deoksiribonukleat acid (DNA) dan protein yang terdiri dari histon dan nonhiston,
serat yang padatdan tidak mengandung gen, sehingga tidak aktif dalam proses
dalam bentuk solenoid selama siklus sel, kecuali pada replikasi DNA berlangsung.
Sebagian besar gen yang terdapat pada heterokromatin tidak dapat diekspresikan
Struktur kromosom politen terdiri atas lima lengan kromosom, yaitu dua
kromosom nomor 4, namun sangat pendek dan sulit dibedakan dari kromosenter.
interband. Band adalah bagian gelap pada kromosom dan interband adalah bagian
terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada
diptera dan beberapa spesies dari protozoa dan plantae . Umumnya dalam
praktikum kromosom politen spesies yang digunakan adalah larva instar III
melanogaster dapat ditemukan pada sel tubulus malphigi, kelenjar ludah dan
lambung, serta jaringan pada usus Larva instar III Drosophila melanogaster
memiliki ukuran panjang kira-kira 4,5 mm dan pada fase tersebut sudah memiliki
organ lengkap sebagai persiapan proses pembentukan pupa sampai menjadi lalat
(Tamarin, 2001).
Tujuan praktikum
Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu
DNA lebih banyak dari kromosom biasa. Terbentuknya kromosom politen karena
melanogaster. Struktur kromosom politen terdiri dari lengan kanan dan kiri dari
tiga instar, dan pada instar ketiga, larva mempunyai ukuran panjang kira-kira 4,5
tersusun dari sel-sel yang sangat besar selama perkembangan larva. Sel-sel itu
Painter menduga, membelah nya kromosom kelenjar ludah karena pada tahap S
kromosom biasa, pembelahan seperti itu hanya terjadi pada tahap mitosis
(Eberhard, 2007).
kelenjar ludah dan pada beberapa jaringan larva Drosophila melanogaster dan
pada serangga ordo diptera lainnya. Struktur kromosom politen dibentuk dari
Bagian-bagian kromosom politen pada kromosom betina (X) yaitu kanan dan kiri
pada kromosom 2 dan 3 dan kromosom pendek (kromosom 4) pada bagian
dan kromosenter, ditemukan juga band dan interband. Band adalah bagian gelap
pada kromosom dan interband adalah bagian terangnya. Band yang terurai
membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada transkripsi RNA (Henderson, 2004).
larva instar III diambil dari wadah pembiakan, lalu diletakkan di atas kaca objek
yang sudah ditetesi larutan ringer. Larva ditusuk di bagian kepala dan tubuh lalu
bagian tubuh ditarik ke arah yang berlawanan, hal ini dilakukan di bawah
mikroskop stereo. Setelah bagian kepala berpisah dengan tubuh, dilakukan isolasi
kelenjar ludah dan dibersihkan dari lemak-lemak yang masih menempel pada
kelenjar ludah tersebut. Kelenjar ludah yang telah bersih dari lemak diberi
selama 10-15 menit, kaca penutup diletakkan di atas kaca objek lalu ditekan agar
lekukan ke arah dalam sehingga memisahkan bagian kecil dari lengan kromosom,
karena itu lekukan ini disebut juga pengatur nukleus. Setiap lengan
kromosomterdiri dari dua bagian yang serupa dan dinamakan kromatid. Dalam
ketinggian ± 25 mdpl pada tanggal 24 September 2019 pukul 13.00 WIB sampai
dengan selesai.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku penuntun
sebagai penuntun praktikum, pulpen untuk menulis data, mikroskop sebagai alat
praktikum, kaca preparat sebagi tempat objek yang akan diamati dengan
dan mengamati benda yang berukuran sangat kecil, deck glass untuk penutup
objek yang ada di preparat, pipet tetes untuk memindahkan larutan, handsprayer
sebagai alat untuk menyemprotkan alkohol ke kaca preparat, dan petridish sebagai
tempat meletakan ulat buah, jarum pentul yang berfungsi untuk menarik dan
mengeluarkan sel kelenjar ludah dari tubuh ulat buah dan kaca pembesar untuk
sebagai pewarna sel, larutan NaCl 0,9% berfungsi untuk mempertahankan suatu
sel organ pengamatan secara invitro agar tidak dehidrasi, larutan FAA berfungsi
- Diletakkan larva pada cawan petri dan diberi larutan NaCl 0,9%
- Dipisahkan bagian kepala dan ekor dengan cara meletakan jarum pentul pada
- Dicari salivary gland (kelenjar ludah) yang memiliki bentukan seperti ginjal
- Dipisahkan salivary glands yang telah ditemukan dari lemak lemak yang
menempel
menjadi keruh
- Dibersihkan sisa FAA dengan cara menhusapnya dengan kertas hisap, lalu
- Dicari kromosom raksasa pada objek glass yang sudah dibuat dan digambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambar Keterangan
1. kromosom politen
Pembahasan
besar dari kromosom normal. Hal inisesuai dengan literatur Reiter (2005) yang
mengandung 1000 kali DNA lebih banyak dari kromosom biasa. Terbentuknya
tersebut merupakan salah satu dari ordo diptera yang memiliki kromosom
homolog kebanyakan selalu berpasangan. Hal ini sesuai dengan literatur Eberhard
kelenjar ludah tersusun dari sel-sel yang sangat besar selama perkembangan larva.
Sel-sel itu tidak lagi membelah, namun semakin besar mengikuti perkembangan
larva.
tanpa pemisahan dari replikasi helaian kromatin. Hal ini sesuai dengan literatur
politen, ditemukan pada sel nukleus kelenjar ludah dan pada beberapa jaringan
larva Drosophila melanogaster dan pada serangga ordo diptera lainnya. Struktur
kondisi larva sangat menentukan untuk melihat pola band pada kromosom
politennya. Hal ini sesuai dengan literatur Reny, et al (2011) yang menyatakan
larva instar III diambil dari wadah pembiakan, lalu diletakkan di atas kaca objek
bentuknya yang seperti ginjal. Hal ini sesuai dengan literatur Pandey & Nichols
dapat dilihat adanya lekukan ke arah dalam sehingga memisahkan bagian kecil
tersebut merupakan salah satu dari ordo diptera yang memiliki kromosom
kondisi larva sangat menentukan untuk melihat pola band pada kromosom
politennya
Aryulina, D., Muslim, Choirul., Manaf, S., E., W., Winarni, 2004. Biologi Jilid 3.
Erlangga, Jakarta: IX + 269 hlm
Eberhard, P., 2007. Color atlas of genetics. Thieme Stuttgart. New York: 497 hlm
Henderson, D., S., 2004. Drosophila cytogenetics protocols. Humana Press.
United States:468 hlm
Lewin, B., 2004. Genes VIII. Pearson Prentice Hall, United States of America:
xxii + 1003 hlm.
Pandey, U. B., & Nichols, C. D. (2011). Human disease models in Drosophila
melanogaster and the role of the fly in therapeutic drug discovery.
Pharmacol.
Pierce, B., A., 2002. Genetics a conceptual approach. W.H.Freeman Publishing,
New York
Reiter, L. T. (2005). Drosophila as a model for human diseases eLS (Vol. 1):
Wiley Blackwell.
Reny, G., A., R., Junaid, D., C., Wahluyo, D., Oktavia, F., A., Murobby, N.,
Nikita, N., M., Pertiwi, R., A., S., Utami, 2011. Pengamatan Kromosom
Raksasa (Kromosom Politen) Drosophila melanogaster
Stanfield, W., D., 2006. Biologi molekuler dan sel. Terj. Dari Molecular and cell
biology . Erlangga, Jakarta: VI +117 hlm
Tamarin, Robert H. 2001. Principles of Genetics, 7th ed. The McGraw−Hill
Companies, New York: xvi + 609 + I-16 hlm.