Oleh :
Kelompok Q2
Asisten Kelompok :
Mafruhana Mardlatilla
Kelas Q/Q2
Kelompok Q2
Disetujui Oleh :
Kelompok : Q2
Revisi :
Asisten Penguji
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya laporan mata kuliah Teknologi Produksi Benih. Atas dukungan moral
dan materi yang diberikan dalam penyusunan laporan ini, maka penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya, serta semua pihak yang membantu dalam kegiatan ini,
terutama asisten kami yaitu Mafruhana Mardlatilla yang senantiasa dengan sabar
mengajari penulis hingga penulis paham.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
laporan ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk pengembangan dan
kemajuan pertanian Indonesia.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR DATA ANGGOTA............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................
LEMBAR CATATAN REVISI...........................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................v
1. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Tanaman Jagung.........................................................................................3
2.2 Teknologi Produksi Benih Jagung..............................................................4
2.3 Tanaman Kelor...........................................................................................5
2.4 Priming.......................................................................................................6
2.5 Keragaman Tanaman..................................................................................9
3. BAHAN DAN METODE.............................................................................12
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...............................................................12
3.2 Alat dan Bahan.........................................................................................12
3.3 Cara Kerja.................................................................................................14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................17
4.1 Hasil..........................................................................................................17
4.2 Pembahasan...............................................................................................22
5. PENUTUP.....................................................................................................28
5.1 Kesimpulan...............................................................................................28
5.2 Saran.........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................29
LAMPIRAN......................................................................................................32
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Rerata Tinggi Tanaman Jagung Perlakuan Mulsa dan Non Mulsa.............................17
2. Rerata Jumlah Daun Tanaman Jagung Perlakuan Mulsa dan Non Mulsa.....................18
3. Waktu Berkecambah Tanaman Kelor Perlakuan KNO3 dan PGPR.............................19
4. Rerata Tinggi Kelor Perlakuan Priming KNO3 dan PGPR..........................................20
5. Rerata Jumlah Daun Tanaman Kelor Perlakuan KNO3 dan PGPR..............................21
6. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Non Mulsa Terhadap Tinggi Jagung.......................23
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Perbandingan Tinggi Tanaman Jagung Perlakuan Mulsa dan Non Mulsa...................18
2. Perbandingan Jumlah Daun Tanaman Jagung Perlakuan Mulsa dan Non Mulsa.........19
3. Perbandingan Tinggi Tanaman Kelor Perlakuan Priming KNO 3 dan PGPR................21
4. Perbandingan Jumlah Daun Tanaman Kelor Perlakuan Priming KNO3 dan PGPR......22
5. Pengaruh Mulsa dan Non Mulsa Terhadap Tinggi Tanaman Jagung..........................24
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1 Dokumentasi Kegiatan..................................................................................................33
2 Data Tinggi Dan Jumlah Daun Tanaman Jagung..........................................................37
3 Data Tinggi Dan Jumlah Daun Tanaman Kelor............................................................41
4 Perhitungan Koefisien Keragaman Tanaman Jagung....................................................43
1
1. PENDAHULUAN
juga perlakuan priming PGPR. Menurut Farooq et al. (2007), perlakuan priming
dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman lingkungan
suboptimum, pada suhu rendah dan pada cekaman kekeringan. Pada benih jagung
pada saat ditanam diberi perlakuan mulsa non mulsa yang bertujuan untuk dapat
mengetahui perkembangan kualitas maupun kuantitas hasil tanaman jagung.
Menurut Kadarso (2008), penggunaan mulsa dapat mempertahankan produktivitas
dari pengaruh lingkungan yang tidak mendukung, untuk mengendalikan suhu dan
menjaga kelembaban tanah akan mengurangi serangan hama dan penyakit, dan
mempercepat tanaman yang dibudidayakan berproduksi. Selain itu adapun solusi
lainnya yang harus dilakukan dari permasalahan yang kami lakukan di lapang
yaitu dengan penggunaan teknologi benih dengan perlakuan priming. Menurut
penelitian Harris et al. (2007), aplikasi priming benih dengan Zn dapat
meningkatkan hasil tanaman jagung, serta produksi tanaman jagung.
