PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan
peristiwa difusi dan osmosis, baik kita sadari maupun tidak kita sadari.
Contohnya pada saat kita menyeduh tehcelup dalam kemasan kantong, warna
dari teh tersebut akan menyebar. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi teh dalam
gelas lebih kecil dibandingkan dengan konsenrasi teh yang ada didalam
kantong teh tesebut. Peristiwa tersebut sering kita sebut sebagai difusi. (Yatim,
2012).
Begitu pula pada tumbuhan, yang akan menyerap air dan zat hara yang
diperlukan dari lingkungan melalui proses difusi, osmosis, maupun imbihisi.
Peristiwa tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terdapat perbedaan
tekanan potensial air yang sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan
dengan larutan didalam sel tumbuhan tersebut. Tumbuhan mempunyai
membran plasma yang jika dimasukkan dalam larutan dengan konsentrasi
tinggi akan mengalami plasmolisis, yaitu terlepasnya membran plasma dari
dinding sel akibat tekanan osmotik. (Wiley, 1984)
Apa yang terjadi jika sel tumbuhan atau hewan, misalnya sel darah merah
ditempatkan dalam suatu tabung yang berisi larutan dengan sifat larutan yang
berbeda-beda? Pada larutan isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah yang
akan tetap normal bentuknya. Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan
mengembang dari ukuran normalnya dan akan mengalami tekanan turgor
sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel
darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan
mengembang dan kemnudian pecah/lisis, hal ini karena sel turgor mengalami
plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding sel), sedangkan sel hewan
mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput karena kehilangan air
(wiley,1974).
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeable selektif dari
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Dua faktor penting yang
mempengaruhi osmosis adalah:
1. kadar air dan materi terlarut yang ada didalam sel
2. kadar air dan materi terlarut yang ada diluar sel
Dalam proses osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan tekanan
hidrostatik yang terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis. Tekanan
yang diberikan pada suatu larutan akan meningkatkan energi bebas, sehingga
PA meningkat dan juga meningkatkan kemampuan difusi dalam larutan.
Tekanan yang diberikan atau sering disebut PT yang disebut juga tekanan
turgor. Dari ketiga potensial tersebut dapat dilihat adanya hubungan.
Pada praktikum kali ini kita akan mengetahui adanya proses osmosis
pada tumbuhan dengan menggunakan bahan Solanum tuberosum, cucumis
sativum yang dimasukkan kedalam air/aquades yang telah dicampurkan dengan
garam halus.
B. Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui adanya proses
osmosis pada Solanum tuberosus dan Cucumis sativum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Osmosis
Osmosis adalah perpindahan molekul zat pelarut dari yang berkosentrasi
rendah menuju kelarutan yang berkonsentrasi tinggi melalui membran semi
permiabel. Dan dikatakan juga osmosis ialah difusi melintasi semipermeabel
yang memisakan dua macam larutan dengan konsentrasi solut yang berbeda.
Proses ini cenderung untuk menyamakan konsentrasi solut pada kedua sisi
membran tersebut. Sebagai gambaran, andaikanlah bahwa sejumlah sel
bakteri disuspensikan dalam larutan yang mengandung natrium kloride
berkonsentrasi tinggi (20%). Air akan mengalir dari daerah berisikan
substansi trlarut dengan konsentrasi lebih redah (bagian sel sebelah dalam
mempunyai konsentrasi garam yang rendah) melintasi membran sitoplasma
yang bersifat semipermiabel, masuk ke dalam larutan di sekeliling sel
(Pelczar, 2009).
E. Pengertian Difusi
Kalau kita mengenal osmosis tentunya kita akan mengenal difusi juga,
difusi itu sendiri adalah peristiwa penyebaran molekul zat terlarut dari larutan
yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis). Menuju kelarutan yang
konsentrasinya rendah (hipotonis), melalui membran semipermiabel atau pun
tidak melalui membran. Contohnya membuat air sirup, membuat air teh
menetesinya tinta ke dalam air maupun melarutkan gula. Dan pada kehidupan
kita sehari-hari pada saat kita menghirip udara, tubuh kita akan terjadi
pertukaran gas antar sel melalui proses difusi. Difusi adalah perembasan zat
dari ruang berkonsentrasi lebih tinggi ke ruang yang berkonsentrasi lebih
rendah. Difusi berlangsung gradient (kemiringan) konsentrasi. Yakni dari
ruang yang konsentrasi zat A tinggi yang konsentrasi zat A itu rendah. Cara
difusi umum terdapat pada sel dan tanpa butuh energi. Proses difusi dapat
terjadi pada oksigen, CO2, air, elektrolit, dan bahan organis molekul
sederhana (Yatim, 1996).
F. Macam-macam Difusi
Menurut Yatim (1996), difusi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Difusi bebas, ialah difusi zat tanpa kemudahan dari protein pembawa pada
membran. Zat itu bebas berdifusi sendiri.
2. Difusi terikat, difusi yang dipermudah atau diberi fasilitas oleh protein
pembawa dalam membran. Tak ada pembawa itu tak ada difusi Pembawa
itu mengikat zat a, dan tiba di sebelah dalam membran dilepaskan lagi.
Sedangkan menurut Sumadi danAdityaMarianti(2007), difusi ada dua
yaitu:
1. Difusi sederhana
Hanya sejumlah kecil jenis molekul yang bergerak melalui membran
dengan cara difusi. Molekul yang bersifat hidrofobik dengan mudah dapat
bergerak melalui membran karena larut lemak. Molekul-molekul tang
bersifat hidrofilik, ang berukuran kecil saja yang dapat melewati membran,
sedangkan yang berukuran besar tidak dapat melewatinya. Hal ini
disebabkan arena pada membran plasma terdapat pori-pori. Pori-pori yang
ada baru pori-pori yang di bentuk oleh adanya protein integral, sedangkan
pori-pori di antaranya molekul lemak bersifat hipotetik, karena tidak dapat
dilihat/dibuktikan walaupun menggunakan mikroskop elektron, namun
dalam kenyataannya dapat melakukan materi.
2. Difusi fasilitas (Facilitated Diffusion)
Seperti halnya difusi sederhana namun pengakutan materi dapat
berlangsung dengan cepat. Pergerakan molekul ditentukan oleh gradien
konsentrasinya, dan untuk molekul bermuatan ditentukan oleh potensial
listriknya. Difusi ini menggunakan fasilitas yaitu protein membran.
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan pada Kentang (Solanum tuberosum)
Aquades Air Garam
No. Indikator
0’ 15’ 30’ 0’ 15’ 30’
Kuning Kuning Kuning Kuning
1. Warna Kuning Kuning
pucat pucat pucat pucat
4. Turgiditas + + + + - -
1. stomata
1. 2. dinding sel
3. sitoplasma
1. stomata
2. 2. dinding sel
3. sitoplasma
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum Osmosis dan Plasmolisis maka praktikan
dapat mengetahui adanya proses osmosis pada Solanum tuberosus dan
proses plasmolisis pada Rhoeo discolor. Adapun indikator yang di ukur
dalam praktikum ini yaitu:
Sebelum kentang dimasukkan ke dalam larutan garam, Kentang
berwarna kuning namun setelah Kentang dimasukan ke dalam larutan
garam, Kentang berubah warna menjadi kuning pucat. Hal ini terjadi
karena larutan garam bersifat hipertonis terhadap kentang. Sedangkan
warna kentang yang dimasukkan ke dalam aquades tidak mengalami
perubahan warna. Hal ini disebabkan konsentrasi zat terlarut dan
konsentrasi pelarut yang tidak memiliki perbedaan potensial air atau hanya
sedikit.
Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel hal ini yang
menunjukkan warna pucat pada kentang dan timun karena sitoplasma yang
meliputi plastida pada sel tumbuhan hilang. keadaan ini dinamakan
plasmolisis (Tjitrosomo, 2010).
Sebelum direndam ke dalam larutan garam diambil sampel sebanyak
empat potong kentang berbentuk dadu yang berukuran 1cm. Berdasarkan
hasil pengamatan diketahui bahwa Kentang mengalami penurunan bobot
dari waktu ke waktu selama perendaman. Perubahan bobot terjadi sebagai
akibat dari berkurangnya kandungan air dari dalam bahan. Menunjukkan
setiap kenaikkan konsentrasi larutan maka penurunan bobot cenderung
semakin besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sucahyo, dkk., (2013),
yang menyatakan Pada proses dehidrasi osmosis terjadi proses keluarnya
air dari dalam bahan yang juga diikuti dengan masuknya jenis padatan
terlarut dari larutan osmosis serta pertukaran komponen kimia.
Perubahan volume Kentang (Sollanum tuberosum) pada saat
perendaman di larutan garam yaitu semakin tinggi konsentrasi larutan
maka Kentang akan semakin banyak mengalami penyusutan. Penurunan
volume pada saat proses dehidrasi juga sebagai akibat adanya sejumlah air
yang keluar dari dalam Kentang. Berkurangnya air di dalam Kentang
menyebabkan Kentang mengkerut sehingga saat dilakukan pengukuran
maka akan terlihat penyusutan dari nilai sebelumnya. Perubahan volume
yang terjadi disebabkan adanya faktor konsentrasi yang berpengaruh.
Perubahan kekerasan selama proses dehidrasi osmosis disebabkan
karena saat direndam tekanan osmotik dalam bahan lebih kecil dari pada
tekanan osmotik lingkungan, dan menyebabkan terjadinya perpindahan air.
Berkurangnya kandungan air dalam bahan menyebabkan sel-sel Kentang
akan kekurangan air sehingga tekanan turgor mengalami penurunan yang
menyebabkan bahan menjadi menjadi empuk dan lembek (Arlita, 2013).
Pada proses plasmolisis ini digunakan sel-sel epidermis atas dari Rhoe
discolor. Sel epidermis bahan ini mempunyai sel yang berwarna sehingga
memudahkan dalam proses pengamatan. Plasmolisis merupakan peristiwa
lepasnya plasma dari dinding sel, disebabkan air dari vakuola tertarik
keluar oleh larutan disekitarnya bersifat hipertonis.
Sel Rhoeo discolor mengalami kehilangan air ketika ditetesi larutan
garam dengan nilai potensial air yang lebih rendah daripada nilai di dalam sel.
maka kemungkinan bahwa volume isi sel akan menurun demikian besarnya
sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel.
Hal ini sesuai dengan Tjitrosomo (2010), menyatakan bahwa membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel hal ini yang menunjukkan warna
pucat pada kentang dan timun karena sitoplasma yang meliputi plastida pada
sel tumbuhan hilang. keadaan ini dinamakan plasmolisis.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum Osmosis dan Plasmolisis pada Kentang
(Sollanum tuberosum) dan Rhoeo discolor, maka praktikan dapan
menyimpulkan bahwa:
1. Pada Kentang (Sollanum tuberosum) yang direndam kedalam larutan
berkonsentrasi tinggi mengalami peristiwa osmosis. Osmosis adalah
difusi dari tiap-tiap pelarut melalui suatu selaput permeable secara
diferensiasi dari suatu tempat yang konsentrasinya pelarutnya tinggi ke
konsentrasi pelarut rendah.
2. Pada Rhoeo discolor terjadinya peristiwa lepasnya membran sel dari
dinding sel sebagai dampak dari hipertonisnya larutan di luar sel,
sehingga cairan di dalam sel keluar dari sel. Serta membran dan
sitoplasma terlepas dari dinding sel. keadaan ini dinamakan plasmolisis.
B. Saran
Pada saat melakukan praktikum sebaiknya praktikan menyediakan alat-
alat praktikum yang lebih lengkap agar praktikum dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA