Dosen Pengampu
dr. Ngakan Putu DS, M.Kes
Disusun oleh:
Dina Putri Lestari
6511419009
PRODI GIZI
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
BAB 1
PENDAHULUAN
2
substansi-substansi asing. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit
memegang peran yang amat penting, khususnya makrofag. Supaya
terjadinya fagositosis, partikel bakteri harus melekat pada permukaan
fagosit. Agar fagosit tersebut bergerak menuju sasaran antigen, makrofag
akan bergerak ke arah antigen yang dimungkinkan berkat dilepaskannya zat
atau mediator yang disebut kemotaktik yang berasal dari bakteri.
Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis
dan oleh proses pembentukan fagosom ia terperangkap dalam kantung
fagosom seolah-olah ditelan untuk kemudian dihancurkan. Mekanisme
pertahanan tubuh dapat ditingkatkan dengan senyawa tertentu yang bersifat
imunostimulan. Imunostimulan secara umum didefenisikan sebagai
senyawa yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik
secara spesifik maupun non-spesifik baik mekanisme pertahanan seluler
maupun humoral.
3
BAB II
RINGKASAN
3. Macam-Macam Sel
a. Pengelompokan Berdasar Kemampuan Menyerap Energi
Sel berdasarkan kemampuan menyerap energi terdiri dari 2 yakni
Ototrofik dan Heterotrofik.
Ototrofik adalah organisme yang mampu menyediakan atau
mensintesis makananya sendiri berupa bahan-bahan organik dari
bahan-bahan anorganik dengan bantuan energi matahari atau
klorofil. Makhluk hidup yang mampu menyediakan makanan sendiri
dan dapat mengubah sendiri zat-zat anorganik menjadi zat organik
dengan bantuan sinar matahari dan hijau daun atau chlorofil. Contoh
komponen ini adalah rumput, gandum, padi dan jagung. Untuk
tanaman mereka menciptakan makanan melalui proses fotosintesis.
Dalam proses ini, nutrisi bahan baku dan mineral yang mereka telah
memperoleh dikumpulkan ke dalam sel khusus. Sel-sel ini kemudian
menyerap sinar matahari dan mengubah mereka menjadi energi
untuk dapat membantu dalam konversi makanan. Dengan demikian
mereka membuat makanan mereka sendiri untuk konsumsi sendiri,
terakhir autotrof yang lebih dikenal sebagai produsen.
Heterotrofik adalah organisme dimana untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya dengan cara memanfaatkan bahan organik yang disediakan
oleh komponen lain yang dalam hal ini adalah Autotrofik. Contoh
4
dari komponen ini adalah seperti jamur, binatang dan jasad renik.
Jamur memang kalau dilihat seperti tumbuhan namun ternyata tidak
bisa menyediakan makanan sendiri. Jika dilihat dari asal kata, maka
Heterotrofik itu dari kata "hetero" yang memiliki arti berbeda atau
lain, dan kata "trophikos" artinya menyediakan makanan. Artinya
adalah hal lain yang menyediakan makanan atau tidak menyediakan
makanan sendiri.
b. Pengelompokkan Berdasarkan Jumlah Sel
Sel berdasarkan kemampuan menyerap energi terdiri dari 2 yakni
Prokariot dan Eukariot.
Pada sel prokariota itu tidak ada membran yang memisahkan DNA
dari bagian sel lainnya. Daerah tempat DNA terkonsentrasi di
sitoplasma disebut nukleoid. Kebanyakan sel ini adalah organisme
uniseluler dengan sel berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan
volumenya sekitar 1 µm3 ) serta terdiri dari selubung sel, membran
sel, sitoplasma, nukleoid, dan beberapa struktur lain. Hampir semua
sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran selnya. Jika
selubung tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat dari
karbohidrat atau kompleks karbohidrat-protein, peptidoglikan,
lapisan itu disebut sebagai dinding sel.
sel eukariota adalah sel yang memiliki memiliki nukleus. Diameter
sel eukariota biasanya 10 hingga 100 µm, sepuluh kali lebih besar
daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah di antara
nukleus dan membran sel. Sitoplasma ini terdiri dari medium
semicair yang disebut sitosol, yang di dalamnya terdapat organel-
organel dengan bentuk dan fungsi terspesialisasi serta sebagian
besar tidak dimiliki prokariota. Kebanyakan organel dibatasi oleh
satu lapis membran, namun ada pula yang dibatasi oleh dua
membran, misalnya nukleus.