Perlakuan priming dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
cekaman lingkungan suboptimum, pada suhu rendah sehingga pada saat benih
siap ditanam dilapang tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. lebih fokus
adalah pemerintah menciptakan “Sistem Kelembagaan Perbenihan“ yang dapat
digunakan sebagai pegangan dalam setiap langkahuntuk mengadakan
pengembangan/perluasan suatu komoditas. Disadari sepenuhnya bahwa sangat
sulit untuk membuat suatu konsep kelembagaan yang dapat berlaku umum, karena
banyaknya komoditas yang berbeda-beda spesifikasinya. Namun paling tidak
kerangka logisnya dapat mengakomodir semua komoditas. Karena selama ini
selalu terjadi berulang-ulang bahwa setiap akan memperluas/mengembangkan
suatu komoditas, kendala utama pasti masalah tidak tersedianya benih.
(Heydecker, 2002).
1.2 Tujuan
2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Iklim
Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh di dataran tinggi ±1300 m dpl.
Panen pada musim kemarau berpengaruh terhadap semakin cepatnya pemasakan
biji dan proses pengeringan biji di bawah sinar matahari (Warisno, 2007). Agar
tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur ratarata antara 14-
390C, dengan curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm per tahun yang terdistribusi
merata selama musim penanaman (Kartasapoetra, 2001). Jagung dapat tumbuh
baik bila selama pertumbuhan mendapatkan curah hujan yang merata dan suhu
yang hangat. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 24-25 0C.
Untuk pembungaan sampai pemasakan adalah 30 0C. Jumlah daun dan distribusi
hujan untuk tanaman jagung dapat tumbuh antara 2500-5000 mm/tahun.Tanaman
jagung membutuhkan banyak air fase pertumbuhan awal (Nurmala, 2004).
b. Tanah
Tanah andosol banyak mengandung humus, tanaman jagung dapat tumbuh
dengan baik asalkan pH-nya memenuhi syarat. Demikian juga tanah latosol yang
mengandung bahan organik yang cukup banyak. Pada tanah berpasir pun tanaman
jagung bisa tumbuh dengan baik asalkan kandungan unsur hara yang ada di
dalamnya tersedia dan mencukupi. Adapun tanah yang paling baik untuk ditanami
jagung hibrida adalah tanah lempung berpasir, lempung berdebu dan lempung
(Warisno, 2007). Tanaman jagung yang toleran terhadap reaksi keasaman tanah
pada kisaran 5,5-7,0. Tingkat tanah yang paling penting baik adalah tanaman
jagung adalah pada pH 6,2. Reaksi tanah yang memberikan hasil tertinggi pada
jagung adalah pH 5,7 dan 7,5, produksi jagung cenderung mulai turun (Rukmana,
2000).
2.2 Teknologi Produksi Benih Jagung
Jagung hibrida bisa diperoleh dari hasil seleksi kombinasi atau biasa
disebut hibridisasi. Dengan hibridisasi diharapkan bisa terbentuk suatu jenis
tanaman yang mempunyai kromosom yang poliploidi. Menurut Takdir et al.
(2016), jagung hibrida merupakan generasi pertama atau F1 dari persilangan
antara dua galur. Produksi benih jagung hibrida dapat dilakukan dengan berbagai
cara, di antaranya yaitu produksi hibrida persilangan tunggal jagung, produksi
hibrida persilangan ganda dan tiga jagung, produksi hibrida jagung menggunakan
5
faktor pemulih sterilitas (Restorer) dan silang puncak atau top cross. Penanaman
benih jagung dilakukan pada tanah yang subur dengan pengolahan lahan terlebih
dahulu sebelum penanaman serta lahan tersebut bebas dari varietas lain. Jagung
merupakan tanaman menyerbuk silang. Oleh karena itu, isolasi jarak atau pun
waktu merupakan hal yang sangat penting dalam memproduksi benih jagung
bersertifikat. Isolasi jarak seluas 200 meter sedangkan isolasi waktu minimal 3
minggu.
