Anda di halaman 1dari 22

RINGKASAN MATERI IMUNOLOGI

Dosen Pengampu
dr. Ngakan Putu DS, M.Kes

Disusun oleh:
Dina Putri Lestari
6511419009

PRODI GIZI
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
BAB 1
PENDAHULUAN

Imunologi adalah spesialisasi medis yang berkaitan dengan


kekebalan dan semua aspek dari kemampuan tubuh untuk melewan infeksi
dan penyakit yang disebabkan oleh patogen ( organisme penyebab penyakit
yang biasanya adalah mikroorganisme). Imunitas atau kekebalan adalah
sistem pada organisme yang bekerja melindungi tubuh terhadap pengaruh
antigen yang dapat bersifat patogen bagi tubuh. Imunologi merupakan ilmu
yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan akibat adanya
rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh manusia.
Manusia memiliki sistem pelacakan dan penjagaan terhadap benda asing
yang dikenal dengan sistem imun, dimana akan melindungi tubuh terhadap
penyebab penyakit, patogen seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur.
Sistem imun dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya
terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan bahan dalam lingkungan hidup.
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan,
tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan
terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Pola hidup
modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan instan. Hal ini
berdampak juga pada pola makan misalnya sarapan didalam kendaraan,
makan siang serba tergesah-gesah, dan malam karena kelelahan jadi tidak
ada nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi
udara, kurang berolahraga dan stres. Apabila terus berlanjut maka daya
tahan tubuh akan terus menurun, lesu, cepat lelah dan mudah terserang
penyakit. Sehingga saat ini banyak orang yang masih muda banyak yang
mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern serta
polusi, diet tidak seimbang dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh
sehingga menurunkan kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan
tubuh seringkali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi,
penuaan dini pada usia dini.
Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun non-spesifik
dan spesifik. Sistem imun non-spesifik bekerja cepat dan siap mencegah
mikroba masuk ke dalam tubuh (2). Sistem imun spesifik bekerja spesifik
karena respon terhadap setiap jenis mikroba berbeda dan harus mengenal
dahulu jenis mikroba yang akan ditangani. Komponen dari sistem imun
non-spesifik terdiri dari sel-sel fagosit yaitu sel-sel polimorfonuklear dan
makrofag serta sel natural killer (NK). Salah satu upaya tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri,
adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara non-spesifik dengan
proses fagositosis, tanpa mempedulikan perbedaan yang ada di antara

2
substansi-substansi asing. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit
memegang peran yang amat penting, khususnya makrofag. Supaya
terjadinya fagositosis, partikel bakteri harus melekat pada permukaan
fagosit. Agar fagosit tersebut bergerak menuju sasaran antigen, makrofag
akan bergerak ke arah antigen yang dimungkinkan berkat dilepaskannya zat
atau mediator yang disebut kemotaktik yang berasal dari bakteri.
Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis
dan oleh proses pembentukan fagosom ia terperangkap dalam kantung
fagosom seolah-olah ditelan untuk kemudian dihancurkan. Mekanisme
pertahanan tubuh dapat ditingkatkan dengan senyawa tertentu yang bersifat
imunostimulan. Imunostimulan secara umum didefenisikan sebagai
senyawa yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik
secara spesifik maupun non-spesifik baik mekanisme pertahanan seluler
maupun humoral.

3
BAB II
RINGKASAN

A. MOLEKUL & SEL

1. Pengertian Molekul dan Sel


Molekul adalah bagian terkecil yang terdiri atas dua atau lebih ikatan
atom. Atom merupakan bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak
dapat dibagi lagi. Sedangkan, sel adalah unit terkecil yang memiliki
kemampuan hidup dan berkembang iak. Sel merupakan satuan struktur
organisme hidup atau sel merupakan satuan fungsi dalam organisme
hidup. Diantara sel-sel terdapat banyak perbedaan dalam ukuran,
bentuk, dan struktur dalam.

2. Ciri Materi Hidup


 Terorganisasi, baik mikroskopis maupun makroskopis.
 Dapat menyerap energi dan bahan dari sekitarnya
 Berkemampuan mereproduksi

3. Macam-Macam Sel
a. Pengelompokan Berdasar Kemampuan Menyerap Energi
Sel berdasarkan kemampuan menyerap energi terdiri dari 2 yakni
Ototrofik dan Heterotrofik.
 Ototrofik adalah organisme yang mampu menyediakan atau
mensintesis makananya sendiri berupa bahan-bahan organik dari
bahan-bahan anorganik dengan bantuan energi matahari atau
klorofil. Makhluk hidup yang mampu menyediakan makanan sendiri
dan dapat mengubah sendiri zat-zat anorganik menjadi zat organik
dengan bantuan sinar matahari dan hijau daun atau chlorofil. Contoh
komponen ini adalah rumput, gandum, padi dan jagung. Untuk
tanaman mereka menciptakan makanan melalui proses fotosintesis.
Dalam proses ini, nutrisi bahan baku dan mineral yang mereka telah
memperoleh dikumpulkan ke dalam sel khusus. Sel-sel ini kemudian
menyerap sinar matahari dan mengubah mereka menjadi energi
untuk dapat membantu dalam konversi makanan. Dengan demikian
mereka membuat makanan mereka sendiri untuk konsumsi sendiri,
terakhir autotrof yang lebih dikenal sebagai produsen.
 Heterotrofik adalah organisme dimana untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya dengan cara memanfaatkan bahan organik yang disediakan
oleh komponen lain yang dalam hal ini adalah Autotrofik. Contoh

4
dari komponen ini adalah seperti jamur, binatang dan jasad renik.
Jamur memang kalau dilihat seperti tumbuhan namun ternyata tidak
bisa menyediakan makanan sendiri. Jika dilihat dari asal kata, maka
Heterotrofik itu dari kata "hetero" yang memiliki arti berbeda atau
lain, dan kata "trophikos" artinya menyediakan makanan. Artinya
adalah hal lain yang menyediakan makanan atau tidak menyediakan
makanan sendiri.
b. Pengelompokkan Berdasarkan Jumlah Sel
Sel berdasarkan kemampuan menyerap energi terdiri dari 2 yakni
Prokariot dan Eukariot.
 Pada sel prokariota itu tidak ada membran yang memisahkan DNA
dari bagian sel lainnya. Daerah tempat DNA terkonsentrasi di
sitoplasma disebut nukleoid. Kebanyakan sel ini adalah organisme
uniseluler dengan sel berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan
volumenya sekitar 1 µm3 ) serta terdiri dari selubung sel, membran
sel, sitoplasma, nukleoid, dan beberapa struktur lain. Hampir semua
sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran selnya. Jika
selubung tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat dari
karbohidrat atau kompleks karbohidrat-protein, peptidoglikan,
lapisan itu disebut sebagai dinding sel.
 sel eukariota adalah sel yang memiliki memiliki nukleus. Diameter
sel eukariota biasanya 10 hingga 100 µm, sepuluh kali lebih besar
daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah di antara
nukleus dan membran sel. Sitoplasma ini terdiri dari medium
semicair yang disebut sitosol, yang di dalamnya terdapat organel-
organel dengan bentuk dan fungsi terspesialisasi serta sebagian
besar tidak dimiliki prokariota. Kebanyakan organel dibatasi oleh
satu lapis membran, namun ada pula yang dibatasi oleh dua
membran, misalnya nukleus.

4. Struktur Dasar dan Fungsi Sel


a. Sel Prokariot
 Mesosom berfungsi dalam proses pembelahan sel dan sebagi
penghasil energi untuk sel. Biasanya mesosom terletak di dekat
dinding sel yang baru terbentuk pada saat pembelahan biner sel
bakteri.
 Membrane plasma sebagai pengontrol masuknya nutrien serta
sebagai keluarnya hasil metabolisme. Sebagai pemisah isi sel dari
lingkungan luar dan sebagai reseptor perubahan lingkungan sel.
Contohnya seperti : perubahan suhu dan intensitas cahaya.

