Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK REMEDIASI LINGKUNGAN

PROPAGASI DAN LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN

Dosen : Bieby Voijant Tangahu, S.T., M.T., Ph.D.


Prof. Dr. Ir.Sarwoko Mangkoedihardjo MscES

Asisten Laboratorium : Nadevan Istighfariansyah

Disusun oleh:
Mas Den Rum 03211740000021
Cahyaningrum Ayu Ardhani 03211740000028
Nabila Idzni Bayani 03211740000033
Wahyu Prayudha 03211740000057
Novi Diah Yuliana 03211740000069

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan pertumbuhan berbagai jenis
tumbuhan baik tumbuhan darat maupun tumbuhan air, serta mengukur laju pertumbuhan
sesuai dengan karakteristik pertumbuhan tumbuhan yang dapat digunakan untuk
fitoremediasi melalui: pengamatan pertumbuhan fisik, berat basah dan berat kering total
massa tumbuhan dan per bagian massa tumbuhan (akar, batang, daun).

1.2 Prinsip Percobaan


Laju pertumbuhan tumbuhan ialah kadar peningkatan massa atau berat, ukutan atau
jumlah tumbuhan. Kadar pertambahan mutlak (absolute growth rate) ialah indeks
pertumbuhan tumbuhan sederhana yang menunjukan ukuran per satu massa. Secara umum,
berat kering untuk menentukan kadar pertumbuhan mutlak ialah:

Absolute Growth Rate = =

Dengan: W1 = berat kering tumbuhan pada waktu awal (g)


W2 = berat kering tumbuhan pada waktu akhir (g)
T1 = waktu awal (hari)
T2 = waktu akhir (hari)

Laju pertumbuhan akar dan batang dapat dihitung mengunakan persamaan:

Laju pertumbuhan (cm/hari) =

Dengan: P1 = panjang bagian tumbuhan t1


P2 = panjang bagian tumbuhan t2
T1 = waktu ke-t
T0 = waktu awal

1.3 Dasar Teori


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurzakiah (2017), biomassa pohon lebih
banyak menyerap CO2 dari atmosfer melalui fotosintesis. CO2 diserap dan diubah oleh
tumbuhan menjadi karbon organik dalam bentuk biomass yang menjadikan vegetasi dapat
tumbuh makin besar atau makin tinggi. Pertumbuhan ini akan berlangsung terus sampai
vegetasi tersebut secara fisiologis berhenti tumbuh atau dipanen. Sehingga dengan
bertambahnya umur tanaman, kandungan karbon dalam biomassa akan meningkat. Besarnya
kandungan karbon dan biomasa pohon bervariasi berdasarkan bagian tumbuhan yang diukur,
tahap pertumbuhan, tingkatan tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Pengukuran dilakukan
secara destruktif (tumbuhan bawah dan semua yang mati, serasah) dan non-destruktif.
Metode destruktif disebut juga dengan metode pemanenan biomassa dan sering digunakan
dalam penelitian pada ekosistem hutan. Ada empat tahap pengukuran simpanan karbon di
atas permukaan tanah, yaitu :
1. Pembuatan plot contoh pengukuran

1
2. Pengukuran biomas tanaman (masa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu : tajuk
pohon, tumbuhan bawah/gulma (understorey) dan tanaman semusim)
3. Pengukuran nekromas (masa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di
lahan atau telah tumbang di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur
(serasah) yang belum terlapuk
4. Mengukur persentasi kandungan karbon tanaman di laboratorium.
Astuti dan Indriatmoko (2018) menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman air dihitung
berdasarkan biomasa (g) pada kondisi awal (T0) hingga T9 dapat dilihat pada gambar 1 di
bawah ini.

Gambar 1. Besarnya nilai relative growth rate (RGR) tumbuhan air uji

Secara umum, laju pertumbuhan relatif (RGR) tanaman uji mengalami peningkatan
kecuali eceng gondok (E. Crasipes). Perlambatan pertumbuhan pada tanaman pada umumnya
berkorelasi positif terhadap menurunnya asupan nutrisi pada media tanam yang dalam hal ini
adalah air media yang digunakan. Hal tersebut juga menunjukan kecepatan serap tanaman
dalam menyerap nutrisi dalam air. Pertumbuhan eceng gondok dipengaruhi oleh ketersediaan
nutrien, kerapatan tanaman, cahaya dan musim. Selain itu penambahan pupuk dapat
meningkatkan kesuburan.

Menurut Aini dan Kuswytasari (2013), eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan
tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam, atau
mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal. Eceng gondok dapat
berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif
dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Pertumbuhan eceng gondok pada
ekosistem air dapat tumbuh dengan cepat (3% per hari).

Indah (2014) menjelaskan bahwa pertumbuhan eceng gondok dapat terjadi dua kali lipat
lebih cepat pada kondisi yang sesuai setiap 11 - 18 hari. Tanaman eceng gondok mengalami
peningkatan berat basah diduga karena air yang digunakan dalam pengujian mengandung
unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan eceng gondok, seperti, N dan P. Eceng

2
gondok memiliki struktur tubuh yang mendukung untuk mempengaruhi kemampuan dalam
penyerapan bahan-bahan organik maupun zat-zat lain dalam air. Eceng gondok memiliki
lubang stomata yang besar, yaitu dua kali lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan
tanaman lain dan jarak antar stomata adalah delapan kali besarnya lubang.

Soedarsono, dkk (2013) juga menjelaskan, bahwa eceng gondok (Eichhornia crassipes)
merupakan tumbuhan air dan lebih sering dianggap sebagai tumbuhan pengganggu perairan,
memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Pertumbuhan eceng gondok yang relative
cepat dengan daya tahan yang tinggi menjadikan tumbuhan ini sangat sulit dikendalikan.
Eceng gondok berpotensi menghilangkan air permukaan sampai empat kali lipat jika
dibandingkan dengan permukaan terbuka pada proses transpirasi tumbuhan. Pertumbuhan
populasi eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan pendangkalan ekosistem perairan
dan tertutupnya danau atau rawa.

