Disusun oleh:
Mas Den Rum 03211740000021
Cahyaningrum Ayu Ardhani 03211740000028
Nabila Idzni Bayani 03211740000033
Wahyu Prayudha 03211740000057
Novi Diah Yuliana 03211740000069
1
2. Pengukuran biomas tanaman (masa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu : tajuk
pohon, tumbuhan bawah/gulma (understorey) dan tanaman semusim)
3. Pengukuran nekromas (masa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di
lahan atau telah tumbang di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur
(serasah) yang belum terlapuk
4. Mengukur persentasi kandungan karbon tanaman di laboratorium.
Astuti dan Indriatmoko (2018) menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman air dihitung
berdasarkan biomasa (g) pada kondisi awal (T0) hingga T9 dapat dilihat pada gambar 1 di
bawah ini.
Gambar 1. Besarnya nilai relative growth rate (RGR) tumbuhan air uji
Secara umum, laju pertumbuhan relatif (RGR) tanaman uji mengalami peningkatan
kecuali eceng gondok (E. Crasipes). Perlambatan pertumbuhan pada tanaman pada umumnya
berkorelasi positif terhadap menurunnya asupan nutrisi pada media tanam yang dalam hal ini
adalah air media yang digunakan. Hal tersebut juga menunjukan kecepatan serap tanaman
dalam menyerap nutrisi dalam air. Pertumbuhan eceng gondok dipengaruhi oleh ketersediaan
nutrien, kerapatan tanaman, cahaya dan musim. Selain itu penambahan pupuk dapat
meningkatkan kesuburan.
Menurut Aini dan Kuswytasari (2013), eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan
tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam, atau
mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal. Eceng gondok dapat
berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif
dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Pertumbuhan eceng gondok pada
ekosistem air dapat tumbuh dengan cepat (3% per hari).
Indah (2014) menjelaskan bahwa pertumbuhan eceng gondok dapat terjadi dua kali lipat
lebih cepat pada kondisi yang sesuai setiap 11 - 18 hari. Tanaman eceng gondok mengalami
peningkatan berat basah diduga karena air yang digunakan dalam pengujian mengandung
unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan eceng gondok, seperti, N dan P. Eceng
2
gondok memiliki struktur tubuh yang mendukung untuk mempengaruhi kemampuan dalam
penyerapan bahan-bahan organik maupun zat-zat lain dalam air. Eceng gondok memiliki
lubang stomata yang besar, yaitu dua kali lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan
tanaman lain dan jarak antar stomata adalah delapan kali besarnya lubang.
Soedarsono, dkk (2013) juga menjelaskan, bahwa eceng gondok (Eichhornia crassipes)
merupakan tumbuhan air dan lebih sering dianggap sebagai tumbuhan pengganggu perairan,
memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Pertumbuhan eceng gondok yang relative
cepat dengan daya tahan yang tinggi menjadikan tumbuhan ini sangat sulit dikendalikan.
Eceng gondok berpotensi menghilangkan air permukaan sampai empat kali lipat jika
dibandingkan dengan permukaan terbuka pada proses transpirasi tumbuhan. Pertumbuhan
populasi eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan pendangkalan ekosistem perairan
dan tertutupnya danau atau rawa.
Menurut Tosepu (2012), berbagai penelitian terdahulu telah menunjukkan manfaat eceng
gondok. Eceng gondok mampu tumbuh dengan baik dan menyerap zat organik non
biodegradable yang terkandung dalam air limbah domestik dengan kadar COD kurang lebih
400 mg COD/L dengan syarat dipenuhinya unsur-unsur hara yang dibutuhkan dan tingkat
keasaman diatur maksimum pada pH kurang lebih 8. Kemampuan Eichornia crassipes dalam
menyerap berbagai polutan perairan, di antaranya logam berat plumbum dan cadmium, tidak
terlepas dari kandungan / struktur batang tumbuhan ini. Kemampuan menyerap disebabkan
pada protoplasma dan jaringan Eichornia crassipes terdapat banyak ruang besar. Di dalam sel
terdapat asam amino seperti glisin, asam glutamat, protein, dan asam aspartat dalam jumlah
yang besar, juga terdapat gugus karboksilat dan gugus hidroksil, yang dengan mudah
membentuk senyawa kelat dengan logam berat yang ada di lingkungan.
Laju pertumbuhan tanaman dapat diukur. Hasil dari proses pertumbuhan dan
perkembangan dapat diamati dari berat segar dan berat keringnya. Karena berat segar
merupakan hasil pengukuran dari berat segar biomassa tanaman sebagai akumulasi bahan
yang dihasilkan selama pertumbuhan. Oleh karena itu pengamatan terhadap berat segar
tanaman dan berat segar umbi diperlukan untuk mengetahui biomassa tanaman tersebut.
Sedangkan berat kering merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih dari asimilasi CO2
sepanjang musim pertumbuhan yang mencerminkan akumulasi senyawa organik yang
berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik terutama air dan CO2 (Buntoro et al,
2014).
Yuniati dan Kurnawan (2013) juga menjelaskan bahwa pengukuran biomassa batang,
daun dan pelepah pada prinsipnya dilakukan dengan menimbang berat basah total setiap
bagian secara terpisah dalam satu pohon untuk kemudian diambil sampelnya guna
mengetahui berat keringnya. Pengambilan sampel batang dilakukan dalam bentuk disc pada
bagian pangkal tengah dan ujungnya. Pengukuran berat kering untuk menentukan kadar air
dan menghitung biomassa dilakukan dengan mengeringkan sampel yang dibawa dari
lapangan dengan menggunakan oven pada suhu 103 ± 2oC sampai didapatkan berat konstan.
Sedangkan kandungan karbon tanaman dihitung berdasarkan nilai karbon (C) pada setiap
3
organ tanaman (batang, daun dan pelepah) kemudian dijumlahkan untuk setiap pohon.
Pengukuran kandungan karbon pada organ tanaman dilakukan secara langsung yakni dengan
menggunakan metode karbonisasi atau pengarangan.
BAB II
METODE PERCOBAAN
2.1 Skema Kerja
2.1.1 Pengamatan Fisik
Hasil
4
2.1.2 Pengukuran Biomassa Tumbuhan
Diambil salah satu dari 25 tumbuhan eceng gondok yang fisiknya masih
tergolong sehat dan subur
Dipisahkan batang, akar, dan daunnya
Hasil
BAB III
HASIL PENGAMATAN
5
Gambar 1.
Menyiapkan tumbuhan
eceng gondok
mempunyai karakteristik
hampir sama untuk
diamati keadaan fisik
tumbuhan dan diberi label.
Gambar 2. Memberi
label pada daun
Dari pengamatan awal hingga akhir:
Mengukur parameter fisik
- Terdapat daun yang baru
pada 5 buah tumbuhan
tumbuh pada tumbuhan eceng
eceng gondok sesuai
gondok
karakteristik pertumbuhan
- Beberapa daun ada yang
(panjang daun, lebar daun,
mengering dan layu karena efek
2. panjang batang, panjang
kekurangan air dan nutrisi
akar) menggunakan
- 25 buah tumbuhan yang tidak
penggaris. Pengukuran
diamati keadaan fisiknya Gambar 3. Melakukan
dilakukan secara berkala
beberapa ada yang mati (layu) pengukuran fisik
(satu minggu 2x
dan beberapa bagia tumbuhan tumbuhan
pengukuran).
ada yang rusak (menghitam)
Gambar 5. Memotong
bagian dari tumbuhan eceng
gondok
6
Gambar 6 . Bagian eceng
gondok yang dibutuhkan
untuk pengukuran
Menimbang daun, batang,
akar yang sudah disiapkan
menggunakan neraca
analitik sebagai berat
basah tumbuhan,
Sifat fisik alumunium foil:
kemudian
3. Berbentuk lembaran padar,
membungkusnya
berwarna perak mengkilat.
menggunakan alumunium
foil dengan rapat dan Gambar 7. Membungkus
terpisah serta bagian eceng gondok
meletakkannya pada menggunakan alumunium foil
cawan petri.
BAB IV
7
PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN
8
Gambar 4.1 Grafik Perubahan Panjang Daun Eceng Gondok A
10
Gambar 4.5 Grafik Perubahan Panjang Daun Eceng Gondok C
11
Gambar 4.7 Grafik Perubahan Panjang Daun Eceng Gondok D
12
Gambar 4.9 Grafik Perubahan Panjang Daun Eceng Gondok E
13
Pengamatan Ukuran Batang Tanaman 1 (A) (cm)
Hari ke- A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11
1 6,8 5,5 4 6,1 6 5,2 6,7
2 8,1 6,1 9,5 7,6 8 5,8 7 5,1
3 8,2 6,5 10,1 7,7 6 7 6,8 5,1 6
4 8,7 6,2 10,2 7,6 10 7,7 6 8,3
5 9 6,5 10,5 7,6 10 7,7 8,3 9
6 9 10,5 10 11 8,8 11,5
7 9 11 10 11 10,5
8 9 11 11,5 7,5
9 11,5 7,2
10 11,5 7
Berdasarkan tabel, batang yang ada pada tanaman 1 dari hari ke-1 berjumlah 7 batang,
pada pengamatan hari ke 2,3,4 muncul batang baru dengan jumlah 4 batang. Hal ini berlaku
juga dengan daun tanaman 1.
14
Berdasarkan tabel, batang yang ada pada tanaman 2 dari hari ke-1 berjumlah 6 batang,
pada pengamatan hari ke 2,4,5,6 muncul batang baru dengan jumlah 7 batang. Hal ini berlaku
juga dengan daun tanaman 2.
Berdasarkan tabel, batang yang ada pada tanaman 3 dari hari ke-1 berjumlah 5 batang,
pada pengamatan hari ke 4 muncul batang baru dengan jumlah 3 batang. Hal ini berlaku juga
dengan daun tanaman 3.
15
Tabel 4.9 Data Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok D
Pengamatan Ukuran Batang Tanaman 4 (D) (cm)
Hari ke- D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10
1 5,2 5,1 6,2 5,4 2,8 5,6 4
2 7,4 7 6,2 6,2 6,5 5,9 4,4
3 8 7,1 6,7 6,3 7,7 6,2 4,4 5,1
4 8 7,2 6,7 6,5 8,5 5 7,5
5 8 8 7,2 7 8,5 5 7,5
6 10 11,5 9 6 2,7 4
7 9 11,5 9 6 3 7,5
8 9 12 9,2 4,5 8,5
9 9 12 5,8 8,7
10 12 10
Berdasarkan tabel, batang yang ada pada tanaman 4 dari hari ke-1 berjumlah 7 batang,
pada pengamatan hari ke 3,6 muncul batang baru dengan jumlah 3 batang. Hal ini berlaku
juga dengan daun tanaman 4.
16
Berdasarkan tabel, batang yang ada pada tanaman 5 dari hari ke-1 berjumlah 8 batang,
pada pengamatan hari ke 2,4 muncul batang baru dengan jumlah 4 batang. Hal ini berlaku
juga dengan daun tanaman 5.
17
4.2 Laju Pertumbuhan Tanaman
Laju pertumbuhan tanaman dapat diukur. Hasil dari proses pertumbuhan dan
perkembangan dapat diamati dari berat segar dan berat keringnya. Karena berat segar
merupakan hasil pengukuran dari berat segar biomassa tanaman sebagai akumulasi bahan
yang dihasilkan selama pertumbuhan. Oleh karena itu pengamatan terhadap berat segar
tanaman dan berat segar umbi diperlukan untuk mengetahui biomassa tanaman tersebut.
Sedangkan berat kering merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih dari asimilasi CO2
sepanjang musim pertumbuhan yang mencerminkan akumulasi senyawa organik yang
berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik terutama air dan CO2 (Buntoro dkk,
2014).
Laju pertumbuhan tanaman disebut dengan propagasi. Hal ini juga diperkuat oleh
Bishay (2009) yang mengungkapkan bahwa propagasi tanaman adalah proses menciptakan
tanaman baru dari berbagai sumber : benih, stek, umbi, dan bagian tanaman lainnya. Teknik
untuk perbanyakan vegetatif antara lain : udara atau tanah layering penyambungan dan
kuncup mencangkok, banyak digunakan dalam propagasi pohon buah Stolonsatau
penyimpanan organ seperti umbi, batang di bawah tanah, umbi dan rimpang mencolok atau
stek.
Laju pertumbuhan tumbuhan (cm/hari) dapat dihitung dengan rumus:
18
Tabel 4.12 Pertumbuhan Luas Daun Tumbuhan Eceng Gondok A
Ukuran Daun Tanaman 1 (A) (cm)
Pengamatan
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7
Hari ke-
A A A A A A A
1 23.6 15.5 34.31 29.9 9.86 9.1 1.7
2 24.19 16 36.5 29.9 10.2 9.1 1.8
3 24.78 16 37 29.9 7.14 10.15 1.02
4 27.95 15 34.56 17.85
5 29.25 15 34.56 17.85
6 28.6 37.23
7 20.58 37.23
8 20.58 37.23
9
10
19
Tabel 4.14 Pertumbuhan Luas Daun Tumbuhan Eceng Gondok C
Ukuran Daun Tanaman 3 (C) (cm)
Pengamatan
C1 C2 C3 C4 C5
Hari ke-
A A A A A
1 36.34 27.6 31.05 6.6 8
2 37.92 27.6 31.05 6.6 8.5
3 39.2 27.6 31.74 6.6 7.7
4 39.2 26.52 29.92 6.3 10.26
5 38.71 26.52 29.92 5.6
6 27.9 15
7 27.9 15
8 29.7
9
10
20
Ukuran Daun Tanaman 4 (D) (cm)
Pengamatan
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7
Hari ke-
A A A A A A A
1 28.14 11.78 2.86 21.09 27.3 13.02 4.32
2 28.14 12.16 2.86 21.09 31.24 13.44 4.5
3 28.14 12.54 2.86 21.09 30.8 13.44 4.5
4 28.14 12.54 2.16 21.66 31.5 10.5 4.5
5 28.14 13.2 2.04 18.36 31.5 4.5
6 26.4 18 31.5 3.3
7 19.2 18 30.8 3.08
8 18.9 18.4
9 18.9 18.4
10
21
4.2.2 Laju Pertumbuhan Batang
Berdasarkan grafik perbandingan pertumbuhan tinggi tumbuhan dapat dilihat bahwa
secara umum tumbuhan mengalami pertumbuhan tinggi setiap minggunya. Sehingga dengan
data yang telah dikumpulkan dapat dihitung laju pertumbuhan tumbuhan (cm/hari).
Perhitungan laju pertumbuhan pada data yang terukur hanya bagian batang yang tumbuh
mulai dari t0 (hari ke-1), sehingga tunas yang muncul pada hari selanjutnya tidak dihitung
laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan tumbuhan (cm/hari) dapat dihitung dengan rumus:
22
Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan tinggi tumbuhan di atas dapat
diketahui bahwa tumbuhan memiliki rata-rata laju pertumbuhan batang sebesar 0.18367
cm/hari. Artinya tumbuhan eceng gondok tumbuh secara perlahan, tetapi beberapa dari
tumbuhan ada yang sulit bertumbuh dengan lainnya dikarenakan tempat yang tidak sesuai.
23
cm/hari. Artinya tumbuhan eceng gondok tumbuh secara perlahan, tetapi beberapa dari
tumbuhan ada yang sulit bertumbuh dengan lainnya dikarenakan tempat yang tidak sesuai.
24
Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan tinggi tumbuhan di atas dapat diketahui
bahwa tumbuhan memiliki rata-rata laju pertumbuhan batang sebesar 0.13774 cm/hari.
Artinya tumbuhan eceng gondok tumbuh secara perlahan, tetapi beberapa dari tumbuhan ada
yang sulit bertumbuh dengan lainnya dikarenakan tempat yang tidak sesuai.
Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan tinggi tumbuhan di atas dapat diketahui
bahwa tumbuhan memiliki rata-rata laju pertumbuhan batang sebesar 0.00494 cm/hari.
25
Artinya tumbuhan eceng gondok tumbuh secara perlahan, tetapi beberapa dari tumbuhan ada
yang sulit bertumbuh dengan lainnya dikarenakan tempat yang tidak sesuai.
Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan tinggi tumbuhan di atas dapat diketahui
bahwa laju pertumbuhan akar pada tumbuhan eceng gondok rata-rata 0,054 cm/hari (untuk
tumbuhan yang hidup), dan -0.062 cm/hari (untuk tumbuhan yang semakin mengering).
26
untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada tumbuhan. Sifat fisik setelah di oven yaitu
kondisi kering, mengkerut, berwarna coklat, dan bersuhu tinggi. Selanjutnya memasukkan
daun, batang, akar yang sudah di oven ke dalam desikator selama 15 menit kemudian
menimbangnya mengunakan neraca analitik sebagai berat kering tumbuhan pada masing-
masing bagian. Pengukuran dilakukan secara berkala satu minggu 1x pengukuran ±7x
pengamatan (46 hari) dengan tahapan yang sama. Namun dikarenakan kesalahan praktikan
pengukuran hanya dilakukan 6x selama 35 hari.
Hasil akhir yaitu menghitung laju pertumbuhan mutlak (biomassa). Menurut Yuniati
dan Kurnawan (2013), menjelaskan bahwa pengukuran biomassa batang, daun dan pelepah
pada prinsipnya dilakukan dengan menimbang berat basah total setiap bagian secara terpisah
dalam satu pohon untuk kemudian diambil sampelnya guna mengetahui berat keringnya.
Pengambilan sampel batang dilakukan dalam bentuk disc pada bagian pangkal tengah dan
ujungnya. Pengukuran berat kering untuk menentukan kadar air dan menghitung biomassa
dilakukan dengan mengeringkan sampel yang dibawa dari lapangan dengan menggunakan
oven pada suhu 103 ± 2oC sampai didapatkan berat konstan. Sedangkan kandungan karbon
tanaman dihitung berdasarkan nilai karbon (C) pada setiap organ tanaman (batang, daun dan
pelepah) kemudian dijumlahkan untuk setiap pohon. Pengukuran kandungan karbon pada
organ tanaman dilakukan secara langsung yakni dengan menggunakan metode karbonisasi
atau pengarangan.
Tujuan dari penentuan biomassa tumbuhan yaitu untuk mengetahui berapa banyak
bahan tumbuhan yang ada di dalam suatu kawasan. Dimana biomassa adalah jumlah
keseluruhan bahan yang hidup di dalam suatu habitat, populasi atau sampel. Perhitungan laju
pertumbuhan mutlak (biomassa) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dimana: W1 dan W2 = berat kering pada waktu awal dan berat kering pada waktu akhir.
t2 dan t1 = waktu akhir dan waktu awal.
Data pengukuran berat basah dan berat kering ditunjukkan oleh tabel dibawah ini.
27
Tanaman ke- 5 6
Bagian Ukuran Berat Basah Berat Kering Ukuran Berat Basah Berat
Tanaman (cm) (g) (g) (cm) (g) Kering (g)
Daun 6 0.5965 0.051 6 0.5419 0.0586
Batang 8 0.1625 0.0297 8 0.98 0.0492
Akar 5 0.519 0.0288 5 1.6453 0.0861
Jumlah 1.278 0.1095 3.1672 0.1939
Tabel 24. Data Perhitungan Akumulasi Berat Basah dan Berat Kering
Waktu pengamatan Berat Basah (g) Berat Kering (g) t pengukuran
minggu 1 2.9907 0.1845 0
minggu 2 3.1339 0.1548 7
minggu 3 3.1165 0.135 14
minggu 4 1.76373 0.1158 21
minggu 5 1.278 0.1095 28
minggu 6 3.1672 0.1939 35
Sehingga berdasarkan data pada tabel diatas dapat dihitung laju pertumbuhan mutlak tumbuhan
dengan perhitungan dibawah ini :
= 0.0003 g/hari
Sehingga berdasarkan perhitungan laju pertumbuhan mutak (biomassa) selama 35 hari masa
pertumbuhan tumbuhan yaitu 0.0003 g/hari.
Data pengukuran berat basah dan berat kering diplotkan dan disajikan dalam bentuk grafik
dapat dilihat dibawah ini.
Gambar 4.28 Grafik Berat Basah dan Berat Kering Tumbuhan Eceng Gondok
28
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa berat basah mengalami penurunan
dan kenaikan, karena tiap tumbuhan memiliki perbedaan tinggi dan lebar, artinya kandungan
air yang terdapat pada tumbuhan berbeda-beda. Untuk berat kering mengalami peningkatan
setiap hari pengambilan test. Sehingga dapat diketahui hubungan antara berat kering dan berat
basah yaitu peningkatan massa pada berat basah akan mempengaruhi peningkatan massa pada
berat kering.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan tentang propagasi yang dilakukan dengan dua pengamatan, praktikan
dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Pengamatan pertumbuhan fisik yang meliputi panjang akar, panjang batang, panjang
daun, lebar daun, jumlah daun, dan jumlah tunas baru yang tumbuh dapat dilihat laju
pertumbuhannya yang fluktuatif. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor lingkungan yaitu temperatur udara, kandungan polutan dalam air, dan intensitas
penyiraman tanaman.
2. Berat basah dan berat kering total massa tumbuhan dan perbagian massa tumbuhan akar,
batang, daun yang mengindikasikan laju pertumbuhan mutlak pada tanaman Eceng
Gondok juga mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Dapat disimpulkan bahwa berat
basah mengalami penurunan dan kenaikan karena tiap tumbuhan memiliki perbedaan
tinggi dan lebar, artinya kandungan air yang terdapat pada tumbuhan berbeda-beda.
Untuk berat kering mengalami peningkatan setiap hari pengambilan test. Sehingga dapat
diketahui hubungan antara berat kering dan berat basah yaitu peningkatan massa pada
berat basah akan mempengaruhi peningkatan massa pada berat kering.
29
Daftar Pustaka
Aini, F. N., & Kuswytasari, N. D. (2013). Pengaruh penambahan eceng gondok (Eichhornia
crassipes) terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal Sains
dan Seni Pomits, 2(1), 2337-3520.
Astuti, L.P., & Indriatmoko. (2018). Kemampuan beberapa tumbuhan air dalam menurunkan
pencemaran bahan organik dan fosfat untuk memperbaiki kualitas air. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 19(2), 183-190.
Buntoro, B. H., Rogomulyo, R. & Trisnowati, S., (2014). Pengaruh takaran pupuk kandang
dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan hasil temu putih (Curcuma zedoaria).
Vegetalika, 3(4), 29-39.
Indah, L. S., Hendrarto, B., & Soedarsono, P. (2014). Kemampuan eceng gondok (Eichhornia
sp.), kangkung air (Ipomea sp.), dan kayu apu (Pistia sp.) dalam menurunkan bahan
organik limbah industri tahu (skala laboratorium). Diponegoro Journal of Maquares,
3(1), 1-6.
Khanavi, M., Hajimahmoodi, M., Cheraghi-Niroomand, M., Kargar, Z., Ajani, Y.,
Hadjiakhoondi, A., & Oveisim M. R. (2009). Comparison of the antioxidant activity
and total phenolic contents in some Stachys species. African Journal of Biotechnology,
8, 1143-1147.
Nurzakiah, S., Wakhid, N., & Nursyamsi, D. (2017). Stratifikasi simpanan karbon diatas
permukaan tanah pada lahan gambut pasang surut dan lebak. Berita Biologi, 16(3),
289-296. doi:10.14203/beritabiologi.v16i3.2261.
Purwadi, M. (2011). Antioxidative activity and total phenolic efficiency of nitrogen
absorbtion, growth, and yield of several new soybean cultivars with drought stress and
biofertilizer application. Agrosains 6(2), 70-74.
Soedarsono, P., Sulardiono, B., & Bakhtiar, R. (2013). Hubungan kandungan nitrat (NO 3) &
fosfat (PO4) terhadap pertumbuhan biomassa basah eceng gondok (Eichhornia
crassipes) yang berbeda lokasi di perairan rawa Pening Ambarawa, kabupaten
Semarang, Journal of Management of Aquatic Resources, 2(2), 66-72.
Tosepu, R. (2012). Laju penurunan logam berat plumbum (Pb) dan cadmium (Cd) oleh
Eichornia crassipes dan Cyperus papyrus. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 19(1), 37-
45.
Yuniati, D., & Kurniawan, H. (2013). Persamaan allometrik biomassa dan karbon untuk
pendugaan simpanan karbon dalam mendukung upaya konservasi savana Corypha
utan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 10(2), 75-84.
30