Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM V

OSMOSIS

Oleh:
Desi Herlina Utami (1512220003)

Dosen Pembimbing:
Irham Falahudin, M.Si

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osmosis adalah perpindahan molekul zat pelarut dari yang berkonsentrasi
rendah (hipotonis) menuju kelarutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis)
melalui membran semi permiabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi
seimbang (isotonis). Dan dapat kita temukan dalam kehidupan sehari- hari
contoh Osmosis antara lain, pada penyerapan air melalui bulu- bulu akar, dan
mengkrutnya sel darah merah yang di masukkan ke dalam larutan hipertonis.
Di dalam Osmosis terdapat larutan isotonis, larutan hipotonis, dan larutan
hipertonis. Larutan isotonis adalah jika kepekatan cairan di dalam dan di luar
sel relatif sama. Larutan hipotonis adalah jika cairan di luar sel lebih encer
dari pada di dalam sel. Dan larutan hipertonis adalah jika cairan di luar sel
lebih pekat dari pada di dalam sel. Dan didalam osmosis terdapat dua larutan
gula yang berkonsentrasi berbeda yang di pisakan oleh membran, yang dapat
dilalui oleh pelarut (air) namun tidak oleh zat pelarut (gula). Molekul
bergerak acak dan dapat kedua arah, namun secara keseluruhan, air berdifusi
dari larutan dengan kosentrasi zat terlarut lebih rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat trlarut lebih tinggi. Transpor ini, atau osmosis, menyetarakan
konsentrasi gula di kedua sisi membran (Yatim, 2012).
Menurut Prasaja (2012) air berdifusi menembus membran sel secara
osmosis. Osmosis terjadi berdasarkan tonisitas dan diatasi oleh torgor. Dan
difusi itu sendiri adalah peristiwa penyebaran molekul zat terlarut dari larutan
yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis). Menuju kelarutan yang
konsentrasinya rendah (hipotonis), melalui membran. Contohnya membuat
air sirup, membuat air teh atau menetesnya tinta ke dalam air maupun
melarutkan gula dan pada kehidupan kita sehari- hari pada saat kita
menghirup udara, tubuh kita akan terjadi pertukaran gas antarsel melalui
proses difusi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka praktikan berkeinginan untuk
melakukan peristiwa osmosis pada sel, dan peranan penting pada sistem
kehidupan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini dilaksanakan demi terwujudnya tujuan
berikut ini:
1. Memahami peristiwa osmosis pada sel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Osmosis


Osmosis adalah perpindahan molekul zat pelarut dari yang berkosentrasi
rendah menuju kelarutan yang berkonsentrasi tinggi melalui membran semi
permiabel. Dan dikatakan juga osmosis ialah difusi melintasi semipermeabel
yang memisakan dua macam larutan dengan konsentrasi solut yang berbeda.
Proses ini cenderung untuk menyamakan konsentrasi solut pada kedua sisi
membran tersebut. Sebagai gambaran, andaikanlah bahwa sejumlah sel
bakteri disuspensikan dalam larutan yang mengandung natrium kloride
berkonsentrasi tinggi (20%). Air akan mengalir dari daerah berisikan
substansi trlarut dengan konsentrasi lebih redah (bagian sel sebelah dalam
mempunyai konsentrasi garam yang rendah) melintasi membran sitoplasma
yang bersifat semipermiabel, masuk ke dalam larutan di sekeliling sel
(Hadioetomo, 2009).

2.2 Pengertian Hipotonik, Hipertonik, dan Isotonik


Cairan dengan kadar solut yang lebih rendah disebut hipotonik. Cairan
lainan memiliki kadar zat terlarutyang lebih tinggi disebut hipertonik. Cairan
disebut isotonik jika memiliki kadar zat terlarut yang sama. Dan osmosis
terjadi berdasarkan tonisitas dan diatasi oleh turgur. Dengan osmosis air akan
mengikuti gradiennya dan berdifusi menembus membran ke larutan gula
(Prasaja, 2012).