Menurut Saenong (2016), berikut merupakan standar lapang dan standar
laboratorium yang digunakan pada saat produksi benih jagung. Standar lapangan :
Isolasi jarak 300 m atau isolasi waktu 30 hari dan campuran varietas lain (CVL)
maksimum 2% untuk benih dasar dan benih pokok, sedangkan untuk benih sebar
3%. Standar laboratorium : Kadar air maksimum 12%, benih murni minimum
98%, kotoran benih maksimum 2%, CVL maksimum 0% untuk benih dasar, 0,1%
untuk benih pokok, dan 1,0% untuk benih sebar, biji tanaman lainnya 0,5% untuk
benih dasar dan benih pokok, 1,0% untuk benih sebar, daya tumbuh minimum
80%. Standar lapangan berupa isolasi jarak atau isolasi waktu diperlukan untuk
mencegah terjadinya persilangan dengan varietas lain.
Standar laboratorium selain diperlukan untuk menjamin kemurnian
genetik benih, juga diperlukan untuk menjamin mutu fisiologis benih sehingga
memiliki daya tumbuh yang tinggi, mempunyai vigor yang tinggi, dan tahan
terhadap organisme pengganggu tanaman.
2.3 Tanaman Kelor
Tanaman kelor merupakan salah satu jenis tanaman tropis yang mudah
tumbuh di daerah tropis seperti di Indonesia. Tanaman kelor merupakan tanaman
perdu yang dapat tumbuh pada ketinggian 7-11 meter dan tumbuh subur mulai
dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Kelor dapat tumbuh pada
daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan terhadap musim
kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6 bulan. Kelor merupakan
tanaman yang berumur panjang dan berbunga sepanjang tahun. Bunga kelor ada
yang berwarna putih, putih kekuning kuningan (krem) atau merah, tergantung
jenis atau spesiesnya. Tudung pelepah bunganya berwarna hijau dan
6
2.4 Priming
2.4.1 Pengertian
Osmoconditioning / priming dan matriconditioning merupakan perlakuan
sebelum tanam yang dikembangkan untuk meningkatkan perkecambahan benih
(Ilyas, 2006). Salah satu perlakuan priming yang efektif dan relatif lebih murah
yaknidengan menggunakan larutan primingtikberupa garam KNO 3. Larutan KNO3
salah satu fungsinya adalah untuk mempercepatpenerimaan oksigen oleh benih
(Sutariati, 2002). Keberhasilan perlakuan priming pada benih dipengaruhi oleh
interaksi yang kompleks dari berbagai faktor, seperti spesies tanaman, potensial
air dari bahan priming, lama waktu priming, suhu udara dan suhu media tanam
serta vigor benih. Perlakuan priming yang terbaik menurut Basra et al. (2003),
7
vigor benih dan membantu kekuatan benih dalam mempertahankan diri dari
lingkungan yang suboptimal. Sesuai menurut Farooq et al. (2007), yang
menyatakan bahwa perlakuan priming meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap cekaman lingkungan suboptimum, terutama pada suhu rendah dan juga
pada cekaman kekeringan. Penelitian Sulaiman et al. (2016), menunjukkan bahwa
peran perlakuan priming dapat meningkatkan kandungan klorofil pada semua
genotipe tanaman. Tingginya kandungan klorofil mempercepat tanaman untuk
tumbuh dan melakukan resintesis karbohidrat setelah cekaman terendam dan
mempercepat tanaman melakukan fotosintesis secara normal.
2.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Priming
Priming bertujuan untuk meningkatkan vigor pada benih (Farooq et al.,
2006), dimana priming akan meningkatkan mutuh benih yang akan mengontrol
porses-proses hidrasi atau dehidrasi untuk berlangsungnya proses-proses
metabolik menjelang perkecambahan. Priming akan membuat benih berkecambah
secara seragam, dalam keberhasilan dari perlakuan priming ini menurut (Thavong
dan Jamradkran 2010) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur benih dan
lamanya waktu priming.
