OLEH:
FARIZ SATYA FARDANI
NIM. 2106110306
AGROTEKNOLOGI-D
Praktikan
Mengetahui,
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 3
1.3 Manfaat.............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
BAB III METODOLOGI............................................................................. 8
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................ 8
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................. 8
3.3 Metode Pelaksanaan.......................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 9
4.1 Hasil.................................................................................................. 9
4.2 Pembahasan....................................................................................... 9
BAB V PENUTUP....................................................................................... 11
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 11
5.2 Saran.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12
LAMPIRAN................................................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman jagung manis
mempunyai siklus hidup yang lebih pendek dari jenis jagung lainnya yaitu antara
60 – 70 hari (Munarto et al., 2014). Jagung manis diperoleh dari jagung biasa
yang mengalami mutasi resesif secara spontan. Sifat manis jagung manis ini
disebabkan oleh adanya gen su-1(sugary), bt-2 (britle), atau sh-2 (shrunken) yang
dapat memecah gula menjadi pati pada endosperm sehingga kandungan gulanya
tinggi. Kandungan gula yang terdapat pada jagung manis lebih tinggi yaitu
tanam setelah tanaman masak fisik dan fisiologi. Pemanenan dapat dilakukan
dengan cara yang berbeda tiap jenis tanamannya. Pemanenan pada era modern ini
dapat dilakukan dengan menggunakan alat agar diacapai waktu yang efisien
terlalu cepat dari waktunya akan berdampak pada produksi buah yang kurang
masak. Pemanenan yang dilakukan terlalu lama dapat membuat buah menjadi
daerah di Indonesia. Tanaman jagung manis dapat di panen pada saat 75 hari
setelah tanam. Jagung manis memiliki kelebihan rasanya yang manis saat
1
dimakan daripada varietas jagung lain.
dapat terjadi penurunan hasil produksi bahkan mati. Serangan OPT dapat
tinggi sehingga benturan, gesekan dan tekanan sekecil apapun dapat merusak
oleh kerusakan fisik yang saat awal sudah terjadi. Keadaan ini yang berdampak
pada nilai susut yang tinggi pada produk hortikultura. Pemilihan cara pengawetan
sangatlah diperlukan sebagai upaya produk hasil dapat disimpan dalam jangka
waktu yang lama. Banyak metode yang dapat dipilih untuk proses pengawetan
produk hortikultura.
Salah satu cara yang biasa dilakukan yaitu dengan melakukan pengeringan
kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam
zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima, menggunakan panas.
Pengeringan dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas kadar yang
2
aman untuk disimpan atau sesuai kebutuhan. Pengurangan kadar air pada suatu
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan banyak tumbuh didaerah topis serta ditanam secara komersial karena
agar hasilnya maksimal. Tanaman Jagung ini tidak dapat tumbuh saat keadaan
kekurangan air maupun kelebihan air. Penanaman dapat dilakukan pada akhir
dilakukan satu minggu setelah pengolahan lahan menggunakan dua butir benih
masak, baik secara fisik maupun fisiologi. Pemanenan pada tanaman jagung
dapat dipanen berkisar 75 hari setelah tanam (Irawan et al., 2017). Tanaman
jagung siap panen memiliki ciri-ciri tertentu pada jagung dan tanamannya. Jagung
yang dapat dipanen memiliki ciri fisik warna hijau pada klobotnya dan warna
coklat pada rambut jagung, biji jagung lunak dan ketika di tekan akan
dengan cara yang mudah tanpa bantuan alat khusus. Pemanenan jagung dapat
et al., 2016).
4
jagung yang baik berada pada kisaran 5,5 – 6 ton/ha (Setiawan dan Prajanti,
2011). Produksi panen dapat menurun karena disebabkan oleh banyak faktor
hasil yang signifikan sampai lebih dari 50% dan bahkan menjadi penyebab
terjadi banyak kerusakan pada daun tanaman jagung (Masyitah et al., 2017).