Menurut Tosepu (2012), berbagai penelitian terdahulu telah menunjukkan manfaat eceng
gondok. Eceng gondok mampu tumbuh dengan baik dan menyerap zat organik non
biodegradable yang terkandung dalam air limbah domestik dengan kadar COD kurang lebih
400 mg COD/L dengan syarat dipenuhinya unsur-unsur hara yang dibutuhkan dan tingkat
keasaman diatur maksimum pada pH kurang lebih 8. Kemampuan Eichornia crassipes dalam
menyerap berbagai polutan perairan, di antaranya logam berat plumbum dan cadmium, tidak
terlepas dari kandungan / struktur batang tumbuhan ini. Kemampuan menyerap disebabkan
pada protoplasma dan jaringan Eichornia crassipes terdapat banyak ruang besar. Di dalam sel
terdapat asam amino seperti glisin, asam glutamat, protein, dan asam aspartat dalam jumlah
yang besar, juga terdapat gugus karboksilat dan gugus hidroksil, yang dengan mudah
membentuk senyawa kelat dengan logam berat yang ada di lingkungan.

Laju pertumbuhan tanaman dapat diukur. Hasil dari proses pertumbuhan dan
perkembangan dapat diamati dari berat segar dan berat keringnya. Karena berat segar
merupakan hasil pengukuran dari berat segar biomassa tanaman sebagai akumulasi bahan
yang dihasilkan selama pertumbuhan. Oleh karena itu pengamatan terhadap berat segar
tanaman dan berat segar umbi diperlukan untuk mengetahui biomassa tanaman tersebut.
Sedangkan berat kering merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih dari asimilasi CO2
sepanjang musim pertumbuhan yang mencerminkan akumulasi senyawa organik yang
berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik terutama air dan CO2 (Buntoro et al,
2014).

Yuniati dan Kurnawan (2013) juga menjelaskan bahwa pengukuran biomassa batang,
daun dan pelepah pada prinsipnya dilakukan dengan menimbang berat basah total setiap
bagian secara terpisah dalam satu pohon untuk kemudian diambil sampelnya guna
mengetahui berat keringnya. Pengambilan sampel batang dilakukan dalam bentuk disc pada
bagian pangkal tengah dan ujungnya. Pengukuran berat kering untuk menentukan kadar air
dan menghitung biomassa dilakukan dengan mengeringkan sampel yang dibawa dari
lapangan dengan menggunakan oven pada suhu 103 ± 2oC sampai didapatkan berat konstan.
Sedangkan kandungan karbon tanaman dihitung berdasarkan nilai karbon (C) pada setiap

3
organ tanaman (batang, daun dan pelepah) kemudian dijumlahkan untuk setiap pohon.
Pengukuran kandungan karbon pada organ tanaman dilakukan secara langsung yakni dengan
menggunakan metode karbonisasi atau pengarangan.

Menurut Khanavi et al (2009), tahap propagasi ini bertujuan untuk menggandakan


propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta
memeliharanya dalam keadaan tertentu, sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap
berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya
pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas
pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi kalus terlebih
dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral,
gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat.

Purwadi (2011) menjelaskan bahwa setiap tumbuhan memerlukan kondisi lingkungan


yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tumbuhan
berada selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada
dalam batas toleransi tumbuhan tersebut, tetapi sering kali terjadi perubahan lingkungan yang
dapat menyebabkan penurunan produktivitas atau bahkan kematian pada tumbuhan. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap tumbuhan memiliki faktor pembatas dan daya toleransi terhadap
lingkungan.

BAB II
METODE PERCOBAAN
2.1 Skema Kerja
2.1.1 Pengamatan Fisik

Tumbuhan Eceng Gondok


 Diambil 30 buah tumbuhan yang tergolong sehat dan subur
 Dipilih 5 diantaranya yang memiliki ukuran hampir sama satu sama lain
 Ditempelkan label bernomor di setiap daun dari kelima tumbuhan yang
sudah dinamai A, B, C, D, dan E
 Diletakkan dalam satu ember berukuran besar yang sudah dituangkan air
kran setinggi setengah ember
 Dimasukkan 30 tumbuhan eceng gondok ke dalam ember hingga daun-
daunnya mengapung di atas permukaan air
 Dibiarkan selama 6 minggu, dengan setiap Senin dan Kamis dilakukan
pengukuran panjang dan lebar setiap daun, tinggi batang, dan panjang akar
dari kelima tumbuhan
 Dicatat perubahan ukuran tiap bagian tumbuhan dan perubahan jumlah
daunnya

Hasil

4
2.1.2 Pengukuran Biomassa Tumbuhan

Tumbuhan Eceng Gondok

 Diambil salah satu dari 25 tumbuhan eceng gondok yang fisiknya masih
tergolong sehat dan subur
 Dipisahkan batang, akar, dan daunnya

Batang, akar, daun

 Ditimbang dan dicatat sebagai berat basah masing-masing bagian


 Dibungkus dengan aluminium foil
 Dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC selama 24 jam
 Ditimbang dan dicatat sebagai berat kering masing-masing bagian

Hasil

2.2 Alat dan Bahan


a. Ember plastik
b. Label
c. Penggaris
d. Neraca analitik
e. Oven
f. Desikator
g. Aluminium foil
h. Gunting/karter/pisau
i. Penjepit/tang krusibel
j. Cawan petri
k. Air kran
l. Tumbuhan eceng gondok

BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Hasil Pengamatan


3.1.1 Pengamatan Fisik
No. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1. Menyiapkan 30 buah Ciri fisik eceng gondok:
tumbuhan eceng gondok, Berwarna hijau, memiliki akar
memasukkannya ke dalam serabut halus, berdaun lebar,
bak yang sudah diberi air. memiliki bagian menonjol atau
Kemudian memilih 5 buah pentiole pada batang.
tumbuhan yang kira-kira

5
Gambar 1.
Menyiapkan tumbuhan
eceng gondok

mempunyai karakteristik
hampir sama untuk
diamati keadaan fisik
tumbuhan dan diberi label.