2.3 Peristiwa Terjadi Osmosis


Sel merupakan kantung cairan dalam membran semipermeabel.
Kebanyakan sel hidup bebas mengatasi perubahan tonisitas dengan
mentranspor secara selektif zat terlarut untuk menembus membran plasma.
Sel dalam organisme multisel, tidak dapat melukakannya dalam organisme
multisel, memilihara tonisitas cairan ekstraseluler merupakan bagian dari
homeostasis. Jadi, cairan jaringan normal bersifat isotonik dengan cairan
dalam sel. Jika cairan menjadi hipertonik, maka sel akan kehilangan air dan
mngerut. Dan jika cairan menjadi hipotonik, maka air berdifusi ke dalam sel
dan menjadi meledak (Prasaja, 2012)
Alat ukur osmosis disebut osmometer. Umumnya, osmometer adalah
perkakas laboratorium, tapi sel hidup dapat pula dianggap sebagai sistem
osmotik. Pada keduanya, biasanya terdapat dua hal yang penting : Pertama,
dua larutan atau lebih, atau air murni, dipisakan satu sama lain oleh membran
yang lebih membatasi pergerakan tekanan. Setidaknya pada salah satu bagian
volumenya. Pada osmometer laboratorium, biasanya tekanan timbul secara
hidrostatik dengan cara menaikkan larutan dalam tabung melawan gravitasi;
namun, sarana lain dapat pula digunakan misalnya, alat pelacak volume yang
dapat menaikkan tekanan di dalam sistem (dengan piston, misalnya) segera
setelah volume cairan mulai membesar akibat sedikit air yang ditambakan,
pada sel, dinding yang tegarlah yang menyebabkan naiknya tekanan.
Membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi
dinding sel yang tegar itulah yang menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak
mempunyai dinding, sehingga bila timbul tekanan di dalamnya, sel tersebut
sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah dimasukkan ke dalam
air. Sel yang turgid banyak berperan dalam menegakan bagian tumbuhan
yang tidak berkayu. Osmometer yang hampir sempurna dapat dibuat di
laboratorium, namun sel tidak pernah berfungsi sebagai sistem osmotik/
osmosis yang sempurna (Sumaryono, 1995).
Dua ruang A dan B dipisakan oleh membran yang semi-permeabel.
Permiabel terhadap zat a (air dan zat yang larut dalam air), impermiabel
terhadap zat b (protein). Kalau konsentrasi zat a lebih tinggi di A daripada B
atau tak ada di B maka a merembes ke B; sedangkan zat b tidak bisa
merembes ke A, meski di A tak ada b. Dengan demikian isi B akan naik., A
turun. Proses perembesan ini disebut osmosa atau osmosis. Osmosis terus
berlangsung sampai kosentrasi a di A dan B sama. Naiknya permukaan B
dapat diukur dengan manometer. Nilainya disebut nilai osmotis atau besar
tekanan osmosis B. Maka ruang A disebut hipotonis (hypo = renda, di bawa;
tonus = tekanan), ruang B disebut hipertonis (hiper = tinggi, di atas). Osmosis
terjadi dari ruang hipotonis ke yang hipertonis. Jika tekanan osmosis sama
antara A dan B berarti tak ada perembasan zat a lagi, disebut isotonis (iso =
sama) (Yatim, 2012).
Dalam osmosis terdapat larutan Ringer dan larutan Locke. Larutan ringer
yaitu larutan yang dipakai biasanya bagi hewan poikiloterm (berdarah dingin:
ikan, amfibi, reftil); sedangkan larutan locke untuk hewan homoterm
(berdarah panas : burung, mamal). Untuk percobaan sederhana dapat
digunakan larutan NaCl (garam dapur) dalam mengamati tekanan osmosis
sel. Jika kadar garam ini lebih rendah dari 0,9% ia bersifat hipotonis bagi sel
hewan. Kalau larutannya itu 0,9% persis, sifatnya isotonis dengan sel hewan.
Sedangkan kalau kadarnya lebih dari 0,9% sifatnya jadi hipertonis terhadap
sel. Pada metazoa yang kompleks tekanan osmosis tubuh secara keseluruhan
diatur oleh ginjal, sehingga tekanan osmosis cairan sel sama dengan cairan
intrasel, berarti isotonis. Pada protozoa ada vakuola berdenyut yang berfungsi
sebagai ginjal, tau disebut juga osmoregulator. Sedangkan pada tumbuhan
cairan intra hipertonis terhadap cairan inersel. Sel dicegah tak pecah berkat
kehadiran dinding. Pada umumnya tekanan osmosis intrasel sekitar 10 atm.
Beberapa species seperti jamur penicillium mala dapat memiliki tekanan
sebesar 100 atm (Yatim, 2012).

2.4 Efek Osmosis Terhadap Keseimbangan Air


Tampaknya logis jika larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih
tinggi akan memiliki konsentrasi air yang lebih rendah, dan air akan berdifusi
ke dalam larutan encer seperti sebagian besar cairan biologis, zat terlarut
tidak terlalu mempengaruhi konsentrasi air. Sebagai gantinya, pengumpulan
rapat molekul air di sekeliling molekul zat terlarut yang hidrofilik menjadikan
sebagian air tidak mampu melintasi membran. Perbedaan konsentrasi air
bebaslah yang penting. Pada akhirnya efeknya sama saja : air berdifusi
membran dari wilayah yang berkonsentrasi zat terlarut lebih rendah ke
wilayah yang berkonsentrasi zat terlarut lebih tinggi sampai konsentrasi zat
terlarut pada kedua sisi membran setara. Difusi air melintasimembran
permeabel selektif disebut osmosis (Campbell, 1999).
Osmosis disini dua larutan gula berkosentrasi berbeda dipisakan oleh
membran, yang dapat dilalui oleh pelarut (air) namun tidak oleh zat terlarut
gula. Molekul air bergerak acak dan dapat menyeberang ke dua arah, namun
secara keseluruhan, air berdifusi dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Dan jika
keseimbangan air pada sel tak berdinding, misalnya sel hewan, direndam
dalam lingkungan yang isotonik (isotonis) terhadap sel (iso berarti sama),
tidak akan ada pergerakan netto air melintasi membran plasma. Air mengalir
melintasi membran, namun dengan laju yang sama dalam ke dua arah. Dalam
lingkungan isotonik, volume sel hewan stabil. Sel hewan berada dalam
kondisi paling baik dalam lingkungan isotonik, kecuali jika memiliki adaptasi
khusus yan mengimbangi pengambilan atau kehilangan air secara osmosis.
Sedangkan pada sel tumbuhan turgid (kaku) dan umumnya berkondisi paling
baik dalam lingkungan hipotonik, di mana pengambilan air pada akhirnya
diseimbangkan oleh dinding yang mendorong sel (Campbell, 1999).

2.5 Pengertian Difusi


Kalau kita mengenal osmosis tentunya kita akan mengenal difusi juga,
difusi itu sendiri adalah peristiwa penyebaran molekul zat terlarut dari larutan
yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis). Menuju kelarutan yang
konsentrasinya rendah (hipotonis), melalui membran semipermiabel atau pun
tidak melalui membran. Contohnya membuat air sirup, membuat air teh
menetesinya tinta ke dalam air maupun melarutkan gula. Dan pada kehidupan
kita sehari-hari pada saat kita menghirip udara, tubuh kita akan terjadi
pertukaran gas antar sel melalui proses difusi. Difusi adalah perembasan zat
dari ruang berkonsentrasi lebih tinggi ke ruang yang berkonsentrasi lebih
rendah. Difusi berlangsung gradient (kemiringan) konsentrasi. Yakni dari
ruang yang konsentrasi zat A tinggi yang konsentrasi zat A itu rendah. Cara
difusi umum terdapat pada sel dan tanpa butuh energi. Proses difusi dapat
terjadi pada oksigen, CO2, air, elektrolit, dan bahan organis molekul
sederhana (Yatim, 2012).
2.6 Macam-macam Difusi
Menurut Wildan (1980), difusi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Difusi bebas, ialah difusi zat tanpa kemudahan dari protein pembawa
pada membran. Zat itu bebas berdifusi sendiri.
2. Difusi terikat, difusi yang dipermudah atau diberi fasilitas oleh protein
pembawa dalam membran. Tak ada pembawa itu tak ada difusi
Pembawa itu mengikat zat a, dan tiba di sebelah dalam membran
dilepaskan lagi.

Sedangkan menurut Marianti (2007), difusi ada dua yaitu:


1. Difusi sederhana
Hanya sejumlah kecil jenis molekul yang bergerak melalui
membran dengan cara difusi. Molekul yang bersifat hidrofobik dengan
mudah dapat bergerak melalui membran karena larut lemak. Molekul-
molekul tang bersifat hidrofilik, ang berukuran kecil saja yang dapat
melewati membran, sedangkan yang berukuran besar tidak dapat
melewatinya. Hal ini disebabkan arena pada membran plasma terdapat
pori-pori. Pori-pori yang ada baru pori-pori yang di bentuk oleh
adanya protein integral, sedangkan pori-pori di antaranya molekul
lemak bersifat hipotetik, karena tidak dapat dilihat/dibuktikan
walaupun menggunakan mikroskop elektron, namun dalam
kenyataannya dapat melakukan materi.
2. Difusi fasilitas (Facilitated Diffusion)
Seperti halnya difusi sederhana namun pengakutan materi dapat
berlangsung dengan cepat. Pergerakan molekul ditentukan oleh
gradien konsentrasinya, dan untuk molekul bermuatan ditentukan oleh
potensial listriknya. Difusi ini menggunakan fasilitas yaitu protein
membran.
2.7 Peristiwa Terjadi Difusi
Dalam difusi pergerakan molekul atau ion menembus membran
berdasarkan gradien konsentrasi. Difusi merupakan merupakan suatu cara di
mana zat bergerak masuk, melalui, dan keluar sel. Dalam spesies multisel,
difusi juga memindakan zat antar sel pada daerah yang berbeda dalam
tubuhnya atau antar sel dan lingkungan eksternal sel. Contohnya, sel
fotosintesis dalam daun menghasilkan oksigen. Oksigen berdifusi keluar sel
dan masuk ke ruang udara dalam daun yang memiliki konsentrasi lebuh
rendah. Kemudian, oksigen berdifusi ke udara di luar daun yang memiliki
konsentrasi oksigen lebih rendah. Suatu zat cenderung berdifusi dalam arah
berdasarkan gradien konsentrasi gradien zat terlarut dalam tempat yang sama.
Anda dapat mengamati kecenderungan dengan meneteskan pewarna ke air.
Molekul pewarna berdifusi secara lambat ke daerah yng konsentrasinya lebih
rendah tanpa memeulikan zat terlarut (Prasaja, 2015).
Menurut Katjono, (1994) difusi adalah cara yang efisien bagi molekul bila
jarak yang harus ditempuh pendek namun menjadi tidak efisien bila lintasan
yang harus ditempuh terlalu panjang.
Maksud difusi satu zat terlarut adalah Membran memiliki pori-pori yang
cukup besar untuk dilewati molekul pewarna. Pergerakan acak molekul
pewarna akan menyebabkan sebagian di antaranya melewati pori-pori; ini
akan lebih sering pada sisi yang mengadung lebih banyak molekul. Pewarna
berdifusi dari tempat yang konsentrasinya lebih rendah (disebut berdifusi
menuruni gradien konsentrasi). Ini mengarah pada kesetimbangan dinamik :
Molekul zat terlarut terus melintasi membran, namun pada laju yang sama
dalam kedua arah.sedangkan dua zat terlarut adalah larutan dua pewarna yang
pewarna yang berbeda dipisakan oleh membran yang permiabel terhadap
keduanya. Setiap pewarna berdifusi menuruni gradien konsentrasinya sendiri.
Akan terjadi difusi netto pewarna ungu ke kiri, walaupun konsentrasi zat
terlarut total pada awalnya lebih besar di sebelah kiri.zat iti berdifusi
melintasi mmbran menuruni gradien konsentrasinya (dengan mengsumsikan
bahwa membran permeabel terhadap zat itu). Salah satu contoh penting
adalah pengambilan oksigen oleh sel yang melakukan respirasi selular.
Oksigen terlarut berdifusi ke dalam sel tersebut melintasi membran plasma.
Selama respirasi selular terus mengkonsumsi O2 saat molekul tersebut
masuk, difusi ke dalam sel akan berlanjut karena gradien konsentrasi
mendukung pergerakan ke arah itu. Difusi zat melintasi membran biologis
disebut transpor pasif (passive transport) karena sel tidak harus mengeluarkan
energi agar hal ini terjadi. Dalam kasus air, akuaporin memungkinkan air
berdifusi dengan sangat cepat melintasi membran pada sel tertentu
(Campbell, 1999).
Difusi zat cair yang menempuh jarak makroskopik itu berlangsung lambat,
dan aliran massa gas dan zat cair sangatlh lazim, maka difusi bukanlah suatu
kejadian yang mudah terlihat. Difusi sering terjadi akibat adanya perbedaan
konsentrasi bahan di satu titik dengan di titik lain. (ketika zat warna tadi
mulai melarut, air di dekat kristal berwarna sangat pekat, tapi pada jarak
tertentu tak ada warna). Perbedaan konsentrasi sangat lazim terjadi, terutama
dalam sel yang hidup dan dalam organisme pada umumnya. Contohnya,
ketika senyawa organik tertentu dalam sitosol masuk ke dalam sel dan
dimetabolismekan oleh mitokondria, maka konsentrasinya di dekat
mitokondria dipertahankan lebih rendah daripada konsentrasinya di dekat
kloroplas yang berfotosintesis (penghasil gula) di dalam sel yang sama. Di
tingkat sel, difusi bermacam bahan, termasuk air, terjadi terus-menerus dan di
mana-mana. Jadi, untuk memahami sel, tak bisa tidak kita harus memahami
difusi (Sumaryono, 1995).

