Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

FOTOSINTESIS
Dosen Pengampu: Ir. Nurjani, M.Sc

AGROTEKNOLOGI A REGULER A

Kelompok 1
Rangga Satrio Aji C1011221079
Laila C1011221097
Jimmy Chandrawinata C1011221095
Selmi Hayati C1011221096
Faris Mamduh C1011221085
Daniel Hendi C1011221084

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum dengan tepat waktu.

Laporan Praktikum ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi
Tumbuhan. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang telah Tuhan
karuniai kepada tim penyusun sehingga Laporan Praktikum ini dapat disusun melalui
beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka, Jurnal Penelitian, maupun melalui media
internet.

Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tim Pengajar Mata Kuliah
Fisiologi Tumbuhan yaitu bapak Ir. Nurjani, M.Scx yang telah membimbing selama
praktikum berlangsung sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi kuliah yang tim penyusun tekuni.

Harapan tim penyusun, informasi dan materi yang terdapat dalam Laporan
Praktikum ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Tim penyusun menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Terlepas dari semua itu, tim penyusun mohon maaf dan
tim penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka tim
penyusun menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar tim penyusun dapat
memperbaiki Laporan Praktikum ini. Akhir kata tim penyusun berharap semoga makalah
ini memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Pontianak, 5 November 2023

Tim Penyusun
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan merupakan mahluk hidup autotroph, yang artinya dapat menghasilkan


makanannya sendiri. Cara mereka menghasilkan dan memproduksi makanannya sendiri
adalah dengan proses yang diberi nama fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses
biokimia pembentukan zat makanan seperti karbohidrat dari karbon dioksida (CO2) dan
air (H2O) dengan bantuan cahaya matahari yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama
tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Klorofil ini terdapat dalam
kloroplas dan kloroplas paling banyak dijumpai dalam sel mesofil, yaitu jaringan yang
terdapat pada bagian dalam daun. Kloroplas dimiliki hampir pada semua bagian yang
memiliki warna hijau pada tumbuhan, termasuk batang dan juga buah yang belum
matang.
Fotosintesis sangat penting bagi semua kehidupan aerobik di Bumi karena selain
untuk menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis juga merupakan sumber
energi bagi hampir semua kehidupan di Bumi, baik secara langsung (melalui produksi
primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama energi dalam makanan mereka).
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang
mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak
mampu melakukan proses fotosintesis.
Syarat bagi berlangsungnya fotosintesis yaitu, Karbon dioksida (CO2), diambil oleh
tumbuhan dari udara bebas melalui stomata, Air (H2O) diambil dari dalam tanah oleh
akar dan diangkut ke daun melalui xilem, Cahaya matahari serta Klorofil (zat hijau daun)
sebagai penerima energi dari cahaya matahari untuk melangsungkan proses fotosintesis.
Hasil dari fotosintesis berupa glukosa akan diedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan melalui
pembuluh tapis (floem) yang disimpan sebagai cadangan makanan, baik disimpan di akar,
batang, daun, maupun disimpan dalam bentuk buah. Serta hasil fotosintesis berupa
oksigen akan dilepaskan ke lingkungan, dan digunakan oleh hewan dan manusia dalam
proses respirasi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh sinar, suhu, dan CO2 dalam pembentukan O2 padafotosintesis?

