Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN


PENGARUH PERLAKUAN PEMANGKASAN DAN 15 HARI
BALIK SULUR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN UBI
JALAR (Ipomoea batatas L.)

Disusun Oleh :
Kelompok: I9

Asisten Kelas: Naufal Ammar Nabil


Asisten Lapang: Sofika Rahmadani

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
LEMBAR DAFTAR ANGGOTA
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Kelompok : I9
Asisten Kelas : Naufal Ammar Nabil
Asisten Lapang : Sofika Rahmadani
No. Nama NIM
1. Nur Faiz Zamzami Al Ghufroni 215040207111020
2. Fahmi Humam Nurhikmah 215040200111098
3. Atik Ma’iyatur Rofiqoh 215040201111252
4. Rahajeng Hasanah Sari 215040200111018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Kelompok : I9
Kelas : I

Asisten Kelas, Asisten Lapang,

Naufal Ammar Nabil Sofika Rahmadani


NIM. 205040201111032 NIM. 205040201111194

Koordinator Asisten
Teknologi Produksi Tanaman

Yani Kurniawan

NIM. 195040200111191
LEMBAR KRITIK DAN SARAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Asisten Penguji:

Kritik dan Saran:

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
RINGKASAN
Nur Faiz Zamzami Al Ghugroni (215040207111020), Atik Ma’iyatur Rofiqoh
(215040201111252), Fahmi Humam Nurhikmah (215040200111098),
Rahajeng Hasanah Sari (215040200111018). Pengaruh Perlakuan
Pemangkasan dan 15 Hari Balik Sulur terhadap Pertumbuhan Tanaman Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L.). Dibawah bimbingan Naufal Ammar Nabil sebagai
Asisten Kelas dan Sofika Rahmadani sebagai Asisten Lapang.
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan komoditas pangan yang
terpenting setelah padi. Luas panen ubi jalar di Indonesia sendiri mencapai
156.667 ha, serta tingkat produktivitasnya mencapai 15,2 ton/ha. Hal tersebut
menjadikan ubi jalar sebagai suatu komoditas yang dapat ditingkatkan
produktivitasnya. Peningkatan produkivitas dapat dilakukan dengan menerapkan
teknologi produksi tanaman yang tepat, seperti pengolahan lahan dan pemberian
perlakuan khusus pada proses budidayanya.
Penelitian ini dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya yang berlokasi di Jalan Kuping Gajah, Kelurahan
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Metode yang digunakan pada
percobaan kali ini yaitu pemangakasan dan balik sulur 15 hari tanaman ubi jalar.
Terdapat beberapa parameter pengamatan yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh perlakuan pemangkasan dan pembalikan sulur pada tanaman ubi jalar,
seperti persentase tumbuh, panjang tanaman, jumlah daun, intensitas penyakit dan
Arthropoda.

i
SUMMARY
Nur Faiz Zamzami Al Ghugroni (215040207111020), Atiq Ma’iyatur Rofiqoh
(215040201111252), Fahmi Humam Nurhikmah (215040200111098),
Rahajeng Hasanah Sari (215040200111018). Effect of Pruning Treatment
and 15 Days of Turning Tendrils on the Growth of Sweet Potato (Ipomoea
batatas L.). Dibawah bimbingan Naufal Ammar Nabil sebagai Asisten Kelas
dan Sofika Rahmadani sebagai Asisten Lapang.
Sweet potato (Ipomoea batatas L.) was the most important food
commodity after rice. Sweet potato harvested area in Indonesia alone reaches
156.667 ha, and the productivity level reaches 15.2 tons/ha. This makes sweet
potato a commodity that can be increased its productivity. Increased productivity
can be done by applying appropriate plant production technology, such as land
management, and giving special treatment to the cultivation process.
This research was conducted at the Experimental Field of the Faculty of
Agriculture, Universitas Brawijaya, which is located on Jalan Kuping Gajah,
Jatimulyo Village, Lowokwaru District, Malang City. The method used in this
experiment was trimming and turning the tendrils for 15 days of sweet potato
plants. There are several observation parameters used to determine the effect of
pruning and tendril reversal treatment on sweet potato plants, such as growth
percentage, plant length, number of leaves, disease intensity and Arthropods.

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapakan atas kehadirat Allah SWT. atas rahmat sehat dan
hidayah-Nya yang tercurahkan kepada penulis selaku umat-Nya sehingga
penulisan bisa menyelesaikan tugas Laporan Akhir Praktikum “Laporan
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Pengaruh Perlakuan Pemangkasan dan
15 Hari Pembalikan Sulur Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar” dengan
tepat waktu.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang banyak
membimbing dan membantu kegiatan praktikum ini. Penulis mengucapkan
kepada:
1. Dr.Ir. Titin Sumarni, MS. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi
Produksi Tanaman.
2. Raushanfikr Bushron, SP., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Teknologi Produksi Tanaman.
3. Dr. Moch. Syamsul Hadi, SP., MP. selaku dosen pengampu mata kuliah
Teknologi Produksi Tanaman.
4. Naufal Ammar Nabil dan Sofika Rahmadani selaku asisten praktikum
Teknologi Produksi Tanaman yang telah memberi arahan selama kegiatan
praktikum dan penyusunan laporan berlangsung.
5. Kepada orang tua, teman-teman dan seluruh pihak yang memberikan
dukungan untuk bisa menyelesaikan kegiatan praktikum Teknologi Produksi
Tanaman dengan lancar dan baik.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa hasil laporan akhir
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diperlukan agar laporan ini dapat tersusun dengan baik. Penulis berharap
laporan ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai pengaruh perlakuan
yang diberikan pada tanaman ubi jalar bagi para pembaca.

Malang, 28 Oktober 2022

iii
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN..........................................................................................................i
SUMMARY............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
1. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................4
2.1 Tanaman Ubi Jalar..........................................................................................4
2.2 Fase Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar...........................................................8
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Ubi Jalar.............................................................8
2.4 Teknologi Produksi Pemangkasan pada Tanaman Ubi Jalar.......................11
2.5 Teknologi Produksi Pembalikan Sulur pada Tanaman Ubi Jalar.................12
3. BAHAN DAN METODE...................................................................................4
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................................4
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................................4
3.3 Cara Kerja.......................................................................................................4
3.4 Parameter Pengamatan.................................................................................15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................20
5. PENUTUP.........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
LAMPIRAN..........................................................................................................14

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR GAMBAR

vi
DAFTAR LAMPIRAN

vii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis umbi-umbian
yang memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan dengan jenis yang lain,
diantaranya yaitu mengandung karbohidrat dan energi yang lebih tinggi, serta
memiliki beberapa zat yang dibutuhkan untuk tubuh, seperti vitamin, mineral,
serat dan antosianin. Tanaman yang tergolong jenis palawija ini dapat
berfungsi sebagai pengganti makanan pokok karena ubi jalar merupakan
sumber karbohidrat. Komoditas ubi jalar memiliki berbagai manfaat dan
dapat menjadi nilai tambah untuk pendapatan masyarakat Indonesia. Nilai
tambah yang dihasilkan oleh ubi jalar diperoleh dari pengolahan ubi jalar
menjadi berbagai jenis bahan masakan, pakan ternak dan obat-obatan
(Suharyono dan Edi, 2020).
Ubi jalar merupakan komoditas pangan yang terpenting setelah padi.
Luas panen ubi jalar di Indonesia sendiri mencapai 156.667 ha, serta tingkat
produktivitasnya mencapai 15,2 ton/ha. Jawa tengah merupakan salah satu
provinsi yang memiliki luas pertanaman ubi jalar terluas, khususnya pada
Kabupaten Semarang yang memiliki luas pertanaman 981 ha dengan tingkat
produktivitas 25,29 ton/ha (Malik dan Cempaka, 2020). Produksi ubi jalar
pada tahuan 2018 mencapai 1.806.389 ton dan mengalami penurunan sebesar
5,63% dari tahun sebelumnya yang mencapai 1.9.14.244 ton (Rohaida, 2021).
Adanya data tersebut, dapat dikatakan bahwa produktivitas ubi jalar harus
lebih ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan
produktivitas ubi jalar, yaitu dapat dimulai dengan teknologi produksi
tanaman yang tepat, seperti pengolahan lahan dan perlakuan-perlakuan yang
diberikan dalam proses budidayanya.
Teknologi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produktivitas
tanaman ubi jalar, yaitu pemangkasan dan pembalikan sulur. Pemangkasan
dilakukan pada tajuk tanaman ubi jalar yang bertujuan untuk mengendalikan
pertumbuhan bagian tanaman di atas tanah. Besarnya pengaruh pemangkasan
terhadap hasil panen ubi jalar tergantung pada letak daun pada batang,
banyaknya daun yang dipangkas dan periode pertumbuhan tanaman
(Suminarti, 2016). Perlakuan lainnya yang dapat meningkatkan produktivitas
ubi jalar, yaitu pembalikan sulur. Pembalikan sulur merupakan perlakuan
yang bertujuan untuk sanitasi lahan, mencegah terbentuknya
2

akar adventif dari tanaman ubi jalar serta dapat memperlancar laju fotosintesis
tanaman (Rahmiana et al., 2015). Perlakuan-perlakuan yang diberikan pada
tanaman ubi jalar tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan produktivitas dari
ubi jalar. Oleh karena itu, adanya praktikum teknologi produksi tanaman ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh teknologi yang diberikan terhadap
pertumbuhan dan prosduktivitas ubi jalar.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian perlakuan pemangkasan dan pembalikan sulur pada ubi jalar
(Ipomea batatas L.).
4

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar merupakan salah satu komoditas pangan yang cukup
melimpah di Indonesia. Ubi jalar berasal dari Amerika bagian tengah dan pada
tahun 1960-an ubi jalar menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Tanaman
ubi jalar dibawa masuk ke Indonesia oleh para pedagang rempah-rempah pada
masanya (Santoso dan Estiasih, 2014).
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman
Tanaman hortikultura memiliki beberapa jenis, antara lain: sayuran, buah-
buahan, bunga hias, dan obat-obatan. Ubi jalar termasuk komoditas hortikultura
sayuran, khusunya sayuran umbi. Adapun klasifikasi tanaman ubi jalar menurut
Hambali et al. (2014) adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Subkingdom:
Tracheobionta, Super divisi: Spermatophyta, Divisi: Magnoliophyta, Kelas:
Magnoliopsida, Sub Kelas: Asteridae, Ordo: Solanales, Famili: Convolvulaceae,
Genus: Ipomea, Spesies: Ipomea batatas Poir.

Gambar 1. Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)


Sumber: (Asmawati dan Herlambang, 2020)
Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian dan termasuk dalam tanaman
semusim. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh dengan panjang tanaman mencapai 3
m, tergantung varietasnya. Susunan utama tanaman ubi jalar terdiri dari batang,
umbi, daun, dan bunga.
a. Batang
Bentuk batang pada ubi jalar adalah bulat, berwarna hijau, dan memiliki
permukaan batang yang licin dengan arah tumbuh yang menyebar dan mendatar di
permukaan tanah. Ruas antar batang memiliki panjang sekitar 4-5 cm. Batang ubi
jalar dapat tumbuh sampai 2-3 m, tergantung pada varietasnya. Pada permukaan
5

