Anda di halaman 1dari 7

Sains & Teknologi Hewan 4(24):1-7

Pengamatan Viabilitas dan Motilitas Spermatozoa


Dinda Triana1*, Nor Azizah2, Anni Nurliani2
1
: Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ULM.
2
: Departemen Anatomi dan Fisiologi, Laboratotium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengatahuan Alam, ULM
*
E-mail: 1911013320009@mhs.ulm.ac.id
Abstrak

Viabilitas adalah daya hidup spermatozoa. Viabilitas memiliki korelasi dengan motilitas yang
ditentukan oleh kekuatan membran plasma spermatozoa. Motilitas adalah daya gerak spermatozoa
untuk membuahi sel telur. Praktikum ini bertujuan agar praktikan mampu mengetahui viabilitas dan
kecepatan spermatozoa untuk mengatahui kesehatan spermatozoa. Metode praktikum pengamatan
motilitas dan viabilitas dilakukan pembiusan dan pembedahan terlebih dahulu pada hewan uji,
kemudian pada pengamatan motilitas dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop perbesaran 400x
dengan melihat pergerakan spermatozoa menggunakan stopwatch, ditentukan lama waktu yang
diperlukan oleh spermatozoa untuk bergerak secara lurus. Kemudian, analisis viabilitas spermatozoa
dilakukan dengan pengecatan supravital, yaitu 1 tetes sampel diletakkan di atas gelas objek,
ditambahkan 1 tetes larutan Eosin Y 70%, kemudian ditutup dengan kaca penutup, pengamatan sediaan
di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x Berdasakan pengamatan yang telah dilakukan
didapatkan hasil pada tikus memiliki morfologi normal dan motilitas non-progresif dengan grade 1.
Sedangkan, mencit memiliki morfologi normal dan motilitas imotil dengan grade 0. Kemudian, hasil
viabilitas spermatozoa didapatkan hasil pada tikus dan mencit tidak adanya viabilitas. Beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa antara lain, nutrisi, abnormalitas
spermatozoa dan usia spermatozoa (muda, matang atau tua). Faktor lain yang dapat mempengaruhi
motilitas adalah pakan, cahaya, temperatur, manajemen pemeliharaan, frekuensi penampungan dan
pengenceran serta lingkungan.

Kata kunci : spermatozoa, viabilitas, motilitas dan faktor

PENDAHULUAN
Spermatozoa merupakan hasil dari proses spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus
seminiferus pada testis. Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon testosteron. Kadar
testosteron merupakan parameter antifertilitas. 8 Kadar testosteron tinggi atau rendah (di bawah
ambang normal) akan berakibat feed back negatif pada hipotalamus dan mengakibatkan proses
spermatogenesis terganggu, jika kadar testosteron normal akan menggertak testis untuk
melakukan proses spermatogenesis (Julia et al., 2017). Kemampuan bereproduksi dari hewan
jantan dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas sperma yang dihasilkan. Kualitas
spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi
tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak motil), morfologi spermatozoa
meliputi bentuknya (normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece
atau ekor), konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa
(Ashfahani & Wiratmini, 2010).
Viabilitas adalah daya hidup spermatozoa. Pemeriksaan viabilitas spermatozoa dapat
dijadikan indikator integritas struktur membran spermatozoa. Viabilitas memiliki korelasi
dengan motilitas yang ditentukan oleh kekuatan membran plasma spermatozoa. Motilitas adalah
daya gerak spermatozoa untuk membuahi sel telur. Daya gerak yang progresif sangat diperlukan
Sains & Teknologi Hewan 4(24):1-7

spermatozoa saat di saluran kelamin betina untuk mencapai tempat fertilisasi. Motilitas
merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kualitas semen dan keberhasilan
fertilitas (Prastika et al., 2018).
Motilitas pada spermatozoa merupakan gerakan pada ekor spermatozoa. Morfologi dan
viabilitas pada spermatozoa memiliki hubungan yang erat karena hanya spermaozoa hidup yang
dapat menghasilkan energi agar spermatozoa dapat terus bergerak. Selain itu, moroflogi
spermatozoa yang baik akan mendukung motilitas spermatozoa yang baik (Busman & Sutyarso,
2021). Adapun penilaian motilitas terbagi menjadi 4 yaitu bergerak cepat dan lurus, bergerak
lambat, bergerak di tempat, dan tidak bergerak (Permatasari et al., 2020). Motilitas berguna
dalam mempertemukan antara spermatozoa dengan sel telur. Ciri dari motilitas spermatozoa
yang normal yaitu memiliki gerakan lurus kedepan, lincah, cepat, dan gerakan ekor berirama
(Bushman & Sutyarso, 2021). Praktikum ini bertujuan agar praktikan mampu mengetahui
viabilitas dan kecepatan spermatozoa untuk mengatahui kesehatan spermatozoa.
METODE
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kaca objek, kaca penutup, alat bedah,
spuit, cawan petri, mikroskop dengan perbesaran (400x), tasbih digital, stopwatch,
Haemositometer. Bahan yang digunakan adalah pewarna Eosin nigrosin dan nacl 0,9% dan
sperma tikus.
Pengukuran kecepatan gerak sperma
Kecepatan gerak spermatozoa diukur dengan melihat pergerakan normal (gerak
progresif) dengan menggunakan stopwatch, ditentukan lama waktu yang diperlukan oleh
spermatozoa untuk bergerak secara lurus menempuh jarak antara 2 sisi bujur sangkar kecil.
Waktu yang digunakan spermatozoa untuk menempuh jarak tertentu persentasinya berdasarkan
pola pergerakan masing-masing, terutama gerak progresif dalam satuan µm/detik.

Gambar 1. Metode Pengukuran Kecepatan Gerak Sperma Tikus


Sains & Teknologi Hewan 4(24):1-7

Gambar 2. Metode Pengukuran Kecepatan Gerak Sperma Mencit

Pengukuran viabilitas spermatozoa


Analisis viabilitas spermatozoa dilakukan dengan pengecatan supravital, yaitu 1 tetes
sampel diletakkan di atas gelas objek, ditambahkan 1 tetes larutan Eosin Y 70%, kemudian
ditutup dengan kaca penutup, pengamatan sediaan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x
dihitung per 100 spermatozoa, dengan menggunakan alat bantu hitung pada saat bidang pandang
diamati spermatozoa yang hidup dan yang mati. Spermatozoa hidup tidak menyerap warna eosin
sedangkan spermatozoa mati akan menyerap warna merah. Pengujian viabilitas dilakukan untuk
menguji kerusakan pada bagian kepala spermatozoa.

Gambar 3. Pewarnaan Sel Sperma Tikus


Sains & Teknologi Hewan 4(24):1-7

Gambar 4. Pewarnaan Sel Sperma Mencit

HASIL
Pengamatan Motilitas Spermatozoa

Gambar 5. Hasil Pengamatan Motilitas Sperma Tikus

Gambar 6. Hasil Pengamatan Motilitas Sperma Tikus


Sains & Teknologi Hewan 4(24):1-7

Tabel 1. Hasil Pengamatan Morfologi & Motilitas Tikus dan Mencit


Subjek Morfologi Motilitas Grade
Tikus Normal Non-Progresif 1
Menci Normal Imotil 0
t

Pengamatan Viabilitas Spermatozoa

Gambar 7. Hasil Pengamatan Viabilitas Sperma Tikus

Gambar 8. Hasil Pengamatan Viabilitas Sperma Mencit


Sains & Teknologi Hewan 4(24):1-7

Tabel 2. Hasil Viabilitas Sperma Tikus dan Mencit


Subjek Kategori Viabilitas Viabilitas
Tikus Spermatozoa yang Tidak ada viabilitas
hidup 85% :
Spermatozoa mati
(<15%)
Mencit Spermatozoa yang Tidak ada viabilitas
hidup 85% :
Spermatozoa mati
(<15%)

DISKUSI
Praktikum pengamatan viabilitas dan motilitas spermatozoa kali menggunakan 2 hewan
uji coba yaitu mencit dan tikus dengan jenis kelamin jantan dalam keadaan masa birahi atau siap
kawin. Tujuan dari pengamatan viabilitas dan motilitas spermatozoa ini adalah untuk mengetahui
viabilitas dan kecepatan (motilitas) untuk mengetahui kesehatan spermatozoa. Pengamatan
viabilitas dan motilitas spermatozoa mencit dan tikus diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran rata-rata 400x.
Berdasarkan hasil pada table 1 mofologi dan motilitas spermatozoa, didapatkan hasil
pada tikus memiliki morfologi normal dan motilitas non-progresif dengan grade 1. Sedangkan,
mencit memiliki morfologi normal dan motilitas imotil dengan grade 0 . Kemudian, berdasarkan
hasil pada table 2 viabilitas spermatozoa didapatkan hasil pada tikus dan mencit tidak viabilitas.
Ketika tidak terjadi viabilitas maka sejalan dengan tidak adanya kecepatan pergerakan, bahkan
spermatozoa yang teramati rata-rata mati. Menurut Bushman & Sutyarso (2021) peningkatan
viabilitas sejalan dengan peningkatan motilitas spermatozoa. Kondisi tersebut terjadi karena
terhambatnya sekresi hormon testosteron. Terganggunya sekresi hormon testosteron
menyebabkan penurunan spermatozoa yang hidup, karena terganggunya mekanisme transport
nutrien dan permeabilitas yang diperlukan spermatozoa untuk daya tahan hidupnya. Viabilitas
adalah daya hidup spermatozoa sebagai indikator kualitas spermatozoa, ketika spermatozoa yang
teramati tidak adanya viabiltas dan tidak adanya pergerakan yang progresif maka spermatozoa
tersebut tidak berkualitas baik. Faktro-faktor penyebab hasil viabilitas dan motilitas pada
praktikum ini yaitu, adanya teknik pengambilan spermatozoa yang kurang baik, suhu
lingkungan, fertil atau tidak fertil nya spermatozoa tikus atau mencit dan adanya faktor genetik.
Dengan adanya beberapa faktor tersebut menyebabkan hasil tidak adanya viabilitas dan
pergerakan yang non progresif juga imotil pada praktikum ini.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa antara
lain, nutrisi, abnormalitas spermatozoa dan usia spermatozoa (muda, matang atau tua). Faktor
lain yang dapat mempengaruhi motilitas adalah pakan, cahaya, temperatur, manajemen
pemeliharaan, frekuensi penampungan dan pengenceran serta lingkungan (Sumardani et al.,
2008).
KESIMPULAN
Viabilitas adalah daya hidup spermatozoa. Viabilitas memiliki korelasi dengan motilitas
yang ditentukan oleh kekuatan membran plasma spermatozoa. Motilitas adalah daya gerak
Sains & Teknologi Hewan 4(24):1-7

spermatozoa untuk membuahi sel telur. Berdasakan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan
hasil pada tikus memiliki morfologi normal dan motilitas non-progresif dengan grade 1.
Sedangkan, mencit memiliki morfologi normal dan motilitas imotil dengan grade 0 . Kemudian,
hasil viabilitas spermatozoa didapatkan hasil pada tikus dan mencit tidak adanya viabilitas.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa antara lain,
nutrisi, abnormalitas spermatozoa dan usia spermatozoa (muda, matang atau tua). Faktor lain
yang dapat mempengaruhi motilitas adalah pakan, cahaya, temperatur, manajemen pemeliharaan,
frekuensi penampungan dan pengenceran serta lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ashfahani, E. D., & Wiratmini, N. I. (2010). Motilitas dan viabilitas spermatozoa mencit (Mus
musculus L.) setelah pemberian ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.)
Roscoe.). Jurnal Biologi Udayana, 14(1): 20-23.
Busman, H., & Sutyarso, S. (2021). Penurunan Kualitas dan Kuantitas Spermatozoa Mencit (Mus
musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus
L.). Al-Hayat: Journal of Biology and Applied Biology, 4(1): 75-85.
Julia, D., Salni, S., & Nita, S. (2017). Pengaruh Ekstrak Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-
Sinensis Linn.) terhadap Jumlah, Motilitas, Morfologi, Viabilitas Spermatozoa Tikus
Jantan. Biomedical Journal of Indonesia, 3(3), 104-112.
Prastika, Z., Susilowati, S., Agustono, B., Safitri, E., Fikri, F., & Prastiya, R. A. (2018). Motilitas
dan viabilitas spermatozoa sapi rambon di Desa Kemiren Banyuwangi. Jurnal Medik
Veteriner, 1(2): 38-42.
Permatasari, S., Frethernety, A., & Shinta, H. E. (2020). Pengaruh Obat Nyamuk Bakar dan
Semprot Terhadap Motilitas Sperma Tikus (Rattus norvegicus). Jurnal Kedokteran
Universitas Palangka Raya, 8(1): 946-951.
Sumardani, N. G., Tuty, L. Y., & Siagian, P. H. (2008). Viabilitas Spermatozoa Babi Dalam
Pengencer BTS (Beltsville Thawing Solution) yang dimodifikasi pada penyimpanan
berbeda. Media Peternakan, 31(2): 81-86.

Anda mungkin juga menyukai