontrol diletakan pada cawan petri (sesuai
mungkin.
5. Semua cawan petri disimpan di dalam dark germinator pada suhu 25 0C
selama 7 hari.
6. Pada hari ke delapan, cawan petri diambil dan dibuka tutupnya, kemudian
kelompok benih.
7. Hasil perhitungan dicatat pada tabel acc dan hasilnya dibandingkan.
A. Hasil
140
Tabel 5. Imbibisi pada Benih Hidup dan Mati
Perlakuan Bobot Awal Bobot Setelah Perendaman % Peningkatan Bobot
Benih Mati 2,09 2,47 18%
Benih Hidup 2,19 2,74 25%
Benih mati =
= x 100%
= 18,18%
Benih hidup =
= x 100%
= 25,11%
benih hidup lebih besar dibandingankan % peningkatan dari benih mati. % peningkatan
dari benih hidup adalah 25%, sedangkan benih mati adalah 18%.
Kacang Jagung
141
%KA= x 100% %KA= x 100%
KA = x 100% KA = 0,41
= 0,33
=2,29-0,33 = 1,96
= 1,21-0,14 = 1,07
15 Menit ke-1
Kacang
Rerata absorbsi =
= 0,13
Jagung
Rerata absorbs =
= 0,15
15 Menit ke-2
142
Kacang
Rerata absorbsi =
= 0,08
Jagung
Rerata absorbs =
= 0,07
15 Menit ke-3
Kacang
Rerata absorbsi =
= 0,005
Jagung
Rerata absorbs =
= = 0,018
15 Menit ke-4
Kacang
Rerata absorbsi =
= = 0,05
143
Jagung
Rerata absorbs =
= = 0,07
Kesimpulan: Laju imbibisi jagung (0,15) lebih besar dari pada kacang tanah
(0,13) pada 15 menit pertama. Laju imbibisi kacang tanah (0,08) lebih besar dari
pada jagung (0,07) pada 15 menit kedua. Laju imbibisi jagung (0,018) lebih besar
dari pada kacang tanah (0,005) pada 15 menit ketiga. Laju imbibisi jagung (0,07)
lebih besar dari pada kacang tanah (0,05) pada 15 menit keempat.
B. Pembahasan
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama
kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,
144
benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke
dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya dibutuhkan kadar air
kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu
basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta
Menurut Kamil (1979), 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar
fungsinya.
Pada dasarnya proses imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi
dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu proses difusi dan osmosis.
Dikatakan proses difusi karena air bergerak dari larutan yang lebih rendah
konsentrasinya di luar biji, masuk ke dalam zat di dalam biji yang mempunyai
konsentrasi lebih tinggi sedangkan proses osmosis tidak lain terjadi karena kulit
145
dalam biji melalui pori-pori yang ada di dalam kulit biji. Pada Imbibisi tidak ada
protein dan bahan lainnya menarik dan memegang molekul-molekul air dengan
gaya tarik antar molekul. Dengan kata lain imbibisi terjadi oleh potential matrik
(Tjitrosomo, 1985).
Pada proses imbibisi juga dipengaruhi oleh kadar atau konsentrasi larutan
sama seperti pada proses difusi dan osmosis. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan penyerapan air oleh biji diantaranya adalah (Kamil, 1979 ). Ada
terhadap kulit biji. Di samping faktor internal, faktor eksternal seperti suhu, air,
Perkecambahan tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari
a. Konsentrasi air Bertambah besar perbedaan tekanan difusi antara cairan luar
146
menyebabkan naiknya kecepatan difusi ke luar dan menurunnya kecepatan
terbalik dengan jumlah air yang diserap terlebih dahulu oleh biji. Jadi
c. Daya intermolekular Daya ini merupakan tenaga listrik. Apabila tenaga ini
d. Luas permukaan biji yang kontak dengan air Kecepatan penyerapan air oleh
e. Suhu
Apabila air dipanaskan maka energi dipakai. Sebagian energi ini dipakai untuk
meningkatkan difusi air. Oleh sebab itu, apabila suhu ditingkatkan maka
kecepatan penyerapan juga naik sampai batas tertentu, di mana tiap 100C
suhu dinaikkan kecepatan penyerapan kira kira dua kali lipat pada waktu
permulaan.
f. Species
g. Varietas
h. Umur
i. Tingkat kemasakan
147
j. Komposisi kimia
a. Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia
antara kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi
lingkungan anaerob.
b. Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi
berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin sulit
penyerapan.
