Anda di halaman 1dari 9

Pembelahan Sel yang Normal dan Abnormal

Abstrak:
Kata kunci:
Abstract:
Keywords:

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam perkembangan di dunia medis, dengan tanda-tanda banyaknya peneliti yang


berlomba-lomba dalam menemukan sesuatu eksperimen yang baru. Dimulai dari awal penelitian
mengenai asal usul kehidupan, teori Abiogenesis, Biogenesis, Sel dan masih banyak yang
lainnya. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai pengertian, struktur dan fungsi sel serta
mekanisme pembelahan sel yang baik secara normal dan abnormal. Dari pengertian sel
merupakan unit terkecil dari organisme hidup. Penemuan sel yang pertama dilihat oleh seorang
peneliti yang berasal dari Inggris, yaitu Robert Hooke yang menemukan sel pada potongan tipis
gabus dibawah mikroskop.1
Dengan mengetahui mekanisme pembelahan sel yang normal dan abnormal, dapat
memungkinkan bagi mahasiswa kedokteran untuk memahami dan membatu untuk membedakan
mekanisme pembelahan sel yang normal dan abnormal, baik fungsi dan dampak bagi kegunaan
tubuh.

Tujuan

1. Mampu menjelaskan pembelahan sel yang normal dan yang abnormal

ISI

Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui

-) Kanker, yaitu jenis penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan
membentuk sebuah benjolan atau tumor (kecuali dalam kasus leukemia di mana kanker menghalangi
fungsi darah normal dengan pembelahan sel yang abnormal dalam aliran darah). Kanker juga digunakan

1
sebagai istilah kondisi penyakit di mana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan mampu
menyerang jaringan lain.2

Rumusan masalah

Kejadian KLB (Campak) padahal cakupan imunisasi dasar sudah tinggi (90%).

Analisis masalah

Mind Map

2
Kejadian Luar Biasa
Pada Penyakit Campak

Konsep
Sehat- Lima Level Penularan Pencegahan
Sakit Pencegahan Penyakit
Menular

Sehat Sakit Primary Secondary Tertiary Agent Host Environtment


Prevention Prevention Prevention Promotif Preventif

Health Specific Early Disability Virus


Diagnosis & Rehabilitation
Promotion Protection Limitation
Prompt.
Treatment
Perilaku
Imunisasi
Sehat

Hipotesis

Kejadian Luar Biasa campak diakibatkan oleh kurangnya/ minimnya pencegahan dan
rehabilitasi.

Menentukan Sasaran Pembelajaran


- Mahasiswa diharapkan mampu mengerti bagaimana tata cara penanganan,
pelaksanaan, pencegahan dan rehabilitasi pada KLB.

3
Pembahasan

Pengertian Sel

Sel adalah unit pembentuk semua makhluk hidup. Setiap sel adalah suatu sistem lengkap ( self
contained ) yang melaksanakan berbagai fungsi yaitu membentuk dan menggunakan energy, melakukan
respirasi , reproduksi dan ekskresi. Sel- sel bergabung untuk membentuk jaringan , jaringan – jaringan
bersatu untuk membentuk organ, dan organ- organ membentuk sistem tubuh.3

Sel juga merupakan unit kehidupan struktural dan fungsional terkecil dari tubuh. Sebagian besar reaksi
kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung dalam sel. Sel dan zat intraselular membentuk
keseluruhan jaringan tubuh.3

Struktur Sel

Sel terdiri dari struktur- struktur internal yang masing-masing dipisahkan oleh membran
semipermeabel. Meskipun fungsi setiap sel berbeda-beda dalam tubuh, semua sel memiliki struktur
internal yang sama. Bagian dalam setiap sel dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu sitoplasma
dan nukleus. Semua struktur internal didalam sitoplasma atau nukleus.3

Sitoplasma

Sitoplasma meliputi semua yang terletak didalam sel tetapi diluar inti sel . Mitokondria adalah
sumber energy sel, sedangkkan retikulum endoplasma dan ribosom adalah struktur sitoplasmik (
organel ) yang penting untuk mensintesis protein . Aparatus Golgi adalah suatu kompleks membran dan
vesikel yang berperan dalam sekresi berbagai mikrotubulus dan mikrofilamen. Sitoskeleton menyokong
sel dari bagian dalam dan memungkinkan terjadinya pergerakan berbagai bahan di dalam sel.
Sitoskeleton ini juga memungkinan terjadinya gerakan tonjolan tonjolan kebagian luar sel, misalnya
tonjolan mirip rambut yang disebut silia. Mikrotubulus berperan penting dalam pemisahan kromosom
selama pembelahan sel dan membantu mempertahankan intrgrasi struktural.3

