Disusun Oleh:
Nama : Dian Permata Sari
NIM : 4442180112
Kelas : VII B
Kelompok : 3 (tiga)
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt., karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Teknologi
Pengolahan Hasil Pertanian yang berjudul “Pembekuan Bahan Pangan Hasil
Pertanian”. Adapun isi laporan praktikum ini disusun secara sistematis dan
merupakan referensi dari beberapa sumber yang menjadi acuan dalam penyusunan
laporan praktikum.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Fitria Riany Eris, S.P., M.Si.
dan Yayu Romdhonah, S.T.P., M.Si., Ph.D. selaku Dosen Teknologi Pengolahan
Hasil Pertanian dan juga penulis berterima kasih kepada Dina Riziani dan
Muhammad Rizal Febriansah yang telah menjelaskan kepada penulis tentang
praktikum ini. Penulis sangat sadar bahwa laporan praktikum yang penulis buat
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para
pembaca penulis harapkan agar tugas berikutnya dapat lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sifat - Sifat Bahan Pangan Hasil Pertanian setelah diberi Perlakuan
Pendahuluan Pembekuan .........................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
akan diamati pengaruh perlakuan pendahuluan terhadap sifat-sifat bahan
setelah pembekuan. Oleh karena itu, dilakukanlah pengamatan terhadap
pembekuan bahan pangan sayuran buncis dan buah apel.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
menguning dan dalam penyimpanan dingin dapat mengalami kerusakan/cacat
suhu dingin atau chilling injury (Putranto, 2020).
Chilling injury adalah peristiwa terjadinya kerusakan membran sel atau
kematian sel-sel dan jaringan tanaman yang peka terhadap suhu dingin karena
terakumulasinya metabolit toksis seperti asetaldehid, etanol dan oksalasetat.
Suhu terjadinya chilling injury pada sayuran tropis seperti buncis bervariasi
antara 5oC – 15oC. Penurunan mutu buncis segar dalam kemasan dan ruang
pendingin dapat dipicu oleh tingkat ketuaan buncis. Buncis yang terlalu tua
akan cepat mengalami kelayuan dan menguning. Tingkat mutu buncis salah
satunya dapat ditunjukkan oleh ukuran diameter buncis, kegiatan ini biasanya
dilakukan pada saat sortasi dan grading (Partha dkk., 2017).
Buncis dengan tingkat grade 0 (diameter ≤ 4,8mm) dan grade 1 (diameter
>4,8 - 5,8) bila disimpan dalam suhu dingin (10oC) Selama 7 Hari masih
memiliki karakteristik warna dan tekstur yang disukai dengan kadar air
berkisar antara 90.15 - 90.38%, total padatan terlarut 8.70o brix dan total asam
0.31%. Dengan demikian disarankan untuk menggunakan grade buncis yang
berukuran diameter kecil untuk mendapatkan hasil penyimpanan dingin yang
terbaik (Putranto, 2020).
4
tersebut akan memerangkap atau mengikat molekul air sehingga ar yang
semula bergerak bebas menjadi sulit bergerak akibat viskositas larutan menjadi
naik (Khurniyati, 2015).
Apel (Malus sylvestris Mill.) merupakan tanaman yang biasa tumbuh di
iklim subtropis.Apel di Indonesia dikembangkan di berbagai daerah terutama
di Kota Batu dan Kota Malang yang terkenal dengan Kota Apel.Apel
merupakan buah yang dapat tumbuh pada suhu sedang. Tiga jenis gula utama
yang biasa ditemukan pada buah apel adalah fruktosa, glukosa, dan sukrosa
dengan kadar yang beragam tergantung pada tingkat perkembangan, iklim dan
cara penanaman buahnya (Sa’adah dan Teti, 2015).
Perlakuan terbaik menurut perhitungan metode De Garmo adalah sari buah
stroberi dengan kombinasi perlakuan proporsi buah:sukrosa sebesar 1:0,75 dan
lama osmosis 12 jam dengan karakteristik vitamin C 16 mg/100 ml, aktivitas
antioksidan 81,15 %, total padatan terlarut 13,87°Brix, total gula 12,96%, total
asam 0,87% , pH 3,37 (Pertiwi dkk., 2014).
5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
6
c. Perlakuan sampel A: tanpa perlakuan, bungkus apel dalam plastik dan
diberi label kode.
d. Perlakuan sampel B: dibuat larutan sukrosa dengan perbandingan air :
sukrosa, yaitu 200 ml : 120 gr (direndam apel dalam larutan tersebut
selama 10 menit)
e. Perlakuan sampel C: dibuat larutan sukrosa seperti perlakuan sampel B
dengan penambahan cuka sebanyak 1 ml, direndam apel dalam larutan
tersebut selama 10 menit.
f. Dimasukkan masing - masing perlakuan apel ke dalam plastik yang
sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam freezer selama 4
hari.
g. Setelah 4 hari, ditempering dan dilakukan pengamatan terhadap warna
dan tekstur/kekerasannya.