1.3 Tujuan Praktikum

Untuk menyelidiki pengaruh sinar, suhu, dan CO2 dalam pembentukan O2 pada
fotosintesis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fotosintesis adalah reaksi penting pada tumbuhan yang berfungsi mengubah energi
(cahaya) matahari menjadi energi kimia yang disimpan dalam senyawa organik. Cahaya
matahari diperlukan oleh tanaman untuk melakukan 2 tahapan yaitu reaksi terang yang
dilakukan di tilakoid dan siklus calvin yang dilakukan di stomata (Yustiningsih, 2019).
Sinar dari matahari merupakan sumber energi penting bagi kehidupan manusia, dan
dalam proses pertumbuhan tanaman, sinar matahari sangat diperlukan. Tanaman dapat
tumbuh secara optimal ketika mendapatkan sinar matahari yang cukup (Ketut Mahardika
et al.,2023). Produksi tanaman akan meningkat ketika permukaan daun menjadi lebih
besar atau jumlah daun dan anak daun meningkat, karena ini memungkinkan proses
fotosintesis berlangsung dengan optimal (Previensari et al., 2020).
Intensitas cahaya matahari itu dapat memberikan pengaruh primer pada fotosintesis,
dan juga memberikan pengaruh sekundernya pada morfogenetik. Faktor-faktor baik
internal maupun eksternal mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor internal
melibatkan aspek-aspek dalam tubuh tanaman seperti faktor genetik dan hormon. Di sisi
lain, faktor eksternal terkait dengan pengaruh dari lingkungan sekitar tanaman. Faktor-
faktor eksternal yang memengaruhi pertumbuhan termasuk cahaya, nutrisi, air,
kelembaban, dan suhu (Mustika Ningsih, 2019). Ketika intensitas cahaya itu rendah maka
disebut dengan pengaruh morfogenetik (Fitter dan Hay,1991:54). Faktor eksternal yang
dapat menunjukkan pengaruh primer ketika proses fotosintesis adalah cahaya. Pada
proses fisiologi tanaman cahaya memiliki pengaruh yang sangat besar,contohnya pada
saat respirasi, pertumbuhan pembungaan, saat penutupan stomata serta saat terjadinya
pertumbuhan dan perkecambahan pada tanaman (Susilawati dkk., 2016).
Hydrilla adalah tumbuhan Spermatophyta yang hidup di air, sehingga ia memiliki
bentuk adaptasi yang berbeda dengan Spermatophyta darat. Tumbuhan ini asli dan hidup
di perairan hangat hingga dingin dari Asia, Afrika, Australia, dan tersebar di Eropa.
Hydrilla berasal dari Afrika - dibawa ke AS sebagai tanaman akuarium. Kemudian
tersebar luas di negara-negara selatan Washington, Indiana dan Maine. Hydrilla kurang
toleran dingin (Dulay, 2010). Hydrilla verticillata merupakan tanaman air yang hidup di
kolam maupun danau yang airnya relatif jernih atau tidak keruh. Hydrilla verticillata
memiliki daun yang kecil berwarna hijau karena mengandung klorofil. Untuk tumbuhnya
tanaman ini tidak terlepas dari pengaruh cahaya yang dapat diterima pada tanaman
tersebut yang digunakan untuk berfotosintesis (Phukan dkk., 2015).
Tanaman air Hydrilla verticillata dapat tumbuh bercabang-cabang dengan banyak
hingga mencapai permukaan air dimana percabangannya dapat menutupi seluruh
permukaan air. Tanaman air ini dapat dijumpai di danau, kolam, sungai dengan kondisi
air yang relatif jernih (Zulsusyanto, 2015). Hydrilla verticillata memiliki akar berwarna
kekuning-kuningan yang tumbuh di dasar air dengan kedalaman sampai 2 meter.
Batangnya tumbuh dengan panjang 1 sampai 2 sentimeter dengan 2 hingga 8 helai daun
yang tumbuh pada lingkar batangnya. Tiap-tiap daun memiliki panjang 5 sampai 20 mm
dan 0,7 sampai 2 mm lebar dengan gerigi kecil disepanjang ujung daun (Atriyani, 2011).
Tumbuhan air efektif meningkatkan kadar oksigen dalam air melalui proses
fotosintesis. Karbondioksida dalam proses fotosintesis diserap dan oksigen dilepas ke
dalam air. Menurut Boyd (1991) dalam Izzati (2002), proses fotosintesis mempunyai
manfaat penting dalam akuakultur, di antaranya adalah menyediakan sumber bahan
organik bagi tumbuhan itu sendiri serta sumber oksigen yang digunakan oleh semua
organisme dalam ekosistem perairan. Pengendalian jenis dan jumlah tumbuhan akuatik
merupakan salah satu cara untuk mengelola ekosistem perairan.
Menurut Effendi (2003) sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen
yang terdapat di atmosfer dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air. Meningkatnya
suhu air akan menurunkan kemampuan air untuk mengikat oksigen, sehingga tingkat
kejenuhan oksigen di dalam air juga akan menurun. Peningkatan suhu juga akan
mempercepat laju respirasi dan dengan demikian laju pengunaan oksigen juga meningkat
(Afrianto dan Liviawati, 1992). Peningkatan suhu sebesar 1°C meningkatkan konsumsi
oksigen sekitar 10% (Effendi, 2003). Menurut Boyd (1990) konsumsi oksigen dilakukan
oleh semua organisme melalui proses respirasi dan perombakan bahan organic.
BAB III
METODOLOGY

3.1 Alat dan Bahan


Alat: Gelas piala 500 cc sebanyak 5 buah, corong kecil 5 buah, thermometer,tabung
reaksi 5 buah.
Bahan: Air, tumbuhan air (Hydrilla), NaHCO3, air panas, dan es batu.

3.2 Cara Kerja


1 Isilah gelas piala dengan air,
2 Letakkan 5 batang hydrilla yang masih segar yang panjangnya masing-masing 5 cm
dengan ujung tanaman mengarah ke dalam bawah kaca. Sebaiknya batang hydrilla
tersebut diikat terlebih dahulu supaya tidak memisah. Dipotong dalam air.
3 Masukka corong yang berisi hydrilla ke dalam gelas piala yang telah berisi air,lalu
letakkan tabung reaksi yang penuh berisi air, tertelungkung di atas corong kaca. Untuk
menghindari adanya ruang udara dalam tabung reaksi, lakukan penyusuna perangkat di
bawah permukaan air (lihat petunjuk asisten).
4 Simpan percobaan A di tempat yang teduh.
5 Buatlah 4 perangkat lagi seperti yang telah kamu buat dengan perbedaan sebagai berikut:
Percobaan B: percobaan A tetapi diletakkan di tempat yang terang (langsung kena sinar
matahari)
Percobaan C: percobaan B ditambah ½ sendok teh NaHCO3 (sebagai sumber CO2)
Percobaan D: percobaan B tetapi menggunakan air hangat sehingga suhu akhir lebih
kurang 30 derajat celcius. Suhu awal 35 derajat celcius (suhu tinggi)
Percobaan E: percobaan B tetapi menggunakan air es sehingga suhu akhir sekitar 20
derajat celcius (suhu rendah)
6 Amati masing-masing apa yang terjadi pada percobaan A, B, C, D, dan E, dan catat hasil
pengamatanmu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Keadaan Perangat Eksperimen


No.
Gelembung A B C D E
1 Tidak ada
2 Sedikit 1 2
3 Sedang
4 Banyak 17
5 Banyak sekali 269 145

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari kelima percobaan yang telah dilaksanakan
pada saat praktikum, diketahui dari beberapa perlakuan yang diberikan sangat mempengaruhi
produksi gelembung yang dihasilkan oleh tanaman Hydrilla.
Pada percobaan A, diberikan perlakuan berupa diletakkan di tempat yang teduh atau
tidak terkena sinar matahari secara langsung. Pada perangkat eksperimen ini laju proses
fotosintesis sangat lambat yang ditandai dengan hanya muncul atau naiknya 1 gelembung
saja. Hal tersebut disebabkan fotosintesis tidak dapat bekerja saat tidak ada cahaya yang
masuk atau mengenai mesofil daun. Semakin rendah intensitas cahaya, maka semakin rendah
pula ATP (energi) yang terbentuk. Sehingga memperlambat laju reaksi. Oleh karena itu pada
perangkat eksperimen A hanya mengasilkan satu gelembung (oksigen) saja.
Pada percobaan B, diberikan perlakuan berupa diletakkan di tempat yang terkena
sinar matahari secara langsung. Pada perangkat eksperimen ini laju proses fotosintesis cukup
cepat yang ditandai dengan muncul atau naiknya gelembung yang jumlahnya banyak yaitu 17
gelembung. Hal ini terjadi karena adanya sejumlah senyawa CO2 yang terlarut dalam air dan
didukung dengan cahaya sinar matahari yang memadai sebagai energi untuk melakukan
proses fotsintesis. Semakin tinggi intensitas cahaya, maka akan semakin banyak ATP yang
terbentuk sehingga mempercepat laju proses fotosintesis dan gelembung yang dihasilkan
cukup banyak.
Pada percobaan C, diberikan perlakuan berupa ½ sendok teh NaHCO3 dan diletakkan
di tempat yang terkena sinar matahari secara langsung. Pada perangkat eksperimen ini laju
fotosintesis sangat cepat yang ditandai dengan muncul atau naiknya gelembung yang sangat
banyak dengan jumlah 269 gelembung. Hal ini terjadi karena NaHCO3 (Natrium Bicarbonat)
dapat membantu laju reaksi fotosintesis tanaman. Penambahan NaHCO3 memperbanyak
muncul atau naiknya gelembung karena Ketika NaHCO3 berikatan dengan H20
menghasilkan CO2. Saat NaHCO3 dicampur dengn air, maka akan terjadi reaksi penguraian
NaHCO3 menjadi H2O dan CO2. CO2 inilah yang dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis
sebagai bahan utamanya.
Pada percobaan D, diberikan perlakuan berupa air hangat dengan suhu awal yaitu 35
derajat celcius. Pada perangkat eksperimen ini, laju reaksi fotosintesis sangat cepat dengan
ditandai muncul atau naiknya banyak sekali gelembung dengan jumlah 145 gelembung. Hal
ini terjadi karena suhu yang mempengaruhi banyaknya oksigen yang dihasilkan. Jadi,
semakin pans suhu maka semakin banyak pula gelembung udara yang dihasilkan. Dalam
suatu batasan tertentu, semakin tinggi suhunya maka akan semakin cepat proses fotosintesis
itu terjadi dan sebaliknya suhu yang rendah akan menghambat proses fotosintesis.
Pada Percobaan E, diberikan perlakuan berupa pemberian air es yang suhu akhirnya
sekitar 20 derajat celcius (suhu rendah) dan diletakkan di luar ruangan. Pada perangkat
eksperimen ini, laju reaksi fotosintesis sangat lambat yang ditandai dengan munculnya
sedikit gelmbung yang berjumlah 2 gelembung saja. Hal ini terjadi karena enzim-enzim tidak
dapat bekerja pada suhu 20 derajat celcius maupun dibawahnya (suhu rendah). Enzim-enzim
yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimal. Laju
fotosintesis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
Semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju proses fotosintesis yang terjadi. Namun,
bila suhu terlalu tinggi fotosintesis akan berhenti karena enzim-enzim yang berperan dalam
fotsintesis rusak.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, dipengaruhi oleh cahaya, suhu dan CO2. Laju
fotosintesis akan semakin cepat saat dipengaruhi oleh intesitas cahaya yang sangat tinggi,
suhu yang panas (suhu tinggi), serta pengaruh lain seperti pemberian NaHCO3 (Natrium
Bicarbonat) yang menjadi sumber CO2. Sedangkan sebaliknya, laju fotosintesis akan
semakin lambat saat dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang rendah atau tidak ada sama
sekali, serta suhu yang dingin (suhu rendah).

