Disusun Oleh:
Nama : Gilang Satya Ardhana
NIM : 165040207111095
Kelompok : Q / Q2
Asisten : Mafruhana M.
Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenis
atau kelompok benih (Sutopo, 2004). Mutu benih dibedakan menjadi tiga yaitu mutu
fisik, mutu fisiologis dan mutu genetis. Mutu fisik dan fisiologis benih – benih
tanaman hutan umumnya lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan mutu genetis.
Mutu fisik dan fisiologis benih menggambarkan kemampuan benih untuk disimpan
dan tumbuh sebagai kecambah normal (Balai Teknologi Perbenihan Bogor, 2002).
Menurut Rahardjo (2011), pengawasan mutu benih bersifat pengawalan bersama
yang dilakukan oleh produsen bekerja sama dengan BPM2MB . Bertujuan agar mutu
benih dapat dipertahankan dan dipelihara.Tujuan utama dari analisa kemurnian benih
adalah untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan
diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih dan untuk
mengidentifikasi dari berbagai species benih dan partikel-partikel lain yang terdapat
dalam suatu benih. Untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan
menjadi 4 komponen yaitu benih murni, benih species lain, benih gulma dan bahan
lain atau kotoran. (Kartasapoetra, 1986).
2.2 Pengertian Uji Kemurnian Benih
Pengujian kemurnian benih dilakukan dengan memisahkan tiga komponen
yaitu benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih. Setelah itu hitung
presentase dari ketiga komponen benih tersebut (Mulyana dan Ceng, 2012).
Kemurnian fiisk benih merupakan uji keutuhan benih, ukuran benih ekstrim
kecil, dankebersihan dari kotoran (Rahardjo, 2012). Berikut rumus kemurnian fisik
benih :
BU
Kemurnian Fisik Benih = x100 %
BT
BU = Berat Benih Utuh
BT = Berat Benih Total
The purity of the seed is the first should be done .Pure seeds obtained that is
then used to the other , that is the percentage levels of water and viabilitas seeds .This
was due to the value of the seed obtained was pure , not from the seed mix
(Kuswanto, 1997). “Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali
dilakukan. Benih murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain,
yaitu presentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang
ingin diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran.”
2.2.1 Komponen – Komponen dalam Pengujian Kemurnian Benih
Komponen dalam pengujian kemurnian benih adalah,
a. Benih Murni, termasuk semua varietas dari species yang dinyatakan
berdasarkan penemuan dengan uji laboraturium. Yang termasuk ke dalam
kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih
yang berukuran kecil, mengerut tidak masak. (Justice,1990)
b. Benih Tanaman Lain, komponen ini mencakup semua benih dan tanaman
pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk
diuji.
Kotoran Benih, termasuk semua pecahan benih lain maupun benih gulma, partikel-
partikel tanah, pasir, sekam, jerami, dan bagian-bagian tanaman seperti ranting dan
daun. (Sutopo, 2004)
2.2.2 Cara Pengujian Kemurnian Benih (Simplo dan Duplo)
Pengambilan contoh benih dapat dilakukan secara simplo yaitu dengan
melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu kali, tetapi jika secara duplo maka
pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali. (Sutopo, 2004). Dimana, cara pengujian
kemurnian secara simplo ataupun duplo ini dipengaruhi dengan nilai FK dari
pengujian yang pertama. Apabila nilai FK (Faktor Kehilangan) >5%, maka harus
diadakan pengujian yang kedua dan cara ini disebut Duplo. Apabila nilai FK<5%,
maka cukup hanya sekali dilakukan pengujian, dan cara ini disebut Simplo.
2.3 Pengertian Bobot 1000 Butir
Berat 1000 biji merupakan karakter kuantitatif dari suatu tanaman yang
meliputi bagian biji, panjang biji, jumlah biji, berat biomassa dan lain-lain. Umumnya
karakter ini dapat diukur dengam menggunakan satuan tertentu, sehingga disebut juga
karakter metrik. Karakter metrik tidak dapat dibedakan secara tegas, karena
sebenarnya bersifat kontinue. Biasanya karakter ini dikendalikan oleh banyak gen
minor, untuk menentukan hasil gabah tiap hektar perlu diketahui berat 1000 biji,
karena berat 1000 biji relatif tetap sehingga dapat digunakan untuk menyatakan hasil
tiap hektar. (Nasir 2005)
Bobot 1.000 biji merupakan berat nisbah dari 1.000 butir benih yang
dihasilkan oleh suatu jenis tanaman atau varietas. Salah satu aplikasi penggunaan
bobot 1.000 biji adalah untuk menentukan kebutuhan benih dalam satu hektar.
Penentuan benih dapat dilakukan dengan menetukan bobot 1000 biji. Dengan
mengetahui biji yang besar atau berat berarti menandakan biji tersebut pada saat
dipanen sudah dalam keadaan yang benar-benar masak, karena biji yang baik untuk
ditanam atau dijadikan benih adalah biji yang benar-benar masak. Penggunaan bobot
1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang dapat menyebabkan ukuran benih
yang konstan dalam beberapa spesies karena penggunaan contohnya terlalu banyak,
hal ini dapat menutupi variasi dalam tiap individu tumbuhan (Imran, 2002).
The 1000 grain weight is a very important measure of seed quality, which is
effective on sprouting, seed potential, seedling growth, and plant performance. This
quality is dependent on the size of embryo and reserved nutrients quantity used for
sprouting and growth (Deivasigamani and Swaminathan, 2018).
Terjemahan: Bobot 1000 butir merupakan ukuran yang sangat penting dari
kualitas benih, efektif untuk tumbuh, potensi benih, pertumbuhan bibit, dan kinerja
tanaman. Kualitas ini tergantung pada ukuran embrio dan cadangan nutrisi yang
dipesan yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Deivasigamani dan
Swaminathan, 2018).
a. Alat :
No Alat Fungsi
No Bahan Fungsi
4.1 Hasil
4.1.1 Uji Kemurnian Benih
No Berat Komponen (gr) Persentase (%)
. CK BM BTL KB BM BTL KB FK
1. 110 98.88 0.58 6.55 93.27 0.54 6.17 3.62
Z = U1 + U2 + U3 + U4 x 2.5
= 23.44 + 22.55 + 21.22 + 22.09 x 2.5
= 223.25 gram
4.2 Pembahasan
Pada praktikum uji kemurnian benih, bahan yang digunakan adalah benih
kacang hijau yang masih tercampur dengan benih tanaman lain dan kotoran benih
berupa kerikil dan lain sebagainya. Menurut (Suita, 2013), terdapat kendala dalam
pengadaan benih, yaitu cara seleksi benih yang efektif untuk memilih benih yang
memiliki mutu fisiologis yang tinggi. Secara kasat mata benih bisa disortir ataupun
diseleksi dengan cara memisahkan dengan kasat mata. Yaitu dengan memilih
penampilan benih yang unggul ataupun bagus, sudah masak, tidak keriput dan juga
keras. (Rohandi, A dan N. Widyani, 2007).
Dalam praktikum kali ini, terdapat 3 komponen yang diamati, yaitu Benih Murni
(BM), Benih Tanaman Lain (BTL), dan Kotoran Benih (KB). Kemudian dilakukan
pengujian terhadap 110 gram sampel kacang hijau. Didapatkan hasil sebagai berikut,
berat benih murni sebesar 98.88 gr dengan presentase 93.27 %; benih tanaman lain
0.58 gr dengan presentase 6.17 %, dan kotoran benih sebesar 6.55 gr dengan
presentase 3.62 %. Kemudian setelah dilakukan perhitungan persentase faktor
kehilangan dan didapat hasil sebesar 2.73 %. Hal ini menunjukkan bahwa kemurnian
benih masih tergolong baik. Menurut Wina (2009), faktor kehilangan yang
diperbolehkan ≤ 5%, jika terdapat kehilangan berat > 5% dari berat contoh kerja
awal, maka analisis diulang dengan menggunakan contoh kerja baru. Jika faktor
kehilangan ≤ 5% maka analisis kemurnian tersebut diteruskan dengan menghitung
presentase ketiga komponen tersebut.
Pengujian kesehatan benih dengan metode pengamatan benih kurang dapat
dilakukan secara cepat untuk mendapatkan informasi awal tentang penampakan atau
satatus kesehatan benih. Tetapi metode ini hanya mendeteksi cendawan yang ada di
permukaan benih atau tercampur bersama benih serta kondisi fisik benih saja.
Metode ini berkaitan langsung dengan kegiatan analisis kemurnian benih (purity),
yaitu apakah benih tercampur dengan benda-banda dan benih lainya dalam proses
sertifikasi benih. Berdasarkan ISTA benda-benda tercampur benih antara lain butiran
tanah, pasir, batu, sisa tanaman, puru nematoda maupun tubuh buah cendawan
seperti skelrofia, semut (yaitu butiran benih yang telah berisi struktur cendawan).
Unsur-unsur yang tercampur dengan benih tersebut sangat potensial dalam
perkembangan dan penyebaran suatu patogen, karena berbagai cendawan mampu
bertahan pada sisa-sisa tanaman atau butiran- butiran tanah. Benih yang mengalami
diskolorasi maupun yang mengandung patogen infeksi tidak dicantumkan dalam
analisis kemurnian benih oleh karena itu perlu ada kerjasama dari petugas yang
menangani kemurnian benih dengan petugas yang menangani kesehatan benih
sebelum menerbitkan sertifikat benih (Wina, 2009).
Pengujian bobot 1000 benih adalah kegiatan menelaah benih dengan
membandingkan bobot benih dengan deskripsi yang telah ada sehingga dapat
diketahui kualitas benih. Benih dengan bobot besar dapat dianggap baik karena
dimungkinkan benih tersebut benar-benar masak pada saat pemanenannya. Dengan
menghitung secara langsung 1000 benih, setelah benih dihitung sebanyak 1000 benih
lalu benih ditimbang dan diketahui beratnya (Wina, 2009). Tetapi pada saat dilakukan
pada praktikum yang menyesuaikan waktu yang ada hanya menghitung sebanyak 100
butir dan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali supaya lebih mudah dan efisien
sehingga setiap kelompok masing – masing 100 butir tiap satu ulangan 100 benih
jadi total jumlahnya kemudian dikali dengan 2,5 sehingga mendapatkan 1000 butir.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini kita bisa menyimpulkan dan mengetahui besar presentase
benih murni yang terdapat pada sampel 110 gram sampel kacang hijau. Didapatkan
hasil sebagai berikut, berat benih murni sebesar 98.88 gr dengan presentase 93.27 %;
benih tanaman lain 0.58 gr dengan presentase 6.17 %, dan kotoran benih sebesar 6.55
gr dengan presentase 3.62 %. Kemudian setelah dilakukan perhitungan persentase
faktor kehilangan dan didapat hasil sebesar 2.73 %. Dan hasil dari bobot 1000 butir
mendapatkan perhitungan 4 kali ulangan sebanyak 100 butir kemudian dikali 2,5
sehingga mendapatkan 1000 butir dalam waktu yang singkat dan terbatas.
5.2 Saran
Pada praktikum berikutnya tolong ketika menjelaskan materi lebih sedikit pelan
– pelan dan tolong lebih di rincikan penjelasannya dari materi tersebut ketika ada
praktikan yang masih belum memahami materi tersebut.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Balai Teknologi Perbenihan Bogor. 2000. Pedoman Standarisasi Uji Mutu Fisik dan
Fisiologis Benih Tanaman Hutan. Bogor.
Justice, L. dan Louis N. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali
Pers. Jakarta.
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta.
Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogyakarta.
Mulyana, D. dan Ceng A. 2012. Sengon. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nasir 2005. Peranan benih dalam usaha pengembangan palawija 1. Jurnal
Agronomi XII (1): 12-15.
Rahardjo, P. 2011. Cara Pengujihasilkan Benih dan Bibit Kakao. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Rahardjo, P. 2012. Kopi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rohandi, A. dan N. Widyani. (2007). Pengaruh Tingkat Devigorasi Dan Kerapatan
Benih Krasikarpa Terhadap Pertumbuhan Semainya. J. Penelitian Hutan
Tanaman. Vol. 4 (1) : 13-26.
Sudrajat, D., Nurhasybi, dan Yulianti B. 2015. Teknologi Penanganan Benih dan
Bibit untuk Memenuhi Standar Benih dan Bibit Bersertifikat. Balai Penelitian
Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor.
Suita, E. 2013. Pengaruh Sortasi Benih Terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Bibit
Akor (Acacia auriculiformis). J. Perbenihan Tanaman Hutan. Vol. 1 (2) : 83-
91.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Universitas Brawijaya. Malang.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Grafindo. Jakarta.
Wina. 2009. Pengujian Kemurnian Benih. IPB. Bogor