Umur benih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi priming,
karena diketahui semakin lama sebuah benih maka benih tersebut akan mengalami
kemunduran dimana kemunduran ini dapat terjadi secara fisik yaitu mengerutnya
benih tersebut dan secara kimia enzim-enzim didalam benih tidak dapat bekerja
secara optimal lagi dan benih juga dapat mengalami mutasi genetk. Sehingga
dapat dikatakan semakin tua umur biji maka keberhasilan dalam melakukan
priming semakin rendah.
Lama waktu priming mempengaruhi keberhasilan, menurut Assefa
(2008), waktu priming ini berhubungan dengan proses imbibisi yang akan
mempengaruhi daya perkecambahan. Lama waktu priming ini umumnya telah
diesuaikan dengan jenis benih. Seperti pada biji kelor yang memiliki cangkang
dan kulit biji yang tebal perlakuan priming yang lebih lama dibandingkan dengan
biji yang memiliki kulit biji yang lebih tipis. Lama waktu priming juga akan
mempengaruhi daya simpan suatu benih. Seperti untuk benihdengan daya simpan
9
6 bulan diberi perlakuan priming selama 3 dan 6 jam akan menambah daya
seimpan selama 4.7 bulan (Assefa, 2008).
genetic dari tanaman dapat disebabkan oleh rekombinasi gen setelah hibridisasi,
mutasi, dan poliploidi. Proses tersebut dapat berlangsung selama fase
pertumbuhan tanaman. Peningkatan keragaman genetic pada populasi juga dapat
ditentukan oleh genotip penyusunnya dengan perkawinan setiap induvidu tanaman
tersebut (Djoemairi, 2008).
Dalam keragaman tanaman ada beberapa factor yang mempengaruhi
keragaman tanaman diantaranya karena adanya keragaman tanaman yang di
karenakan factor geneitk dan factor lingkungan, diantaranya macam keragaman
itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Keragaman yang timbul karena factor lingkungan
Keragaman yang timbul karena factor ini sendiri tidak diwariskan pada
keturunannya namun karena factor lingkungan yang mempengaruhi tanaman
tersebut dalam perkembangan maupun pertumbuhannya, misalnya pada tanaman
jagung yang di berikan pupuk dengan tanaman jagung ynag tidak di berikan
pupuk. Tanaman yang dipupuk akan memberikan reaksi pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal karena adanya dukungan unsur hara dalam tanah
yang memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Namun, apabila
untuk tanaman yang tidak di pupuk maka kandungan unsur hara dalam tanah
berbeda dengan kandungan unsur hara dalam tanah yang diberikan pupuk, dan
apabila kita tanaman dalam satu lahan yang sama dengan perbedaan perlakuan
maka akan tampak perbedaan antara tanaman jagung yang diberikan pupuk dan
tidak di berikan pupuk. Jadi dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan itu sangat
mempengaruhi pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Seperti
halnya menurut Putu Suratmini (2009), bahwa hasil-hasil penelitian lainnya
menunjukkan bahwa kombinasi antara pupuk N anorganik dengan pupuk organic
dapat memperbaiki pertumbuhan dan hasil jagung manis. Oleh karena itu guna
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk perlu adanya penelitian tentang
pemberian pupuk organik dengan anorganik (urea), dengan maksud mengurangi
pengunaan dosis pupuk anorganik tanpa menurunkan.
2. Keragaman yang timbul karena factor genetic
Keragaman yang timbul karena factor ini terjadi karena adanya perbedaan
gen yang diwariskan oleh induknya. Indicator keragaman ini dapat dilihat apabila
11
tanaman jagung yang di tanam pada kondisi lingkungan yang sama dan perlakuan
yang sama maka akan terjadi perbedaan ataupun keragaman yang terjadi pada
tanaman tersebut. Seperti halnya pada tanaman jagung yang mempunyai
perbedaan bulir jagunnya dan besar kecilnya tongkol jagung. Seperti halnya
menurut Sudarmadji et al. (2007) mengemukakan bahwa nilai koefisien
keragaman genetik tinggi, maka factor genetik akan berpengaruh besar pada
penampilan sifat tersebut.
12
indikator dan penunjang benih untuk mencukupi kebutuhan unsur hara, air
sebagai pelengkap kebutuhan tanaman, dan ember sebagai wadah untuk
menampung air.
4) Pengamatan
Alat dan bahan yang digunakan dalam tahap pengamatan tanaman adalah,
meteran, alat tulis, kamera. Adapun fungsi dari alat dan bahan tersebut adalah
meteran untuk mengukur tinggi tanaman, alat tulis untuk mencatat hasil
pengukuran, dan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan.
3.2.2 Tanaman Kelor
1) Priming
Alat dan bahan yang digunakan pada tahap priming tanaman kelor adalah
PGPR, KNO3, Plastik 1 kg, Label, Gelas ukur. Adapun fungsi dari alat dan bahan
tersebut adalah, PGPR dan KNO3 Sebagai bahan perlakuan benih, plastik 1 kg
sebagai wadah untuk merendam benih dengan PGPR dan KNO3, label sebagai
pemberi tanda pada plastik, gelas ukur untuk mengukur konsentrasi larutan PGPR
dan KNO3 dengan air.
2) Persiapan Media Tanam
Alat dan bahan yang digunakan untuk persiapan media tanam kelor adalah
pasir, tanah, polybag, cetok dan label. Adapun fungsi dari alat dan bahan tersebut
adalah pasir dan tanah sebagai media tumbuh tanaman, polybag sebagai wadah
untuk pasir dan tanah, cetok untuk mengambil tanah dan pasir serta menutupnya
kembali, dan label digunakan untuk pemberian nama pada tiap polybag.
3) Penanaman
Alat dan bahan yang digunakan untuk penanaman adalah benih kelor dan air,
adapun fungsi dari alat dan bahan tersebut adalah, benih kelor sebagai bahan
untuk menumbuhkan tanaman dan air sebagai penyiram benih tanaman.
4) Pengamatan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan tanaman kelor adalah
meteran/penggaris, alat tulis, dan kamera. Adapun fungsi dari alat dan bahan
tersebut adalah meteran/penggaris untuk mengukur tinggi tanaman kelor, alat tulis
untuk mencatat hasil pengukuran, dan kamera untuk mendokumentasikan hasil
kegiatan lapang.
14
sebanyak dua benih di setiap polybag dan atur jarak lubang tanam. Begitu juga
dengan perlakuan priming PGPR masukkan ke dalam polybag yang berisi kompos
dan tanah sebanyak 2 benih di setiap polybag dan atur jarak lubang tanam, lalu
beri nama menggunakan tipe-x di setiap polybag.
4) Pengamatan
Pengamatan pada tanaman kelor yang telah tumbuh di lakukan sekali dalam
seminggu. Pengamatan dilakukan pada jumlah daun dan tinggi tanaman. Daun
yang dihitung adalah daun yang telah mekar secara sempurna, dan pengukuran
tinggi tanaman dilakukan dari pangkal tanaman hingga ttik tumbuh tanaman kelor.
17
4.1 Hasil
Keterangan Perlakuan
Mulsa Non Mulsa
2 MST 5,75 4,77
3 MST 16,64 17,31
4 MST 37,41 35,37
5 MST 42,58 39,02
6 MST 78,39 61,71
7 MST 104 84,52
S 35,50 27,57
CV 74,77% 64,83%
Berdasarkan hasil rata-rata pada tabel terlihat jelas bahwa tinggi tanaman
pada perlakuan mulsa 2mst sampai 7 mst terjadi peningkatan yang signifikan
sehingga diperoleh S 35,50 dan CV 74,77%. Pada perlakuan non mulsa
mengalami peningkatan tinggi tanaman juga dari 2 sampai 7hst, sehingga S
didapat 27,57dan CV 64,83%.
Berikut merupakan tabel rerata jumlah daun tanaman Jagung dari 2 mst
sampai 7mst
18
Tabel 2. Rerata Jumlah Daun Tanaman Jagung Perlakuan Mulsa dan Non Mulsa
Keterangan Perlakuan
Mulsa Non Mulsa
2 MST 4,17 4,34
3 MST 5,08 6,08
4 MST 9,88 9,57
5 MST 13,08 11,92
6 MST 16,03 14,58
7 MST 18,86 17,02
S 5,62 4,83
CV 50,27% 45,44%
Berdasarkan hasil rata rata pada tabel terlihat jelas bahwa pada jumlah
daun tanaman pada perlakuan mulsa 2mst sampai 7 mst terjadi peningkatan
sehingga diperoleh S 5,62 dan CV 50,27%. Pada perlakuan non mulsa mengalami
peningkatan jumlah daun tanaman juga dari 2mst sampai 7mst, sehingga S didapat
4,83 dan CV 45,44%.
Berikut ini adalah grafik hasil pengamatan perbandingan tinggi tanaman
jagung pada setiap perlakuan Mulsa dan Non Mulsa
15
10
0
2 3 4 5 6 7
tanaman sampel lainya belum mulai berkecambah hingga 7mst. Sedangkan untuk
perlakuan priming menggunakan PGPR diketahui bahwa pada 3mst tanaman
sampel 2 dan 5 telah mulai berkecambah dan tanaman sampel lainnya belum
mulai berkecambah selama 7mst.
Berikut ini merupakan tabel rerata tinggi tanaman kelor dari 1 mst sampai
7 mst
Keterangan Perlakuan
KNO3 PGPR
2MST 0 0
3 MST 2.53 4
4 MST 4.95 7.5
5 MST 8.25 11.65
6 MST 12 17
7 MST 17 20.5
Berdasarkan pengamatan waktu tinggi tanaman kelor pada media tanam
berupa pasir dengan perlakuan priming KNO3 dan PGPR selama 7mst pada 5
sampel, diperoleh data bahwa untuk sampel dengan perlakuan priming KNO3 dan
PGPR rerata tingginya terus mengalami kenaikan pada setiap minggunya. Pada
perlakuan PGPR memiliki rereta jumlah daun lebih tinggi dari perlakuan KNO3.
Berikut merupakan tabel rerata jumlah daun (helai) tanaman kelor dari 1
mst sampai 7 mst
Tabel 5. Rerata Jumlah Daun Tanaman Kelor Perlakuan KNO3 dan PGPR
Keterangan Perlakuan
KNO3 PGPR
2 MST 0 0
3 MST 4.5 5
4 MST 7 11
5 MST 12 14
6 MST 16 19.5
7 MST 20,5 21.5
Berdasarkan pengamatan jumlah daun tanaman kelor pada media tanam
berupa pasir dengan perlakuan priming KNO3 dan PGPR selama 7mst pada 5
sampel, diperoleh data bahwa untuk sampel dengan perlakuan priming KNO 3 dan
PGPR rerata tingginya terus mengalami kenaikan pada setiap minggunya. Pada
perlakuan PGPR memiliki rereta jumlah daun lebih tinggi dari perlakuan KNO3.
21
20
Tinggi (cm)
15
priming KNO3
10 priming PGPR
2.1 Pembahasan
5
2.1.1 Tanaman Jagung
0 2.1.2 Tanaman Kelor
2 3 4 5 6 7
Minggu setelah tanam
20
Jumlah Daun
15
Priming KNO3
Priming PGPR
10
0
2 3 4 5 6 7
4.2 Pembahasan
Pada penggunaan mulsa ini juga dapat menekan pertumbuhan gulma pada
tanaman, sehingga dalam menerima hara pada tanaman utama tidak adanya
kompetisi perebutan hara dengan tanaman pengganggu (gulma). Menurut Umboh
(2002), manfaat penggunaan mulsa antara lain yaitu menurunkan suhu tanah,
menekan erosi, menyumbangkan bahan organik (mulsa organik), menjaga
kelembaban tanah, dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu.