5
 Nukleoid adalah struktur nukleus yang ditemui pada bakteri berisi
DNA sirkuler atau melingkar sebagai tempat penyimpan materi
genetik.
 Dinding sel berfungsi untuk memberi bentik sel, membatasi ruang
sel untuk membesar, dan mempertahankan kekakuan dinding sel.
 Ribisom adalah organel sel terkecil yang berfungsi sebagaitempat
berlangsungnya sintesis protein.
 Flagela berfungsi sebagai alat gerak.
 Filli fungsinya adalah untuk membantu perlekatan pada substrat dan
penyaluran materi genetik pada saat konjugasi.
 Kapsul berfungsi sebagai pelindung bakteri, menjaga sel bakteri
agar tidak kekeringan, membantu pelekatan dengan sel bakteri lain
atau pada inang.
b. Sel Eukariotik
 Nukleus berfungsi untuk mengkoordinasi proses metabolisme,
contohnya pembelahan sel, pertumbuhan sel, serta sintesis protein.
 Badan Golgi befungsi untuk memproses protein, membentuk
lisosom, membentuk membran plasma, membentuk vesikula
(kantung) untuk ekskresi.
 Membran plasma sebagai pengontrol masuknya nutrien serta
sebagai keluarnya hasil metabolisme. Sebagai pemisah isi sel dari
lingkungan luar dan sebagai reseptor perubahan lingkungan sel.
 Lisosom berfungsi untuk mengontrol pencernaan intraseluler,
sebagai mencerna materi dengan menggunakan fagositosis, sebagai
penghancuran organel sel yang telah rusak (autofagi).
 Retikulum Endoplasma berfungsi sebagai sintesis protein (Rek),
sebagai tempat pengangkut sintesis, steroit dan lemak, membantu
detoksifikasi sel-sel berbahaya di dalam sel dan sebagai tempat
untuk menyimpan fospolipid, steroid dan glikolipid.
 Ribosom berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses sintesis
protein.

6
B. SISTEM IMUN DAN IMUNOLOGI GIZI

1. Imunologi
Imunologi adalah Ilmu yang mempelajari antigen, antiobodi dan
fungsi pertahanan tubuh host yang diperantarai oleh sel, terutama yg
berhubungan dengan imunitas thd penyakit, reaksi biologis
hipersensitifitas. Imunologi melingkupi 3 lingkup yaitu:
 Sistem Imun adalah sel dan molekul yang bertanggungjawab dalam
imunitas.
 Respon Imun adalah kumpulan respon terhadap substansi asing yang
teroganisasi.
 Imunitas adalah reaksi tubuh terhadap masuknya substansi asing.

2. Fungsi Ssitem Imun


a. Fungsi Pertahanan
 Pertahanan terhadap invasi mikroorganisme
 Bila Hiperaktif : Hipersensitif (alergi)
 Bila hipoaktif : defisiensi imun
b. Fungsi Homeostatis
 Memenuhi kebutuhan umum organisme multiseluler untuk
keseragaraman jenis sel.
 Berhubungan dengan fungsi degenerasi dan katabolic normal
tubuh melalui pembersihan elemen sel yang rusak (eritrosit,
leukosit, sel tua).
 Penyimpangan : Autoimunitas
c. Fungsi Pengawasan Dini
 Memonitor pengenalan jenis sel yang abnormal dalam tubuh.
 Sel abnormal/muatan: terjadi spontan-pengaruh invasi virus-
pengaruh zat-zat kimia.
 Sel abnormal eliminasi.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun


a. Genetik:
Kerentanan seseorang terhadap penyakit ditentukan oleh gen
hla/mhc
b. Umur:
Hipofungsi sistim imun pada bayi, mudah infeksi, pd ortu
,autoimun & kanker
c. Metabolik:
Penderita penyakit Metabolik / pengobatan kort.St. rentan terhadap
infeksi.

7
d. Lingkungan dan Nutrisi mudah penyakit infeksi karna :
 Eksposur
 Berkurang daya tahan karna malnutrisi
e. Anatomis:
 Pertahanan thd invasi m.O : kulit, mukosa
f. Fisiologis:
 Cairan lambung
 Silia trakt.respon
 Aliran urin
 Sekresi kulit bersifat bakterisid
 Enzim
 Antibodi
g. Mikrobial

4. Sistem Imun
Sistem imun dibedakan menjadi dua yaitu terdiri atas:
a. Bawaan (the innate immune system )
 Non spesifik
 Sudah ada saat lahir
 Perlindungan non-spesifik terhadap mikroba
b. Diperoleh (the adaptive/acquired immune system)  
 Respon imun spesifik
 Memberikan perlindungan spesifik terhadap mikroba

5. Mekanisme Pertahanan 3 Lini Sistem Imun


a. Lini 1
 Barier fisik (kulit,mukosa, ginggiva, silia)
 Barier kimia (saliva, keringat, sebum, air mata, lisozim, enzim
pencernaan, laktoferin, urin)
 Bioflora
b. Lini 2
 Fagositosis 2. Inflamasi 3. sel imun non-spesifik (makrofag,
neutrofil, eosinofil, basofil)
 Mediator kimia (interleukin-1, interferon, komplemen )
 Demam
c. Lini 3
 Sistem imun adaptif/ spesifik
 Perlindungan jangka panjang terhadap mikroba
 Terdiri dari: 1. sel- T à imunitas seluler 2. sel-B àimunitas
humoralàantibodi

8
6. Tahap Respon Imun
1). Deteksi & mengenali benda asing
2). Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
3). Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
4). Destruksi atau supresi penginvasi 

7. Imunitas
Merupakan kemampuan tubuh untuk menghancurkan patogen
untuk mencegah penyakit infeksi. Tipe imunitas sebagai mekanisme
pertahanan:
a. Alamiah ( lini 1 dan lini 2)
b. Adaptif ( lini 3 ) :
 Humoral
 Seluler
Tipe Imunitas Adaptif adalah sebagai berikut:
a. Natural immunity : tanpa interfensi manusia
 Aktif : infeksi mikroba patogen
 Pasif : Antibodi ibu (IgG/IgA) melalui placenta / ASI
b. Artificial immunity :bila antigen atau antibodi diberikan secara
artifisial
 Aktif : vaksinasi
 Pasif : antiserum anti toksin imunoglobulin/ imunisasi pasif

8. Imunitas, yaitu terdiri atas sebagai berikut:


a. Imunitas Aktif
 Terjadi karena kontak dengan patogen/antigen
 Tidak terjadi secara cepatà mekanisme respon imun adaptif
 Tubuh membentuk antibodi hanya terhadap patogen/antigen
 Sel memori (+)
 Bertahan lama sp seumur hidup
 Efek samping hampir tidak ada
 Terjadi secara alamiah atau artifisial
b. Imunitas Pasif
 Transfer antibodi spesifik antara individu yang iperoleh dari serum
yang mengandung antibodi dari individu dengan respon imun
spesifik terhadap antigen tertentu.
 Sel memori (-)
 Berlangsung singkat , beberapa minggu-bulan
 Dapat terjadi reaksi efek samping
 Diperoleh secara alamiah atau artifisial

9
 Globulin serum "gamma globulin" individu yang akan
mengunjungi negara endemis (hepatitis) - Bisa ular, rabies,
tetanus, salmonella.

10
C. SISTEM IMUN NONSPESIFIK

Adalah Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan


paling awal untuk eliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity
merupakan kekebalan non-spesifik artinya semua mikroba yang masuk
dieliminasi tanpa perhatikan jenis mikroba itu.

1. Sifat-sifat Sistem Imun Nonspesifik


 Resistensi tidak berubah oleh infeksi berulang
 Umumnya efektif terhadap semua zat asing
 Terjadi awal infeksi hancurkan virus, cegah at kendalikan infeksi
 Eksposur sebabkan respon maksimal segera, berlangsung cepat
 Tidak ada memori imunologikal
 Respon tidak spesifik, umumnya efektif terhadap semua mikroba

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem mun Non Spesifik


 Spesies
a. Beda spesies punya perbedaan kerentanan yang jelas terhadap
mikroorganisme asing.
 Keturunan Dan Usia
a. Peran hereditas menentukan resistensi terhadap infeksi
b. Usia muda (anak) lebih rentan infeksi karna sistem belum matang 
c. Usia lanjut disertai penurunan resistensi terhadap infeksi
 Hormon
a. Sebelum pubertas sistem imun pria wanita sama
b. Sistem imun berkembang pada usia dewasa
c. Estrogen wanita bantu tingkatkan sistem imun bayi
 Suhu
a. Suhu normal beberapa mikroorganisme tidak menginfeksi
b. Suhu juga mempengaruhi tingkat infeksi tentang karakteristik
mikroorganisme
 Faktor Nutrisi
a. Nutrisi baik dapat tingkatkan sistem imun, juga sebaliknya
 Flora Normal
a. Flora normal kulit dapat produksi berbagai bahan anti mikrobial
 Stress
a. Stress pengaruhi ketahanan tubuh jadi kurang baik

11
D. ANTIGEN DAN ANTIBODI

A). Antigen

adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi
dengan antibod yang terdiri dari :

 Imunogen (bahan yang dapat merangsang respon imun)


 Hapten ( Bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi)
Serta tersusun atas :
 Epitop atau Determinan ( bagian dari antigen yang dapat mengenal/
menginduksi pembenntukan antibodi,)
 Paratop ( bagian dari antibodi yang dapat mengikat epitop.

 Jenis-Jenis Antigen
1. Jenis antigen berdasarkan determinannya:
o Unideterminan, univalen, merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya
satu
o Unideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop satu, jumlah lebih
dari satu
o Multideterminan, univalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu
dan jumlahnya satu
o Multideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu,
jumlah lebih dari satu
2. Jenis antigen berdasarkan spesifiktasnya
o Heteroantigen → dimiliki banyak spesies
o Xenoantigen → dimiliki spesies tertentu
o Alloantigen → dimiliki satu spesies
o Antigen organ spesifik → dimiliki organ tertentu
o Autoantigen → berasal dari tubuhnya sendiri
3. Jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel T:
o T dependen adalah tentang  antigen yang perlu pengenalan thd sel T
dan sel B untuk merangsang antibody
o T Independen adalah tentang antigen yang dapat  merangsang sel B
tanpa mengenal sel T dahulu
4. Jenis antigen berdasarkan kandungan bahan kimianya:
o Karbohidrat merupakan  imunogenik
o Lipid: tidak imunogenik merupakan hapten
o Asam nukleat merupakan antigen yang tidak imunogenik
o Protein merupakan imunogenik

12
B). Antibodi

adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan) pada


tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma
(proliferasi sel B) akibat macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan
Ig D.

 Karakteristik
a. Imunoglobulin G
o Terbanyak dalam serum (75%).
o Dapat menembus plasenta membentuk imunitas bayi sampai berumur
6 sampai dengan 9 bulan.
o Mempunyai sifat opsonin  berhubungan erat dengan fagosit, monosit
dan makrofag.
o Berperan pada imunitas seluler yang dapat merusak antigen seluler
berinteraksi dengan komplemen, sel K, eosinofil dan neutrofil.
b. Imunoglobulin A
o Sedikit dalam serum. 
o Banyak terdapat dalam  saluran nafas, cerna, kemih, air mata,
keringat, ludah dan air susu.
o Fungsinya menetralkan toksin dan virus, mencegah kontak antara
toksin/ virus dng sel sasaran dan mengumpalkan/ mengganggu gerak
kuman yang memudahkan fagositosis
c. Imunoglobulin M
o Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh
akibat rangsangan antigen  sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya
mencegah gerakan mikroorganisme antigen  memudahkan fagositosis
dan Aglutinosis kuat terhadap antigen.
d. Imunoglobulin E
o Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit,
basofil dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing,
skistosomiasis, trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti
cacing.
e. Imunoglobulin D
o Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat
komplemen. Mempunyai aktifitas antibodi terhadap  makanan dan
autoantigen.

 Interaksi Antigen-Antibodi
1. Presipitasi, yaitu antigen dan antibodi yang mengendap ketika
bertemu. Hal ini dapat terjadi jika antigen bersifat larut air.

13
2. Aglutinasi, yaitu antigen yang dianggap asing oleh antibodi diikat
lalu membentuk gumpalan. Terjadi apabila antigen bersifat karier,
contohnya eritrosit.
3. Netralisasi, yaitu antibodi yang menghalangi antigen untuk berikatan
dengan sel lain sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan.

14
E. KOMPLEMEN

Adalah kumpulan sembilan protein plasma (C1-C9) bukan antibodi


yang diperlukan pada reaksi antigen-antibodi sehingga terjadi kerusakan
jaringan atau kematian mikroba serta lisis sel.

 Mediator yang dilepas komplemen


 Anafilaktoisisin
 Adherens imun,
 Opsonin
 Membrane attack complex

 Aktivasi Komplemen
 Jalur Alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen
 Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen
(komplek imun).
 Jalur Lektin Mbl 

 Fungsi dari Komplemen


 Inflamasi, sebagai langkah awal untuk menghancurkan benda asing
dan mikroorganisme serta membersihkan jaringan yang rusak
 Kemokin, merupakan molekul yang dapat menarik dan mengerahkan
sel-sel fag
 Fagositosis – opsonin, C3b dan C4b mempunyai sifat opsonin.
Opsonin adalah molekul yang dapat diikat disatu pihak leh partikel
(kuman) dan dilain pihak oleh reseptornya pada fagosit sehingga
memudahkan fagositosis bakteri atau sel lain.
 Adherens Imun merupakan fenomena dari partikel antigen yang
melekat pada berbagai permukaan (mis: permukaan pembuluh darah),
kemudian dilapis antibody dan mengaktifkan komplemen.
 Elimiasi kompleks imun, C3a atau iC3b dapat diendapkan
dipermukaan kompleks imun dan merangsang eleminasi kompleks
imun
 Lisis osmotic bakteri, aktivasi C3 (jalur alternative atau klasik) akan
mengaktifkan bagian akhir dari kaskade komponen komplemen C5-
C9.
 Aktivitas sitolitik, Eosinofil dan sel polimorfonuklear mempnyai
reseptor untuk C3b dan IgG sehingga 3b dapat meningkakan

15
sitotoksisitas sel efektor Antibody Dependent Cell Mediated
Cytotoxicity (ADCC) yang kerjanya bergantung pada IgG.

 Komplemen Reseptor Komplemen


Reseptor berfungsi untuk mengenali komplemen pada permukaan sel
sasaran. Terdapat 5 jenis reseptor yang sudah dikenali.

16
F. SITOKIN

Sitokin adalah mediator berupa peptida yang fungsinya dapat


menurunkan atau meningkatkan respons imun, inflamasi dan respons tubuh
terhadap penyembuhan jaringan yang rusak. Sitokin merupakan messenger
kimia atau perantara dalam komunikasi interselular yang sangat paten, aktif
pada kadar yang sangat rendah ( mol/l dapat merangsang sel sasaran).

1. Sifat Umum Sitokin


 Masa paruhnya singkat
 Cepat terurai sebagai metode regulasi sehingga sulit diukur dalam
sirkulasi kebanyakan bekerja lokal dalam lingkungan mikrosel
 Beberapa bekerja pada produkidi sel itu sendiri, meningkatkan akti?asi
dan diferensiasi melalui resptor permukaan dengan afinitas tinggi
 Kebanyakan efek biolohis sitokin bersifat pieonotropik misalnya
mempengaruhi organ multipel damam tubuh
 Kebanyakan juga menunjukkan fungsi biologis yanh tumpang tindi,
sehingga menggambarkan redundansi pada kelompoknya karena
alasan inilah sasaran terapeutik sitokin tertentu sering gagal.

2. Fungsi Sitokin
 Menstimulasi berbagai respon sel yang terlibat dalam sistem imun dan
peradangan
 Merangsang pertumbuhan dan diferensiasi limfosit
 Mengaktasi berbagai sel efektor yang berbeda untuk mengeleminasi
mikroba dan antigen lainnya
 Merangsang perkembangan sel hematopoetik
 Digunakan sebagai obat dan target antagonis spesifik dalam berbagai
penyakit imun dan peradangan

3. Peran Sitokin
a. Langsung
1) Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel (pleitropi)
2) Autoregulasi (fungsi autokrin)
3) Terhadap sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakrin)
b. Tidak langsung
1) Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerjasama
dengan sitokin lain dalam merangsang sel (sinergisme)

17
2) Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin (antagonisme)

4. Efek sitotoksisitas
Ada limfokin dengan efek sitotoksik yang dapat membunuh penyebab
infeksi dan sel tumor dengan langsung atau tidak langsung melalui ak-
tivitas sel NK (Tabel sitokin dengan efek toksiksitas).TNF- α
mempunyai efek sitotoksik langsung terhadap sel tumor, sedang IL-2
merangsang LymphokineActivated Killer Cell (sel LAK) yang sitotoksik
terhadap sel tumor.

5. Efek sitokin pada hematopoisis


Sitokin berperanan dalam banyak respons imun seperti aktivasi sel T,
sel B, monosit dan makrofag, induksi sitotoksisitas dan inflamasi.
Beberapa sitokin juga mempunyai efek anti-neoplastik dan efek
terhadap hcmatopoiesis.

6. Fungsi Biologis Sitokin


a. IL-1 berfungsi untuk mengaktifkan sel T, merangsang sel T untuk
memproduksi limfokin, cofactor untuk haematopoietic growth factor,
menimbulkan panas, tidur, pelepasan ACTH.
b. IL-2 berfungsi untuk growth factor untuk sel T yang diaktifkan,
merangsang sintesis limfokin lain dan mengaktifkan sel Tc.
c. IL-3 berfungsi untuk membantu pertumbuhan sel pleuripoten dalam
sumsum tulang, growth factor untuk masfosit.
d. IL-4 berfungsi untuk growth factor untuk sel B yang diaktifkan,
meningkatkan ekspresi HLA-DR pada sel B, growth factor untuk sel
T, meningkatkan aktivitas sitolitik dan sel Tc.
e. IL-5 berfungsi untuk meningkatkan produksi lgM dalam sel B.
f. IL-6 berfungsi untuk merangsang produksi lg oleh sel B.
g. IL-7 berfungsi untuk meningkatkan proliferasi sel pre-B dan pro-B,
timosit, merangsang poliferasi sel T matang dengan jalan
meningkatkan produksi IL-2 dan reseptor IL-2
h. IL-8 berfungsi untuk mengaktifkan neutrofit

18
G. AUTOIMUN DAN REAKSI

Penyakit autoimun adalah penyakit yang disebabkan oleh sistem


imun tubuh yang kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
jaringan “Self” dan “Non Self” Sehingga jaringan tubuh dianggap sebagai
antigen. Jadi, Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah reaksi sistem
imun terhadap antigen jaringan sendiri.
Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :

 Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu


(disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam
aliran darah. Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola
mata dilepaskan ke dalam aliran darah.
 Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sina
matahari, atau radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin
kelihatannya asing bagi sistem kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa
menulari dan demikian mengubah sel di badan. Sel yang ditulari oleh
virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
 Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin
memasuki badan. Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat
menjadikan senyawa badan mirip seperti bahan asing sebagai sasaran.
Misalnya, bakteri penyebab sakit kerongkongan mempunyai beberapa
antigen yang mirip dengan sel jantung manusia.
 Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu
sel darah putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal
yang menyerang beberapa sel badan.
 Keturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun

 Reaksi Hiper Sensitivitas


Hipersensitivitas yaitu reaksi imun patologik, akibat respons imun
berlebih timbulkan kerusakan jaringan tubuh. Reaksi tersebut (Gell dan
Coombs ) dibagi 4 tipe reaksi berdasar kecepatan dan mekanisme imun
yang terjadi yaitu tipe I, II, III, IV.
 Urutan Reaksi Hipersentivitas Tipe I
- Fase sensitisasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan
IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan sel
mastosit dan basofil.
- Fase aktivasi yaitu waktu selama terjadi pemaparan ulang dengan
antigen yang spesifik, mastosit melepas isinya yang berisikan
granul yang menimbulkan reaksi.