batang yang masih muda, terdapat rambut yang menyerupai bulu halus, tetapi
cenderung rontok seiring dengan bertambahnya umur tanaman (Benja, 2017).
b. Umbi
Umbi ubi jalar berasal dari tunas adventif dan akar organ penyimpanan yang
membengkak. Umbi ubi jalar memiliki mata tunas, sehingga dapat dilakukan
perbanyakan tanaman dengan stek. Bentuk umbi yang ideal adalah berbentuk
lonjong agak panjang dengan berat antara 200 g- 250 g (Purbasari & Angga,
2018).
c. Daun
Daun tanaman ubi jalar berbentuk bulat sampai lonjong, tepi daun rata atau
berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, dan bagian ujungnya meruncing.
Menurut Rohmatin (2015) ciri-ciri daun ubi jalar adalah memiliki helaian daun
yang lebar dan berbentuk menyatu mirip bentuk jantung. Panjang daun ubi jalar
berkisar antara 4-15 cm dan lebar antara 3-14 cm dengan warna hijau pupus
sampai hijau tua.
d. Bunga
Bunga tanaman ubi jalar berbentuk seperti terompet. Bunga ubi jalar terdiri
dari lima helai mahkota bunga dan satu tangkai putik serta akan tumbuh karangan
bunga dari ketiak daun. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keunguan.
Bunga ubi jalar akan mekar pada pukul 04.00-11.00 pagi hari. Jika terjadi
penyerbukan buatan, bunga akan membentuk buah (Safirra, 2019).
2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman
Salah satu cara untuk mendapatkan hasil pertanian yang maksimal yaitu
dengan memahami syarat tumbuh suatu tanaman yang dibudidayakan. Menurut
Khalil (2016), tanaman ubi jalar ideal dibudidayakan pada lingkungan yang
bersuhu 21-27oC dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun namun optimalnya
antara 750-1500 mm/tahun. Musim kemarau menjadi waktu yang optimal untuk
pertumbuhan ubi jalar, namun ketersediaan air harus tetap memadai. Lahan kering
(tegalan) cocok ditanam ubi jalar pada musim hujan, sedangkan sawah cocok
ditanam ubi jalar setelah ditanam padi. Ubi jalar merupakan tanaman hari panjang,
sehingga memerlukan 11-12 jam/hari sinar matahari. Hampir semua jenis tanah
cocok ditanam ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung,
6

gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik.
Derajat keasaaman (pH) tanah optimal yaitu 5,5-7,5, dan saat tanaman masih
muda memerlukan kelembaban tanah yang cukup. Ubi jalar akan optimal jika
ditanam di daerah yang beriklim tropis dengan ketinggian optimal 500-1000 mdpl
(Aminah et al., 2020).
2.1.3. Hama dan Penyakit Tanaman
Hama dan penyakit tanaman menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam
budidaya tanaman. Karena kedua hal tersebut menjadi salah satu faktor pembatas
pertumbuhan tanaman. Hama adalah binatang yang keberadaannya tidak
diinginkan oleh petani dan dapat menyebabkan kerugian pada hasil pertanian.
Penyakit tanaman adalah keadaan abnormal pada fisiologi tanaman yang
disebabkan oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Hama penting pada tanaman ubi jalar menurut Saleh et al. (2015) yaitu
sebagai berikut:
a. Kumbang (Cylas formicarius)
Tanaman yang terserang hama kumbang ini memiliki gejala berupa adanya
gereka pada daun, batang, dan umbi. Adapun beberapa cara pengendalian hama
kumbang dengan rotasi tanaman, sanitasi lahan, pengairan lahan secara rutin, dan
menaikkan guludan.
b. Penggerek batang (Ompphisia anastomasalis)
Larva penggerek umbi akan menimbulkan gejala berupa batang yang layu
dan akhirnya mati karena adanya gerekan dalam batang. Selain itu, larva akan
meninggalkan kotorannya di dekat batang yang terserang. Terdapat dua cara
dalam mengendalikan hama, yaitu dengan kultur teknis dan pengendalian
biologis. Kultur teknis dapat dilakukan dengan menanam stek yang bebas dari
telur penggerek dan sanitasi lahan. Sedangkan pengendalian biologis dapat
dilakukan dengan musuh alami berupa cecopet dan semut, serta pemanfaatan
parasit dari famili Encyrtidae (Himenoptera).
c. Penggulung daun (Brachmia convolvuli Wals)
Tanaman yang terserang hama penggulung daun akan menunjukkan gejala
berupa daun menggulung, daun berlubang, dan daun berubah warna menjadi
coklat. Tanda yang dapat dilihat berupa adanya jaring-jaring berwarna putih dan
7

kotoran berwarna kehitaman. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara


mekanis dengan memotong dan membuang daun yang terserang serta
menyemprot dengan insektisida sistemik.
Adapun penyakit tanaman tanaman penting pada ubi jalar menurut Saleh
et al. (2015) yaitu sebagai berikut:
a. Kudis
Penyakit kudis disebabkan oleh jamur Sphaceloma batatas (Saw.). Penyakit
kudis menimbulkan gejala berupa adanya bercak yang kemudian menjadi benjolan
seperti kudis. Biasanya kudis terjadi di bagian tulang daun bagian bawah. Selain
itu, penyakit ini dapat menyerang tulang daun, batang, dan pucuk tanaman.
Beberapa cara pengendalian tanaman kudis ubi jalar adalah dengan menanam
varietas tahan, sanitasi lahan, dan pengaplikasian fungisida clorotalonill.
b. Bercak daun coklat
Penyakit bercak coklat daun disebabkan oleh jamur Cercospora batatae
Zimm. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak coklat yang tidak teratur,
nekrosis, daun berlubang, dan akhirnya akan mati dan rontok. Cara pengendalian
penyakit ini secara khusus belum ada karena penyakit ini tidak mengakibatkan
kerugian hasil. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan penggunaan
bibit yang sehat.
c. Busuk batang
Busuk batang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii. Gejala khas dari
penyakit busuk batang adalah daun menguning, tanaman layu, dan busuk pada
batang. Selain itu, busuk batang ditandai dengan adanya miselia jamur berwarna
putih dan sclerotia jamur berbentuk bulat dan kecil. Adapun cara
pengendaliannya adalah dengan menggunakan umbi yang sehat, bibit dicelupkan
pada larutan fungisida sebelum ditanam, dan pembuatan drainase yang baik.
d. Virus
Terdapat 6 jenis virus yang menyerang tanaman ubi jalar, yaitu : Sweet
Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV), Sweet Potato Mild Mottle Virus
(SPMMV), Sweet Potato Chlorotic Fleck Virus (SPCFV), Sweet Potato Latent
Potyvirus (SPLV), Sweet Potato Virus-6, dan Sweet Potato Virus-8. Namun
diantara keenam virus tersebut, yang paling dominan adalah SPFMV. Gejala
8

penyakit ini berbeda-beda tergantung jenis virus dan varietas ubi jalar. Secara
umum, gelaja penyakit virus berupa bercak klorotik, mosaik, belang (mottle)
berwarna ungu, perubahan bentuk (malformasi) daun, dan adanya hambatan
pertumbuhan seperti kerdil atau katai. Untuk mengendalikan penyakit virus dapat
dilakukan dengan cara menanam varietas unggul, menanam bibit yang sehat,
rotasi tanaman, sanitasi dan eradikasi tanaman sakit, serta mengendalikan vektor
dengan pestisida.
2.2 Fase Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar
Ubi jalar dipanen pada umur 100-150 HST, tergantung varietas dari ubi jalar
tersebut. Pada satu siklus pertumbuhan, terdapat beberapa fase pertumbuhan. Fase
pertumbuhan ubi jalar menurut Silvia et al., (2021), dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Fase awal pertumbuhan
Fase ini terjadi sejak bibit ditanam sampai tanaman berumur 4 MST. Ciri-ciri
fase ini adalah pertumbuhan akar muda berlangsung cepat, sedangkan bagian
batang dan daun masih lambat.
b. Fase pembentukan umbi
Fase pembentukan umbi terjadi saat tanaman berumur 4-8 MST. Namun rata-
rata terjadi saat 4-6 MST, tergantung varietas ubi jalar dan keadaan lingkungan.
Ciri-ciri fase ini adalah pertumbuhan batang dan daun berlangsung cepat.
c. Fase pengisian umbi
Fase pengisian umbi merupakan fase terakhir dari pertumbuhan ubi jalar. Fase
ini terjadi saat tanaman berumur 8-17 MST. Tanaman akan berhenti membentuk
umbi baru pada saat 8-12 MST, karena tanaman akan membesarkan umbi yang
sudah terbentuk. Ciri-ciri fase pengisian umbi adalah pertumbuhan bayang dan
daun berkurang. Pengisian zat makanan dari daun ke umbi berhenti saat tanaman
mulai berumur 13 MST. Sedangkan saat berumur 14 MST, daun mulai
menguning dan rontok. Tanaman ubi jalar dapat dipanen pada saat berumur 17
MST.
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar merupakan tanaman yang memiliki potensi yang tinggi
untuk dibudidayakan. Budidaya tanaman merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menghasilkan tanaman yang sesuai dengan keinginan. Budidaya
9

Budidaya tanaman adalah suatu atau beberapa teknik dalam usaha pembibitan
atau mengembangkan suatu jenis tanaman dengan cara-cara tertentu. Menurut
Endraswara (2016) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pemilihan bibit atau bahan tanam
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dilakukan adalah dengan
stek batang atau stek pucuk. Bibit berupa stek batang maupun stek pucuk harus
memenuhi syarat diantaranya, bibit berasal dari varietas unggul, bibit minimal
berumur 2 bulan, pertumbuhan bibit dalam keadaan sehat dan normal (Abadi,
2013). Menurut Hasyim et al. (2018), teknik perbanyakan vegetatif melalui stek
yang efisien dan efektif merupakan hal penting bagi pertanaman untuk
menghasilkan bibit yang baik. Menurut Suharsi et al. (2013), pemangkasan dan
jarak tanam merupakan faktor-faktor yang perlu diteliti untuk mendapatkan
teknologi produksi benih bermutu. Ukuran panjang stek antara 20-25 cm dengan
ruas rapat dan tidak berakar. Bahan stek disiapkan dan disimpan di tempat yang
teduh selama 1-7 hari.
b. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan dilakukan dengan menggemburkan tanah. Sebaiknya
dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering. Tanah yang
telah digemburkan, kemudian dibentuk guludan-guludan dengan ukuran lebar
bawah sekitar 60 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm. Arah
guludan sebaiknya memanjang utara selatan, dengan panjang disesuaikan dengan
kondisi lahan.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan pada guludan dengan ketinggian 10 cm dengan jarak tanam
25-30 cm. Pembuatan tugal sejauh 7-10 cm dari lubang tanam dengan kedalaman
5-7 cm. Penugalan ini berfungsi untuk pemupukan. Bibit ditanam sampai bibit
terbenam ½-2/3 bagian.
d. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal.
Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk urea, SP-36, dan KCL. Dosis pupuk
yang dianjurkan adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha) ditambah 25 kg
P205/ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K20/ha (100 kg KC/ha). Pada saat tanam
10

diberikan pupuk urea 34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCI 34 kg per


hektar.
e. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penjarangan dan penyulaman,
penyiangan, pembumbunan, pemupukan dan pengairan. Penyulaman dilakukan
untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh secara abnormal. Caranya
dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru.
Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar
matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (stek) untuk
penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
Penyiangan dilakukan untuk membuang rumput liar (gulma). Gulma
merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan
air, unsur hara, dan sinar matahari. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan
pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan
pada guludan tersebut.
Pengairan dan penyiraman sangat penting dilakukan, khususnya pada fase awal
pertumbuhan, karena tanaman memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai.
Pengairan dilakukan selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian air
dialirkan ke pembuangan. Pengairan ini dilakukan sampai tanaman ubi jalar
berumur 1-2 bulan. Pada fase pengisian umbi, 2-3 minggu sebelum panen,
pengairan dikurangi atau dihentikan. Hal yang harud diperhatikan dalam
pengairan adalah menghindari tanah yang terlalu becek (menggenang).
Hama yang sering menyerang tanaman ubi jalar adalah kumbang (Cylas
formicarius Fabr.), penggerek batang (Omphisa anastomasalis) dan penggulung
daun (Brachmia convolvuli Wals). Penyakit utama yang sering menyerang ubi
jalar adalah: kudis (cendawan Sphaceloma batatas (Saw.) atau Elsinoe batatas),
bercak daun coklat (Cercospora batatae Zimm., busuk batang (Sclerotium rolfsii),
dan virus. Cara pengendalian hama dan penyakit penting tersebut adalah antara
lain: penggunaan varietas tahan, menggunakan bibit yang sehat, sanitasi lahan,
dan drainase yang baik.
f. Panen
11

Waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas ubi
jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas
berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan. Panen ubi jalar yang ideal
dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur 4
bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama boleng
cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi. Tanaman ubi jalar
siap panen ditandai bila ubi ubinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik ubi
jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai
dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta
tidak berair.
2.4 Teknologi Produksi Pemangkasan pada Tanaman Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar merupakan tanaman yang memiliki daun yang cukup
lebar dan rimbun, tanaman ubi jalar harus dilakukan pemangkasan ketika tanaman
ubi jalar pertumbuhannya terlalu subur. Tanaman yang terlalu subur akan
menyebabkan pertumbuhan daun yang rimbun, sehingga pertumbuhan bunga atau
buahnya menurun dan mengurangi nilai produksi dari ubi jalar. Daun yang terlalu
rimbun dapat mempengaruhi bakal buah serta mempengaruhi perkembangan
bunga atau buah (Widiowati, 2012).
Tanaman ubi jalar merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai
pertumbuhan menjalar atau merambat dengan susunan daun menjalar dengan
jumlah daun cukup banyak. Dampak susunan daun yang demikian,
mengakibatkan terjadinya pengaruh saling menaungi antara daun yang satu
dengan daun lainnya, atau daun yang letaknya lebih atas dengan daun yang
letaknya di bagian bawah, sehingga berpengaruh pada rendahnya energi radiasi
matahari yang diterima oleh setiap lapisan daun dan mengakibatkan daun menjadi
tidak produktif yang hanya menghambat pertumbuhan. Kegiatan pemangkasan
ubi jalar diharapkan akan meningkatkan hasil fotosintesis sahingga dapat
memaksimalkan pertumbbuhan dan produksi (Sarwono, 2015). Pemangkasan ubi
jalar dapat meningkatkan dan mengoptimalkan bagian-bagian organ tumbuh.
Daun dari tanaman ubi jalar dapat menangkap gelombang cahaya visual yang
terdiri dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Cahaya ini
berperan aktif dalam fotosintesis, sementara setiap lembar daun ubi jalar
12

dipengaruhi oleh besar tingkat halangan yang dilalui dalam pengaruh produktifitas
daun dan mempengaruhi fungsi dari daun ubi jalar, jika tingkat halagan semakin
besar maka cahaya yang diserap oleh daun akan berkurang. Upaya untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi radiasi matahari pada tanaman ubi
jalar, maka pengurangan panjang sulur perlu di lakukan, tetapi besar kecilnya
dampak yang ditimbulkan akibat pengurangan panjang sulur tersebut sangat
dipengaruhi oleh waktu pengurangan panjang sulur.
2.5 Teknologi Produksi Pembalikan Sulur pada Tanaman Ubi Jalar
Pembalikan batang merupakan salah satu bentuk kegiatan pemeliharaan
pada tanaman ubi jalar yang bertujuan untuk menghindari terbentuknya
umbisecara langsung sebagai akibat terjadinya kontak langsung antara akar
tanaman dengan tanah. Akar ini mampu berkembang menjadi umbi tetapi tidak
optimal, sehingga dapat mengganggu perkembangan umbi utama yaitu umbi yang
terletak di pangkal stek yang ditancapkan di tanah. Akar adventif dapat pula
tumbuh dari ruas-ruas batang di atas tanah saat bersinggungan langsung dengan
tanah karena seringnya air yang masuk sehingga menjadikan tanah lembab
(Richana, 2012). Akar tersebut juga mampu untuk berdiferensiasi menjadi umbi
tetapi tidak optimal. Terjadinya pencegahan kontak langsung antara batang
dengan tanah, maka perlu dilakukan pembalikan batang atau pengangkatan
batang. Pembalikan batang dilakukan setelah 3 minggu setelah tanam untuk
tujuan sanitasi kebun, mencegah terbentuknya akar adventif, dan memperlancar
proses fotosintesis (Rahmiana et al., 2015).
Pembalikan sulur juga ditujukan untuk lebih memudahkan dalam proses
penyiangan gulma yang tumbuh di bedengan dan untuk sanitasi kebun. Sanitasi
kebun sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk menjadikan lingkungan
menjadi tidak menguntungkan bagi kehidupan dan perkembangan tikus. Kegiatan
sanitasi antara lain melakukan pembersihan tanaman atau gulma yang berada di
areal pertanaman ubi jalar seperti tanggul irigasi dan jalan antar bedengan, dengan
tujuan agar tikus tidak bersarang di habitat tersebut. Tikus akan khawatir dan
takut menghuni daerah yang bersih (Jedeng, 2013). tujuan dari dilakukannya
pembalikan sulur adalah untuk memacu laju fotosintesis tanaman. secara umum
13

stomata terletak pada bagian bawah daun, apabila dilakukan pembalikan batang
maka ditujukan agar fotosintat yang dihasilkan tanaman juga menjadi banyak.
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat

Gambar 2. Lokasi Pengamatan


Sumber: Google Maps
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan pada bulan September– November
tahun 2022 di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yayng
berlokasi pada Jalan Kuping Gajah, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang. Suhu udara pada kelurahan Jatimulyo berkisar antara
22,2°C hingga 24,5°C dengan kelembaban udara yang berkisar antara 74%-82%.
Kota malang terletak pada ketinggian antara 429–667 meter diatas permukaan air
laut (mdpl), dan terletak pada koordinat 112,06°–112,07° BT dan 7,06°–8,02° LS
(Pemerintah Kota Malang, 2022).

