Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Kromosom tersebut merupakan sekumpulan kromatin yang menggulung

dan memadat. Kromatin adalah benang-benang halus yang tersusun atas

deoksiribonukleat acid (DNA) dan protein yang terdiri dari histon dan nonhiston,

sehingga membentuk nucleoprotein. Heterokromatin dan eukromatin merupakan

bagian dari kromosom. Heterokromatin adalah kromatin yang dikemas dalam

serat yang padatdan tidak mengandung gen, sehingga tidak aktif dalam proses

penyalinan. Heterokromatin merupakan DNA yang terkondensasi dan tetap berada

dalam bentuk solenoid selama siklus sel, kecuali pada replikasi DNA berlangsung.

Sebagian besar gen yang terdapat pada heterokromatin tidak dapat diekspresikan

akibat kondisi DNA tersebut yang terkondensasi (Stansfield, 2006)

Kromosom memiliki sentromer yang berfungsi sebagai tempat melekatnya

lengan-lengam kromosom. Kromosom berdasarkan lokasi sentromernya dibagi 4

yaitu metasentrik, submetasentrik, akrosentrik, dan telosentrik. Kromosom

metasentris memiliki sentromer di tengah sehingga kromosom terbagi atas dua

lengan yang sama panjang. Kromosom submetasentris memiliki sentromer tidak

di tengah. Kromosom akrosentris memiliki sentromer di dekat salah satu ujungnya

dan menyebabkan kedua lengan kromosom tidak sama panjang. Kromosom

telosentris memiliki sentromer di salah satu ujungnya (Pierce, 2002)

Struktur kromosom politen terdiri atas lima lengan kromosom, yaitu dua

kromosom nomor 2, dua kromosom nomor 3, dan sebuah kromosom X. Terdapat

kromosom nomor 4, namun sangat pendek dan sulit dibedakan dari kromosenter.

Pada kromosom politen juga terdapat kromonemata, kromosenter, band dan

interband. Band adalah bagian gelap pada kromosom dan interband adalah bagian
terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada

transkripsi RNA. Kromosenter merupakan suatu massa tungga tempat melekat

dan dan berkumpulnya lengan-lengan kromosom. Kromonemata adalah istilah

untuk tahap awal pemintalan kromatid (Aryulina, et al., 2004).

Kromosom politen dapat ditemukan pada organisme seperti larva serangga

diptera dan beberapa spesies dari protozoa dan plantae . Umumnya dalam

praktikum kromosom politen spesies yang digunakan adalah larva instar III

Drosophila melanogaster. Kromosom politen pada larva instar III Drosophila

melanogaster dapat ditemukan pada sel tubulus malphigi, kelenjar ludah dan

lambung, serta jaringan pada usus Larva instar III Drosophila melanogaster

memiliki ukuran panjang kira-kira 4,5 mm dan pada fase tersebut sudah memiliki

organ lengkap sebagai persiapan proses pembentukan pupa sampai menjadi lalat

dewasa, sehingga membutuhkan protein yang banyak untuk pertumbuhannya

(Tamarin, 2001).

Kromosom politen dapat memenuhi kebutuhan protein tersebut.

Kromosom politen dapat diaplikasikan untuk mengetahui perbedaan evolusi antar

spesies, mengetahui struktur umum kromatin, meningkatkan volume sel,

merupakan visualisasi transkripsi sebagai akibat ekspresi gen, dan menghasilkan

multiple copy sehingga ekspresi gen meningkat (Lewin, 2004).

Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan

memahami struktur kromosom politen Drosophila melanogaster, mengetahui dan

memahami bagian kromosom politen Drosophila melanogaster, mengetahui dan

memahami perbedaan antara kromosom politen dan kromosom biasa.


Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu

syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian dilaboratorium Sitogenetika

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan. Dan sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang mengandung 1000 kali

DNA lebih banyak dari kromosom biasa. Terbentuknya kromosom politen karena

pengulangan replikasi DNA tanpa pemisahan dari replikasi helaian kromatin.

Kromosom politen sering ditemukan pada kelenjar ludah Drosophila

melanogaster. Struktur kromosom politen terdiri dari lengan kanan dan kiri dari

kromosom 2 dan 3 dan kromosom pendek (kromosom 4) pada

bagian kromosenter. Bagian-bagian dari kromosom politen yaitu adanya

kromosenter, kromonemata, band, interband, dan puff (Reiter, 2005).

Kromosom Drospohila melanogaster dijadikan objek dalam berbagai

penelitian karena perkembangan larva Drosophila melanogaster dibedakan atas

tiga instar, dan pada instar ketiga, larva mempunyai ukuran panjang kira-kira 4,5

milimeter. Digunakannya kromosom kelenjar ludah karena kelenjar ludah

tersusun dari sel-sel yang sangat besar selama perkembangan larva. Sel-sel itu

tidak lagi membelah, namun semakin besar mengikuti perkembangan larva.

Painter menduga, membelah nya kromosom kelenjar ludah karena pada tahap S

dari interfase, baik kromosom maupun kromomer membelah, sedangkan pada

kromosom biasa, pembelahan seperti itu hanya terjadi pada tahap mitosis

(Eberhard, 2007).

Kromosom raksasa disebut kromosom politen, ditemukan pada sel nukleus

kelenjar ludah dan pada beberapa jaringan larva Drosophila melanogaster dan

pada serangga ordo diptera lainnya. Struktur kromosom politen dibentuk dari

pengulangan replikasi DNA tanpa pemisahan dari replikasi helaian kromatin.

Bagian-bagian kromosom politen pada kromosom betina (X) yaitu kanan dan kiri
pada kromosom 2 dan 3 dan kromosom pendek (kromosom 4) pada bagian

kromosenter. Kromosenter adalah bagian block besar pada heterokromatin yang

terdapat di dekat sentromer. Pada kromosom politen, selain terdapat kromonemata

dan kromosenter, ditemukan juga band dan interband. Band adalah bagian gelap

pada kromosom dan interband adalah bagian terangnya. Band yang terurai

membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada transkripsi RNA (Henderson, 2004).

Cara kerja pengamatan kromosom politen Drosophila melanogaster yaitu

larva instar III diambil dari wadah pembiakan, lalu diletakkan di atas kaca objek

yang sudah ditetesi larutan ringer. Larva ditusuk di bagian kepala dan tubuh lalu

bagian tubuh ditarik ke arah yang berlawanan, hal ini dilakukan di bawah

mikroskop stereo. Setelah bagian kepala berpisah dengan tubuh, dilakukan isolasi

kelenjar ludah dan dibersihkan dari lemak-lemak yang masih menempel pada

kelenjar ludah tersebut. Kelenjar ludah yang telah bersih dari lemak diberi

pewarna asetokarmin dan didiamkan selama 10-15 menit. Setelah menunggu

selama 10-15 menit, kaca penutup diletakkan di atas kaca objek lalu ditekan agar

kelenjar ludah hancur dan sel-sel nya tersebar merata.

Sisa asetokarmin dibersihkan dengan kertas penghisap lalu diamati dibawah

mikroskop cahaya (Reny, et al., 2011).

Ada beberapa kromosom kadang-kadang masih dapat dilihat adanya

lekukan ke arah dalam sehingga memisahkan bagian kecil dari lengan kromosom,

yang dinamakan satelit. Di lekukan sekunder seringkali dibentuk nukleus, oleh

karena itu lekukan ini disebut juga pengatur nukleus. Setiap lengan

kromosomterdiri dari dua bagian yang serupa dan dinamakan kromatid. Dalam

kromatid tampak dua pita spiral disebut kromonema (jamak: kromonemata).


Penebalan yang terdapat pada kromonema disebut kromomer. Bagian dari ujung-

ujung kromomer disebut telomer yang fungsinya menghalangi bersambungnya

kromosom satu dengan yang lainnya (Pandey & Nichols, 2007).


BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada

ketinggian ± 25 mdpl pada tanggal 24 September 2019 pukul 13.00 WIB sampai

dengan selesai.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku penuntun

sebagai penuntun praktikum, pulpen untuk menulis data, mikroskop sebagai alat

praktikum, kaca preparat sebagi tempat objek yang akan diamati dengan

mikroskop, penggaris untuk menggaris buku gambar, mikroskop untuk melihat

dan mengamati benda yang berukuran sangat kecil, deck glass untuk penutup

objek yang ada di preparat, pipet tetes untuk memindahkan larutan, handsprayer

sebagai alat untuk menyemprotkan alkohol ke kaca preparat, dan petridish sebagai

tempat meletakan ulat buah, jarum pentul yang berfungsi untuk menarik dan

mengeluarkan sel kelenjar ludah dari tubuh ulat buah dan kaca pembesar untuk

memperbesar objek yang diamati.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larva

Drosodhilla melanogaster sebagai bahan praktikum yang diamati, asetokarmin

sebagai pewarna sel, larutan NaCl 0,9% berfungsi untuk mempertahankan suatu

sel organ pengamatan secara invitro agar tidak dehidrasi, larutan FAA berfungsi

untuk mengawetkan seluruh struktur sel, tisu untuk mengeringkan preparat,

sarung tangan dan masker untuk menghindari kontaminasi, alkohol untuk

mensterilkan alat,aquades untuk mensterilkan alat.


Prosedur Praktikum

- Dipilih larva Drosophilla melanogaster instar 3

- Diletakkan larva pada cawan petri dan diberi larutan NaCl 0,9%

- Ditentukan bagian kepala, ekor dan leher larva

- Diletakkan larva pada kaca benda dan diamati dibawah mikroskop

- Dipisahkan bagian kepala dan ekor dengan cara meletakan jarum pentul pada

bagian kepala dan leher kemudian menariknya hingga terputus

- Dicari salivary gland (kelenjar ludah) yang memiliki bentukan seperti ginjal

dengan warna transparan

- Dipisahkan salivary glands yang telah ditemukan dari lemak lemak yang

menempel

- Ditetesi dengan larutan FAA secukupnya, sampai warna salivary berubah

menjadi keruh

- Dibersihkan sisa FAA dengan cara menhusapnya dengan kertas hisap, lalu

ditetesi dengan aceto orcein

- Dibiarkan selama 10 menit

- Ditutup dengan kaca penutup

- Diamati di bawah mikroskop

- Dicari kromosom raksasa pada objek glass yang sudah dibuat dan digambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar Keterangan

1. kromosom politen

Kromosom ini ditandai dengan

bentuknya yang seperti ginjal.

Pembahasan

Kromosom politen adalah kromosom yang ukuran dan strukturnya lebih

besar dari kromosom normal. Hal inisesuai dengan literatur Reiter (2005) yang

menyatakan bahwa Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang

mengandung 1000 kali DNA lebih banyak dari kromosom biasa. Terbentuknya

kromosom politen karena pengulangan replikasi DNA tanpa pemisahan dari

replikasi helaian kromatin.

Digunakannya kelenjar ludah Drosophila melanogaster karena lalat

tersebut merupakan salah satu dari ordo diptera yang memiliki kromosom

homolog kebanyakan selalu berpasangan. Hal ini sesuai dengan literatur Eberhard

(2007) yang menyatakan bahwa Digunakannya kromosom kelenjar ludah karena

kelenjar ludah tersusun dari sel-sel yang sangat besar selama perkembangan larva.
Sel-sel itu tidak lagi membelah, namun semakin besar mengikuti perkembangan

larva.

Struktur kromosom politen dibentuk dari pengulangan replikasi DNA

tanpa pemisahan dari replikasi helaian kromatin. Hal ini sesuai dengan literatur

Henderson (2004) yang menyatakan bahwa Kromosom raksasa disebut kromosom

politen, ditemukan pada sel nukleus kelenjar ludah dan pada beberapa jaringan

larva Drosophila melanogaster dan pada serangga ordo diptera lainnya. Struktur

kromosom politen dibentuk dari pengulangan replikasi DNA tanpa pemisahan

dari replikasi helaian kromatin.

Digunakannya larva instar III Drosophila melanogaster karena umur dan

kondisi larva sangat menentukan untuk melihat pola band pada kromosom

politennya. Hal ini sesuai dengan literatur Reny, et al (2011) yang menyatakan

bahwa Cara kerja pengamatan kromosom politen Drosophila melanogaster yaitu

larva instar III diambil dari wadah pembiakan, lalu diletakkan di atas kaca objek

yang sudah ditetesi larutan ringer.

Dari hasil pengamatan praktikum yang dilakukan di dapat gambar

kromosom politen pada mikroskop dimana kromosom politen ditandai dengan

bentuknya yang seperti ginjal. Hal ini sesuai dengan literatur Pandey & Nichols

(2007) yang menyatakan bahwa Ada beberapa kromosom kadang-kadang masih

dapat dilihat adanya lekukan ke arah dalam sehingga memisahkan bagian kecil

dari lengan kromosom, yang dinamakan satelit.


KESIMPULAN

1. Kromosom politen adalah kromosom yang ukuran dan strukturnya lebih

besar dari kromosom normal.

2. Digunakannya kelenjar ludah Drosophila melanogaster karena lalat

tersebut merupakan salah satu dari ordo diptera yang memiliki kromosom

3. Struktur kromosom politen dibentuk dari pengulangan replikasi DNA

tanpa pemisahan dari replikasi helaian kromatin.

4. Digunakannya larva instar III Drosophila melanogaster karena umur dan

kondisi larva sangat menentukan untuk melihat pola band pada kromosom

politennya

5. Dari hasil pengamatan praktikum yang dilakukan di dapat gambar

kromosom politen pada mikroskop dimana kromosom politen ditandai

dengan bentuknya yang seperti ginjal.


DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, D., Muslim, Choirul., Manaf, S., E., W., Winarni, 2004. Biologi Jilid 3.
Erlangga, Jakarta: IX + 269 hlm
Eberhard, P., 2007. Color atlas of genetics. Thieme Stuttgart. New York: 497 hlm
Henderson, D., S., 2004. Drosophila cytogenetics protocols. Humana Press.
United States:468 hlm
Lewin, B., 2004. Genes VIII. Pearson Prentice Hall, United States of America:
xxii + 1003 hlm.
Pandey, U. B., & Nichols, C. D. (2011). Human disease models in Drosophila
melanogaster and the role of the fly in therapeutic drug discovery.
Pharmacol.
Pierce, B., A., 2002. Genetics a conceptual approach. W.H.Freeman Publishing,
New York
Reiter, L. T. (2005). Drosophila as a model for human diseases eLS (Vol. 1):
Wiley Blackwell.
Reny, G., A., R., Junaid, D., C., Wahluyo, D., Oktavia, F., A., Murobby, N.,
Nikita, N., M., Pertiwi, R., A., S., Utami, 2011. Pengamatan Kromosom
Raksasa (Kromosom Politen) Drosophila melanogaster
Stanfield, W., D., 2006. Biologi molekuler dan sel. Terj. Dari Molecular and cell
biology . Erlangga, Jakarta: VI +117 hlm
Tamarin, Robert H. 2001. Principles of Genetics, 7th ed. The McGraw−Hill
Companies, New York: xvi + 609 + I-16 hlm.

Anda mungkin juga menyukai