Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANISASI PERTANIAN EKOSISTEM SUB-OPTIMAL


PANEN DAN PASCA PANEN PADA JAGUNG MANIS
VARIETAS BONANZA F1

OLEH:
FARIZ SATYA FARDANI
NIM. 2106110306
AGROTEKNOLOGI-D

LABORATORIUM TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN
“Panen dan Pasca Panen pada Jagung Manis Varietas Bonanza F1”

Pekanbaru, 26 Mei 2023

Praktikan

Fariz Satya Fardani


2106110306

Mengetahui,

Asisten Praktikum I Asisten Praktikum II

Harry Vatanen Pohan Evelyn Cindy Sinaga


1806112027 1906111677

Asisten Praktikum III Asisten Praktikum IV

M. Rizky Darmawan Maulana Ishak


1906155372 1906156205

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 3
1.3 Manfaat.............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
BAB III METODOLOGI............................................................................. 8
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................ 8
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................. 8
3.3 Metode Pelaksanaan.......................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 9
4.1 Hasil.................................................................................................. 9
4.2 Pembahasan....................................................................................... 9
BAB V PENUTUP....................................................................................... 11
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 11
5.2 Saran.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12
LAMPIRAN................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman jagung manis termasuk jenis tanaman semusim yang dapat

tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman jagung manis

mempunyai siklus hidup yang lebih pendek dari jenis jagung lainnya yaitu antara

60 –  70 hari (Munarto et al., 2014). Jagung manis diperoleh dari jagung biasa

yang mengalami mutasi resesif secara spontan. Sifat manis jagung manis ini

disebabkan oleh adanya gen su-1(sugary), bt-2 (britle), atau sh-2 (shrunken) yang

dapat memecah gula menjadi pati pada endosperm sehingga kandungan gulanya

tinggi. Kandungan gula yang terdapat pada jagung manis lebih tinggi yaitu

berkisar 13 –  14% sedangkan pada jagung biasa 2 –  3% (Irianto, 2007).

Pemanenan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengambil hasil

tanam setelah tanaman masak fisik dan fisiologi. Pemanenan dapat dilakukan

dengan cara yang berbeda tiap jenis tanamannya. Pemanenan pada era modern ini

dapat dilakukan dengan menggunakan alat agar diacapai waktu yang efisien

dibanding dengan cara pemanenan konvensional. Pemanenan yang dilakukan

terlalu cepat dari waktunya akan berdampak pada produksi buah yang kurang

masak. Pemanenan yang dilakukan terlalu lama dapat membuat buah menjadi

busuk dan tidak dapat dipanen.

Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang memiliki tingkat

penawaran yang tinggi dipasar. Jagung manis banyak diproduksi di seluruh

daerah di Indonesia. Tanaman jagung manis dapat di panen pada saat 75 hari

setelah tanam. Jagung manis memiliki kelebihan rasanya yang manis saat

1
dimakan daripada varietas jagung lain.

Faktor yang mempengaruhi pemanenan yang utama adalah irigasi dan

serangan OPT pada tanaman. tanaman yang mengalami cekaman kekeringan

dapat terjadi penurunan hasil produksi bahkan mati. Serangan OPT dapat

menghambat tumbuh kembang tanaman pada fase vegetatif maupun generatif.

Serangan OPT dapat dihitung dengan insidensi dan intensitas serangan.

Produk pascapanen hortikultura pada dasarnya berupa bentuk segar,

dengan ini produk hortikultura memiliki daya simpan yang sangat cepat.

Karakteristik dari produk pascapanen yang segar yaitu sangat mudah mengalami

kerusakan berupa fisik akibat penanganan yang dilakukan setelah panen.

Kerusakan fisik yang terjadi karena produk hortikultura mengandung kadar air

tinggi sehingga benturan, gesekan dan tekanan sekecil apapun dapat merusak

secara fisik. Selain kerusakan secara fisik, permasalahan yang dialami

oleh produk pascapanen hortikultura yaitu proses pembusukan yang disebabkan

oleh kerusakan fisik yang saat awal sudah terjadi. Keadaan ini yang berdampak

pada nilai susut yang tinggi pada produk hortikultura. Pemilihan cara pengawetan

sangatlah diperlukan sebagai upaya produk hasil dapat disimpan dalam jangka

waktu yang lama. Banyak metode yang dapat dipilih untuk proses pengawetan

produk hortikultura.

Salah satu cara yang biasa dilakukan yaitu dengan melakukan pengeringan

untuk mengurangi kadar air pada produk. Pengeringan adalah pemisahan sejumlah

kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam

zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima, menggunakan panas.

Pengeringan dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas kadar yang

2
aman untuk disimpan atau sesuai kebutuhan. Pengurangan kadar air pada suatu

produk dapat menekan berlangsungnya metabolisme, misalnya penguraian

molekul besar dalam sel menjadi molekul kecil dan respirasi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara

ataupun metode pemanenan dan pascapanen didalam kegiatan budidaya tanaman

yang baik dan benar.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum kali ini praktikan mengetahui bagaimana cara

melakukan pemanenan dan pascapanen didalam kegiatan budidaya tanaman.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jagung manis merupakan salah satu jenis tanaman yang dipanen saat muda

dan banyak tumbuh didaerah topis serta ditanam secara komersial karena

penanamannya sederhana. Penanaman harus dilakukan pada waktu yang tepat

agar hasilnya maksimal. Tanaman Jagung ini tidak dapat tumbuh saat keadaan

kekurangan air maupun kelebihan air. Penanaman dapat dilakukan pada akhir

September-November atau Februari-April (Aak, 2007). Proses pengolahan tanah

penting dilakukan sebelum penanaman jagung. Penanaman jagung manis

dilakukan satu minggu setelah pengolahan lahan menggunakan dua butir benih

setiap lubang (Muhsanati et al., 2008).

Panen merupakan suatu kegiatan mengambil hasil tanaman yang telah

masak, baik secara fisik maupun fisiologi. Pemanenan pada tanaman jagung

merupakan akhir dari fase pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman jagung

dapat dipanen berkisar 75 hari setelah tanam (Irawan et al., 2017). Tanaman

jagung siap panen memiliki ciri-ciri tertentu pada jagung dan tanamannya. Jagung

yang dapat dipanen memiliki ciri fisik warna hijau pada klobotnya dan warna

coklat pada rambut jagung, biji jagung lunak dan ketika di tekan akan

mengeluarkan cairan putih (Maruapey, 2012). Pemanenan jagung dapat dilakukan

dengan cara yang mudah tanpa bantuan alat khusus. Pemanenan jagung dapat

dilakukan dengan cara mematahkan jagung pada bagian tongkolnya (Wahyudin

et al., 2016).

Jagung yang dipanen memiliki produktivitas yang berbeda tergantung

cara merawat tanaman dan varietas yang ditanam. Standar produktivitas

4
jagung yang baik berada pada kisaran 5,5 – 6 ton/ha (Setiawan dan Prajanti,

2011). Produksi panen dapat menurun karena disebabkan oleh banyak faktor

seperti terkena cekaman kekeringan. Kekurangan air menyebabkan penurunan

hasil yang signifikan sampai lebih dari 50% dan bahkan menjadi penyebab

kematian pada tanaman (Song dan Banyo 2011).

Intensitas serangan merupakan suatu nilai yang menunjukkan tingkat

kerusakan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT).

Intensitas serangan hama ulat grayak pada prosentase 42,22% menyebabkan

terjadi banyak kerusakan pada daun tanaman jagung (Masyitah et al., 2017).

Hama ulat grayak merupakan salah satu hama yang menyerang pada tanaman

jagung dan menyebabkan kerusakan. Ulat grayak bersifat polifag dan dapat

menyerang daun dan buah pada tanaman palawija serta tanaman pangan

mulai dari fase vegetatif sampai fase generatif (Djamilah et al., 2010). Intensitas

serangan memiliki skala nilai dari sehat sampai sangat berat untuk menentukan

tingkat kerusakan. Skala intensitas serangan terdiri dari skala 0 yang berarti sehat,

skala 1 yang berarti sangat ringan (1-20%), skala 2 yang berarti ringan (21-40%),

skala 3 yang berarti sedang (41-60%), skala 4 yang berarti berat (61-80%), dan

skala 5 yang berarti sangat berat (81-100%) (Pribadi, 2010).

Pasca panen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan,

pengolahan, sampai diperoleh hasil yang siap dikonsumsi. Penanganan pasca

panen bertujuan untuk menekan kehilangan hasil, meningkatkan kualitas, daya

simpan, daya guna komoditas pertanian, memperluas kesempatan kerja, dan

meningkatkan nilai tambah (Setyono, 2010). Produk hortikultura terbagi atas tiga

golongan yaitu buah-buahan, sayuran, dan bunga hias yang dapat disimpan

5
dalam jangka waktu lama jika diketahui faktor yang berpengaruh dalam

memperpanjang umur simpannya seperti kandungan air dan suhu penyimpanan

(Siswadi, 2007).

Tiga tujuan utama untuk menerapkan teknologi pasca panen

produk hortikultura adalah menjaga mutu (kenampakan, tekstur, citarasa dan nilai

nutrisi), untuk melindungi keamanan pangannya, dan untuk mengurangi susut dari

saat panen sampai produk tersebut dikonsumsi. Penyebab utama susut pasca

panen dinegara-negara sedang berkembang adalah penanganan yang kasar,

sulitnya mempertahankan suhu optimal selama penyimpanan, tidak dilakukan

pemisahan (sortasi) sebelum produk disimpan dan penggunaan bahan kemasan

yang tidak sesuai dengan produk yang dikemas. Selain dapat mengurangi susut,

tahapan pasca panen tersebut juga dapat mempertahankan mutu produk serta

memperpanjang masa simpan (Kitinoja & Kader, 2003).

Tujuan utama penanganan pasca panen adalah memperkecil kehilangan

dan kerusakan produk panen dimana besarnya kehilangan pasca panen sangat

bervariasi menurut komoditi dan tempat penghasil, seperti di negara berkembang

diperkirakan sekitar 20-50% terjadi kehilangan pasca panen, sedangkan di Negara

maju sekitar 5%-25%. Perbedaan jumlah kehilangan tersebut disebabkan karena

negara maju telah menggunakan teknologi pasca panen yang memadai.

Sebaliknya di negara berkembang seperti Indonesia, penelitian pasca panen belum

banyak diterapkan. Keberhasilan penanganan pasca panen diharapkan tidak hanya

dirasakan oleh produsen karena dapat memperkecil kehilangan panen, tetapi juga

bisa dirasakan oleh konsumen karena dapat memperoleh komoditi dengan mutu

yang baik (Rahardi et al., 2004).

6
Produk pasca panen masih melakukan aktivitas metabolisme penting, yaitu

respirasi. Aktivitas respirasi berlangsung untuk memperoleh energi yang

digunakan untuk aktivitas hidup pasca panennya. Setelah panen, sebagian besar

aktivitas fotosintesis yang dilakukan saat masih melekat pada tanaman induknya

berkurang atau secara total tidak dapat dilakukan. Saat tersebut mulailah

penggunaan substrat cadangan yang ada di dalam tubuh bagian tanaman yang

dipanen untuk aktivitas respirasinya. Kemunduran mutu dan kesegaran atau

proses pelayuan dengan cepat terjadi pada saat substrat mulai terbatas

(Firmansyah et al., 2006).

Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan,

yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari

permukaan bahan. Pengeringan juga disebut dengan penghilangan sebagian atau

keseluruhan uap air dari suatu bahan (Hasibuan, 2005). Pengeringan merupakan

proses mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan

mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan

terhambat atau terhenti. Kadar air yang tinggi menyebabkan suatu kekuatan

respirasi suatu produk hortikultura menjadi lebih besar. Laju respirasi merupakan

petunjuk yang baik untuk untuk daya simpan buah sesudah dipanen. Intensitas

respirasi dianggap sebagai ukuran jalannya laju metabolisme, oleh karena itu

sering dianggap sebagai petunjuk mengenai potensi daya simpan buah

(Firmansyah et al., 2006).

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum Mekanisasi Pertanian Ekosistem Sub-Optimal

dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 Mei 2023 Pukul 13.30 - selesai, bertempat di

Lahan UPT Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tali, cangkul, parang,

sepatu boots, ember, timbangan, karung, plastik dan alat dokumentasi.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah areal lahan yang ada di

UPT Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau.

3.3 Metode Pelaksanaan

Kegiatan ini diawali dengan pemberian arahan mengenai kriteria panen

dari kakak dan abang asisten. Kemudian dilaksanakan pemanenan sesuai dengan

waktu yang tepat dan memilih tanaman yang matang secara optimal. Hasil panen

jagung disortir untuk memisahkan biji berkualitas tinggi, kemudian dikemas dan

ditimbang dengan standar kebersihan dan kualitas yang dijaga. Jagung siap dijual

atau diolah lebih lanjut.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
-

4.2 Pembahasan
Kegiatan panen dan pasca panen jagung merupakan tahapan penting dalam

siklus pertanian yang melibatkan pemotongan tanaman jagung yang sudah matang

dan pengolahan hasil panen untuk pemasaran atau penggunaan selanjutnya. Proses

ini melibatkan sejumlah langkah yang kritis untuk memastikan hasil panen

berkualitas tinggi dan nilai ekonomis yang maksimal.

Pada kegiatan panen, perlu mempertimbangkan waktu yang tepat untuk

memanen jagung. Pemilihan waktu yang optimal sangat penting untuk

memastikan jagung mencapai kematangan penuh, dengan warna tongkol yang

kuning dan biji yang penuh. Kita juga harus memahami kriteria panen yang tepat,

seperti jumlah panen, tingkat kelembaban, dan kualitas tanaman, untuk

memastikan hasil panen yang baik.

Dari kegiatan pemanenan, didapatkan jagung yang kualitasnya baik

berjumlah 46 kg, dan yang hasil sortiran 23,4 kg. jumlah ini termasuk sedikit dari

target panen. Hal ini dapat terjadi karna adanya serangan opt. Menurut Hidrayani

et al. (2013) serangan hama ulat grayak (Spodoptera litura) mengakibatkan

kehilangan hasil panen sebesar 67% pada jagung. Selain itu, susutnya jumlah

panen terjadi karna berkurangnya jumlah tanaman yang diakibatkan kematian

selama musim tanam, yang diakibatkan oleh iklim yang kurang mendukung, dan

juga terlambatnya waktu penyulaman.

Wahyudin et al. (2016) menyatakan bahwa pemanenan jagung dapat

9
dilakukan dengan cara mematahkan jagung pada bagian tongkolnya. Jagung

yang dipanen memiliki ciri tertentu yang dapat dikenali ketika diamati.

Jagung yang telah masak akan memiliki tekstur yang lunak pada bijinya dan

ketika di tekan akan keluar cairan putih. Klobot jagung akan berwarna hijau dan

rambut jagung akan berwarna coklat, bentuk jagung besar dan pada ujungnya

keluar rambut jagungnya.

Setelah pemanenan, dilakukan proses pasca panen yang mencakup

berbagai kegiatan. Langkah pertama adalah pensortiran hasil panen jagung, di

mana biji jagung yang cacat, busuk, atau tidak berkualitas dipisahkan. Pensortiran

ini penting untuk memastikan hanya biji jagung yang berkualitas tinggi yang

dipilih.

Selanjutnya, hasil panen jagung dikemas dan ditimbang. Proses

pengemasan harus memenuhi standar kebersihan dan kualitas yang baik, guna

menjaga keutuhan biji jagung dan melindunginya dari kerusakan selama

transportasi. Pengemasan yang baik juga membantu mempertahankan kualitas

jagung dan mempermudah dalam penjualan atau pengolahan selanjutnya.

Setelah dikemas, jagung siap untuk dijual atau diolah lebih lanjut. Jagung

dapat dijual kepada pedagang atau konsumen. Selain itu, jagung juga dapat diolah

menjadi produk makanan olahan seperti jasuke (jagung, susu dan keju).

Dengan melaksanakan kegiatan panen dan pasca panen jagung dengan

baik, kita dapat memastikan hasil panen yang optimal, memenuhi standar kualitas,

dan mendapatkan nilai ekonomis yang tinggi. Selain itu, pengolahan hasil panen

jagung juga dapat memberikan nilai tambah dan peluang bisnis yang lebih luas.

10
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kegiatan panen dan pasca panen jagung merupakan tahapan penting dalam

proses pertanian yang mempengaruhi hasil dan nilai ekonomis dari tanaman

jagung. Pemilihan waktu panen yang tepat dan pemahaman terhadap kriteria

panen yang baik sangat penting untuk menghasilkan jagung berkualitas tinggi.

Selain itu, pensortiran hasil panen, pengemasan yang baik, dan manajemen

penyimpanan yang efektif juga berperan dalam menjaga kualitas dan keawetan

jagung. Melalui kegiatan pasca panen yang baik, kita dapat memaksimalkan nilai

ekonomis hasil panen dan memiliki peluang untuk memasarkan atau mengolah

jagung menjadi produk bernilai tambah.

5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah, agar penyortiran jagung dilakukan

dengan baik, agar produk yang dijual tidak ada yang kualitasnya rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2007. Jagung. Kanisius. Yogjakarta.