3.2 Alat dan Bahan


Praktikum yang dilaksanakan pada Lahan Jatimulyo memerlukan beberapa
alat dan bahan. Alat yang digunakan yaitu cangkul, ember, tali rafia, kaleng susu,
meteran, penggaris, tusuk sate, handphone dan form pengamatan. Bahan yang
diperlukan dalam praktikum ini antara lain adalah bibit ubi jalar, refugia, pupuk
kandang, pupuk Urea, KCl dan SP-36.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk kegiatan yang pertama kali dilakukan untuk proses
penanaman ubi jalar. Persiapan lahan dilakukan dengan cara mengolah lahan
dengan menggunakan alat bantu cangkul. Pengolahan lahan bertujuan untuk
membuat tanah menjadi gembur dan tidak keras, sehingga dapat memudahkan
dalam proses penanaman. Setelah selesai mengolah lahan, langkah selanjutnya
14

yaitu membuat guludan pada petak lahan. Kemudian pada tiap-tiap guludan
diberikan pupuk dasar yaitu pupuk kandang secara merata.
3.3.2 Penanaman
Penanaman bibit ubi jalar dilakukan dengan menggunakan bibit yang sudah
disediakan. Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu memasang mulsa pada
guludan yang telah dibuat sebelumnya dan memberi lubang menggunakan kaleng
bekas untuk menanaman ubi jalar dengan jarak tanam 40 cm × 70 cm. Selanjutnya
dilakukan penanaman dengan mengisi setiap lubang tanam dengan 1 bibit ubi
jalar. Metode yang digunakan saat penanaman bibit adalah metode huruf L.
Fungsi penanaman dengan huruf L yaitu agar akar tanaman tumbuh dengan
sempurna. Kemudian menutup lubang yang telah terisi bibit ubi jalar dengan
tanah.
3.3.3 Pemupukan
Pemupukan yang pertama diberikan yaitu pupuk SP-36. Pupuk SP-36
diberikan setelah penanaman ubi jalar selesai. Pengaplikasian pupuk ini dilakukan
dengan cara ditugal, yaitu membuat lubang yang berjarak 5 cm dari tanaman
dengan kedalam ± 10 cm. Pupuk selanjutnya yang diberikan, yaitu pupuk Urea
dan KCl. Cara pengaplikasian kedua pupuk tersebut sama seperti pengaplikasian
pupuk SP-36.
3.3.4 Perawatan ubi jalar
Kegiatan pada saat perawatan antara lain adalah pemupukan, penyiangan,
dan penyiraman. Pada saat pemupukan, pupuk dasar yang digunakan pada saat
pembuatan guludan yaitu pupuk kandang dengan pengaplikasian pupuk secara
merata dengan cara dibolak-balikan pada tiap guludan. Setelah penanaman
diaplikasikan pupuk pupuk SP-36 perlubang tanam dengan kedalaman 5 cm dan
jarak titik aplikasi pupuk dengan tanaman 5 cm. Penyiangan gulma, penyiangan
dilakukan secara rutin setiap minggu. Penyiangan dilakukan dengan cara langsung
mencabut gulma/tanaman yang mengganggu pertumbuhan tanaman dalam petak
lahan, serta pembalikan tanah menggunakan cangkul. Sedangkan pada saat
penyiraman, penyiraman ubi jalar dilakukan setiap hari yaitu pada sore hari,
kecuali saat hujan.
3.3.5 Pengamatan
15

Pengamatan tanaman bertujuan untuk memperoleh informasi atau data dari


tanaman yang diamati.Pada praktikum ini obyek yang diamati adalah sampel
tanaman ubi jalar, dengan parameter yang diamati adalah persentase hidup,
jumlah daun, panjang tanaman, intensitas penyakit dan arthropoda yang diamati
sejak 1 MST.

3.4 Parameter Pengamatan


Parameter pengamatan untuk tanaman ubi jalar yang digunakan pada
praktikum ini adalah persentase tumbuh, panjang tanaman, jumlah daun, intensitas
penyakit dan Arthropoda yang harus diamati setiap minggunya.
3.4.1 Persentase Tumbuh
Pengamatan persentase tumbuh bertujuan untuk menghitung persentase
tumbuh tanaman setelah kegiatan penanaman bibit, pengamatan ini biasanya
dilakukan 1 MST setelah penanaman bibit. Berikut ini rumus perhitungan
persentase tumbuh tanaman:
Jumlah Tanaman Hidup
Persentase Tumbuh Tanaman (100%) = × 100%
Jumlah Total Tanaman
3.4.2 Panjang Tanaman
Pengamatan panjang tanaman bertujuan untuk mengukur panjang pangkal
batang bawah hingga ujung terpanjang tanaman. Pengamatan ini dilakukan setiap
seminggu sekali menggunakan bantuan alat penggaris atau meteran, kemudian
mencatat hasil pengamatan.
3.4.3 Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat 3 MST setelah tanam.
Pengamatan ini dilakukan secara berkala. Pengamatan jumlah daun dihitung
dengan cara manual yaitu dengan menghitung daun-daun yang telah membuka
sempurna dari tanaman sampel yang sudah dipilih. Kemudian, mencatat hasil
pengamatan.
3.4.4 Intensitas Penyakit
Intensitas penyakit dapat ditentukan secara langsung melalui rumus
perhitungan. Langkah pertama yang dilakukan adalah pengamatan pada daun
yang terserang oleh penyakit, dengan pengamatan itu kita akan bisa menetukan
tingkat kerusakan yang ditimbulkan dengan berpedoman pada kriteria penilaian
dahulu sebelum menghitung dengan rumus. Perhitungan intensitas penyakit
16

dihitung dengan menggunakan metode Skoring, dimana terdapat skala serangan


untuk menghitung jumlah indeks penyakit. Skala tersebut antara lain:
0 = tidak ada kerusakan pada daun tanaman yang diamati
1 = ada kerusakan 1% - 25% pada daun tanaman yang diamati
2 = ada kerusakan 26% - 50% pada daun tanaman yang diamati
3 = ada kerusakan 51% - 75% pada daun tanaman yang diamati
4 = ada kerusakan 76% - 100% pada daun tanaman yang diamati
Sedangkan rumus yang digunakan untuk perhitungan intensitas penyakit yaitu:

n×V
I=( ∑ )×100 %
Z ×N

Keterangan:
I = intensitas/beratnya kerusakan/serangan (%)
n = jumlah contoh yang diamati
V = nilai skor untuk tiap kategori kerusakan
N = jumlah total sampel yang diamati
Z = nilai skor kategori kerusakan yang tertinggi
3.4.5 Arthropoda
Pengamatan keragaman arthropoda dilakukan dengan cara mengamati
secara langsung tanaman ubi jalar, terutama pada bagian daun yang terdapat
gejala atau tanda yang ditinggalkan oleh hama, serangga maupun musuh alami
pada tanaman ubi jalar. Selain itu dapat juga menggunakan perangkap fisik seperti
yellow trap yang sudah dipasang di sekitar tanaman dengan mengamati langsung
hama yang menempel pada yellow trap dan selanjutnya hasil pengamatan hama
tersebut dan mendokumentasikan.
17
20