h. Didokumentasikan sampel sebelum dimasukkan ke dalam freezer dan
sesudah dibekukan selama 4 hari.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Sifat - Sifat Bahan Pangan Hasil Pertanian setelah diberi Perlakuan
Pendahuluan Pembekuan
Bahan dan Perlakuan Warna Kekerasan
Buncis
- dengan blanching Hijau pucat Agak lunak
- tanpa blanching Hijau Tua Lunak
Apel
- tanpa perlakuan Krem Lunak
- ditambah sukrosa Agak coklat Agak keras
- ditambah sukrosa dan cuka Putih Keras
4.2 Pembahasan
Pembekuan bahan pangan merupakan cara untuk mengawetkan buah dan
sayuran sehingga kandungan air pada buah dan sayur dapat
menurun/dibekukan, sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan. Dengan adanya
pembekuan dapat meningkatkan mutu bahan pangan sayuran dan buah -
buahan. Hal ini sesuai pernyataan Efti (2018) yang menyatakan bahwa
pembekuan cold storage merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan
dengan cara pembekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut.
Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya
es sehingga ketersediaan air menurun, maka kegiatan enzim dan jasad renik
dapat dihambat atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan
pangan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan pada dua bahan pertanian, yaitu
sayuran buncis dan buah apel. Pada perlakuan buncis dilakukan 2 perlakuan
dengan blanching dan tanpa blanching. Blanching adalah teknik memasak
makanan di dalam air atau uap dalam waktu yang singkat. Menurut Azizah
8
dkk., (2018) menyatakan bahwa terdapat proses blanching, kegiatan
pengolahan yang dilakukan secara mekanis seperti misalnya pengupasan dan
pemotongan, blansing, perlakuan termal, pendinginan, pengeringan dan
pengemasan. Oleh karena itu dalam proses pengolahan, sortasi dan grading
dilakukan berulang-ulang.
Dilakukan perlakuan yang berbeda pada 2 bahan, yaiu sayuran buncis dan
buah apel. Pada sayuran buncis dilakukan 2 perlakuan blanching dan tanpa
blanching. Didapatkan setelah pembekuan 4 hari, terjadi perubahan warna dan
kekerasan pada buncis. Untuk sampel A buncis dengan blanching memiliki
warna hijau pucat dan agak lunak, sedangkan tanpa blanching memiliki warna
hijau tua dan lunak. Dilakukan blanching untuk mengaktifkan enzim tahan
panas yang terdapat pada sayuran, yaitu enzim katalase dan peroksida. Jika
waktu blanching terlalu lama, maka dapat menyebabkan kerusakan seperti
kehilanan zat gizi yang larut dalam air.
Pada pembekuan buncis pun terdapat waktu ysng tepat dan ukuran yang
tepat untuk buncis tersebut tidak lama di pembekuan, yang mungkin menjadi
busuk. Terdapat waktu yang tepat selama pembekun agar buncis tidak
mengalami kerusakan. Hal ini berdasarkan pernyataan Putranto (2020) yang
menyatakan bahwa buncis dengan tingkat grade 0 (diameter ≤ 4,8mm) dan
grade 1 (diameter >4,8 - 5,8) bila disimpan dalam suhu dingin (10oC) Selama 7
hari masih memiliki karakteristik warna dan tekstur yang disukai dengan kadar
air berkisar antara 90.15 - 90.38%, total padatan terlarut 8.70o brix dan total
asam 0.31%. Dengan demikian disarankan untuk menggunakan grade buncis
yang berukuran diameter kecil untuk mendapatkan hasil penyimpanan dingin
yang terbaik.
Pembekuan pada apel diperlukan agar dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme, sehingga apel tidak cepat busuk/terjadi kerusakan. Hal ini
sesuai pernyataan Lastriyanto dkk. (2016) yang menyatakan bahwa
penimbangan massa awal irisan buah apel sebanyak 500 gram. Kemudian
dilakukan pembekuan pada irisan buah apel didalam freezer pada suhu -21oC
selama ± 24 jam dengan tujuan agar tidak terjadi kerusakan pada bahan.
9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah diamati dapat diambil kesimpulan bahwa
pembekuan bahan pangan hasil pertanian dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme sehingga dapat mengurangi sayuran dan buah - buahan
mengalami pembusukan lebih cepat. Dengan adanya pembekuan bahan pangan
dapat meningkatkan mutu bahan pangan. Dalam pembekuan bahan pangan,
suhu, ukuran, dan lama penyimpanan juga harus tepat agar pembekuannya
benar - benar dapat meningkatkan mutu bahan.
5.2 Saran
Praktikum kali ini berjalan dengan baik dan lancar. Hanya saja mungkin
karena kondisi yang masih pandemi, praktikum dilakukan di rumah masing-
masing. Semoga kedepannya bisa dilakukan secara offline di tempat yang sama
bersama praktikan - praktikan lain dan semoga pandemi segera berhenti.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Sari, Y., Rasmikayati, E., Saefudin, B. R., Karyani, T., & Wiyono, S. N. 2020.
Willingness to Pay Konsumen Beras Organik dan Faktor - Faktor yang
Berkaitan dengan Kesediaan Konsumen untuk Membayar Lebih. In
Forum Agribisnis. Vol. 10(1): 46-57.
12
LAMPIRAN