5
Nukleoid adalah struktur nukleus yang ditemui pada bakteri berisi
DNA sirkuler atau melingkar sebagai tempat penyimpan materi
genetik.
Dinding sel berfungsi untuk memberi bentik sel, membatasi ruang
sel untuk membesar, dan mempertahankan kekakuan dinding sel.
Ribisom adalah organel sel terkecil yang berfungsi sebagaitempat
berlangsungnya sintesis protein.
Flagela berfungsi sebagai alat gerak.
Filli fungsinya adalah untuk membantu perlekatan pada substrat dan
penyaluran materi genetik pada saat konjugasi.
Kapsul berfungsi sebagai pelindung bakteri, menjaga sel bakteri
agar tidak kekeringan, membantu pelekatan dengan sel bakteri lain
atau pada inang.
b. Sel Eukariotik
Nukleus berfungsi untuk mengkoordinasi proses metabolisme,
contohnya pembelahan sel, pertumbuhan sel, serta sintesis protein.
Badan Golgi befungsi untuk memproses protein, membentuk
lisosom, membentuk membran plasma, membentuk vesikula
(kantung) untuk ekskresi.
Membran plasma sebagai pengontrol masuknya nutrien serta
sebagai keluarnya hasil metabolisme. Sebagai pemisah isi sel dari
lingkungan luar dan sebagai reseptor perubahan lingkungan sel.
Lisosom berfungsi untuk mengontrol pencernaan intraseluler,
sebagai mencerna materi dengan menggunakan fagositosis, sebagai
penghancuran organel sel yang telah rusak (autofagi).
Retikulum Endoplasma berfungsi sebagai sintesis protein (Rek),
sebagai tempat pengangkut sintesis, steroit dan lemak, membantu
detoksifikasi sel-sel berbahaya di dalam sel dan sebagai tempat
untuk menyimpan fospolipid, steroid dan glikolipid.
Ribosom berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses sintesis
protein.
6
B. SISTEM IMUN DAN IMUNOLOGI GIZI
1. Imunologi
Imunologi adalah Ilmu yang mempelajari antigen, antiobodi dan
fungsi pertahanan tubuh host yang diperantarai oleh sel, terutama yg
berhubungan dengan imunitas thd penyakit, reaksi biologis
hipersensitifitas. Imunologi melingkupi 3 lingkup yaitu:
Sistem Imun adalah sel dan molekul yang bertanggungjawab dalam
imunitas.
Respon Imun adalah kumpulan respon terhadap substansi asing yang
teroganisasi.
Imunitas adalah reaksi tubuh terhadap masuknya substansi asing.
7
d. Lingkungan dan Nutrisi mudah penyakit infeksi karna :
Eksposur
Berkurang daya tahan karna malnutrisi
e. Anatomis:
Pertahanan thd invasi m.O : kulit, mukosa
f. Fisiologis:
Cairan lambung
Silia trakt.respon
Aliran urin
Sekresi kulit bersifat bakterisid
Enzim
Antibodi
g. Mikrobial
4. Sistem Imun
Sistem imun dibedakan menjadi dua yaitu terdiri atas:
a. Bawaan (the innate immune system )
Non spesifik
Sudah ada saat lahir
Perlindungan non-spesifik terhadap mikroba
b. Diperoleh (the adaptive/acquired immune system)
Respon imun spesifik
Memberikan perlindungan spesifik terhadap mikroba
8
6. Tahap Respon Imun
1). Deteksi & mengenali benda asing
2). Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
3). Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
4). Destruksi atau supresi penginvasi
7. Imunitas
Merupakan kemampuan tubuh untuk menghancurkan patogen
untuk mencegah penyakit infeksi. Tipe imunitas sebagai mekanisme
pertahanan:
a. Alamiah ( lini 1 dan lini 2)
b. Adaptif ( lini 3 ) :
Humoral
Seluler
Tipe Imunitas Adaptif adalah sebagai berikut:
a. Natural immunity : tanpa interfensi manusia
Aktif : infeksi mikroba patogen
Pasif : Antibodi ibu (IgG/IgA) melalui placenta / ASI
b. Artificial immunity :bila antigen atau antibodi diberikan secara
artifisial
Aktif : vaksinasi
Pasif : antiserum anti toksin imunoglobulin/ imunisasi pasif
9
Globulin serum "gamma globulin" individu yang akan
mengunjungi negara endemis (hepatitis) - Bisa ular, rabies,
tetanus, salmonella.