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


21

5. PENUTUP
22

DAFTAR PUSTAKA
Abadi, I.J., H. T. Sebayang. dan E. Widaryanto. 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan
Teknik Pengendalian Gulma Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L.). Jurnal Produksi Tanaman 1(2):8-16.
Asmawati, E. Dan A. Herlambang. 2020. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pengolahan Hasil Pertanian Ubi Jalar di Desa Selotapak. Jurnal Ilmiah
Pengabdian pada Masyarakat, 4(1), pp.1-12.
Benja, A. R. 2017. Prediksi Berat Ubi Jalar Menggunakan Logika Fuzzy.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Endraswara, S. 2016. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Ideologi,
Epistemologi dan Aplikasi. Pustaka Widyatama. Jakarta.
Hambali M, F. Mayasari. dan F. Noermansyah. 2014. Ekstraksi Antosianin Dari
Ubi Jalar Dengan Variasi Konsentrasi Solven Dan Lama Waktu
Ekstraksi. Jurnal Teknik Kimia. 20(2): 25-35.
Hasyim, A. dan M. Yusuf. 2018. Diversifikasi Produk Ubi Jalar Sebagai Bahan
Pangan Substitusi Beras. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Tabloit Sinar Tani.
Jedeng, I. W. 2013. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L) Lam.) Varietas
Lokal Ungu. Thesis. Program Studi Pertanian Lahan Kering. Program
Pasca Sarjana. Universitas Udayana. Denpasar
Khalil, M. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Klon Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) di
Dataran Menengah Saree. Skripsi. Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Malik, A. dan I. G. Cempaka. 2020. Manfaat dan Ketersedian Teknologi untuk
Pengembangan Ubi Jalar.
Pemerintah Kota Malang. 2022.
https://malangkota.go.id/sekilas-malang/geografis/
Purbasari, K. dan R. S. Angga. 2018. Studi Variasi Ubi Jalar (Pomoea batataas
L.) berdasarkan Karakter Morfologi di Kabupaten Ngawi. Jurnal Biologi
dan Pembelajarannya. 5(2): 78-84.
Rahmiana, E.A., S. Y. Tyasmoro. dan N. E.Suminarti. 2015. Pengaruh
Pengurangan Panjang Sulur Dan Frekuensi Pembalikan Batang Pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
Varietas Madu Oranye (Doctoral dissertation, Brawijaya University).
Richana, N. 2012. Ubi Kayu dan Ubi Jalar: Botani, Budidaya, Teknologi Proses,
Teknologi Pasca Panen. Penerbit Nuansa. Bandung
Rohaida. 2021. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) pada
Beberapa Frekuensi Pembalikan dan Panjang Sisa Pemotongan Batang.
Thesis. Universitas Andalas.
23

Rohmatin, I. 2015. Pengaruh penambahan Gula dan pH Substrat pada Nata de


Ipomoea skin dengan Substrat Kulit Ubi Ungu (Ipomoea batatas).
Universutas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Safirra, N. I. 2019. Pengaruh Waktu Pemangkasan Pucuk pada Beberapa Varietas
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas
L.) di Nganjuk, Jawa Timur. Universitas Muhammadiyah Malang.
Saleh, N., W. I. Sri., W. YudI., S. T. Sumartini. dan A. Rahayuningsih. 2015.
Hama, Penyakit, dan Gulma pada Tanaman Ubi Jalar. Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang.
Santoso, W.E.A. dan T. Estiasih. 2014. Jurnal Review: Kopigmentasi Ubi Jalar
Ungu (Ipomoea Batatas Var. Ayamurasaki) dengan Kopigmen Na-
Kaseinat Dan Protein Whey Serta Stabilitasnya terhadap Pemanasan [In
Press Oktober 2014]. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(4), Pp.121-126.
Sarwono, B. 2015. Cara Budidaya yang Tepat, Efisien, dan Ekonomis Ubi
Jalar.Penebar Swadaya. Jakarta
Silvia, A, M., K. Nurleni. dan Syafiuddin. 2021. Produksi Ubi Jlar (Ipomoea
batatas L.) pada Berbagai Dosis Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan
Batang. Jurnal Wacana Pertanian. 17(1): 1-8
Solihin, M. A., Sitorus, S. R. P., Sutandi, A., dan Widiatmaka, W. 2017.
Karakteristik Lahan dan Kualitas Kemanisan Ubi Jalar Cilembu. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural
Resources and Environmental Management), 7(3), 251-259.
Suharsi, T.K., Surahman M., dan Rahmatani S.F. 2013. Pengaruh Jarak Tanam
Dan Pemangkasan Tanaman Pada Produksi dan Mutu Benih Koro
Pedang (Canavalia Enziformis). JIPI 18 (3): 172-177.
Suharyon, S. dan S. Edi. 2020. Potensi Dan Peluang Pengembangan Komoditas
Ubi Jalar Di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Jurnal Sains Sosio
Humaniora, 4(2), pp.777-785.
Suminarti, N. E. 2016. Pengaruh pemupukan N dan frekuensi pemangkasan tajuk
pada aspek agronomis dan hasil tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas (L.)
Lam.) var. Kretek. Jurnal Agro, 3(2), pp.8-20.
Widowati, R. 2012. Bercocok tanam ubi jalar. Agdex, 174:20.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Varietas
Dilepas tanggal : 8 Februari 2001
SK Mentan : 124/Kpts/TP.240/2/2001
Asal : Desa Cilembu, Kec. Tanjungsari, Kab. Sumedang,
Jawa Barat
Daya hasil : 20 ton/ha
Hasil rata-rata : 12-17 ton/ha
Umur panen : 5-7 bulan
Tipe pertumbuhan : Merambat
Bentuk daun : Menjari dengan pinggiran daun rata
Warna muda daun : Hijau keunguan
Warna tua daun : Hijau
Warna tulang daun : Bagian bawah berwarna hijau keunguan
Tangkai daun : Hijau dengan lingkar berwarna ungu pada
ujungnya
Panjang tangkai daun : 75-145 mm
Warna bunga : Putih keunguan
Warna batang : Hijau
Panjang batang : 80-130 cm
Warna kulit umbi : Krem kemerahan atau kuning
Warna daging mentah : Krem kemerahan atau kuning
Warna daging matang : Kuning
Bentuk umbi : Panjang dan berurat
Tekstur umbi : Tidak berair
Rasa umbi : Enak, manis dan bermadu
Keunggulan lain : Bentuk umbinya panjang, bobot bahan kering atau
Ketahanan terhadap hama : Peka terhadap hama lanas/penggerek (Cylas
formicarius)
Ketahanan terhadap penyakit : Tahan penyakit kudis/Scab (Elsinoe batatas)
Daerah adaptasi : Cocok untuk ditanam pada lahan sawah tadah
hujan pada ketinggian 800-1000 m dpl
(Solihin et
al., 2017)
22