Gambar 2. Memberi
label pada daun
Dari pengamatan awal hingga akhir:
Mengukur parameter fisik
- Terdapat daun yang baru
pada 5 buah tumbuhan
tumbuh pada tumbuhan eceng
eceng gondok sesuai
gondok
karakteristik pertumbuhan
- Beberapa daun ada yang
(panjang daun, lebar daun,
mengering dan layu karena efek
2. panjang batang, panjang
kekurangan air dan nutrisi
akar) menggunakan
- 25 buah tumbuhan yang tidak
penggaris. Pengukuran
diamati keadaan fisiknya Gambar 3. Melakukan
dilakukan secara berkala
beberapa ada yang mati (layu) pengukuran fisik
(satu minggu 2x
dan beberapa bagia tumbuhan tumbuhan
pengukuran).
ada yang rusak (menghitam)

3.1.2 Pengukuran Biomassa Tumbuhan


No. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
Mengambil satu tumbuhan
eceng gondok (selain 5
Ciri fisik eceng gondok:
buah yang dipakai untuk
Berwarna hijau, memiliki akar
pengukuran fisik) dan
1. serabut halus, berdaun lebar,
membersihkan tumbuhan
memiliki bagian menonjol atau
dari kotoran yang melekat
pentiole pada batang.
pada akar, batang, dan Gambar 4. Mengambil satu
daunnya tumbuhan eceng gondok
2. Memotong satu daun, satu Panjang dari daun, batang, dan
batang, dan akar akar yang digunakan
menggunakan gunting. ukurannya harus sama pada
setiap kali pengukuran
biomassa (sebagai variabel).

Gambar 5. Memotong
bagian dari tumbuhan eceng
gondok

6
Gambar 6 . Bagian eceng
gondok yang dibutuhkan
untuk pengukuran
Menimbang daun, batang,
akar yang sudah disiapkan
menggunakan neraca
analitik sebagai berat
basah tumbuhan,
Sifat fisik alumunium foil:
kemudian
3. Berbentuk lembaran padar,
membungkusnya
berwarna perak mengkilat.
menggunakan alumunium
foil dengan rapat dan Gambar 7. Membungkus
terpisah serta bagian eceng gondok
meletakkannya pada menggunakan alumunium foil
cawan petri.

Mengeringkan daun, Ciri fisik setelah di oven:


batang, dan akar tersebut Kondisi kering, mengkerut,
4.
dengan oven bersuhu berwarna coklat, dan bersuhu
105oC selama 24-36 jam. tinggi.

Gambar 8. Mengoven bagian


tumbuhan eceng gondok
Memasukkan daun,
batang, akar yang sudah di
oven ke dalam desikator
selama 15 menit kemudian
menimbangnya Ciri fisik setelah di desikator
mengunakan neraca mengalami perubahan suhu
5.
analitik sebagai berat menjadi suhu normal/suhu
kering tumbuhan pada ruang.
masing-masing bagian. Gambar 9. Menimbang berat
Melakukan pengukuran kering tumbuhan eceng
biomassa secara berkala gondok
(satu minggu 1x)

BAB IV

7
PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

Praktikum Remediasi Lingkungan yang berjudul “Propagasi dan Laju Pertumbuhan


Tumbuhan” dilaksanakan pada hari Senin, 23 September 2019 sampai hari Kamis, 7
November 2019 di Laboratorium Remediasi Lingkungan, FTSLK, ITS. Tujuan percobaan ini
untuk menentukan pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan darat maupun air, serta mengukur
laju pertumbuhan sesuai dengan karakteristik pertumbuhan tumbuhan, yang dapat digunakan
untuk remediasi melalui:
a. Pengamatan pertumbuhan fisik, meliputi antara lain perkecambahan biji, tinggi
tumbuhan, diameter batang (dan breast height diameter), panjang tumbuhan, panjang
akar, jumlah daun dan luas daun.
b. Berat basah dan berat kering total massa tumbuhan dan per bagian massa tumbuhan
(akar, batang dan daun).
Prinsip percobaan ini ialah kadar peningkatan massa atau berat, ukutan atau jumlah
tumbuhan. Kadar pertambahan mutlak (absolute growth rate) ialah indeks pertumbuhan
tumbuhan sederhana yang menunjukan ukuran per satu massa. Alat dan bahan yang
digunakan ialah tumbuhan eceng gondok, bak plastik, neraca analitik, penggaris, oven,
desikator, aluminium foil, gunting, dan cawan petri.
Pada praktikum pengamatan fisik, dimulai dengan menyiapkan 30 buah tumbuhan eceng
gondok (Eichhornia crassipes) ditaman pada bak plastik dengan 1/3 bagiannya diisi dengan
air PDAM. Kondisi fisik tumbuhan eceng gondok yaitu berwarna hijau, memiliki akar
serabut halus, berdaun lebar, memiliki bagian menonjol atau pentiole pada batang. Kemudian
memilih 5 buah tumbuhan yang kira-kira mempunyai karakteristik hampir sama (dari segi
jumlah daun, ukuran tumbuhan, dan umur tumbuhan) untuk diamati keadaan fisik tumbuhan
dan diberi label. Melakukan pengamatan fisik dengan mengukur 5 buah tumbuhan eceng
gondok sesuai karakteristik pertumbuhan yaitu panjang daun, lebar daun, panjang batang, dan
panjang akar menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan secara berkala satu minggu 2x
pengukuran selama ±14x pengamatan.

4.1 Pengamatan Fisik Tumbuhan Eceng Gondok


4.1.1 Pertumbuhan Panjang dan Lebar Daun
Pengamatan pertumbuhan panjang daun setiap tumbuhan diukur dari daun terpanjang
pada setiap tumbuhan. Hasil pengamatan fisik pada pertambahan panjang daun sampel
tumbuhan eceng gondok disajikan dalam bentuk grafik. Berikut ini data pertumbuhan
panjang daun kelima tumbuhan eceng gondok:

Tabel 4.1 Data Pertumbuhan Daun Tumbuhan Eceng Gondok A

8
Gambar 4.1 Grafik Perubahan Panjang Daun Eceng Gondok A

Gambar 4.2 Grafik Perubahan Lebar Daun Eceng Gondok A

Tabel 4.2 Data Pertumbuhan Daun Tumbuhan Eceng Gondok B


9
Gambar 4.3 Grafik Perubahan Panjang Daun Eceng Gondok B

Gambar 4.4 Grafik Perubahan Lebar Daun Eceng Gondok B

Tabel 4.3. Data Pertumbuhan Daun Tumbuhan Eceng Gondok C

10
Gambar 4.5 Grafik Perubahan Panjang Daun Eceng Gondok C

Gambar 4.6 Grafik Perubahan Lebar Daun Eceng Gondok C

Tabel 4.4 Data Pertumbuhan Daun Tumbuhan Eceng Gondok D

11
Gambar 4.7 Grafik Perubahan Panjang Daun Eceng Gondok D

Gambar 4.8 Grafik Perubahan Lebar Daun Eceng Gondok D

Tabel 4.5 Data Pertumbuhan Daun Tumbuhan Eceng Gondok E

12
Gambar 4.9 Grafik Perubahan Panjang Daun Eceng Gondok E

Gambar 4.10 Grafik Perubahan Lebar Daun Eceng Gondok E

4.1.2 Pertumbuhan Tinggi Tumbuhan (Panjang Batang)


Pertumbuhan tinggi tumbuhan diukur dari batang hingga daun tumbuhan yang paling
panjang. Hasil pengamatan fisik pada perubahan tinggi atau panjang batang sampel tumbuhan
eceng gondok disajikan dalam bentuk grafik. Berikut ini data pertumbuhan batang tumbuhan
eceng gondok:
Tabel 4.6. Data Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok A

13
Pengamatan Ukuran Batang Tanaman 1 (A) (cm)
Hari ke- A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11
1 6,8 5,5 4 6,1 6 5,2 6,7
2 8,1 6,1 9,5 7,6 8 5,8 7 5,1
3 8,2 6,5 10,1 7,7 6 7 6,8 5,1 6
4 8,7 6,2 10,2 7,6 10 7,7 6 8,3
5 9 6,5 10,5 7,6 10 7,7 8,3 9
6 9 10,5 10 11 8,8 11,5
7 9 11 10 11 10,5
8 9 11 11,5 7,5
9 11,5 7,2
10 11,5 7

Berdasarkan tabel, batang yang ada pada tanaman 1 dari hari ke-1 berjumlah 7 batang,
pada pengamatan hari ke 2,3,4 muncul batang baru dengan jumlah 4 batang. Hal ini berlaku
juga dengan daun tanaman 1.

Gambar 4.11 Grafik Pertumbuhan Tinggi Batang Eceng Gondok A

Tabel 4.7 Data Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok B


Pengamatan Ukuran Batang Tanaman 2 (B) (cm)
Hari ke- B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13
1 5,2 6,4 6,3 4,3 5,7 6,2
2 7,3 6,5 6,8 6,2 5,7 6,9 4,5
3 8,5 6,7 7,2 7 5,5 6,9 6,5
4 8 7,2 7,7 8 7,8
5 7,5 7,8 8 9 3,5
6 7,5 8 8 9 8,5 3,5 8,3 9
7 8 9 8,7 4 8,5 8
8 8 9 5,5 9 8
9 9 5,5 8,5 8
10 9 5,5 8,5 8

14
Berdasarkan tabel, batang yang ada pada tanaman 2 dari hari ke-1 berjumlah 6 batang,
pada pengamatan hari ke 2,4,5,6 muncul batang baru dengan jumlah 7 batang. Hal ini berlaku
juga dengan daun tanaman 2.

Gambar 4.12 Grafik Pertumbuhan Tinggi Batang Eceng Gondok B

Tabel 4.8 Data Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok C


Pengamatan Ukuran Batang Tanaman 3 (C) (cm)
Hari ke- C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8
1 4,2 6,9 6,5 5,7 2,4
2 7,5 7 7 6 3,8
3 7,8 7,5 7,8 6,3 4
4 8 7 7,2 6 3,7 5,1 5,5 4,2
5 8,2 7,5 7 6 5,1 6 5
6 8,2 8,5 5,1 7 5
7 8,2 8,5 3,2 7,2 7,8
8 8,5 5,5 8 9,2
9 5,5 7,7 9
10 5,5 7,5

Berdasarkan tabel, batang yang ada pada tanaman 3 dari hari ke-1 berjumlah 5 batang,
pada pengamatan hari ke 4 muncul batang baru dengan jumlah 3 batang. Hal ini berlaku juga
dengan daun tanaman 3.

Gambar 4.13 Grafik Pertumbuhan Tinggi Batang Eceng Gondok C

15
Tabel 4.9 Data Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok D
Pengamatan Ukuran Batang Tanaman 4 (D) (cm)
Hari ke- D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10
1 5,2 5,1 6,2 5,4 2,8 5,6 4
2 7,4 7 6,2 6,2 6,5 5,9 4,4
3 8 7,1 6,7 6,3 7,7 6,2 4,4 5,1
4 8 7,2 6,7 6,5 8,5 5 7,5
5 8 8 7,2 7 8,5 5 7,5
6 10 11,5 9 6 2,7 4
7 9 11,5 9 6 3 7,5
8 9 12 9,2 4,5 8,5
9 9 12 5,8 8,7
10 12 10

Berdasarkan tabel, batang yang ada pada tanaman 4 dari hari ke-1 berjumlah 7 batang,
pada pengamatan hari ke 3,6 muncul batang baru dengan jumlah 3 batang. Hal ini berlaku
juga dengan daun tanaman 4.

Gambar 4.14 Grafik Pertumbuhan Tinggi Batang Eceng Gondok D

Tabel 4.10 Data Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok E


Pengamatan Ukuran Batang Tanaman 5 (E) (cm)
Hari ke- E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12
1 5,5 4,5 5,8 7,1 6,1 4,6 6,5 3,8
2 5,8 6,7 7,4 7,5 6,1 4,6 6,5 4,1 4,2
3 5 7 8 7,5 5,8 4,3 6,5 4,3
4 8 8,5 8 4,3 8,7 9,8 6
5 8 8,8 8 4,3 8,7 9,5 7
6 7,5 9 8 9,5 9 9 7
7 7,5 9 9 8,5 9 9 7
8 6 7,5 7,5 7 8,7 8,5
9 6 7 7,5 7 7,5 8,5
10 6 5 8,5

16
Berdasarkan tabel, batang yang ada pada tanaman 5 dari hari ke-1 berjumlah 8 batang,
pada pengamatan hari ke 2,4 muncul batang baru dengan jumlah 4 batang. Hal ini berlaku
juga dengan daun tanaman 5.

Gambar 4.15 Grafik Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok E

4.1.3 Pertumbuhan Akar


Pertumbuhan akar setiap sampel eceng gondok (Eichhornia crassipes) berbeda-beda.
Tidak semua tumbuhan sampel memiliki tingkat pertumbuhan akar dengan panjang yang
sama. Berikut ini data pertumbuhan batang tumbuhan eceng gondok:

Tabel 4.11 Data Pertumbuhan Akar Tumbuhan Eceng Gondok


Ukuran Akar (cm)
Pengamatan
Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman
Hari ke-
A B C D E
1 6,9 4,1 4,6 8,4 9,3
2 7 4,5 4,7 8,4 9,1
3 7,4 4,9 5 6,5 6,5
4 6,7 4,9 5 6,2 6
5 6,3 4,9 5,5 6,2 6
6 6 6,5 6 6,2 5,7
7 6 6,7 6 6,2 5,7
8 6 6,7 6,5 5,5 5,5
9 6 6,8 6,7 5,5 5,5
10 5 7 6,7 5,5 5,5

Gambar 4.16 Grafik Pertumbuhan Akar Tumbuhan Eceng Gondok (A-E)

17
4.2 Laju Pertumbuhan Tanaman
Laju pertumbuhan tanaman dapat diukur. Hasil dari proses pertumbuhan dan
perkembangan dapat diamati dari berat segar dan berat keringnya. Karena berat segar
merupakan hasil pengukuran dari berat segar biomassa tanaman sebagai akumulasi bahan
yang dihasilkan selama pertumbuhan. Oleh karena itu pengamatan terhadap berat segar
tanaman dan berat segar umbi diperlukan untuk mengetahui biomassa tanaman tersebut.
Sedangkan berat kering merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih dari asimilasi CO2
sepanjang musim pertumbuhan yang mencerminkan akumulasi senyawa organik yang
berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik terutama air dan CO2 (Buntoro dkk,
2014).
Laju pertumbuhan tanaman disebut dengan propagasi. Hal ini juga diperkuat oleh
Bishay (2009) yang mengungkapkan bahwa propagasi tanaman adalah proses menciptakan
tanaman baru dari berbagai sumber : benih, stek, umbi, dan bagian tanaman lainnya. Teknik
untuk perbanyakan vegetatif antara lain : udara atau tanah layering penyambungan dan
kuncup mencangkok, banyak digunakan dalam propagasi pohon buah Stolonsatau
penyimpanan organ seperti umbi, batang di bawah tanah, umbi dan rimpang mencolok atau
stek.
Laju pertumbuhan tumbuhan (cm/hari) dapat dihitung dengan rumus:

Dimana: P1 dan P2 = Panjang bagian tumbuhan pada t1 dan t0


t1 dan t0 = waktu ke-t dan waktu ke-0

4.2.1 Laju Pertumbuhan Daun


Dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan, didapatkan laju pertumbuhan daun
setiap eceng gondok berdasarkan tabel pengamatan pengukuran. Data yang disajikan pada
tabel-tabel berikut adalah luas permukaan daun yang didapat dari hasil kali antara panjang
dan lebar daun. Tanaman yang diukur laju pertumbuhannya adalah daun yang masa bertahan
hidupnya lama, tidak cepat mati dan bukan pula daun yang baru tumbuh di hari pengamatan
ke sekian. Kemudian dibuat grafik perubahan lajunya untuk melihat korelasi antara
perubahan ukuran daun dengan lama pengamatan.

18
Tabel 4.12 Pertumbuhan Luas Daun Tumbuhan Eceng Gondok A
Ukuran Daun Tanaman 1 (A) (cm)
Pengamatan
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7
Hari ke-
A A A A A A A
1 23.6 15.5 34.31 29.9 9.86 9.1 1.7
2 24.19 16 36.5 29.9 10.2 9.1 1.8
3 24.78 16 37 29.9 7.14 10.15 1.02
4 27.95 15 34.56 17.85
5 29.25 15 34.56 17.85
6 28.6 37.23
7 20.58 37.23
8 20.58 37.23
9
10

Gambar 4.17 Grafik Laju Pertumbuhan Daun Tumbuhan Eceng Gondok A

Tabel 4.13 Pertumbuhan Luas Daun Tumbuhan Eceng Gondok B


Ukuran Daun Tanaman 2 (B) (cm)
Pengamatan
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Hari ke-
A A A A A A
1 35.28 15.98 28.38 14.52 4.6 3.9
2 36.5 16.92 28.38 14.96 4.83 3.9
3 36.5 17.76 28.38 15.84 4.4 3.9
4 34.31 18.33 27.3
5 35.5 27.3
6 35.5 27.3
7 23.6
8 23.6
9
10
Gambar 4.18 Grafik Laju Pertumbuhan Daun Tumbuhan Eceng Gondok B

19
Tabel 4.14 Pertumbuhan Luas Daun Tumbuhan Eceng Gondok C
Ukuran Daun Tanaman 3 (C) (cm)
Pengamatan
C1 C2 C3 C4 C5
Hari ke-
A A A A A
1 36.34 27.6 31.05 6.6 8
2 37.92 27.6 31.05 6.6 8.5
3 39.2 27.6 31.74 6.6 7.7
4 39.2 26.52 29.92 6.3 10.26
5 38.71 26.52 29.92 5.6
6 27.9 15
7 27.9 15
8 29.7
9
10

Gambar 4.19 Grafik Laju Pertumbuhan Daun Tumbuhan Eceng Gondok C

Tabel 4.15 Pertumbuhan Luas Daun Tumbuhan Eceng Gondok D

20
Ukuran Daun Tanaman 4 (D) (cm)
Pengamatan
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7
Hari ke-
A A A A A A A
1 28.14 11.78 2.86 21.09 27.3 13.02 4.32
2 28.14 12.16 2.86 21.09 31.24 13.44 4.5
3 28.14 12.54 2.86 21.09 30.8 13.44 4.5
4 28.14 12.54 2.16 21.66 31.5 10.5 4.5
5 28.14 13.2 2.04 18.36 31.5 4.5
6 26.4 18 31.5 3.3
7 19.2 18 30.8 3.08
8 18.9 18.4
9 18.9 18.4
10

Gambar 4.20 Grafik Laju Pertumbuhan Daun Tumbuhan Eceng Gondok D

Tabel 4.16 Pertumbuhan Luas Daun Tumbuhan Eceng Gondok E


Ukuran Daun Tanaman 5 (E) (cm)
Pengamatan
E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8
Hari ke-
A A A A A A A A
1 21.09 27.2 7.8 26.4 10.36 0.84 1.12 3.04
2 21.09 27.2 7.8 27.72 7.29 0.84 1.05 1.44
3 21.09 27.2 7.8 27.72 7.29 0.36 1.05
4 26.8 8.4 26.65
5 26.8 8.4 26
6 26.8 8.4 26
7 26.8 8.68 26
8 26.8 8.96 24
9 26.8 9.24 24
10 17.94

Gamabr 4.21 Grafik Laju Pertumbuhan Daun Tumbuhan Eceng Gondok E

21
4.2.2 Laju Pertumbuhan Batang
Berdasarkan grafik perbandingan pertumbuhan tinggi tumbuhan dapat dilihat bahwa
secara umum tumbuhan mengalami pertumbuhan tinggi setiap minggunya. Sehingga dengan
data yang telah dikumpulkan dapat dihitung laju pertumbuhan tumbuhan (cm/hari).
Perhitungan laju pertumbuhan pada data yang terukur hanya bagian batang yang tumbuh
mulai dari t0 (hari ke-1), sehingga tunas yang muncul pada hari selanjutnya tidak dihitung
laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan tumbuhan (cm/hari) dapat dihitung dengan rumus:

Dimana: P1 dan P2 = Panjang bagian tumbuhan pada t1 dan t0

t1 dan t0 = waktu ke-t dan waktu ke-0

Perhitungan laju pertumbuhan batang tumbuhan:

Tabel 4.17 Perhitungan Laju Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok A


Laju Pertumbuhan Batang Tanaman 1 (A)
Nomor Tumbuhan Laju (cm/hari)
A1 0.088
A2 0.066667
A3 0.7625
A4 0.196
A5 0
A6 0.16
A7 0.0125

Gambar 4.22 Grafik Laju Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok A

22
Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan tinggi tumbuhan di atas dapat
diketahui bahwa tumbuhan memiliki rata-rata laju pertumbuhan batang sebesar 0.18367
cm/hari. Artinya tumbuhan eceng gondok tumbuh secara perlahan, tetapi beberapa dari
tumbuhan ada yang sulit bertumbuh dengan lainnya dikarenakan tempat yang tidak sesuai.

Tabel 4.18 Perhitungan Laju Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok B


Laju Pertumbuhan Batang Tanaman 2 (B)
Nomor Tumbuhan Laju (cm/hari)
B1 0.127778
B2 0.072727
B3 0.068
B4 0.3375
B5 -0.025
B6 0.0875

Gambar 4.23 Grafik Laju Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok B

Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan tinggi tumbuhan di atas dapat


diketahui bahwa tumbuhan memiliki rata-rata laju pertumbuhan batang sebesar 0.11142

23
cm/hari. Artinya tumbuhan eceng gondok tumbuh secara perlahan, tetapi beberapa dari
tumbuhan ada yang sulit bertumbuh dengan lainnya dikarenakan tempat yang tidak sesuai.

Tabel 4.19 Perhitungan Laju Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok C


Laju Pertumbuhan Batang Tanaman 3 (C)
Nomor Tanaman Laju (cm/hari)
C1 0.172
C2 0.072727
C3 0.033333
C4 0.02
C5 0.118182

Gambar 4.24 Grafik Laju Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok C

Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan tinggi tumbuhan di atas dapat


diketahui bahwa tumbuhan memiliki rata-rata laju pertumbuhan batang sebesar 0.08325
cm/hari. Artinya tumbuhan eceng gondok tumbuh secara perlahan, tetapi beberapa dari
tumbuhan ada yang sulit bertumbuh dengan lainnya dikarenakan tempat yang tidak sesuai.

Tabel 4.20 Perhitungan Laju Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok D


Laju Pertumbuhan Batang Tanaman 4 (D)
Nomor Tananaman Laju (cm/hari)
D1 0.131034
D2 0.237931
D3 0.066667
D4 0.106667
D5 0.256
D6 0.075
D7 0.090909

Gambar 4.25 Grafik Laju Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok D

24
Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan tinggi tumbuhan di atas dapat diketahui
bahwa tumbuhan memiliki rata-rata laju pertumbuhan batang sebesar 0.13774 cm/hari.
Artinya tumbuhan eceng gondok tumbuh secara perlahan, tetapi beberapa dari tumbuhan ada
yang sulit bertumbuh dengan lainnya dikarenakan tempat yang tidak sesuai.

Tabel 4.21 Perhitungan Laju Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok E


Laju Pertumbuhan Batang Tanaman 5 (E)
Nomor Tanaman Laju (cm/hari)
E1 -0.0625
E2 0.046875
E3 0.041379
E4 0.013793
E5 -0.0375
E6 -0.0375
E7 0
E8 0.075

Gambar 4.26 Grafik Laju Pertumbuhan Batang Tumbuhan Eceng Gondok E

Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan tinggi tumbuhan di atas dapat diketahui
bahwa tumbuhan memiliki rata-rata laju pertumbuhan batang sebesar 0.00494 cm/hari.

25
Artinya tumbuhan eceng gondok tumbuh secara perlahan, tetapi beberapa dari tumbuhan ada
yang sulit bertumbuh dengan lainnya dikarenakan tempat yang tidak sesuai.

4.2.3 Laju Pertumbuhan Akar


Dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan yang sama, dilakukan perhitungan
laju pertumbuhan akar kelima tanaman eceng gondok menggunakan data pengukuran
kemudian diplot ke dalam grafik sebagaimana berikut.

Tabel 4.22 Data Pertumbuhan Akar Tumbuhan Eceng Gondok


Laju Pertumbuhan Akar
Laju (cm/hari)
Tanaman 1 (A) -0.041304348
Tanaman 2 (B) 0.063043478
Tanaman 3 (C) 0.045652174
Tanaman 4 (D) -0.063043478
Tanaman 5 (E) -0.082608696

Gambar 4.27 Diagram Laju Pertumbuhan Akar Tumbuhan Eceng Gondok

Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan tinggi tumbuhan di atas dapat diketahui
bahwa laju pertumbuhan akar pada tumbuhan eceng gondok rata-rata 0,054 cm/hari (untuk
tumbuhan yang hidup), dan -0.062 cm/hari (untuk tumbuhan yang semakin mengering).

4.3 Pengukuran Biomassa Tumbuhan Eceng Gondok


Dalam pengukuran biomassa (berat basah dan berat kering) tumbuhan eceng gondok
(Eichhornia crassipes) dimulai dengan mengambil satu tumbuhan eceng gondok (selain 5
buah yang dipakai untuk pengukuran fisik) dan membersihkan tumbuhan dari kotoran yang
melekat pada akar, batang, dan daunnya. Kemudian memotong satu daun, satu batang, dan
akar menggunakan gunting. Panjang dari daun, batang, dan akar yang digunakan ukurannya
harus sama pada setiap kali pengukuran biomassa (sebagai variabel pengukuran biomassa).
Lalu menimbang daun, batang, akar yang sudah disiapkan menggunakan neraca analitik
sebagai berat basah tumbuhan, kemudian membungkusnya menggunakan alumunium foil
dengan rapat dan terpisah serta meletakkannya pada cawan petri. Mengeringkan daun,
batang, dan akar tersebut dengan oven bersuhu 105oC selama 24-36 jam. Tujuan di oven yaitu

26
untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada tumbuhan. Sifat fisik setelah di oven yaitu
kondisi kering, mengkerut, berwarna coklat, dan bersuhu tinggi. Selanjutnya memasukkan
daun, batang, akar yang sudah di oven ke dalam desikator selama 15 menit kemudian
menimbangnya mengunakan neraca analitik sebagai berat kering tumbuhan pada masing-
masing bagian. Pengukuran dilakukan secara berkala satu minggu 1x pengukuran ±7x
pengamatan (46 hari) dengan tahapan yang sama. Namun dikarenakan kesalahan praktikan
pengukuran hanya dilakukan 6x selama 35 hari.
Hasil akhir yaitu menghitung laju pertumbuhan mutlak (biomassa). Menurut Yuniati
dan Kurnawan (2013), menjelaskan bahwa pengukuran biomassa batang, daun dan pelepah
pada prinsipnya dilakukan dengan menimbang berat basah total setiap bagian secara terpisah
dalam satu pohon untuk kemudian diambil sampelnya guna mengetahui berat keringnya.
Pengambilan sampel batang dilakukan dalam bentuk disc pada bagian pangkal tengah dan
ujungnya. Pengukuran berat kering untuk menentukan kadar air dan menghitung biomassa
dilakukan dengan mengeringkan sampel yang dibawa dari lapangan dengan menggunakan
oven pada suhu 103 ± 2oC sampai didapatkan berat konstan. Sedangkan kandungan karbon
tanaman dihitung berdasarkan nilai karbon (C) pada setiap organ tanaman (batang, daun dan
pelepah) kemudian dijumlahkan untuk setiap pohon. Pengukuran kandungan karbon pada
organ tanaman dilakukan secara langsung yakni dengan menggunakan metode karbonisasi
atau pengarangan.
Tujuan dari penentuan biomassa tumbuhan yaitu untuk mengetahui berapa banyak
bahan tumbuhan yang ada di dalam suatu kawasan. Dimana biomassa adalah jumlah
keseluruhan bahan yang hidup di dalam suatu habitat, populasi atau sampel. Perhitungan laju
pertumbuhan mutlak (biomassa) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dimana: W1 dan W2 = berat kering pada waktu awal dan berat kering pada waktu akhir.
t2 dan t1 = waktu akhir dan waktu awal.

Data pengukuran berat basah dan berat kering ditunjukkan oleh tabel dibawah ini.

Tabel 23. Data Pengukuran Berat Basah dan Berat Kering


Tanaman ke- 1 2
Bagian Ukuran Berat Basah Berat Kering Ukuran Berat Basah Berat Kering
tanaman (cm) (g) (g) (cm) (g) (g)
Daun 6 0.6261 0.0657 6 0.6223 0.0591
Batang 5 0.9244 0.0319 8 1.1484 0.0409
Akar 7.5 1.4402 0.0869 5 1.3632 0.0548
Jumlah 2.9907 0.1845 3.1339 0.1548
Tanaman ke- 3 4
Bagian Ukuran Berat Basah Berat Kering Ukuran Berat Basah Berat
Tanaman (cm) (g) (g) (cm) (g) Kering (g)
Daun 6 0.8973 0.0574 6 0.53633 0.0526
Batang 8 1.1762 0.0436 8 0.6844 0.0367
Akar 5 1.043 0.034 3 0.543 0.0265
Jumlah 3.1165 0.135 1.76373 0.1158

27
Tanaman ke- 5 6
Bagian Ukuran Berat Basah Berat Kering Ukuran Berat Basah Berat
Tanaman (cm) (g) (g) (cm) (g) Kering (g)
Daun 6 0.5965 0.051 6 0.5419 0.0586
Batang 8 0.1625 0.0297 8 0.98 0.0492
Akar 5 0.519 0.0288 5 1.6453 0.0861
Jumlah 1.278 0.1095 3.1672 0.1939

Tabel 24. Data Perhitungan Akumulasi Berat Basah dan Berat Kering
Waktu pengamatan Berat Basah (g) Berat Kering (g) t pengukuran
minggu 1 2.9907 0.1845 0
minggu 2 3.1339 0.1548 7
minggu 3 3.1165 0.135 14
minggu 4 1.76373 0.1158 21
minggu 5 1.278 0.1095 28
minggu 6 3.1672 0.1939 35

Sehingga berdasarkan data pada tabel diatas dapat dihitung laju pertumbuhan mutlak tumbuhan
dengan perhitungan dibawah ini :

Perhitungan laju pertumbuhan mutlak (biomassa)

= 0.0003 g/hari

Sehingga berdasarkan perhitungan laju pertumbuhan mutak (biomassa) selama 35 hari masa
pertumbuhan tumbuhan yaitu 0.0003 g/hari.

Data pengukuran berat basah dan berat kering diplotkan dan disajikan dalam bentuk grafik
dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 4.28 Grafik Berat Basah dan Berat Kering Tumbuhan Eceng Gondok

28
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa berat basah mengalami penurunan
dan kenaikan, karena tiap tumbuhan memiliki perbedaan tinggi dan lebar, artinya kandungan
air yang terdapat pada tumbuhan berbeda-beda. Untuk berat kering mengalami peningkatan
setiap hari pengambilan test. Sehingga dapat diketahui hubungan antara berat kering dan berat
basah yaitu peningkatan massa pada berat basah akan mempengaruhi peningkatan massa pada
berat kering.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan tentang propagasi yang dilakukan dengan dua pengamatan, praktikan
dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Pengamatan pertumbuhan fisik yang meliputi panjang akar, panjang batang, panjang
daun, lebar daun, jumlah daun, dan jumlah tunas baru yang tumbuh dapat dilihat laju
pertumbuhannya yang fluktuatif. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor lingkungan yaitu temperatur udara, kandungan polutan dalam air, dan intensitas
penyiraman tanaman.
2. Berat basah dan berat kering total massa tumbuhan dan perbagian massa tumbuhan akar,
batang, daun yang mengindikasikan laju pertumbuhan mutlak pada tanaman Eceng
Gondok juga mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Dapat disimpulkan bahwa berat
basah mengalami penurunan dan kenaikan karena tiap tumbuhan memiliki perbedaan
tinggi dan lebar, artinya kandungan air yang terdapat pada tumbuhan berbeda-beda.
Untuk berat kering mengalami peningkatan setiap hari pengambilan test. Sehingga dapat
diketahui hubungan antara berat kering dan berat basah yaitu peningkatan massa pada
berat basah akan mempengaruhi peningkatan massa pada berat kering.

29
Daftar Pustaka
Aini, F. N., & Kuswytasari, N. D. (2013). Pengaruh penambahan eceng gondok (Eichhornia
crassipes) terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal Sains
dan Seni Pomits, 2(1), 2337-3520.
Astuti, L.P., & Indriatmoko. (2018). Kemampuan beberapa tumbuhan air dalam menurunkan
pencemaran bahan organik dan fosfat untuk memperbaiki kualitas air. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 19(2), 183-190.
Buntoro, B. H., Rogomulyo, R. & Trisnowati, S., (2014). Pengaruh takaran pupuk kandang
dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan hasil temu putih (Curcuma zedoaria).
Vegetalika, 3(4), 29-39.
Indah, L. S., Hendrarto, B., & Soedarsono, P. (2014). Kemampuan eceng gondok (Eichhornia
sp.), kangkung air (Ipomea sp.), dan kayu apu (Pistia sp.) dalam menurunkan bahan
organik limbah industri tahu (skala laboratorium). Diponegoro Journal of Maquares,
3(1), 1-6.
Khanavi, M., Hajimahmoodi, M., Cheraghi-Niroomand, M., Kargar, Z., Ajani, Y.,
Hadjiakhoondi, A., & Oveisim M. R. (2009). Comparison of the antioxidant activity
and total phenolic contents in some Stachys species. African Journal of Biotechnology,
8, 1143-1147.
Nurzakiah, S., Wakhid, N., & Nursyamsi, D. (2017). Stratifikasi simpanan karbon diatas
permukaan tanah pada lahan gambut pasang surut dan lebak. Berita Biologi, 16(3),
289-296. doi:10.14203/beritabiologi.v16i3.2261.
Purwadi, M. (2011). Antioxidative activity and total phenolic efficiency of nitrogen
absorbtion, growth, and yield of several new soybean cultivars with drought stress and
biofertilizer application. Agrosains 6(2), 70-74.
Soedarsono, P., Sulardiono, B., & Bakhtiar, R. (2013). Hubungan kandungan nitrat (NO 3) &
fosfat (PO4) terhadap pertumbuhan biomassa basah eceng gondok (Eichhornia
crassipes) yang berbeda lokasi di perairan rawa Pening Ambarawa, kabupaten
Semarang, Journal of Management of Aquatic Resources, 2(2), 66-72.
Tosepu, R. (2012). Laju penurunan logam berat plumbum (Pb) dan cadmium (Cd) oleh
Eichornia crassipes dan Cyperus papyrus. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 19(1), 37-
45.
Yuniati, D., & Kurniawan, H. (2013). Persamaan allometrik biomassa dan karbon untuk
pendugaan simpanan karbon dalam mendukung upaya konservasi savana Corypha
utan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 10(2), 75-84.

30

Anda mungkin juga menyukai