Hama ulat grayak merupakan salah satu hama yang menyerang pada tanaman
jagung dan menyebabkan kerusakan. Ulat grayak bersifat polifag dan dapat
menyerang daun dan buah pada tanaman palawija serta tanaman pangan
mulai dari fase vegetatif sampai fase generatif (Djamilah et al., 2010). Intensitas
serangan memiliki skala nilai dari sehat sampai sangat berat untuk menentukan
tingkat kerusakan. Skala intensitas serangan terdiri dari skala 0 yang berarti sehat,
skala 1 yang berarti sangat ringan (1-20%), skala 2 yang berarti ringan (21-40%),
skala 3 yang berarti sedang (41-60%), skala 4 yang berarti berat (61-80%), dan
meningkatkan nilai tambah (Setyono, 2010). Produk hortikultura terbagi atas tiga
golongan yaitu buah-buahan, sayuran, dan bunga hias yang dapat disimpan
5
dalam jangka waktu lama jika diketahui faktor yang berpengaruh dalam
(Siswadi, 2007).
nutrisi), untuk melindungi keamanan pangannya, dan untuk mengurangi susut dari
saat panen sampai produk tersebut dikonsumsi. Penyebab utama susut pasca
yang tidak sesuai dengan produk yang dikemas. Selain dapat mengurangi susut,
dan kerusakan produk panen dimana besarnya kehilangan pasca panen sangat
dirasakan oleh produsen karena dapat memperkecil kehilangan panen, tetapi juga
bisa dirasakan oleh konsumen karena dapat memperoleh komoditi dengan mutu
6
Produk pasca panen masih melakukan aktivitas metabolisme penting, yaitu
digunakan untuk aktivitas hidup pasca panennya. Setelah panen, sebagian besar
aktivitas fotosintesis yang dilakukan saat masih melekat pada tanaman induknya
berkurang atau secara total tidak dapat dilakukan. Saat tersebut mulailah
penggunaan substrat cadangan yang ada di dalam tubuh bagian tanaman yang
proses pelayuan dengan cepat terjadi pada saat substrat mulai terbatas
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan,
yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari
keseluruhan uap air dari suatu bahan (Hasibuan, 2005). Pengeringan merupakan
respirasi suatu produk hortikultura menjadi lebih besar. Laju respirasi merupakan
petunjuk yang baik untuk untuk daya simpan buah sesudah dipanen. Intensitas
respirasi dianggap sebagai ukuran jalannya laju metabolisme, oleh karena itu
7
BAB III
METODOLOGI
dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 Mei 2023 Pukul 13.30 - selesai, bertempat di
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tali, cangkul, parang,
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah areal lahan yang ada di
dari kakak dan abang asisten. Kemudian dilaksanakan pemanenan sesuai dengan
waktu yang tepat dan memilih tanaman yang matang secara optimal. Hasil panen
jagung disortir untuk memisahkan biji berkualitas tinggi, kemudian dikemas dan
ditimbang dengan standar kebersihan dan kualitas yang dijaga. Jagung siap dijual
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
-
4.2 Pembahasan
Kegiatan panen dan pasca panen jagung merupakan tahapan penting dalam
siklus pertanian yang melibatkan pemotongan tanaman jagung yang sudah matang
dan pengolahan hasil panen untuk pemasaran atau penggunaan selanjutnya. Proses
ini melibatkan sejumlah langkah yang kritis untuk memastikan hasil panen
kuning dan biji yang penuh. Kita juga harus memahami kriteria panen yang tepat,
berjumlah 46 kg, dan yang hasil sortiran 23,4 kg. jumlah ini termasuk sedikit dari
target panen. Hal ini dapat terjadi karna adanya serangan opt. Menurut Hidrayani
kehilangan hasil panen sebesar 67% pada jagung. Selain itu, susutnya jumlah
selama musim tanam, yang diakibatkan oleh iklim yang kurang mendukung, dan
9
dilakukan dengan cara mematahkan jagung pada bagian tongkolnya. Jagung
yang dipanen memiliki ciri tertentu yang dapat dikenali ketika diamati.
Jagung yang telah masak akan memiliki tekstur yang lunak pada bijinya dan
ketika di tekan akan keluar cairan putih. Klobot jagung akan berwarna hijau dan
rambut jagung akan berwarna coklat, bentuk jagung besar dan pada ujungnya
mana biji jagung yang cacat, busuk, atau tidak berkualitas dipisahkan. Pensortiran
ini penting untuk memastikan hanya biji jagung yang berkualitas tinggi yang
dipilih.
pengemasan harus memenuhi standar kebersihan dan kualitas yang baik, guna
Setelah dikemas, jagung siap untuk dijual atau diolah lebih lanjut. Jagung
dapat dijual kepada pedagang atau konsumen. Selain itu, jagung juga dapat diolah
menjadi produk makanan olahan seperti jasuke (jagung, susu dan keju).
baik, kita dapat memastikan hasil panen yang optimal, memenuhi standar kualitas,
dan mendapatkan nilai ekonomis yang tinggi. Selain itu, pengolahan hasil panen
jagung juga dapat memberikan nilai tambah dan peluang bisnis yang lebih luas.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kegiatan panen dan pasca panen jagung merupakan tahapan penting dalam
proses pertanian yang mempengaruhi hasil dan nilai ekonomis dari tanaman
jagung. Pemilihan waktu panen yang tepat dan pemahaman terhadap kriteria
panen yang baik sangat penting untuk menghasilkan jagung berkualitas tinggi.
Selain itu, pensortiran hasil panen, pengemasan yang baik, dan manajemen
penyimpanan yang efektif juga berperan dalam menjaga kualitas dan keawetan
jagung. Melalui kegiatan pasca panen yang baik, kita dapat memaksimalkan nilai
ekonomis hasil panen dan memiliki peluang untuk memasarkan atau mengolah
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah, agar penyortiran jagung dilakukan
dengan baik, agar produk yang dijual tidak ada yang kualitasnya rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Djamila, D., Nadrawati, N., dan M. Rosi. 2010. Isolasi Steinernema dari
tanah pertanaman jagung di bengkulu bagian selatan dan
patogenesitasnya terhadap Spodoptera litura F. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Indonesia. 12 (1) : 34 – 39.
Firmansyah, I. U., Saenong, S., Abidin, B., Suarni, dan Sinuseng, Y. 2006. Proses
pasca panen untuk menunjang perbaikan produk biji Jagung berskala
industri dan ekspor. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman
Serealia. Maros. Hal 1-15.
11
Hidrayani, H., Rusli, R., dan Lubis, Y. S. 2013. Keanekaragaman spesies
parasitoid telur hama Lepidoptera dan parasitisasinya pada beberapa
tanaman di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Jurnal Natur Indonesia. 15
(1) : 9 – 14.
Irawan, F., M. F. Sumual., dan J. Pontoh. 2017. Pengaruh umur panen terhadap
sifat fisik tepung jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). J. Teknologi
Pertanian. 8 (1) : 36 – 46.
Munarto, R., E. Permata, dan R. Salsabilla. 2014. Klasifikasi kualitas biji jagung
manis berdasarkan fitur warna menggunakan fuzzy logic. Simposium
Nasional RAPI XIII FT UMS.
Pribadi, A. 2010. Serangan hama dan tingkat kerusakan daun akibat hama
defoliator pada tegakan jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). J.
Pendidikan Hutan dan Konservasi Alam. 7 (4) : 451 – 458.
12
Siswadi. 2007. Penanganan pasca panen buah-buahan dan sayuran. Jurnal Inovasi
Pertanian. 6 (1) : 68 -71.
13
LAMPIRAN
1. Dokumentasi
14