Lampiran 2. Denah Petak Praktikum

40 cm

30 cm

330 cm

70 cm

40 cm 25 cm

20 cm

250 cm

Keterangan:

= Ubi jalar

= Tanaman Sampel

Lebar guludan = 40 cm

Tinggi guludan = 30-40 cm

Jarak antar guludan = 20 cm

Jumlah populasi = 24 250 cm


23

Lampiran 3. Perhitungan Pupuk per Tanaman


Diketahui : Jarak tanam = 40 cm x 70 cm
Luas lahan = 2,5 m x 3,3 m
Populasi tanaman = 24 tanaman
a. Rekomendasi pupuk SP-36 = 100 kg/ha
Luas lahan
Kebutuhan pupuk/petak = × rekomendasi pupuk
1 ha
2
8,58 m
= × 100 kg
10.000 m2
= 0,0858 kg/petak
= 85,8 gr/petak
Kebutuhan pupuk / petak
Kebutuhan pupuk/tanaman =
Populasi tanaman
85,8 g
=
24
= 3,57 g/tanaman
b. Rekomendasi pupuk urea = 150 kg.ha
Luas lahan
Kebutuhan pupuk/petak = × rekomendasi pupuk
1 ha
8,58 m2
= × 150 kg
10.000 m2
= 0,13 kg/petak
= 130 gr/petak
Kebutuhan pupuk / petak
Kebutuhan pupuk/tanaman =
Populasi tanaman
130 g
=
24
= 5,42 gr/tanaman
c. Rekomendasi pupuk KCL = 150 kg.ha
Luas lahan
Kebutuhan pupuk/petak = × rekomendasi pupuk
1 ha
8,58 m2
= × 150 kg
10.000 m2
= 0,13 kg/petak
= 130 gr/petak
24

Kebutuhan pupuk / petak


Kebutuhan pupuk/tanaman =
Populasi tanaman
130 g
=
24
= 5,42 gr/tanaman
Lampiran 4. Data hasil Pengamatan
25

Lampiran 5. Logbook Kegiatan

LOGBOOK PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Kelompok : I9
Kelas :I
Asisten Lapang : Sofika Rahmadani
Asisten Kelas : Naufal Ammar Nabil
Komodias : Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
No. Hari, Kegiatan Deskripsi Dokumentasi
Tanggal
1. Sabtu, 10 Pengolahan Pengolahan lahan
September lahan dilakukan dengan
2022 menggunakan
cangkul dan cetok
pada petak yang
berukuran 3,3 m ×
2,6 m.
2. Sabtu. 10 Pembentukan Pembentukan 4 buah
September guludan guludan dengan
2022 tinggi 20-30 cm dan
jarak antar puncak
guludan ± 50 cm.
26

3. Sabtu, 10 Pemberian Pupuk kandang


September pupuk diberikan pada
2022 kandang guludan dengan cara
disebar.

4. Selasa, 13 Pemasangan Mulsa yang dipasang


September mulsa merupakan mulsa
2022 plastik hitam perak.

5. Sabtu, 17 Penanaman Bibit tanaman ubi


September bibit tanaman jalar ditanam pada
2022 ubi jalar lubang tanam yang
telah dibuat
sebelumnya, dimana
setiap lubang tanam
berisi satu bibit ubi
jalar.
6. Sabtu, 17 Pemupukan Pupuk SP-36
September SP-36 diberikan dengan cara
2022 tugal, yaitu membuat
lubang dengan
kedalaman 10 cm dan
berjarak 5 cm dari
tanaman ubi jalar.
7. Sabtu, 17 Penyiraman Penyiraman
September dilakukan pada lahan
2022 hingga tanah menjadi
lembab dan pupuk
dapat sampai pada
akar tanaman.
27

8. Selasa, 20 Penyiangan Penyiangan dilakukan


September dengan mencabut
2022 gulma yang ada pada
lahan dengan
menggunakan
bantuan cetok.
9. Selasa, 20 Pemupukan Pupuk yang diberikan
September kedua yaitu pupuk Urea dan
2022 KCl. Pemberian
pupuk dilakukan
dengan cara ditugal.
10. Jumat, 7 Penyulaman Penyulaman tanaman
Oktober dilakukan dengan
2022 cara mengganti
tanaman yang mati
dengan bibit tanaman
baru.
11. Minggu, Pemasangan Yellow trap dipasang
30 yellow trap diantara petak
Oktober kelompok I9 dan H9.
2022

12. Selasa, 1 Pengamatan Pengamatan jumlah


November jumlah daun daun pada 4 MST
2022 dilakukan dengan
cara menghitung
daun yang telah
membuka sempurna
dan tidak mengalami
kerusakan di atas
50%.
28

13. Selasa, 1 Pengamatan Pengamatan


November Arthropoda Arthropoda dilakukan
2022 dengan cara
mengamati
Arthropoda yang
terperangkap pada
yellow trap.

Lampiran 6. Dokumentasi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Anda mungkin juga menyukai