Komponen sitoplasma

1. Organel
Organel adalah komponen tetap sitoplasma. Sebagian besar organel di bungkus
semacam membrane yang mirip dengan membrane plasma. Membran tersebut
memisahkan organel dari lingkungan sitoplasma di sekitarnya dan memungkinkan
pembentukan kompartemen untuk aktivitas metaboliknya organel – organel tersebut
adalah :3

4
a) Mitokondria di temukan pada hamper semua sel. Tetapi tidak ditemukan dalam
sel darah merah. Jumlahnya dalam sel berhubungan dengan konsumsi energy
sel. Fungsi dari mitokondria antara lain sebagai pembangkit tenaga sel karena
fungsi terpentingnya adalah memproduksi energy dalam bentuk ATP.
b) Ribosom adalah granula kecil berwarna hitam , yang tersusun dari RNA
ribosomal dan hampir 80 jenis protein. RIbosom merupakan tempat sintesis
protein untuk dipakai sel itu sendiri.
c) Retikulum Endoplasma tersusun dari jaring-jaring rongga (sisterna ) datar yang
dilapisi membran, yang menyambung membrane plasma dan membran nuclear.
Ada dua jenis retikulum endoplasma : retikulum endoplasma kasar ( granular ),
yang membrannya memiliki ribosom , fungsinya adalah untuk membantu proses
sekresi protein. Sedangkan jenis yang kedua adalah Retikulum endoplasma halus
( arganular ) , yang tidak memiliki ribosom, fungsinya adalah membantu dalam
sintesis lipid dan kolestero serta pemecahan glikogen.
d) Aparatus Golgi fungsi dari apparatus golgi adalah merupakan tempat akumulasi ,
konsentrasi, pembungkusan , dan modifikasi kimia produk sekretori yang
disintesis dalam retikulum endoplasma kasar. Aparatus golgi memproses protein
yang berfungsi secara intraseluler. Seperti enzim lisosom.
e) Lisosom, ditemukan pada sel, kecuali sel-sel darah merah. Fungsi utama lisosom
adalah untuk pencernaan intraselular. Pada sel fagositik, agen yang
membahayakan tubuh seperti bakteri, virus atau toksin akan dimakan sel
tersebut.

Nukleus

Nukleus adalan suatu organel besar terbungkus membrane yang mengandung asam deoksiribonukleat (
DNA, deoxyribonucleic acid), yaitu bahan genetik sel. DNA mengalami pelipatan pelipatan di dalam
nukleus yang bertujuan untuk melindunginya dari kerusakan. Jenis protein yang berperan dalam
pelipatan dan proteksi DNA tersebut disebut histon. Histon dan DNA ditemukan di bagian nukleus yang
disebut nucleolus. Di dalam nukleous inilah terjadi replikasi DNA , pembelahan sel , dan transkripsi
DNA.3

Membran Sel

Setiap sel dibungkus oleh sebuah membrane sel. Membran sel adalah suatu sawar semipermeable dan
tersusun dari sebuah lapisan ganda ( bilayer ) fosolipid yang mengambang dan di dalamnya mengandung
molekul – molekul protein yang berpencar dan dapat bergerak bebas. Molekul – molekul protein
tersebut memanjang menembus membrane secara total atau parsial .3

5
Pembelahan sel

Meskipun setiap makhluk terjadi dari sebuah sel tunggal yang disebut zigot, pembesaran
dan perbanyakan dari sel tunggal itu sangat diperlukan agar supaya makhluk itu mencapai
ukuran yang semestinya. Pembelahan sel yang lengkap dibedakan atas dua proses, yaitu :
pembelahan inti sel (karyokinesis) dan pembelahan sitoplasma (sitokinesis).4
Pembelahan sel dibagi menjadi 2, yaitu mitosis dan meiosis.
1.Mitosis
Pada mitosis, bahan inti sel terbagi sedemikian rupa sehingga dari satu sel dihasilkan dua
buah sel anakan yang masing-masing memiliki sifat genetik sama. Mitosis dibedakan menjadi 5
fase : Interfase, Profase, Metafase, Anafase, dan Telofase.4
Interfase : Pada fase ini, ADN berlipat dua dan tiap kromosom membelah memanjang
menjadi dua bagian yang masing-masing telah terikat oleh sebuah sentromer bersamaan. Belahan
kromosom ini disebut kromatid.4
Profase : Pada tahap ini, mula-mula sentriol telah mengalami replikasi dan terletak
ditengah sel di dekat inti akan bergerak menuju ketepi diikuti oleh adanya mikrotubuli yang
membentuk radiair mengelilingi setiap sentriol sehingga tampak seperti sinar bintang dan
dinamakan aster.4 Pada akhir tahap profase ini akan dapat dilihat adanya perubahan-perubahan :
membran inti telah menghilang, nukleolus telah meghilang, sentriol telah mencapai kutub-kutub,
dan benang-benang kromatid telah terlihat sebagai kromosom.4
Metafase : Pada tahap ini, benang kromatid yang telah membentuk kromosom akan
menempatkan diri dibidang ekuator antara dua buah kutub pembelahan. Pada waktu itu juga
terbentuk benang-benang penghubung antara kinetokor dengan kutub-kutub pembelahan sel
yang dinamakan chromosomal fibers yang nantinya bertidak seolah-olah sebagai benang yang
menarik kromatid ke arah kutub-kutub pembelahan sel.4 Setelah semua kromatid tersusun dalam
bidang ekuator, kromatid ini aka mulai terpisah dari pasangannya dan masing-masing akan
dihubungkan dengan kutub pembelahan sel pada tiap sisi. Tahap metafese ini di akhiri dengan
tertariknya bagian kinetokor ke arah kutub pembelahan sek masing-masing sementara itu bagian
lengan kromatidnya mesih melekat satu sama lainnya.4
Anafase : Pada tahap ini akan terjadi pemisahan lengan-lengan kromatid secara sempurna
sehingga betul-betulterbentuk pasangan kromosom yang masing-masing akan bergerak menuju
kearah kutub pembelahan sel. Pergerakkan kromosom ini semula diduga akibat tarikan benang-

6
benang spindel yang menghubungkan kinetokor dengan kutub pembelahan sel tetapi dari hasil
penelitian selanjutnya diketahui bahwa pergerakan ini disebabkan oleh karena pemendekkan
chromosomal fibers yang tersusun dari mikrotubuli yang mengandung tibulin yang akan
mengalami polimerisasi sehingga mikrotibulinya memendek.4

2. Meiosis
Meiosis berlangsung dalam dua tahap, yaitu : meiosis I dan meiosis II
Meiosis I
Profase I : Tahap profase I ini merupakan tahap yang paling menentukkan dalam proses meiosis
karena dalam tahap ini terjadi beberapa perubahan mendasar antaranya adalah pembentukkan
pasangan kromosom homolog, pertukaran bahan-bahan genetik, dsb.5
Oleh karena itu, tahap ini memakan waktu yang paling lama dan juga merupakan tahap
yang paling kompleks berbeda dengan tahap profase dalam tahap mitosis. Tahap profase I ini
dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu : Leptonema, zigonema, pakhinema, diplonema, dan
diakinesis.4,5
Leptonema :Kromosom diploid yang jumlahnya 4 tampak sebagai benang panjang, tunggal
dan tipis.4
Zigonema :Ke empat kromosom itu saling berdekatan dan membentuk pasangan yang
disebut sinapsis.4
Pakhinema : Kromosom menjadi pendek dan tebal.4
Diplonema :Setiap kromosom yang mengadakan sinapsis dan masing-masing melepaskan
diri untuk berpisah tetapi pada bagian tertentu masih saling melekat, titik ini
disebut chiasma . Di chiasmalah terjadi pertukaran segmen anatr kromatid, bain
antar kromatid yang saudara maupun kromatid kromosom homolog
pasangannya . Peristiwa ini disebut pindah silang ( crossing over )4

Diakinesis : kromosom bivalen ( kromosom rangkap tetapi sentromer masih bersatu )


tampak lebih memadat dan terditribusi memenuhi inti sel.4

Prometafase I : Tahap ini merupakan tahap yang berlangsung pendek yang mendahului
metafase I. Pada tahap ini membran inti telah menghilang dan kromosom tampak
lebih pendek dan menebal sehingga kromosom tampak mempunyai 4 lengan
karena merupakan dua buah kromosom yang berpasangan.5
Metafase I : Diakinesis dilanjutkan dengan metafase I, dimana kromosom-kromosom yang
masih berpasangan menempatkan diri di bidang ekuatorial dari sel. Dinding inti
menghilang. Kromosom-kromosom masih dalam keadaan diploid.4
7
Anafase I : Kromosom-kromosom bergerak ke kutub sel yang berlawanan.4
Telofase I : Terbentuklah dua sel anakan, masing-masing memiliki separuh dari jumlah
kromosom sel asalnya. Terjadilah pembelahan reduksi karena setiap sel anakan
akan memiliki satu kromosom dari tiap pasangan kromosom homolog. Dinding inti
sel timbul kembali.4
Interfase : Tahap ini merupakan tahap antara meiosis I dan meiosis II yang berlangsun sangat
pendek dan tidak terjadi replikasi kromosom. Dengan demikian kromosom dalam
sel ini merupakan kromosom hasil pembelahan meiosis I yang jumlahnya hanya
separuh dari kromosom induknya.4

Meiosis II
Profase II : Tahap ini merupakan tahap awal dari meiosis II yang dimulai dengan terbentuknya
spindel. Aster, pergeseran sentriol ke kutub pembelahan dan perubahan lain seperti
yang terjadi dalam mitosis.4
Metafase II :Dinding inti menghilang lagi dan di bagian kutub dari setiap sel anakan terbentuk
benang gelendong inti lagi. Kromosom-kromosom menempatkan diri di bidang
ekuatorial dari sel. Sentromer membelah dan pasangan kromosom homolog
memisahkan diri.4
Anafase II : Kromosom-kromosom bergerak ke masing-masing kuttub sel.4
Telofase II : Ini merupakan fase terakhir dari meiosis II. Terbentuklah 4 inti anakan, masing-
masing memiliki sebuah kromatid dari tiap tetrad, sehingga jumlah kromosomnya
haploid. 4

Pembelahan Sel yang Abnormal

Sel dapat mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali jika ada kerusakan atau mutasi DNA
yang disebabkan karena adanya kerusakan pada gen yang terlibat dalam pembelahan sel. Empat
jenis utama dari gen yang bertanggung jawab untuk proses pembelahan sel:2

1. Onkogen; memberitahu/menginstruksikan sel untuk membelah diri.

2. Gen supresor tumor; memberitahu/menginstruksikan sel untuk tidak membelah diri,

3. Gen bunuh diri/suicide genes; mengontrol proses apoptosis dan menginstruksikan sel untuk
membunuh dirinya sendiri jika terjadi kesalahan pada proses apoptosis

4. DNA/gen perbaikan; menginstruksikan sel untuk memperbaiki DNA yang rusak.

8
Salah satu akibat dari pembelahan sel yang abnormal ini adalah muncunya kanker. Kanker
terjadi ketika mutasi gen sel membuat sel tidak dapat memperbaiki kerusakan DNA dan tidak
mampu melakukan bunuh diri. Demikian pula, kanker adalah hasil dari mutasi yang menghambat
onkogen dan fungsi gen supresor tumor, yang menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak
terkendali.2

KESIMPULAN

Daftar Pustaka
1. Firmansyah R, Mawardi A, Riandi U. Mudah dan aktif belajar biologi. Jakarta : PT
Grafindo Media Pratama ; 2003. h.2
2. Yulailah I. Penyakit kanker : definisi dan proses terjadinya[internet]. 25 September 2012
[diakses : 15 desember 2013]. Diakses dari : http://bukanrahasialagi.com/penyakit-kanker-
definisi-dan-proses-terjadinya-2.html
3. Corwin EJ. Patofisiologi : buku saku. Jakarta : EGC ; 2009. h. 3-5.
4. Suryo. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008.h.57, 60-3
5. Juwono, Juniarto AZ. Biologi Sel. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000.h.80-1,8,9

Anda mungkin juga menyukai