10
C. SISTEM IMUN NONSPESIFIK
11
D. ANTIGEN DAN ANTIBODI
A). Antigen
adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi
dengan antibod yang terdiri dari :
Jenis-Jenis Antigen
1. Jenis antigen berdasarkan determinannya:
o Unideterminan, univalen, merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya
satu
o Unideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop satu, jumlah lebih
dari satu
o Multideterminan, univalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu
dan jumlahnya satu
o Multideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu,
jumlah lebih dari satu
2. Jenis antigen berdasarkan spesifiktasnya
o Heteroantigen → dimiliki banyak spesies
o Xenoantigen → dimiliki spesies tertentu
o Alloantigen → dimiliki satu spesies
o Antigen organ spesifik → dimiliki organ tertentu
o Autoantigen → berasal dari tubuhnya sendiri
3. Jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel T:
o T dependen adalah tentang antigen yang perlu pengenalan thd sel T
dan sel B untuk merangsang antibody
o T Independen adalah tentang antigen yang dapat merangsang sel B
tanpa mengenal sel T dahulu
4. Jenis antigen berdasarkan kandungan bahan kimianya:
o Karbohidrat merupakan imunogenik
o Lipid: tidak imunogenik merupakan hapten
o Asam nukleat merupakan antigen yang tidak imunogenik
o Protein merupakan imunogenik
12
B). Antibodi
Karakteristik
a. Imunoglobulin G
o Terbanyak dalam serum (75%).
o Dapat menembus plasenta membentuk imunitas bayi sampai berumur
6 sampai dengan 9 bulan.
o Mempunyai sifat opsonin berhubungan erat dengan fagosit, monosit
dan makrofag.
o Berperan pada imunitas seluler yang dapat merusak antigen seluler
berinteraksi dengan komplemen, sel K, eosinofil dan neutrofil.
b. Imunoglobulin A
o Sedikit dalam serum.
o Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air mata,
keringat, ludah dan air susu.
o Fungsinya menetralkan toksin dan virus, mencegah kontak antara
toksin/ virus dng sel sasaran dan mengumpalkan/ mengganggu gerak
kuman yang memudahkan fagositosis
c. Imunoglobulin M
o Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh
akibat rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya
mencegah gerakan mikroorganisme antigen memudahkan fagositosis
dan Aglutinosis kuat terhadap antigen.
d. Imunoglobulin E
o Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit,
basofil dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing,
skistosomiasis, trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti
cacing.
e. Imunoglobulin D
o Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat
komplemen. Mempunyai aktifitas antibodi terhadap makanan dan
autoantigen.
Interaksi Antigen-Antibodi
1. Presipitasi, yaitu antigen dan antibodi yang mengendap ketika
bertemu. Hal ini dapat terjadi jika antigen bersifat larut air.
13
2. Aglutinasi, yaitu antigen yang dianggap asing oleh antibodi diikat
lalu membentuk gumpalan. Terjadi apabila antigen bersifat karier,
contohnya eritrosit.
3. Netralisasi, yaitu antibodi yang menghalangi antigen untuk berikatan
dengan sel lain sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan.
14
E. KOMPLEMEN
Aktivasi Komplemen
Jalur Alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen
Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen
(komplek imun).
Jalur Lektin Mbl
15
sitotoksisitas sel efektor Antibody Dependent Cell Mediated
Cytotoxicity (ADCC) yang kerjanya bergantung pada IgG.
16
F. SITOKIN
2. Fungsi Sitokin
Menstimulasi berbagai respon sel yang terlibat dalam sistem imun dan
peradangan
Merangsang pertumbuhan dan diferensiasi limfosit
Mengaktasi berbagai sel efektor yang berbeda untuk mengeleminasi
mikroba dan antigen lainnya
Merangsang perkembangan sel hematopoetik
Digunakan sebagai obat dan target antagonis spesifik dalam berbagai
penyakit imun dan peradangan
3. Peran Sitokin
a. Langsung
1) Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel (pleitropi)
2) Autoregulasi (fungsi autokrin)
3) Terhadap sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakrin)
b. Tidak langsung
1) Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerjasama
dengan sitokin lain dalam merangsang sel (sinergisme)
17
2) Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin (antagonisme)
4. Efek sitotoksisitas
Ada limfokin dengan efek sitotoksik yang dapat membunuh penyebab
infeksi dan sel tumor dengan langsung atau tidak langsung melalui ak-
tivitas sel NK (Tabel sitokin dengan efek toksiksitas).TNF- α
mempunyai efek sitotoksik langsung terhadap sel tumor, sedang IL-2
merangsang LymphokineActivated Killer Cell (sel LAK) yang sitotoksik
terhadap sel tumor.
18
G. AUTOIMUN DAN REAKSI
19
- Fase efektor yaitu waktu terjadi respons yang kompleks
(anafilaksis) sebagai efek bahan-bahan yang dilepas mastosit
dengan aktivitas farmakologik.
Reaksi Hipersentivitas Tipe II
- Reaksi tipe II disebut juga reaksi sitotoksik, terjadi karena
dibentuknya antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang
merupakan bagian sel pejamu.
- Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel K sebagai efektor
Antibody Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC).
- Selanjutnya ikatan antigen-antibodi dapat mengaktifkan
komplemen yang melalui reseptor C3b memudahkan fagositosis
dan menimbulkan lisis.
Reaksi Hipersentivitas Tipe III
- Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun, terjadi bila
kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan atau
sirkulasi/dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen.
- Antibodi di sini biasanya jenis IgM atau IgG. Komplemen yang
diaktifkan kemudian melepas Macrophage Chemotactic Factor.
- Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut melepaskan enzim
yang dapat merusak jaringan sekitarnya.
Reaksi Hipersentivitas Tipe IV
- Reaksi tipe IV : reaksi hipersensitivitas lambat, Cell Mediated
Immunity (CMI), Delayed Type Hypersensitivity (DTH) atau
reaksi tuberkulin g timbul > 24 jam setelah terpapar antigen.
- Reaksi karena respon sel T yang sudah disensitisasi terhadap
antigen tertentu.
- tidak ada peranan antibodi. Akibat sensitisasi tersebut, sel T
lepaskan limfokin, al Macrophage Inhibition Factor (MIF) dan
Macrophage Activation Factor (MAF).
- Makrofag yang diaktifkan dapat menimbulkan kerusakan
jaringan.
20
- Mycoplasma pneumoniae related cold agglutinins
- Tiroiditis Hashimoto
- Sindroma Goodpasture’s
- Delayed transplant graft rejection
TIPE 3
- Systemic Lupus Erythematosus
- Erythema Nodosum
- Polyarteritis nodosa
- Arthus Reaction
- Rheumatoid Arthritis
- Elephantiasis (Wuchereria bancrofti reaction)
- Serum Sickness
TIPE 4
- Reaksi tuberculin
- Dermatitis kontak
Perbedaan Reaksi Hipersentivitas tipe I, II, III & IV
21
reaksi asma, fetalis, farmer’s tuberculin
demam hoodpasture’s lung disease poison ivy,
nephritis granuloma
22