19
- Fase efektor yaitu waktu terjadi respons yang kompleks
(anafilaksis) sebagai efek bahan-bahan yang dilepas mastosit
dengan aktivitas farmakologik.
 Reaksi Hipersentivitas Tipe II
- Reaksi tipe II disebut juga reaksi sitotoksik, terjadi karena
dibentuknya antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang
merupakan bagian sel pejamu.
- Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel K sebagai efektor
Antibody Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC).
- Selanjutnya ikatan antigen-antibodi dapat mengaktifkan
komplemen yang melalui reseptor C3b memudahkan fagositosis
dan menimbulkan lisis.
 Reaksi Hipersentivitas Tipe III
- Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun, terjadi bila
kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan atau
sirkulasi/dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen.
- Antibodi di sini biasanya jenis IgM atau IgG. Komplemen yang
diaktifkan kemudian melepas Macrophage Chemotactic Factor.
- Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut melepaskan enzim
yang dapat merusak jaringan sekitarnya.
 Reaksi Hipersentivitas Tipe IV
- Reaksi tipe IV : reaksi hipersensitivitas lambat, Cell Mediated
Immunity (CMI), Delayed Type Hypersensitivity (DTH) atau
reaksi tuberkulin g timbul > 24 jam setelah terpapar antigen.
- Reaksi karena respon sel T yang sudah disensitisasi terhadap
antigen tertentu.
- tidak ada peranan antibodi. Akibat sensitisasi tersebut, sel T
lepaskan limfokin, al Macrophage Inhibition Factor (MIF) dan
Macrophage Activation Factor (MAF).
- Makrofag yang diaktifkan dapat menimbulkan kerusakan
jaringan.

 Contoh Reaksi Hipersentivitas


 TIPE 1
- Anafilaksis
- Urtikaria
- Angioedema
- Atopik alergi
 TIPE 2
- Reaksi transfuse
- Rhesus Incompatibility (Rh Incompatibility)

20
- Mycoplasma pneumoniae related cold agglutinins
- Tiroiditis Hashimoto
- Sindroma Goodpasture’s
- Delayed transplant graft rejection
 TIPE 3
- Systemic Lupus Erythematosus
- Erythema Nodosum
- Polyarteritis nodosa
- Arthus Reaction
- Rheumatoid Arthritis
- Elephantiasis (Wuchereria bancrofti reaction)
- Serum Sickness
 TIPE 4
- Reaksi tuberculin
- Dermatitis kontak
 Perbedaan Reaksi Hipersentivitas tipe I, II, III & IV

Karakteristik Reaksi Tipe Reaksi Tipe II Reaksi Tipe Reaksi


I III Tipe
IV

Jenis lgE lgG, lgM lgG, lgM Tidak ada


antibodi

Waktu 15-30 menit Menit-jam 3-8 jam 48-72 jam


respon

Keadaan Kemerahan, Lisis dan Eritrema, Eritrema,


Fisik panas, dan nekrosis nekrosis, dan
bengkak edema indurasi

Diperantarai Antibodi Antibodi Antibodi Sel T


oleh

Histologi Asel Antibodi dan Kompleme Monosit


basophil dan komplemen n daan dan
eosinofil neutrofil limfosit

Contoh Alergi, Erythroblastotis SLE, Tes

21
reaksi asma, fetalis, farmer’s tuberculin
demam hoodpasture’s lung disease poison ivy,
nephritis granuloma

22

Anda mungkin juga menyukai