24
140
120 104
100 39.02 78.39
35.37
80
60 37.41 42.58
17.31
40 16.64
5.72
5.72
20
0
2 Mst 3 Mst 4 Mst 5 Mst 6 MSt 7 Mst
Waktu Pengamatan
Gambar 5. Pengaruh Mulsa dan Non Mulsa Terhadap Tinggi Tanaman Jagung
perlakuan KtPp dibandingkan dengan hasil jumlah helai daun pada perlakuan
KtPk, hal ini dikarenakan pada perlakuan KtPp yang mengunakan PGPR (Plant
Growth Promoting Rhizobacteria) mampu meningkatkan tinggi tanaman
dikarenakan PGPR dapatmenggantikan pupuk kimia, pestisida, hormon dan
mengoptimalkan penyerapan serta pemanfaatan unsur hara N yang dibutuhkan
dalam fase vegetatif. Menurut Jumin (2010), PGPR berfungsi untuk
meningkatkan penyerapan dan pemanfaatan unsur hara N oleh tanaman, dimana
unsur hara N berguna untuk menambah tinggi tanaman dan memacu pertunasan.
Begitu juga dengan parameter pengamatan jumlah daun dengan perlakuan KtPp
lebih banyak dibandingkan dengan KtPk, hal ini dikarenakan pemberian PGPR
dapat digunakan sebagai pengganti hormon yang berfungsi mendukung
pertumbuhan tanaman sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan panjang
daun. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan primming adalah spesies tanaman,
potensial air dari bahan priming, lama waktu priming, suhu udara, dan vigor
benih. Perlakuan media tanam juga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah
daun karena media tanam mampu mensuplai nutrisi pada pertumbuhan tanaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Fatimah dan Meryanto (2008), yang menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang baik yaitu dengan
menggunakan media tanam yang sesuai, sebab penggunaan media tanam yang
sesuai dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
4.3
29
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum lapang yang telah dilakukan serta data yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa penggunaan mulsa sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan jagung, dapat dikatakan bahwa pengaruh penggunaan
mulsa dapat mempengaruhi tinggi tanaman jagung, karena mulsa sendiri berperan
untuk menjaga kelembaban tanah, meningkatkan aktivitas organisme dalam tanah.
Penggunaan mulsa juga dapat meminimalisir kehilangan air lebih banyak karena
akibat adanya proses evaporasi, serta dapat meminimalisir gulma pada tanaman.
Sehingga tanaman jagung dengan perlakuan mulsa memiliki hasil yang lebih baik
dari pada perlakuan jagung tanpa mulsa atau non mulsa.
Perlakuan priming KNO3 dan PGPR terhadap benih kelor
memberikanhasil yang baik untuk waktu perkecambahan, tinggi tanaman dan
jumlah daun. Berdasarkan hasil praktikum teknologi produksi benih yang
menggunakan perlakuan KtPk dan perlakuan KtPp dengan parameter pengamatan
tinggi tanaman dan jumlah helai daun berbeda, dapat disimpulkan dimana pada
perlakuan KtPp pada parameter tinggi tanaman lebih tinggi hasil tanaman jagung
dibandingkan dengan perlakuan KtPk, dan pada parameter jumlah helai daun lebih
banyak hasil pada perlakuan KtPp dibandingkan dengan hasil jumlah helai daun
pada perlakuan KtPk, hal ini dikarenakan pada perlakuan KtPp yang mengunakan
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) mampu meningkatkan tinggi
tanaman dikarenakan PGPR dapatmenggantikan pupuk kimia, pestisida, hormon
dan mengoptimalkan penyerapan serta pemanfaatan unsur hara N yang
dibutuhkan dalam fase vegetatif.
5.2 Saran
Semoga ke depannya kegiatan praktikum ini menjadi lebih baik lagi,
semoga untuk kedepannya untuk alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum
dapat tersedia, semoga kegiatan praktikum teknologi produksi benih dapat
berjalan dengan lancar, dan semoga dengan adanya praktikum ini dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi kita semua, semoga ilmunya
dapat bermanfaat dan dapat diterapkan dikemudian hari.
30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Jenis Gambar
No
Kegiatan Dokumentasi
Pengolahan Tanah
1
Tanaman Jagung
Pemasangan Mulsa
2
Tanaman Jagung
Penanaman Benih
3
Jagung
35
Penanaman Benih
4
Tanaman Kelor
5 Pemberian Furadan
6 Kemasan Furadan
36
Penyiraman Benih
7 Perlakuan Mulsa
Tanaman Jagung
Penyiraman Jagung
8 Perlakuan Non
Mulsa
Penyiraman Benih
9
Tanaman Kelor
37
Tanaman Kelor
10
Perlakuan KtPp
Tanaman Kelor
11
Perlakuan KtPk
Lahan Tanaman
12
Jagung
Penyulaman Benih
13
Tanaman Jagung
1 0 0 0 0 0 0
2 0 3 6,5 10,8 16 19
KtPk 3 0 0 0 0 0 0
4 0 1,7 3,4 5,9 8 15
5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 2.53 4.95 8.35 12 17
1 0 0 0 0 0 0
2 0 2 5 7,3 9 12
KtPp 3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 6 10 16 25 29
Rata-rata 0 4 7.5 11.65 17 20.5
Rata-rata sampel
x ij
x=∑ ∑
i j n. p
5+20+39 … .+120
x=∑ ∑
i j 216
10258,2
x=
216
x=¿ 47,49167
Varian sampel
( xij −x )2
s =∑ ∑
2
i j np−1
2
(5−47,49167+20−47,49167+39−47,49167+ … …+120−47,49167)
s =∑ ∑
2
i j 216−1
2
s =¿ 1.260,81
Simpangan baku
s= √ s2
s= √1.260,81
s=35,058
S
CV= x 100%
x
45
35,508
CV= x 100%
47,49167
CV= 74,77%
Rata-rata sampel
x ij
x=∑ ∑
i j n. p
7,5+22+73 … .+85
x=∑ ∑
i j 228
9059,8
x=
228
x=¿ 42,53427
Varian sampel
( xij −x )2
s2=∑ ∑
i j np−1
s =∑ ∑ ¿ ¿ ¿¿ ¿
2
i j
2
s =760,4054427
Simpangan baku
s= √ s
2
s= √760,4054427
s=¿27,57545
46
S
CV= x 100%
x
27,57545
CV= x 100%
42,53427
CV= 64,83%
Rata-rata sampel
x ij
x=∑ ∑
i j n. p
4+ 4+10+…+ 19
x=∑ ∑
i j 216
2416
x=
216
x=¿ 11,18519
Varian sampel
2
( xij −x )
s =∑ ∑
2
i j np−1
s =∑ ∑ ¿ ¿ ¿¿ ¿
2
i j
2
s =¿ 31,61
Simpangan baku
s= √ s
2
s= √31,61
s=¿5,62246
47
S
CV= x 100%
x
5,62246
CV= x 100%
11,18519
CV= 50,27%
Rata-rata sampel
x ij
x=∑ ∑
i j n. p
5+7+ 14+…+16
x=∑ ∑
i j 228
2426
x=
228
x=¿ 10,64035
Varian sampel
2
( xij −x )
s =∑ ∑
2
i j np−1
s =∑ ∑ ¿ ¿ ¿¿ ¿
2
i j
s2=23,276
Simpangan baku
s= √ s
2
s= √23,3766
48
s=¿4,834945
S
CV= x 100%
x
4,834945
CV= x 100%
10,64035
CV= 45,44%