Djamila, D., Nadrawati, N., dan M. Rosi. 2010. Isolasi Steinernema dari
tanah pertanaman jagung di bengkulu bagian selatan dan
patogenesitasnya terhadap Spodoptera litura F. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Indonesia. 12 (1) : 34 – 39.

Firmansyah, I. U., Saenong, S., Abidin, B., Suarni, dan Sinuseng, Y. 2006. Proses
pasca panen untuk menunjang perbaikan produk biji Jagung berskala
industri dan ekspor. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman
Serealia. Maros. Hal 1-15.

Hasibuan, R. 2005. Proses Pengeringan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

11
Hidrayani, H., Rusli, R., dan Lubis, Y. S. 2013. Keanekaragaman spesies
parasitoid telur hama Lepidoptera dan parasitisasinya pada beberapa
tanaman di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Jurnal Natur Indonesia. 15
(1) : 9 – 14.

Irawan, F., M. F. Sumual., dan J. Pontoh. 2017. Pengaruh umur panen terhadap
sifat fisik tepung jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). J. Teknologi
Pertanian. 8 (1) : 36 – 46.

Irianto. 2007. Respon tanaman jagung manis ( Zea mays saccharata Sturt)


terhadap pemberian kompos sampah kota. Jurnal Agronomi. 11 (2) :
95 –  98.

Kitinoja, L. dan Kader, A. A. 2003. Praktik-praktik Penanganan Pascapanen


SkalaKecil: Manual untuk Produk Hortikultura (Edisi ke-4). Postharvest
Technology Research dan Information Center-University of California.
Davis (US).

Marsyitah, Irna, S. F. Sitepu, dan I. Safni. 2017. Potensi jamur


Entomopatogen untuk mengendalikan ulat grayak Spodoptera litura F.
pada tanaman tembakau In Vivo. J.Agroekoteknologi. 5 (3) : 484-493.

Maruapey, A. 2012. Pengaruh pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan


produksi berbagai jagung pulut (Zea mays ceratina L.). J. Ilmiah
Agribisnis dan Perikanan. 5 (2) : 33 – 45.

Muhsanati, A. Syarif dan S. Rahayu. 2008. Pengaruh beberapa takaran kompos


tithonia terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis ( Zea mays
saccharata). Jurnal Jerami. 1 (2) : 87 – 91.

Munarto, R., E. Permata, dan R. Salsabilla. 2014. Klasifikasi kualitas biji jagung
manis berdasarkan fitur warna menggunakan fuzzy logic. Simposium
Nasional RAPI XIII FT UMS.

Pribadi, A. 2010. Serangan hama dan tingkat kerusakan daun akibat hama
defoliator pada tegakan jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). J.
Pendidikan Hutan dan Konservasi Alam. 7 (4) : 451 – 458.

Rahardi, F., Palungkun, R., dan Budiarti. 2004. Agribisnis Tanaman Sayuran.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, A. B. dan S. D. W. Prajanti. 2011. Analisis efisiensi penggunaan


faktor faktor produksi usaha tani jagung di kabupaten Grobogan tahun
2008. J. Ekonomi dan Kebijakan. 4 (1) : 69 – 76.

Setyono, A.2010. Perbaikan teknologi pasca panen dalam upaya menekan


kehilangan hasil padi. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3 (3) : 212 - 226.

12
Siswadi. 2007. Penanganan pasca panen buah-buahan dan sayuran. Jurnal Inovasi
Pertanian. 6 (1) : 68 -71.

Song, A. I. dan Banyo, Y. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator


kekurangan air pada tanaman. Jurnal ilmiah sains. 11 (2) : 166 – 173.

Wahyudin, A., Ruminta, dan S. A. Nursaripah. 2016. Pertumbuhan dan hasil


tanaman jagung (Zea mays L.) toleran herbisida akibat pemberian
berbagai dosis herbisida kalium glisofat. J. Kultivasi. 15 (2): 86 – 91.

13
LAMPIRAN

1. Dokumentasi

Gambar 1. Proses Pemanenan Gambar 2. Menyortir jagung


jagung

Gambar 4. Memisahkan jagung Gambar 4. Menimbang jagung


bagus dan sortiran

Gambar 5. Membungkus jagung Gambar 6. Proses pembersihan


dengan kantong plastik Batang jagung

14

Anda mungkin juga menyukai