Anda di halaman 1dari 14

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kromosom merupakan sekumpulan kromatin yang menggulung dan

memadat. Kromatin adalah benang-benang halus yang tersusun atas deoksi

ribonukleat acid (DNA) dan protein yang terdiri dari histon dan nonhiston,

sehingga membentuk nucleoprotein. Heterokromatin dan eukromatin merupakan

bagian dari kromosom. Heterokromatin merupakan DNA yang terkondensasi dan

tetap berada dalam bentuk solenoid selama siklus sel, kecuali pada replikasi DNA

berlangsung. Sebagian besar gen yang terdapat pada heterokromatin tidak dapat

diekspresikan akibat kondisi DNA tersebut yang terkondensasi (Dimit, 2006).

Kromosom politen memiliki struktur yang berbeda dengan kromosom

normal. Struktur kromosom politen terdiri atas kromosenter adalah bagian

terbesar kromosom politen yang menjadi pusat melekatnya perpaduan daerah

heterokromatin sekitar sentromer pada kromosom. Interband adalah bagian

kromosom yang terlihat terang disebabkan karena benang-benang kromatin yang

terkandung di dalamnya tidak sedang menggulung atau terurai. Band merupakan

bagian kromosom yang berwarna gelap disebabkan karena benang-benang

kromatin sedang menggulung. Band mengandung banyak DNA dan variasi materi

genetik (Pollard, 2008).

Kromosom adalah struktur nukleoprotein yang membawa informasi

genetik. Pada organisme terdapat dua macam kromosom, yaitu kromosom seks

(gonosom) yang menentukan jenis kelamin dan kromosom tubuh (autosom) yang

tidak menentukan jenis kelamin. Kromosom memiliki dua fungsi utama, yakni

memastikan DNA terpisah dalam porsi yang sama pada setiap pembelahan sel dan
2

untuk menjaga integritas dan ketepatan replikasi genom pada setiap siklus sel.

Elemen yang bertanggung jawab terhadap proses ini adalah sentromer, telomer,

dan unit replikasi (Dela, 2017).

Kromosom politen dapat ditemukan pada organisme seperti larva serangga

diptera dan beberapa spesies dari protozoa dan plantae. Umumnya dalam

praktikum kromosom politen spesies yang digunakan adalah larva instar III

Drosophila melanogaster. Kromosom politen pada larva instar III Drosophila

melanogaster dapat ditemukan pada sel tubulus malphigi, kelenjar ludah dan

lambung, serta jaringan pada usus (Stickberger, 2002).

Kromosom politen (“ polytene chromosome” atau “ salivary gland

chromosome”) disebut sebagai kromosom yang paling besar, oleh karena itu kromososm

tersebut dimasukkan ke dalam kategori kromosom raksasa. Kromosom tersebut dapat mencapai

ukuran kira-kira 100 kali panjangnya kromosom tubuh lalat dewasa. Dalam kromosom politen

banyak mengandung untai kromosom akibat dari proses replikasi berulang-ulang. Kromosom

politen memiliki daerah tertentu dengan pita-pita yang jelas untuk diamati dan diidentifikasi

dengan mudah ( Fried, 2006).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum yaitu untuk mengetahui defenisi, struktur,

fungsi, dan proses terbentuknya kromosom politen serta mengetahui cara isolasi salah

satu organ sumber kromosom politen pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat

memenuhi salah satu komponen penilaian di laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai

sumber informasi bagi yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Kromosom politen merupakan kromosom raksasa yang mempunyai lengan

kromosom yang panjang dengan diameter yang lebih besar. Struktur kromosom

politen terbentuk dari proses replikasi DNA pada pasangan kromosom

homolognya tanpa pemisahan dari replikasi rantai kromatin. Proses replikasi

tersebut berlangsung berulang-ulang kali sehingga kromsom politen tampak tebal.

Pada kromosom politen juga terdapat kromonemata, kromosenter, band dan

interband. Band adalah bagian gelap pada kromosom dan interband adalah bagian

terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada

transkripsi RNA. Kromosenter merupakan suatu massa tungga tempat melekat

dan dan berkumpulnya lengan-lengan kromosom. Kromonemata adalah istilah

untuk tahap awal pemintalan kromatid (Faadilla, 2012).

Kromosom politen pertama kali ditemukan saat E.G Balbiani meneliti

kelenjar ludah serangga pada kelenjar luda Drososphila melanogaster dan

Chironomus tentans. Selanjutnya Theophillus Painter adalah orang pertama yang

menemukan keberadaan kromosom politen pada Drososphila melanogaster dan

menekankan pentingnya kromosom politen untuk mempelajari struktur kromosom

dan wilayah dari gen itu sendiri. Lalu Calvin Bridges segera membuat peta yang

mendetail tentang kromosom politen yang terdapat pada Drososphila

melanogaster dan menghubungkannya dengan peta genetik dan terus berkembang

hingga menjadi standar penelitian (Corebima, 2004).

Kromosom politen ini terjadi akibat pengulangan berulang dari replikasi

DNA namun tidak melalui tahap pembelahan sel yang disebut dengan peristiwa

endoreduplikasi, sehingga menyebabkan banyak terdapat DNA berganda yang


4

saling bersinapsis. Kromosom politen memiliki fungsi untuk mengontrol

perubahan fisiologi suatu organisme karena mengandung gen dalam

kromosomnya, pertukaran antara heterokromatin dan eukromatin disebut dengan

position effects yang dapat menyebabkan mutasi pada hewan (Jain, 2013).

Peran penting kromosom politen adalah untuk mengakumulasi mRNA

dalam jumlah besar yang nantinya akan diperlukan pada tahap embrionik.

Kromosom politen memproduksi banyak protein dikarenakan Kromosom politen

memiliki lebih banyak DNA berganda pada lengannya dibandingkan kromosom

pada umumnya. Protein sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan

dan perkembangan. Kromosom politen ditemukan di jaringan seperti esofagus,

kelenjar ludah, usus, gastric ceca, tubulus malphigi, jaringan lemak, sel dinding

trakea, otot, dan beberapa tipe sel pada saraf ganglia. Kromosom politen lebih

sering ditemukan di salivary gland dari larva (Muhlenberg College, 2013).

Kromosom berdasarkan lokasi sentromernya dibagi 4 yaitu metasentrik,

submetasentrik, akrosentrik, dan telosentrik. Kromosom metasentris memiliki

sentromer di tengah sehingga kromosom terbagi atas dua lengan yang sama

panjang. Kromosom submetasentris memiliki sentromer tidak di tengah.

Kromosom akrosentris memiliki sentromer di dekat salah satu ujungnya dan

menyebabkan kedua lengan kromosom tidak sama panjang. Kromosom telosentris

memiliki sentromer di salah satu ujungnya. Kromosom politen adalah kromosom

raksasa yang memperlihatkan detail struktur yang lebih jelas dari kromosom

normal (Suryo, 2005).


5

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 5 November 2019

pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada

ketinggian ± 25 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku penuntun

sebagai penuntun praktikum, pulpen untuk menulis data, mikroskop sebagai alat

praktikum, kaca preparat sebagi tempat objek yang akan diamati dengan

mikroskop, deck glass untuk penutup objek yang ada di preparat, pipet tetes untuk

memindahkan larutan, handsprayer sebagai alat untuk menyemprotkan alkohol ke

kaca preparat, dan petridish sebagai tempat meletakan ulat buah, jarum pentul

yang berfungsi untuk menarik dan mengeluarkan sel kelenjar ludah dari tubuh

ulat buah, pinset untuk memindahkan kelenjar ludah Drosodhilla melanogaster ke

kaca preparat dan kaca pembesar untuk memperbesar objek yang diamati.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larva

Drosodhilla melanogaster instar III sebagai bahan praktikum yang diamati,

asetokarmin sebagai pewarna sel, larutan NaCl 0,9% berfungsi untuk

mempertahankan suatu sel organ pengamatan secara invitro agar tidak dehidrasi,

larutan FAA berfungsi untuk menghentikan proses pembelahan sel, tisu untuk

mengeringkan preparat, sarung tangan dan masker untuk menghindari

kontaminasi, alkohol untuk mensterilkan alat, aquades untuk mensterilkan alat dan

kertas hisap untuk menghisap larutan FAA yang ada di permukaan reparat.
6

Prosedur Praktikum

- Dipilih larva Drosophilla melanogaster instar 3

- Diletakkan larva pada cawan petri dan diberi larutan NaCl 0,9%

- Ditentukan bagian kepala, ekor dan leher larva

- Diletakkan larva pada kaca benda dan diamati dibawah mikroskop

- Dipisahkan bagian kepala dan ekor dengan cara meletakan jarum pentul pada

bagian kepala dan leher kemudian menariknya hingga terputus

- Dicari salivary gland (kelenjar ludah) yang memiliki bentukan seperti ginjal

dengan warna transparan

- Dipisahkan salivary glands yang telah ditemukan dari lemak lemak yang

menempel

- Ditetesi dengan larutan FAA secukupnya, sampai warna salivary berubah

menjadi keruh

- Dibersihkan sisa FAA dengan cara mengusapnya dengan kertas hisap, lalu

ditetesi dengan acetocarmin

- Dibiarkan selama 10 menit

- Ditutup dengan kaca penutup

- Diamati di bawah mikroskop

- Dicari kromosom raksasa pada objek glass yang sudah dibuat dan digambar.
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar Keterangan

1 kromosom politen

Kromosom ini ditandai dengan

bentuknya yang seperti ginjal.

1
1

Pembahasan

Kromosom politen merupakan kromosom raksasa yang mempunyai lengan

kromosom yang panjang dengan diameter yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan

literatur Fried (2006) yang menyatakan bahwa Kromosom politen (“ polytene

chromosome” atau “ salivary gland chromosome”) disebut sebagai kromosom yang

paling besar, oleh karena itu kromososm tersebut dimasukkan ke dalam kategori kromosom

raksasa. Kromosom tersebut dapat mencapai ukuran kira-kira 100 kali panjangnya kromosom

tubuh lalat dewasa. Dalam kromosom politen banyak mengandung untai kromosom akibat dari

proses replikasi berulang-ulang.

Praktikum kromosom politen menggunakan bahan D. Melanogaster karena

memiliki ukuran kromosom yang besar (raksasa) memiliki ukuran panjang kira-

kira 4,5 milimeter dan pada fase ini larva sudah memiliki organ lengkap sebagai
8

persiapan proses pembentukan pupa hingga menjadi lalat dewasa. Hal ini sesuai

dengan literatur Corebima (2004) yang menyatakan bahwa keberadaan kromosom

politen pada Drososphila melanogaster dan menekankan pentingnya kromosom

politen untuk mempelajari struktur kromosom dan wilayah dari gen itu sendiri.

Lalu Calvin Bridges segera membuat peta yang mendetail tentang kromosom

politen yang terdapat pada Drososphila melanogaster dan menghubungkannya

dengan peta genetik dan terus berkembang hingga menjadi standar penelitian.

Pengamatan kromosom politen dilakukan pada fase instar III karena

banyak terdapat di kelenjar ludahnya. Hal ini sesuai dengan literatur

College (2013) yang menyatakan bahwa Kromosom politen ditemukan di jaringan

seperti esofagus, kelenjar ludah, usus, gastric ceca, tubulus malphigi, jaringan

lemak, sel dinding trakea, otot, dan beberapa tipe sel pada saraf ganglia.

Kromosom politen lebih sering ditemukan di salivary gland dari larva.

Struktur kromosom politen terdiri atas kromosenter, interband, band dan

puff. Hal ini sesuai dengan literatur Pollard (2008) yang menyatakan bahwa

kromosenter adalah bagian terbesar kromosom politen yang menjadi pusat

melekatnya perpaduan daerah heterokromatin sekitar sentromer pada kromosom.

Interband adalah bagian kromosom yang terlihat terang disebabkan karena

benang-benang kromatin yang terkandung di dalamnya tidak sedang menggulung

atau terurai. Band merupakan bagian kromosom yang berwarna gelap disebabkan

karena benang-benang kromatin sedang menggulung. Band mengandung banyak

DNA dan variasi materi genetik.

Kromosom politen ini terjadi akibat pengulangan berulang dari replikasi

DNA namun tidak melalui tahap pembelahan sel yang disebut dengan peristiwa
9

endoreduplikasi Hal ini sesuai dengan literatur Jain (2013) yang menyatakan

bahwa Kromosom politen ini terjadi akibat pengulangan berulang dari replikasi

DNA namun tidak melalui tahap pembelahan sel yang disebut dengan peristiwa

endoreduplikasi, sehingga menyebabkan banyak terdapat DNA berganda yang

saling bersinapsis. Kromosom politen memiliki fungsi untuk mengontrol

perubahan fisiologi suatu organisme karena mengandung gen dalam

kromosomnya, pertukaran antara heterokromatin dan eukromatin disebut dengan

position effects yang dapat menyebabkan mutasi pada hewan.

Larutan FAA berfungsi untuk memberhentikan proses pembelahan sel

pada D. melanogaster. Hal ini sesuai dengan literatur Fatin (2013) yang

menyatakan bahwa Larutan FAA merupakan larutan fiksatif yang dapat menahan

sel untuk tidak membelah lagi sehingga tahap-tahap pembelahan mitosis dapat

teramati. Sebelum pengamatan atau pembuatan preparat, dilakukan dua kali

perendaman dengan perendaman pertama pada alkohol 70% selama dua menit dan

rendaman selanjutnya pada larutan HCL 1M selama lima menit.

Larutan ringer berfungsi untuk mempertahankan suatu sel organ

pengamatan secara invitro agar tidak dehidrasi. Hal ini sesuai dengan literatur

Herlin (2015) yang menyatakan bahwa Larutan ringer Fungsinya untuk

melindungi jarigan agar tetap hidup meski terpisah dari organ tubuh yang lain.

larutan ringer fungsinya membasahi sel-sel pada jaringan otot agar sel-sel tersebut

dapat hidup.
10

KESIMPULAN

1. Kromosom politen merupakan kromosom raksasa yang mempunyai lengan

kromosom yang panjang dengan diameter yang lebih besar.

2. Praktikum kromosom politen menggunakan bahan D. Melanogaster karena

memiliki ukuran kromosom yang besar (raksasa) memiliki ukuran panjang

kira-kira 4,5 milimeter dan pada fase ini larva sudah memiliki organ lengkap

3. Pengamatan kromosom politen dilakukan pada fase instar III karena banyak

terdapat di kelenjar ludahnya.

4. Struktur kromosom politen terdiri atas kromosenter, interband, band dan puff.

5. Kromosom politen ini terjadi akibat pengulangan berulang dari replikasi

DNA namun tidak melalui tahap pembelahan sel yang disebut dengan

peristiwa endoreduplikasi

6. Larutan FAA berfungsi untuk memberhentikan proses pembelahan sel pada

D. melanogaster.

7. Larutan ringer berfungsi untuk mempertahankan suatu sel organ pengamatan

secara invitro agar tidak dehidrasi.


11

DAFTAR PUSTAKA

Corebima, A.D. 2004. Genetika Mendel.Malang: FMIPA IKIP Malang


Dela F. 2017. Kromosom Sebagai Penanda Genetik Pada Tumbuhan. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas. Padang

Dimit, C. 2006. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila sp dan Pengenalan Mutan


Drosophila sp. Jambi: FKIPUniversitas JambiJurusan Biologi
Faadilla, 2012. Panduan Praktikum Tanaman. Bogor:IPB Press.

Fried, 2006. Mutagenesitas Perakuat dengan Uji Letal Resesif Terpaut Seks pada
Drosophila melanogaster M.Skripsi. Bandung: FMIPA UNPAD Jurusan
Biologi.
Jain,2013. Pengaruh Umur Lalat Buah (Drosophila melanogaster Meigen) Jantan
Terhadap Nisbah Kelamin. Skripsi. Jember: FMIPA UNEJ Jurusan
Biologi
Muhlenberg college, 2013. Pengaruh Inbreeding Terhadap Viabilitas dan Fenotip
Lalat Buah (Drosophila melanogaster M.) Tipe Liar dan Mutan Sepia.
Skripsi. Jember: FKIP UNEJ Jurusan Biologi.
Pollard, T.D dan W.C. Earnshaw. 2008. Cell Biology. Edisi ke-2. Elsevier Inc.
China: xviii + 905 hlm.
Stickberger, M. W. 2002. Experimental Genetics with Drosophila. London: John
Willey and Son Pollard, 2008. Cell Biology. Edisi ke-2. Elsevier Inc.
China: xviii + 905 hlm.
Suryo, 2005. Sitogenetika.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
12

Lampiran

Gambar Keterangan

Diletakan larva ke dalam cawan petri

kemudian di rendam mengunakan

larutan NaCl 0,9% dan dibiarkan

kurang lebih selama 5 menit

Dituang larutan NaCl 0,9% untuk

mempermudah penarikan kelenjar

ludah larva

Dicari tahu letak kepala dan ekor

secara jelas. Ditekan menggunakan

jarum pentul kedua arah, Kemudian di

tarik

Diletakan Organ kelenjar ludah yang

di dapat di atas preparat

Ditambahkan larutan FAA dan

ditunggu hingga air berwarna keruh


13

Dihisab larutan menggunakan kertas

hisap agar tidak terlalu basah

Ditambahkan larutan aceto orcein

Ditunggu selama 10 menit

Ditutup dengan penutup kaca preparat.

Kemudian di amati di mikroskop


14

Anda mungkin juga menyukai