5.2 Saran
Lakukan pengamatan gelembung dengan penuh ketelitian serta menghitung jumlah
gelembung yang naik selama proses berlangsung yaitu 30 menit. Dan selalu berhati-hati
dalam membawa gelas piala dan corong karena terbuat dari kaca yang sangat rentan pecah.
DAFTAR PUSTAKA

Atriyani A. 2011. Penurunan kadar N-total dan P-total pada limbah cairan tahu dengan
metode fitoremediasi aliran batch dan kontinyu menggunakan tanaman Hydrilla
verticillata. J. Spectra. 9 (18): 9-14.
Boyd, C.E (1991) dalam Izzati, M (2002). 2004. Peranan Rumput Laut dalam mengendalikan
kualitas air tambak pada model budidaya ganda udang windu. Disertasi. Institut
Teknologi Bandung. Bandung.
Dulay, E.B.C., 2010, Phytoremediation of Cadmium Contaminated Water By Hydrilla. SLU
Research Journal, 41(1): 23–33.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Fitter A.H dan Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ketut Mahardika, I., Baktiarso, S., Nurul Qowasmi, F., Wulansari Agustin, A., & Listian
Adelia, Y. (n.d.-a). Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Proses
Perkecambahan Kacang Hijau Pada Media Tanam Kapas. Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, Februari, 2023(3), 312–316. https://doi.org/10.5281/zenodo.7627199
Mustika Ningsih, Rs., & Negeri, S. (2019). Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Kacang Merah. Agroswagati, 7(1).
https://doi.org/10.33603/agroswagati.v7i1
Phukan, P., Phukan, R. dan Phukan, S.N. 2015. Heavy metal uptake capacity of Hydrilla
verticillata : A commonly available Aquatic Plant. International Research Journal of
Environment Sciences. 4 (3): 35– 40.
Previensari, D., Sukmono, A., & Firdaus Hana Sugiastu. (2020). ANALISIS Pengaruh Relief
Dan Arah Sinar Matahari Terhadap Kesesuaian Lahan Tembakau Berbasis Pemodelan
Geospasial 3-Dimensi di Gunung Sindiro. Geodesi Undip, 9(1), 344–353
Susilawati., Wardah dan Irmasari. 2016. Pengaruh Berbagai Intensitas Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Semai Cempaka (Michelia champaca L.) Di Persemaian. Jurnal Forest
Sains, vol.14, No.1
Yustiningsih, Maria. 2019. Intensitas Cahaya dan Efisiensi Fotosintesis pada Tanaman
Naungan dan Tanaman Terpapar Cahaya Langsung. BIOEDU, Vol. 4. No. 2
Zulsusyanto. 2015. Kinerja Produksi Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus Ukuran 4-5 cm
dengan Hydrilla verticillata sebagai Fitoremediator, Skripsi. Departemen Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai