Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah adalah cairan tubuh yang mengalir dalam pembuluh dan beredar ke
seluruh tubuh. Darah yang mengalir pada manusia harus memiliki jumlah yang
konstan dan harus dipertahankan selama hidup suatu manusia artinya kuantitas
darah pada manusia itu harus terus ataupun kelebihan karena dapat menyebabkan
kematian. Darah manusia memiliki kompisisi berupa sel darah merah (eritrosit),
sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit). Bagian-bagian
darah tersebut tentunya memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda. Struktur
sel-sel darah pada manusia memiliki bentuk dan komponen yang berbeda-beda,
jika diamati dibawah mikroskop cahaya (Ali, 2013).
Mengamati struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada
umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya
digunakan untuk mempelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung
perbandingan jumlah masing-masing sel darah. Struktur sel-sel darah dapat
diamati dengan menggunakan mikroskop, umumnya dibuat preparat sediaan apus.
Tenik ini akan menghasilkan sel-sel darah hingga memudahkan dalam
pengamatan. Sediaan apus darah ini tidak saja untuk mempelajari bentuk masingmasing sel darah, tetapi juga dapat digunakan untuk menghitung perbandingan
antar masing-masing jenis sel darah.
Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang
disebut metode ulas (metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan
mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau

bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian
difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup. Berdasarkan uraian tersebut
maka perlu dilaksanakan praktikum mengenai preparat apus (smear preparation).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimana cara membuat
film darah tipis dalam mempelajari korpuskula darah ?.
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang hendak dicapai dalam praktikum ini adalah untuk
mengetahui cara membuat film darah tipis dalam mempelajari korpuskula
darah.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang hendak dicapai ini adalah bagamana cara membuat
film darah tipis dalam mempelajari korpuskula darah.

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 04 Oktober 2016, pukul
14.00-17.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi ,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam Universitas Halu oleo,
Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama Alat dan kegunaan pada Praktikum Preparat Apus (smear
preparation)
No Nama Alat
Kegunaan
.
1
1.
2.
3.

2
Mikroskop

3
Untuk melihat objek pengamatan.

Kaca objek

Untuk meletakkan objek yang akan diamati.

Kapas

Untuk menghisap larutan yang bertumpah,


serta media usap dalam sterilisasi jarum

4.

frankle dan permukaan kulit.


5.
6.

Jarum frankle

Untuk menusuk jari yang akan diambil


darahnya/ mengeluarkan darah.

Kertas label

Sebagai penanda preparat.

Kamera digital

Sebagai pengambil gambar objek

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada Praktikum Preparat Apus (smear
preparation)
N Nama Bahan
Kegunaan
o
1
1

2
Darah segar

3
Sebagai sampel yang akan diamati.

Alkohol 70%

Sebagai larutan pembersih.

Aquadest

Untuk mencuci/membersihkan sisa


alkohol.

Larutan giemsa

Sebagai larutan untuk Mewrnai


darah

Methanol

Sebagai larutan untuk memfiksasi


darah.

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.

Pengambilan darah.
a. diayunkan terlebih dahulu sebelum jarinya ditusuk
b. dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%
c. ditusuk dengan jarum dengan arah tusukan tegak lurus garis-garis sidik
jari dan setelah darah keluar, jari tidak boleh ditekan-tekan dan diperas,
cukup dibiarkan darah menetes keluar dengan sendirinya.

f. Diambil tetesan darah berikutnya digunakan untuk pemeriksaan.


2.

Pembuatan preparat apusan darah.


a. Disiapkan dua kaca objek/ kaca preparat.
b. Ditetes darah yang berasal dari ujung jari dan diletakkan pada ujung kaca
objek yang pertama.
c. Diambil dan disentuhkan salah satu ujungnya pada kaca objek pertama di
sebelah kiri tetesan darah sehingga kedua ujung object glass tersebut
membentuk sudut 45o ke kanan.
d. digeser ke kanan sehingga tetesan darah berada disudut antara kedua
object glass dan membentuk filem dara yang tipis dan rata.
e. dikeringkn di preparat dan siap diwarnai.
3. Pewarnaan preparat apus
a. Difiksir dengan methanol selama 3-5 menit
b. Direndam didalam Giemsa selama 15 menit. Setelah itu dikeringkan di
udara selama beberapa menit.
c. Dicuci dalam air mengalir lalu dikeringkan dalam suhu ruang, setelah
kering, preparat apusan darah siapdiamati dibawah mikroskop.

4. Pengamatan
a. Diletakan dipapan preparat mikroskop dengan prosedur yang baik.
b. Diamati dengan perbesaran rendah(40x perbesaran), jika belum dapat
terlihat, tingkatkan perbesaran hingga mendapatkan gambar yang jelas
c. Diambil gambar preparat dengan menggunakan kamera digital.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Hasil pengmatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Monosit
2 Limfosit
1
2

3. Neutrofil
4. Basofil
5. Eritrosit
6. Eusinofil
5. Neutrofil

5
6

B. Pembahasan
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang merupakan
bagian terpenting dalam sistem transpor. Dalam keadaan fisiologik, darah
selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya
sebagai pembawa oksigen (oksigen carrier), mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri atas dua komponen
utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang sebagian
besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah, sedangkankan butir darah
(blood corpuscles) terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit.
Pembentukan eritrosit yang melalui tahapan sebagai berikut
eritroblast, basophilic normoblas, policromatofilik normoblast, asidofilik
normoblas, retikulosit dan eritrosit. Namun hanya retikulosit yang ditemukan
pada darah tepi pada keadaan normal. Sedangkan pada pembentukan leukosit
(jalur mieloid) pada awalnya mieloblast menjadi progranulosit (neutrofil),
eosinofil maupun basofil selanjutnya menjadi promielosit kemudian menjadi
metamielosit. Semua aktifitas ini secara normal dijumpai dalam sumsum tulang
dan pada perkembangan di darah tepi akan menjadi stab/band serta segmen.
Sedangkan trombosit terbentuk dari pecahan sitoplasma megakarioblast.

Darah dapat dibuat preparat apus dengan metode supra vital yaitu
suatu metode untuk mendapatkan sediaan dari sel atau jaringan yang hidup.
Sel-sel darah yang hidup dapat mengisap zat-zat warna yang konsentrasinya
sesuai dan akan berdifusi ke dalam sel darah tersebut, selanjutnya zat warna
akan mewarnai granula pada sel bernukleus polimorf.
Praktikum pembuatan preparat apus (smear preparation) dilakukan
dengan mengambil darah pada ujung salah satu jari tangan dengan cara ditusuk
dengan jarum lanset. Darah tersebut diteteskan pada kaca preparat. Darah yang
diambil pada terkesan kedua, terkesan pertama dilap menggubakan tisu,
kemudian darah di ratakan dengan menggunakan kaca penutup. Larutan warna
yang digunakan untuk mewarnai apusan darah tersebut yaitu larutan giemsa,
may-grunwald dan campuran 1 : 1 larutan A dan larutan B.
Pembuatan preparat apusan darah diperoleh suatu bagan-bagian darah
yaitu sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Eritrosit adalah
suatu sel darah yang berperan dalam mengikat oksigen melalui hemoglobin.
Sedangkan Leukosit adalah suatu jenis darah yang menyusun tubuh suatu
individu yang berperan dalam kekebalan tubuh. Pada pembuatan preparat
awetan darah tepi terlihat bahwa leukosit terbagi menjadi dua bagian utama
yaitu leukosit bergranula (neutrofil, basofil dan eutrofil) dan leukosit tidak
nergranula (monosit dan limposit).
Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan
tidak mempunyai inti. Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya
mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah

merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen. Bentuk dan sifat leukosit
berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita lihat di bawah mikroskop maka
akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah, mempunyai bermacammacam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya
bening (tidak berwarna)
Neutrofil, selnya cukup besar, hampir 1,5 kali ukuran eritrosit. Intinya
berlobus banyak, 2-5 buah; satu sama lain dihubungkan dengan benang
kromatin halus. Kromatin intinya kasar dan padat. Dapat pula ditemukan
neutrofil muda dengan inti berbentuk batang bengkok, tidak berlobus, yang
disebut neutrofil batang. Sitoplasma neutrofil mengandung granula spesifik
halus, berwarna merah muda. Segmen (tembereng) yang merupakan prekursor
bagi neutrofil dapat dijumpai dengan penampakan 2 lobus. Lobus-lobus ini
nampak dihubungkan oleh serabut kromatin halus. Neutrofil dapat melakukan
fagositosis, menunjukkan gerakan amuboid dan kesanggupan hidup dalam
keadaan anaerob bermanfaat dalam memerangi bakteri jahat. Tingginya kadar
neutrifil dalam tubuh mengindikasikan tubuh orang tersebut memilki sistem
pertahanan yang kuat.
Eusinofil, sel ini ukurannya kurang lebih sama dengan neutrofil.
Bentuk inti umumnya mirip gagang telepon atau kaca mata dengan kromatin
yang tidak sepadat neutrofil. Sitoplasmanya bergranula kasar dengan ukuran
yang kurang lebih seragam dan bewarna merah jingga. Sel ini agak sukar
ditemukan karena jumlahnya lebih sedikit dari neutrofil. Banyaknya jumlah
granul membuat sel ini berwarna lebih gelap. Bentuk inti sel ini merupakan

bentuk pada fase eusinofil yang telah dewasa. Granul pada sel ini mengandung
protein yang mampu membunuh cacing seperti Schistosoma.
Basofil, Sel ini ukurannya kurang lebih sama dengan neutrofil. Namun
sel ini agak sukar dicari karena jumlahnya dalam keadaan normal sedikit,
bahkan lebih sedikit dari eosinofil. Bentuk intinya tidak menentu, bahkan
sering tidak jelas karena tertutup granula. Kadang juga terlihat berlobus atau
berbentuk batang bengkok. Granula sitoplasma berwarna biru kehitaman,
ukuranya tidak seragam, dan tersebar menutupi inti.
Limfosit, Ukuran sel ini beragam. Ada yang seperti eritroeit dan ada
yang sebesar neutrofil. Limfosit dengan garis tengah 6-8 mikrometer dikenal
sebagai limfosit kecil. Di dalam peredaran darah, terdapat sedikit limfosit
berukuran sedang dan besar dengan garis tengah mencapai 18 mikrometer.
Limfosit yang lebih besar diyakini sebagai sel yang telah diaktifkan oleh
antigen spesifik. Pada sediaan apus darah, anak inti leukosit tidak terlihat,
namun dapat terlihat dengan pulasan khusus dengan mikroskop elektron.
Sitoplasma limfosit bersifat basa lemah, dan berwarna biru muda pada sediaan
yang terpulas. Sitoplasma ini mungkin mengandung granul azurofilik. Inti
selnya kebanyakan bulat atau seperti kacang bogor, atau kadang mirip ginjal.
Kromatin inti amat padat dan bewarna biru gelap. Sitoplasma sel ini relatif
sedikit dan berwarna biru langit tanpa granul spesifik, namun pada beberapa sel
terlihat granula azurofil, yang jika pulasannya baik akan bewarna ungu
kemerahan.

Monosit, merupakan leukosit yang ukurannya paling besar, biasanya


ditemukan dibagian tepi sajian. Intinya mungkin berbentuk seperti ginjal atau
tapal kuda. Kromatin intinya tidak padat bahkan dapat dilihat anak inti.
Gambaran kromatin mirip relung-relung otak. Sitoplasmanya berwarna biru
kelabu tanpa granul spesifik. Kadang-kadang dapat pula ditemukan granula
azurofil. Terdapat perbedaan warna sitoplasma dan gambaran kromatin inti sel
ini dengan lemfosit yang besar. Karena peyebaran kromatin yang halus, inti
monosit terpulas lebih terang daripada inti limfosit besar. Sitoplasma monosit
bersifat basofilik dan sering mengandung granul azurofilik yang sangat halus
(lisosom).

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa cara membuat film darah tipis untuk mempelajari
korpuskula darah yaitu dengan menggunakan metode smear yang diwarnai
dengan larutan gyema, larutan may-grunwuld dan larutan 1 : 1 Larutan A dan
Larutan B sehingga terlihat bagian-bagian darah dengan jelas berupa eritrosit
dan leukosit.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah laboratorium
menyediakan lebih banyak lagi bahan untuk praktikum supaya praktikan bisa
aktif mengikuti praktikum.

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK


PERCOBAAN I
PREPARAT APUS (SMEAR PREPARATION)

OLEH :
NAMA

: SELVI

STAMBUK

: F1D1 15 075

KELOMPOK

: I (SATU)

ASISTEN PEMBIMBING

: SAHARUDIN

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Preparat Apus
Pembuatan preparat apus darah dengan gelas obyek dengan cara, satu
tetes kecil darah diletakkan dekat dengan ujung gelas. Menempatkan gelas
obyek yang kedua dengan bagian ujung menyentuh permukaan gelas obyek
yang pertama sehingga membentuk sudut 45. Menarikkan gelas obyek
kesamping dan membiarkan darah mengalir dengan daya kapiler, sehingga
mencapai 2/3 bagian gelas obyek. Membiarkan preparat apus mengering
diudara terbuka. Pengeringan dilakukan dengan cara mengayun-ayunkan
preparat yang kita pegang, dan untuk mendapatkan hasil yang baik proses
pewarnaan tidak boleh lebih dari 1 jam setelah pembuatan preparat apus.
Pewarnaan Giemsa dengan cara memfiksir preparat apus darah dengan
methanol selama 3-5 menit. Membiarkan preparat diudara, setelah kering
rendam preparat ke dalam larutan Giemsa yang baru dibuat selama 15-60
menit, mengencerkan Giemsa 1:10 dengan akuades buffer atau dalam jumlah
kecil juga dapat membuat dengan perbandingan 1 tetes pewarna dalam 1 ml

akuades buffer, mencuci preparat dengan air, mengamati di bawah mikroskop


(Lestari, 2013)
B. Fungsi Darah
Fungsi darah secara umum berkaitan dengan transportasi komponen di
dalam tubuh seperti nutrisi, oksigen, karbondioksida, metabolisme, hormon dan
kelenjar endokrin, panas dan imun tubuh. Nutrisi yang diserap pada saluran
pencernaan yang kemudian dibawa ke dalam darah guna memenuhi kebutuhan
akan jaringan tubuh. Proses pembentukan sel-sel darah yang diproduksi setiap
hari di dalam sumsum tulang memerlukan prekusor antara lain besi, mangan,
kobalt, vitamin, asam amino dan hormon untuk mensintesis pembentukan sel
darah (Hoffbrand dan Pettit, 1996). Darah memiliki peranan yang sangat
kompleks untuk terjadinya proses fisiologis yang berjalan dengan baik,
sehingga produktifitas ternak dapat optimal. Profil darah pada hewan juga
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, bangsa,
penyakit, temperatur lingkungan, keadaan geografis, dan kegiatan fisik.
Berbagai itik lokal yang pakannya disuplementasi probiotik diharapkan mampu
meningkatkan status fisiologisnya ditinjau dari jumlah eritrosit, kadar
hemoglobin, dan nilai hematokrit (Ali, 2013)
Dalam tubuh darah sangat berperan penting, selain mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh, darah juga berperan dalam hal pendistribusian obat
sampai ketempat tempat yang diinginkan. Darah terdiri dari beberapa
komponen yaitu, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) protein
plasma dan cairan plasma. Membran eritrosit mengandung kira kira 49 %

protein, 44 % lipid dan 7% karbohidrat, terdiri dari lipid bilayer, protein dan
telah banyak digunakan untuk menentukan kemungkinan mekanisme berbagai
cara transpor obat (Simanjuntak, 2003).
Leukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel
darah putih. Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata
5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut
leukositosis, bilakurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop
cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang
dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan
mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak mempunyai granula,
sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat
dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel
agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir
granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau eosinofil) yang dapat dibedakan
dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula
dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan
pada sebagian besar precursor (pra zatnya) (Effendi, 2003).
Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling banyak. Dalam
jumlah absolut, terdapat 3000-6000 per mm3 darah, atau 20-30 milyar dalam
peredaran darah setiap saat. Neutrofil tinggal dalam darah sekitar 8 jam
sebelum bermigrasi keluar pembuluh dan masuk jaringan. Diameter neutrofil 7
m dalam darah dan 10-12 m dalam sediaan apusan darah kering. Neutrofil
mudah dikenali dari nukleusnya yang khas, terdiri atas dua lobi atau lebih yang

saling berhubungan melalui benang tipis. Jumlah lobus nukleus ini tergantung
dari usianya. Pertama kali dilepas dari sumsum tulang ke dalam darah,
nukleusnya berbentuk lonjong atau memanjang (Warni, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Ali, A, S., Ismoyowati, dan Indrasanti, D., 2013, Jumlah Eritrosit, Kadar
Hemoglobin dan Hematokrit pada Berbagai Jenis Itik Lokal Terhadap
Penambahan Probiotik Dalam Ransum, Jurnal Ilmiah Peternakan I(3) :
1001-1013
Efendi, Z., 2003, Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh,
USU digital libraray, Sumatra Utara
Lestari, S. H. A., Ismoyowati, dan Indradji, M., 2013 Kajian Jumlah Leukosit dan
Diferensial Leukosit pada Berbagai Jenis Itik Lokal Betina yang Pakannya
di Suplementasi Probiotik, Jurnal Ilmiah Peternakan I(2): 699 709
Simanjuntak, M, T., 2003, Ketergantungan Temperatur dan PH terhadap

Transpor Sefaleksin ke Dalam Eritrosit Manusia Secara In Vitro


Warni, Elly, 2009, Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf Tiru Penentuan
Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) Berbasis, Makassar, Jurnal Ilmiah
Elerikal enjiring, VII(3) : 1.

Anda mungkin juga menyukai