148
d. Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara, yaitu
2009)
penyerapan.
a. Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia
antara kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi
lingkungan anaerob.
149
b. Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi
berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin sulit
penyerapan.
d. Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara, yaitu
Imbibisi adalah absorbsi air oleh bahan-bahan koloid dan zat padat dalam
Menurut ( Siti Sutarmi Tjitrosomo, 1985 ) imbibisi adalah absorpsi air oleh
bahan bahan koloid dan zat padat dalam bagian tumbuhan. Masuknya air sering
Misalnya, biji akan menjadi lebih besar jika diletakkan dalam air atau tanah yang
lembab, dan hal ini dikatakan sebagai proses imbibisi. Pada imbibisi tidak ada
struktur struktur mikroskopis dalam sel tumbuhan seperti selulosa, butir pati,
150
protein, dan bahan lainnya menarik dan memegang molekul air dengan gaya tarik
antar molekul.
Pada dasarnya imbibisi meliputi dua proses yang berjalan bersama yaitu
difusi dan osmosis. Pada umumnya air dan bahan yang larit di dalamnya, masuk
dan keluar sel, bukan sebagai aliran massa malainkan satu per satu molekul setiap
kali. Pergerakan netto dari satu tempat ke tempat lain akibat aktivitas kinetik acak
atau gerak termal dari molekul atau ion yang disebut difusi. Difusi terjadi akibat
pergerakan konsentrasi dari satu titik dengan titik lain ( Frank Salisbury, 1995 ).
Difusi berbeda dengan osmosis. Osmosis terjadi karena adanya membran yang
bersifat permeable terhadap molekul air. Difusi dan osmosis merupakan suatu
Cara yang terbaik untuk menyatakan gejala difusi suatu zat yaitu dengan
menggunakan perbedaan nilai potensial kimia ( satuan energi per gram molekul )
zat tersebut antara dua daerah. Jika terdapat perbedaan nilai potensial kimia air di
antara dua daerah, air akan bergerak secara spontan asalkan tidak ada yang
menghalangi aliran air tersebut. Arah gerakan neto air tersebut dari daerah dengan
potensial kimia yang tinggi ke daerah yang potensial kimianya lebih rendah.
Gerakan neto air ini akan berlangsung terus sampai potensial kimia air pada kedua
daerah itu menjadi sama. Pada titik keseimbangan, gerakan neto air akan terhenti.
151
Istilah potensial kimia air ini biasanya dikenal dengan istilah potensial air ( Siti
Sutarmi Tjitrocomo,1985 ).
Kadar air setelah proses imbibisi merupakan suatu hal yang penting, karena
Air dalam proses imbibisi digunakan untuk melunakkan kulit biji dan
pecahnya kulit biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas,
tetapi apabila dinding sel diimbibisi oleh air, maka gas akan masuk ke dalam sel
secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai
oksigen meningkat kepada sel sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya
Syarat agar terjadi imbibisi yaitu adanya perbedaan potensial air antara
benih dengan larutan, dimana potensial air kurang dari potensial larutan, ada tarik
menarik yang spesifik antara air dengan biji, benih memiliki partikel koloid yang
merupakan matriks yang bersifat hidrofil berupa protein, pati, selulosa, dan benih
kering memiliki potensial air sangat rendah. Hubungan antara (potensial air)
biji mula-mula > volume biji setelah menyerap air, sebagian air telah digunakan
152
untuk menjalankan proses metabolism Proses metabolime: aktivasi enzim,
Imbibisi merupakan penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji
2002).
berat molekul dan paling banyak digunakan adalah polietilenglikol 200, 400, 600,
1000, 1500, 1540, 3340, 4000, dan 6000. Pemberian nomor menunjukan berat
mempunyai berat-berat molekul rata-rata 200, 400 dan 600 berupa cairan bening
tidak berwarna dan yang mempunyaiberat molekul rata -rata diatas 1000 berupa
(Ansel, 1989).
diantara 158 dan 204. Pemberiaan: serbuk licin putih atau potongan putih kuning
gading; praktis tidak berbau dan berasa. Kelarutan mudah larut dalam air, dalam
etanol (95%) P dan dalamklorofom P, praktis tidak larut dalam eter P. Bobot
153
molekul rata -ratatidak kurang dari 7000 dan tidak lebih dari 9000. Khasiatnya
Komposisi kimia benih berlainan untuk setiap benih, tetapi secara umum
digolongkan :
1. Karbohidrat
hemiselulosa
2. Protein
aktif secara metabolis ( globulin dan albumin) dan yang non aktif ( glutelin
menjadi :
Albumin : larut dalam air pada kondisi netral atau sedikit asam mudah
(padi), legumelin
154
Globulin : tidak larut dalam air, larut dalam larutan garam relatif lebih
3. Lemak
kacang tanah, kapas, bunga matahari, wijen dan lain-lain. Benih dengan
terutama asam lemak tidak jenuh yang tinggi. Asam lemak tak jenuh
dalam biji: oleat (1 ikatan ganda) dan linoleat (2 ikatan ganda), asam lemak
4. Senyawa Lainnya
plum)
d. Fitin: persediaan P utama dalam benih. Pada serealia fitin terdapat pada
155
1) giberelin: berperan dalam proses perkecambahan
2) sitokinin: berperan dalam perkecambahan (pertumbuhan dan
diferensiasi sel)
3) etilen: menghambat atau mendorong perkecambahan
4) asam absisik: menyebabkan dormansi
f. Vitamin: tanaman swasembada vitamin
1) Thiamin: berperan dalam pembelahan sel (perkembangan akar)
2) Asam askorbat: berperan dalam proses respirasi benih
(perkecambahan)
vitamin antara beras dan jagung juga hampir sama. Keunggulan jagung dibanding
jenis serealia lainnya adalahwarna kuning pada jagung. Warna kuning pada jagung
Pigmen xantofil yangutama adalah lutein dan zeaxanthin (Koswara, 2000). Beta-
melindungi selnormal dari sel mutan pemicu penyebab kanker, menangkal radikal
Imbibisi berfungsi sebagai laju perkecambahan pada benih. Jika benih tidak
dapat melakukan imbibisi maka laju perkecambahan benih akan terhambat. Salah
satu faktor yang dapat mempercepat laju perkecambahan benih adalah terjadinya
156
imbibisi pada benih, karena dengan adanya imbibisi laju metabolisme pada benih
akan berjalan dengan lancar. Biji yang kering atau biji yang mati masih dapat
Imbibisi pada benih hidup terjadi penyerapan air secara normal yang
tahap ciri fisik benih secara lengkap dengan prosentase hidup tinggi. Pada benih
mati, upaya perlakuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan air benih tidak
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh benih yang menyebabkan gagalnya fungsi
fisiologis benih sekalipun sudah di dukung ketersediaan air tanah yang memadai.
Perlakuan prosedur kerja pada imbibisi benih hidup dan benih mati
berfungsi untuk mengetahui seberapa bersar perbedaan laju imbibisi pada kedua
terhadap penyerapan airpada dua jenis enih berbeda. Hal ini dilakukan dengn
melakukan perendaman dengan cairan berupa air yang sama dan inerval yang
sama, engaruh struktur kimia pada biji yang berbeda membuat perlakuan yang
struktur kimia pada biji yang berbeda. Perlakuan ketiga yang dilakukan dengan
157
Hal ini dilakukan dengan menggunakan tiga perlakuan kadar kimia yang berbeda
biji tersebut selama satu minggu hal ini dilakukan agar maksimalnya peroses
imbibisi pada benih agar perbedaan terhadap masing-masing biji yang di lakukan
mati dan benih hidup dan dilakukan perbandingan mendapatkan hasil prosentase
peambahan bobot lebih besar pada benih hidup yaitu sebesar 25% sedangkan pada
benih mati di dapatkan data penambahan berat sebesar 18% perbedan prosentase
yang berbeda karena kualitas benih yang berbeda pula. Pada percobaan kedua
pada interval waktu berkala secara bersaman antara kedua benih antara benih
kacang tanah dan benih jagung relatif sama hal tersebut dapat disimpulan bahwa
komposisi kimia antara benih jagung dan benih kacang tanah berbeda namun
158
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa setiap benih memiliki kemampuan untuk melakukan imbibisi yang berbeda
B. Saran
Pengamatan pada tanaman yang dilakukan harus lebih teliti agar hasil
159
DAFTAR PUSTAKA
160
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suradinata, Tatang. 1993. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suradinata, Tatang. 1993. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutopo L.1995.Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta.Suradinata, Tatang. 1993.
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Takahashi, R. Ohmori, R. Kiyose, C. Momiyama, Y. Ohsuzu, F. Kondo, K. 2005.
Antioxidant activities of black and yellow soybeans againts Low Density
Lipoprotein oxidation. J. Agri Food Chem. 53: 4578 82.
161
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penting. Mengingat cahaya merupakan komponen terpentung untuk makhluk hidp dapat
thidup. Cahaya matahari juga merupakan factor penting dalam tumbuhan yang digunakan
faktor tersebut dikelompokan menjadi 2, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang meliputi faktor genetis (hereditas) dan factor fisiologis,
sedangkan faktor eksternal atau faktor lingkungan merupakan faktor yang berasal dari
luar tubuh tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan atau ekosistem. Salah satu faktor
Cahaya yang dibutuhkan tumbuhan tidak selalu sama pada setiap tanaman. Ada
jenis-jenis tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh dan ada pula yang memerlukan
162
remang-remang untuk pertumbuhannya. Banyak sekali teori yang menjelaskan tentang
sepenuhnya dapat dipelajari jika kita belum mengetahui kebenarannya pada lingkungan
kita
B. Tujuan
163
II. TINJAUAN PUSTAKA
yang mengandung zat hara, air dan karbondioksida dengan bantuan sinar
klorofil. Klorofil dibedakan atas klorofil a dengan rumus molekul yang berwarna
hijau tua dan klorofil b dengan rumus molekul yang berwarna hijau muda. (Jumin,
1994)
daerah yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan
fotosintesis per satuan luas daun pada keadaan cahaya jenuh, konsentrasi CO2 dan
H2O, CO2, cahaya, hara, dan suhu. Diantara beberapa faktor tersebut yang paling
tinggi intensitas cahaya matahari maka semakin banyak energi cahaya yang
164
diserap oleh klorofil, sehingga laju fotosintesis meningkat. Cahaya matahari
(Jumin, 1989).
Energi cahaya diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang
terdapat pada membran interna atau tilakoid. Pigmen fotosintesis yang utama ialah
klorofil dan karotenoid. Klorofil a dan b menunjukkan absorpsi yang sangat kuat
untuk panjang gelombang biru dan ungu, jingga dan merah (lembayung) dan
menunjukkan absorpsi yang sangat kurang untuk panjang gelombang hijau dan
Dalam percobaan terlihat bahwa eksplan (bahan tanam) yang ditumbuhkan dalam
intensitas cahaya yang tinggi daunnya berwarna lebih hijau daripada eksplan yang
ditumbuhkan dalam intensias cahaya yang rendah, selain itu daun eksplan yang
ditumbuhkan dalam intensitas cahaya tinggi lebih berat daripada daun eksplan
2010)
Pengaruh cahaya terhadap fotosintesis tanaman air dapat dilihat dari kadar
oksigen terlarut yang terditeksi sensor. Pada kondisi terang, laju fotosintesis lebih
165
besar dibandingkan pada kondisi gelap. Selain cahaya, faktor lain yang juga
mempengaruhi laju fotosintesis adalah jenis mineral yang terdapat dalam air
(akuades, minyak, air mineral) dan volume tanaman itu sendiri. Semakin besar
kadar mineral dan volume tanaman yang dimiliki, semakin besar meningkat pula
cahaya tertinggi paling cepat berbunga diikuti naungan 55% dan yang paling lama
mataharia komponen palinge penting dalam kehidupan. Selain itu bagi tumbuhan
tumbuh lebih ,epat namun lemah sehinggaujung batang akan melekuk dan
daunnya berukuran kecil tipis dan berwarna pucat tidak hijau. Semua ini terjadi
166
dikarenakan tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin
untuk penunjang sel - sel tumbuhan. Sebaliknya tumbuhan yang tumbuh ditempat
pendek daun berkembang lebih lebar lebih hijau tampak lebih segar dan batang
ke,ambah lebih kokoh. Sebagai salah satu sumber cahaya di bumi ini adalah
pertambahan dan pembelahan sel secara mitosis dan pembesaran sel karena
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (dari dalam) meliputi gen
dan hormon, sedangkan faktor eksternal (dari luar) meliputi nutrisi, suhu, cahaya,
sejak terjadi fertilisasi. Calon tumbuhan akan berubah bentuk dari sebuah telur
yang dibuahi menjadi zigot, embrio, dan akhirnya menjadi sebatang pohon yang
kokoh atau rumput yang mudah digoyangkan oleh angina. Nama lain proses
167
III. METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan yaitu petridis. Bahan yang dibutuhkan yaitu benih
B. Prosedur Kerja
4. Materi tersebut ditunggu selama 0,5-1 jam pada suhu 400C atau 1-2 jam pada
suhu kamar.
5. Selatah timbuh warna merah cerah, benih dikeluarkan dari larutan dan dicuci
dengan air.
168
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
biji, sehingga diketahui jaringan tersebut hidup atau mati pada embrio.Prinsip
dasar uji ini adalah reduksi chemikalia yang dipakai 3,3,5 Tripheniltetrazolium
chloride yang semula tidak berwarna menjadi formasan yang berwarna merah
sehingga metode pengujian ini dapat juga disebut dengan Quick test(Vanilla et.al.,
2000).
diatasi apabila viabilitas benih dapat diukur dengan suatu penduga biokimia di
aktivitas metabolisme benih. Di dalam suatu uji biokimia tanda terjadinya proses
tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna, didalam jaringan sel hi bahan
ini akan ikut serta dalam proses reduksi(Soejadi dan Sadiman 2007).
169
Pada pengujian secara biokimia akan terjadi proses reduksi pada jaringan
hidup. Proses reduksi ini menjadi ciri bahwa benih yang diuji tersebut hidup.
Bahan yang digunakan untuk pengujian adalah garam tetrazolium. Pada jaringan
hidup, jika benih mengimbibisi larutan ini maka terjadi proses reduksi. Dengan
atau bromide akan berwarna merah sehingga jaringan yang hidup berwarna merah
stabil dan merupakan substan yang tidak terlarut oleh triphenyl formazan yang
dihasilkan oleh jaringan hidup. Jaringan yang hidup berwarna merah dan yang
Prinsip kerja uji Tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari benih
setelah direndam dalam larutan Tetrazolium. Jaringan dalam benih itu hidup akan
Sedangkan jika tidak menimbulkan warna menunjukan bahwa benih sudah mati
Beberapa metode uji cepat yang biasa digunakan untuk menduga kualitas
benih adalah uji tetrazolium, uji hidrogen peroksida, uji belah, metode radiografi,
uji eksisi embrio, dan uji konduktivitas. Faktor yang mempengaruhi kesuaian jenis
terhadap metode tertentu adalah karakter, ukuran, tipe dormansi dan ketahanan
benih dalam kondisi tanpa kulit. Pengetahuan tentang karakter benih memberikan
petunjuk bagaimana benih tersebut ditangani agar tetap memiliki vigor optimum
hingga akan ditanam kembali, demikian juga dalam pengujian kualitasnya, yaitu
harus diuji dengan metode yang lebih cepat (TZ, uji belah dan kontras radiografi)
(Byrd, 1988).
170
Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas.
Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia
yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji
cepat viabilitas karena indiksi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan
Kegunaan uji tetrazolium antara lain untuk mengetahui viabilitas benih yang
segera akan ditanam, viabilitas benih dorman, hidup atau matinya benih segar
II
171
dalam kamar gelap. Selain itu, apabila tidak digunakan,larutan tersebut
ini bertujuan agar pola pewarnaan yang terbentuk lebih baik (Leadem,
1984).
172
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. Pengujian kemurnian benih
murni, benih tanaman lain atau benih varietas lain dan kotoran pada massa benih.
B. Saran
lebih di perjelas agar tidak bingung. Peralatan juga harus disediakan dengan
173
DAFTAR PUSTAKA
Ai, Nio Song. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains
12(1)
Yasin, A, et al. 2011. Pengaruh Intensitas Cahaya Dan Kandungan Mineral Pada
Berbagai Media Tumbuh Terhadap Laju Fotosintesis Tanaman Hias
Hidrofit Elodea (Elodea Canadensis). IPB Bogor.
Astuti, T dan Darmanti S. 2010. Produksi bunga rosella (hibiscus sabdariffa l.)
Yang diperlakukan dengan naungan dan volume Penyiraman air yang
berbeda .Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 11 (1)
174