2.8 Plasmolisis dan Krenasi


Plasmolisis adalah terjadinya pecahnya membran plasma dari dinding sel.
Dan krenasi adalah pengkerutan sel darah yang disebabkan oleh larutan
hipotesis dan hipertonis. Jika pada plasmolisis terjadi di sel tumbuhan
sedangkan pada krenasi terjadi di sel hewan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum pada hari Selasa, 03 Desember 2015 pukul 10:00-
12:00 WIB. Di Laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

3.2 Alat dan Tempat


3.2.1 Alat
1. Mikroskop
2. Deck glass
3. Obyek glass
4. Tabung reaksi
5. Carter
6. Alat Tulis/mistar

3.2.2 Bahan
1. Kentang (Solanum Tuberosum L.)
2. Timun (Cucumis Sativus)
3. Darah burung dara (Columbia Domestica)
4. Ringer Solution
5. Larutan ringer
6. Larutan air garam dan gula
7. Aquades

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Plasmolisis dan Krenasi
1. Siapkan tiga buah obyek glass cekung dan tiga buah deck glass
2. Obyek glass I ditetesi ringer solution
3. Obyek glass II ditetesi larutan sukrosa
4. Obyek glass III ditetesi aquades
5. Tambahkan darah pada setiap tetesan
6. Tutuplah dengan deck glass hati- hati
7. Amati di bawah mikroskop, amati perubahan apa yang terjadi!
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan kami mendapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Pengamatan Pada Larutan Garam
Sebelum 10’ 10’ 10’
Penga-
Kenta- Tim- Kenta- Tim- Kenta- Timu Kenta- Tim-
matan
ng un ng un ng n ng un
Putih
Kuning Kuning Kuning
Warna kehij- Tetap Putih Putih Putih
terang Pucat Pucat
auan
Tektur Padat Padat Padat Padat Lunak Lunak Lunak Lunak
Keteb- 0,5 0,5 0,5 0,4
1 cm 0,8 cm 0,7 cm 0,6 cm
alan cm cm cm cm
Bentuk Balok Balok Balok Balok Balok Balok Balok Balok

Tabel 2. Pengamatan Pada Larutan Gula

Sebelum 10’ 10’ 10’


Penga-
Kenta- Tim- Kenta- Tim- Kenta- Timu Kenta- Tim-
matan
ng un ng un ng n ng un
Putih
Kuning Kuning Kuning
Warna kehij- Tetap Putih Putih Putih
terang Pucat Pucat
auan
Tektur Padat Padat Padat Padat Lunak Lunak Lunak Lunak
Keteb- 0,5 0,4 0,3 0,2
1 cm 0,7 cm 0,7 cm 0,5 cm
alan cm cm cm cm
Bentuk Balok Balok Balok Balok Balok Balok Balok Balok
Tabel 3. Pengamatan Pada Larutan Aquades

Sebelum 10’ 10’ 10’


Penga-
Kenta- Tim- Kenta- Tim- Kenta- Timu Kenta- Tim-
matan
ng un ng un ng n ng un
Putih
Kuning Kuning Kuning Kuning
Warna kehij- Putih Putih Putih
terang pucat Pucat Pucat
auan
Tektur Padat Padat Padat Padat Padat Padat Padat Padat
Keteb- 0,5 0,5 0,5 0,5
1 cm 0,6 cm 0,7 cm 0,6 cm
alan cm cm cm cm
Bentuk Balok Balok Balok Balok Balok Balok Balok Balok

Tabel 4. Pengamatan Darah Burung Dara

No Pengamatan Air garam Air Gula Air Biasa


1 Warna Merah Muda Merah Orange

2 Reaksi Hipertonis Hipertonis Hipotonis

3 Bentuk Kapsul pecah- Bulat Melebar dan


pecah dan menggumpal menggumpal
bintik-bintik
hitam
-
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan pada sel tumbuhan dan
sel hewan pada sel tumbuhan kentang (Solanum Tuberosium L.), timun
(Cucumis Sativus) yang dimasukkan ke dalam (Larutan garam, larutan gula,
dan air mineral). Sebelum kentang dan timun dimasukkan ke dalam larutan
garam, larutan gula, dan aquades. Bentuk, warna, tekstur dan ketebalan
masing-masing masih dalam keadaan normal seperti pada kentang bentuknya
balok, warnanya kuning terang, teksturnya padat dan ketebalan 2x1x1. Dan
pada timun bentuknya balok, warnanya putih kehijauan, teksturnya padat, dan
ketebalannya 1x0,5x0,5.
Fenomena fisik yang terjadi di dalam protoplasma adalah akibat dari dua
keadaan pokok :
1. Molekul-molekul protoplasma dalam keadaan bergerak, makin tinggi
temperatur semakin besar gerakannya
2. Molekul-molekul protoplasma sebagian besar dalam ukuran koloid
(0,001-0,1) mikron
Kedua fenomena tersebut menghasilkan macam-macam efek, misalnya
difusi, osmosis, brownian movement, differential permeabilitas membran,
dan lain sebagainya. Kebanyakan fenomena ini memegang peranan penting
pada sistem kehidupan.
1. Difusi merupakan penyebaran zat dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi tanpa melalui membran semipermeabel
2. Osmosis merupakan pertukaran zat dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi melalui membran semipermeabel
Pada hasil pengamatan plasmolisis yang terjadi pada timun di air gula,
aquades, dan garam yaitu terdapat hasil warnanya putih kehijauan, padat dan
ukurannya rata-rata sekitar 0,5 cm dan bentuknya balok. Pada kentang
terdapat hasil yaitu warnanya kuning pucat, ukurannya rata-rata 0,7 cm
berbentuk balok.
Pada hasil pengamatan krenasi terdapat hasil yang darah ditambah air
garam berwarna merah muda, reaksinya hipertonis, dan berbentuk kapsul
pecah-pecah. Pada darah yang ditambahkan air gula berwarna merah,
hipertonis, dan bentuknya bulat menggumpal. Pada darah yang ditambah air
biasa berwarna orange, hipotonis, dan berbentuk melebar dan menggumpal.
Difusi air melintasimembran permeabel selektif disebut osmosis. Osmosis
disini dua larutan gula berkosentrasi berbeda dipisakan oleh membran, yang
dapat dilalui oleh pelarut (air) namun tidak oleh zat terlarut gula. Molekul air
bergerak acak dan dapat menyeberang ke dua arah, namun secara
keseluruhan, air berdifusi dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Dan jika
keseimbangan air pada sel tak berdinding, misalnya sel hewan, direndam
dalam lingkungan yang isotonik (isotonis) terhadap sel (iso berarti sama),
tidak akan ada pergerakan netto air melintasi membran plasma. Air mengalir
melintasi membran, namun dengan laju yang sama dalam ke dua arah. Dalam
lingkungan isotonik, volume sel hewan stabil. Sel hewan berada dalam
kondisi paling baik dalam lingkungan isotonik, kecuali jika memiliki adaptasi
khusus yan mengimbangi pengambilan atau kehilangan air secara osmosis.
Sedangkan pada sel tumbuhan turgid (kaku) dan umumnya berkondisi paling
baik dalam lingkungan hipotonik, di mana pengambilan air pada akhirnya
diseimbangkan oleh dinding yang mendorong sel (Campbell, 1999).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengamatan yang kami amati mengenai
pengamatan osmosis baik dari sel hewan dan tumbuhan. Pada sel tumbuhan
kentang (Solanum tuberosum L), timun (cucumis sativus) dengan
menggunakan air garam, air gula, dan air aquades. Mengalami perubahan dari
segi tekstur, warna, dan ukuran pada sel tumbuhan dapat diamati secara kasat
mata. Peristiwa yang termasuk plasmolisis yaitu pengamatan sel kentang dan
sel timun. Peristiwa krenasi yaitu pada sel darah burung dara (Colombia
Domestica). Larutan hipertonis yaitu terdapat pada larutan garam dan gula.
Larutan hipotonik yaitu aquades.

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, Bruce, ddk. 1994. Biologi molekuler. Ed.2. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama.

Hadioetomo, Ratna Siri, Teja Imas, Sutarmi Tjotrosomo, Sri Lestari Anka. 1998.
Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia.

Prasaja, Yenny. 2012. Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup. Jakarta :


Salemba Teknika.

Reece, Campbell. 1999. Biologi. Ed. 8. Jakarta : Erlangga.

Salisbury, frank B. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Ed. 4. Bandung : ITB.

Sumandi, Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Cet. 1. Jakarta : Graha ilmu.

Yatim, Wildan. 1996. Biologi Moderen. Bandung: PT Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai