Anda di halaman 1dari 15

1.

Konsep Dasar Sel


A. Pengertian
Sel merupakan struktur terkecil organisme yang dapat mengatur aktivitas kehidupan sendiri. Penemuan
sel yang terjadi pada abad kesembilan belas, mendeskripsikan sel yang memiliki membran pembatas
pada bagian luarnya, nukleus pada bagian dalam, dan suatu cairan plasma atau sitoplasma yang
mengelilingi bagian nukleus. Penelitian yang semakin berkembang setiap tahunnya, membuat peneliti
dapat mengetahui struktur bagian dalam dari sel tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan berbagai
metode dan teknik tertentu agar lebih mudah mengamati hal terkecil dari sel tersebut.
Dengan ditemukannya bagian terdalam dan terhalus dari sel tersebut dan telah berhasil mempelajari
berbagai struktur subseluler dari sel tersebut, jelaslah bahwa fungsi – fungsi sel dilakukan oleh struktur
terspesialisasi yang dapat dibandingkan dengan organ – organ tubuh kita, oleh sebab itu, struktur
tersebut dikenal dengan nama organel. Organel – organel tersebut merupakan bagian dari sel yang
terpisah – pisah dan memiliki fungsinya masing – masing dengan bentuk seperti suatu ruangan yang ada
di dalam rumah, dan memungkinkan terjadinya spesialisasi dalam berbagai bentuk dan fungsi.

B. Struktur Sel
Pengetahuan tentang organisasi sel ini akan menjadi modal yang sangat berharga agar dapat memahami
fungsi – fungsi khusus dari setiap bagian (organella) sel selanjutnya. Dikutip dari Rahmadina dkk (2017:
20) bahwa sel ini secara perlahan – lahan berubah baik secara struktural maupun fungsional agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat melangsungkan hidupnya dengan baik. Perubahan
bentuk ini menghasilkan dua kelompok besar yang memiliki peranan yang berbeda satu dengan yang
lainnya yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik.
1) Sel Prokariotik

Gambar Sel Prokariotik


http://slideplayer.info/slide/3210271

Sel prokariotik merupakan bentuk kehidupan yang terkecil dan memiliki metabolisme paling bervariasi.
Kata prokariotik sendiri berarti “ sebelum nukleus” yaitu suatu organisme bersel satu tanpa memiliki
nukleus. Hal ini berarti bahwa sel prokariotik ini merupakan nenek moyang dari sel eukariotik, karena
dia ada sebelum sel eukariotik ada. Sel prokariotik ini memiliki tiga komponen dasar diantaranya yaitu:
plasmalemma, ribosom, dan nukleoid. Beberapa prokariotik tidak memiliki kapsul yang menyelubungi
dinding sel, kecuali prokariot yang dapat berfotosintesis. Sel prokariotik ini dapat mengabsorbsi bahan
organik untuk pertumbuhannya.
2) Sel Eukariotik
Gambar Sel Eukariotik
https://sains.info/cell-therapy/
Sel eukariotik ialah sel yang memiliki inti atau nukleus (karion) yang dikelilingi oleh membran,
sehingga sel ini memiliki dua membran yaitu membran sitoplasma dan membran inti (membran
nukleus). Kata eucaryotic ini berasal dari kata yunani, eu (sejati), dan karyon (bagian dalam
biji/nukleus). Oleh sebab itu, sel ini dinamakan sel yang memiliki membran inti (nukleus). Sel
eukariotik memulai kehidupannya dengan sebuah nukleus yang dikelilingi oleh berbagai macam organel
yang memiliki struktur dan fungsi tertentu dan terbungkus dalam sebuah membran sehingga bentuknya
kokoh dan tersusun dengan teratur.
Walaupun demikian, sel ini tidak semuanya ada pada masing-masing sel karena ada bagian yang
berbeda satu dengan yang lainnya dan memiliki bentuk, ukuran, dan fungsi fisiologis yang berbeda juga.
Meskipun demikian, ada bagian sel yang sama diantaranya yaitu membran plasma, sitoplasma, organel
(seperti retikulum endoplasma, kompleks golgi, lisosom, mitokondria), dan inti sel (nukleus). Sel inilah
yang kita temukan pada sel Hewan.
C. Organel Sel dan Fungsinya

Sel Hewan
http://www.tandapagar.com/gambar-sel-hewan/
Sel eukariotik yang terdapat pada sel hewan merupakan sel yang tidak memiliki dinding sel serta
kloroplas.Sesuai dengan namanya, sel hewan merupakan sel yang menyusun jaringan– jaringan pada
tubuh hewan atau sel sebagai organisme seluler seperti pada protozoa. Penggambaran yang terdapat
pada sel hewan ini secara umum menampilkan struktur – struktur hewan yang paling mudah ditemukan.
Organel yang sangat berperan dalam sel ini ialah nukleus, sedangkan aktivitas metabolisme yang paling
banyak dilakukan yaitu pada sitoplasma.
A. Membran plasma
B. Membran plasma atau membran sel atau sering disebut juga dengan nama plasmalemma
merupakan suatu sistem membran yang merupakan lapisan terluar yang membatasi isi sel dari
lingkungannya. Membran ini terdapat pada sel hewan dan sel tumbuhan yang sangat tipis,
hidup, dan bersifat semipermeabel. Rangka membran sel merupakan lapisan lipid bilayer, dua
lapisan fosfolipid dengan ekor membentuk susunan sandwich di antara kepala. Membran plasma
ini memiliki bagian yang tersusun dari lemak (lipid) dan protein (lipoprotein).Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan matriks atau zat seperti gel yang berada di dalam sel. Sitoplasma
tersusun atas partikel berupa material air dan juga protein. Fungsi utama dari sitoplasma ini
yaitu sebagai tempat berlangsungnya reaksi metabolisme yang terdapat di dalam sel.
C. Nukleus
Nukleus atau inti sel merupakan salah satu organel yang berada di bagian pusat sel.
Keberadaannya ini berfungsi sebagai pusat kegiatan yang ada di dalam sel. Di dalam nukleus
ditemukan adanya cairan inti (nukleoplasma), anak inti (nukleolus), dan selaput inti.
D. Vakuola
Bentuk vakuola ini sangat berbeda dengan sel hewan karena pada sel hewan bentuknya lebih
kecil bahkan pada beberapa sel ada yang tidak memiliki vakuola. Bentuk vakuola ini pada
tumbuhan bukan hanya besar tapi terlihat lebih jelas dan lebih tua jika dibandingkan dengan sel
hewan. Pada sel hewan, vakuola ini diselubungi oleh membran lipoprotein yang berfungsi
sebagai penyimpan, pemindah material, dan memelihara sel dari tekanan dalam.
E. Mitokondria
Mitokondria terdapat pada hampir semua sel eukariotik, diantaranya pada tanaman, hewan,
jamur, dan protista. Mitokondria juga sebagai derivat dari endosimbiosis prokariot.
F. .Ribosom
Ribosom ditemukan pertama kali oleh George Emil Palade, seorang ilmuwan biologi sel yang
berkebangsaan Romania pada pertengahan tahun 1950-an, dengan menggunakan mikroskop
elektron. Kata Ribosom berasal dari bahasa Yunani soma yang artinya “badan” dan ribonucleic
acid (asam ribonukleat).
G. Kompleks Golgi
Kompleks Golgi juga merupakan salah satu organel yang membrannya terbentuk dari
lipoprotein. Organel ini banyak dijumpai pada sel hewan dan sel tumbuhan. Struktur kompleks
golgi ini memiliki bentuk bertumpuk – tumpukan pada kantong – kantong pipih yang sangat
kompleks dan pada bagian dalamnya terdapat ruangan kecil yang dikenal dengan vakuola.
Organel ini merupakan salah satu organel yang secara aktif berperan dalam sekresi protein.
Hasil protein yang telah disintesis oleh RER akan dipindahkan ke dalam kompleks golgi.
H. Lisosom
Lisosom ialah sebuah kantong yang memiliki membran dan berisi enzim –enzim hidrolitik yang
digunakan oleh sel hewan untuk mencerna makanan dalam bentuk makromolekul. Lisosom
memiliki struktur yang agak bulat yang dibatasi oleh membran tunggal.
I. Retikulum endoplasma (RE)
Retikulum endoplasma (RE) ialah serangkaian saluran yang membentuk jaringan yang saling
sambung – menyambung dan terbentang dari membran sel hingga ke membran nukleus. RE ini
merupakan membran yang bersifat lipoprotein dan terdapat di dalam sitoplasma antara membran
inti dengan membran sitoplasma. Ribosom merupakan tempat dimana proses pembentukan
protein terjadi di dalam sel. Secara struktural, RE dibedakan atas dua macam, yaitu RE kasar
dan RE halus.
D. Daur Sel
Gambar Daur Sel
http://pujoduryatbetta.blogspot.co.id/2014/03/pembelahan-sel.html
Siklus sel merupakan suatu kegiatan yang terjadi dari satu pembelahan sel ke pembelahan sel lainnya.
Siklus sel meliputi pertambahan massa, duplikasi bahan genetis yang disebut interfase dan pembelahan
sel.
1) Interfase
Tahap interfase terbagi 3 tahap yaitu tahap G1. Pada tahap ini sel anakan akan tumbuh menjadi dewasa.
Pada tahapan ini merupakan sintesis protein, karbohidrat, lipid, inisiasi replikasi DNA, duplikasi
organella. Tahap ini merupakan tahapan yang paling lama berlangsung bila dibandingkan dengan dua
tahapan lainnya. Tahapan kedua disebut juga fase S. Tahapan ini terjadinya replikasi DNA dan sintesis
satu set lengkap protein kromosomal histon dan non histon dan juga terjadi duplikasi kromosom. Fase
ini terjadi sekitar 9 jam. Tahapan ketiga disebut juga fase G2. Tahapan ini sel mulai mempersiapkan diri
dalam melakukan pembelahan. Lamanya proses pembelahan ini hanya 2 jam saja.
2) Mitosis
Fase mitosis berawl dari aktivitas MPF (Mitosis promoting factor) yang menimbulkan terjadinya proses
fosforilasi protein dan berakhir dengan defosforilasi. Disamping adanya mikrotubula, ada sitoskelet
lainnya yang berperan pada tahap sitokinesis yaitu cincin kontraktil yang tersusun dari filamen aktin dan
miosin. Pada fase kariokinesis ini terdapat 5 tahap yaitu profase, prometafase, metafase, anafase, dan
telofase. Tahapan tersebut akan diuraikan dibawah ini.
● Profase

Tahapan ini diawali dengan perubahan sentrosoma. Sentrosm ini terduplikasi menjadi dua pada daerah
sntrosomer menjadi kromosom. Sentrosom sendiri diikat oleh kinetokor dan kinetokor diikat oleh
mikrotubula kinetokor.
● Metafas

Pada tahap ini diawali dengan pengaturan letak dan arah kromosom oleh mikrotubula kinetokor
sehingga setiap kromosom menghadap kutub masing –masing. Selanjutnya mikrotubula kinetokor
menggerakkan kromosom ke bidang ekuator. Kromosom tertata di tengah bidang ekuator.
● Anafase

Diawali dengan terbelahnya kromosom menjadi dua kromatida, masing-masing dengan sebuah
kinetokor.
● Telofase

Pada tahap ini diawali dengan terakitnya kembali selubung nukleus di sekkeliling tiap kelompok
kromosom baru. Mikrotubula kinetokor menghilang, tetapi mikrotubula kutub masih tetap ada. Telofase
akan mengakhiri serangkaian proses panjang kariokinesis, untuk selanjutnya masuk ke fase sitokinesis.
● Sitokinesis

Pada tahapan sitokinesis ini proses pembelahan sitoplasma yang ditandai dengan pelekukan pada sel.
pelekukan ini terjadi di tengah bidang pembelahan karena aktivitas cincin kontraktil.

Cedera Sel

A. Defenisi Cedera Sel


Cedera sel adalah berbagai perubahan stress yang dialami sel karena perubahan
lingkungan eksternal ataupun internal.
Kelangsungan hidup sel tergantung pada beberapa faktor seperti pasokan energi yang
konstan, membran plasma utuh, fungsi biologis generik, aktifitas seluler spesifik dan genomik
yang aman dan efektif. Secara biologis, pembelahan sel dikendalikan dan mekanisme
homeostatis internal. Tubuh dapat mereplikasi 10.000 sel baru setiap detik. Pada akhirnya sel
akan hilang ke lingkungan melalui permukaan kulit dan usus, namun sel baru tetap terbentuk.
Dengan demikian, kematian sel adalah proses normal serta reaksi terhadap cedera.

B. Agen-Agen Yang Dapat Menyebabkan Cedera Pada Sel


1. Agen Fisik
Berupa robeknya sel atau paling sedikit adanya gangguan hubungan spasial antara
berbagai organela atau gangguan integritas struktural dari salah satu organela atau lebih.
2. Agen Kimia dan Biologi
Sel dapat mengalami cedera apabila mengalami kontak dengan obat-obatan dan bahan
kimia lainnya. Hal ini termasuk enzim dan cairan beracun yang dihasilkan oleh
mikroorganisme.
Contoh penyebab cedera pada sel
Contoh Agen Penyebab Reaksi
Trauma ( kecelakaan lalu lintas) Hilangnya sebagian jaringan
Terhirup Karbon monoksida Gangguan transportasi oksigen
Kontak dengan cairan asam kuat Mengentalkan protein
Overdosis paracetamol Terganggunya metabolisme pada hati
Infeksi bakteri Keracunan
Terpapar radiasi (x-ray) Dapat merusak DNA
 Obat-obatan dan racun
Banyak bahan kimia sintesis alami yang dapat menyebabkan cedera pada sel, hal ini
terkait dengan dosis, tetapi dalam beberapa kasus diperburuk oleh faktor konstitusional.
Beberapa zat beracun tingkat tinggi dapat meracuni metabolisme dan dapat menimbulkan
kerusakan lokal. Begitu juga dengan cairan atau salep yang diaplikasikan pada kulit atau
selaput lendir, atau gas yan melukai paru- paru.
 Infeksi dari organisme lain
Mekanisme kerusakan jaringan yang dihasilkan oleh organisme infeksi bervariasi,
tetapi yang berbahaya adalah produk metabolisme atau sekresi dari organisme tersebut.
Respon sel terhadap cedera yang disebabkan oleh infeksi akan bergantung pada kerusakan
yang ditimbulkan langsung oleh agen dan secara tidak langsung sebagai akibat dari respons
inang terhadap agen tersebut.
 Hambatan Metabolisme
Cedera sel dapat terjadi akibat gangguan spesifik dengan metabolisme intraseluler,
biasanya dipengaruhi oleh penyumbatan sebagian atau total dari satu jalur atau lebih.
Reaksi terhadap cedera sel:
1) Toksisitas beberapa racun (carbon tetraklorida)
2) Keracunan oksigen
3) Kerusakan jaringan pada peradangan
4) Bakteri intraseluler mengalami kematian

3. Kegagalan Keutuhan Membran


Kerusakan membran sel adalah penyebab utama terjadinya cedera pada sel. Sel yang
terinfeksi virus akan mengalami kerusakan membran dengan mediator sitotoksisitas yaitu
perforin menyebabkan sitolitik. Robekan atau perforasi membran dapat menyebabkan
kematian sel. Saluran yang robek memungkinkan masuk dan keluarnya ion tertentu menjadi
tidak terkontrol.
4. Kerusakan DNA
DNA yang mengalami kerusakan tidak akan segera terlihat kecuali pada DNA sel
darah genom yang diturunkan. Kerusakan DNA akan mudah terlihat pada sel yang aktif
membelah diri seperti sel epitel yang terkena radiasi.
5. Reaksi Imun
Reaksi imun seringmenjadi penyebab kerusakan sel. Misalnya pada penyakit alergi
yang dialami lansiaberupa gatal-gatal dan penyakit dermatitis kontak yang juga memiliki gejala
gatal-gatal akan menyebabkan kerusakan pada kulit.
C. Mekanisme Adaptasi Sel
Ketika sel mendapatkan cedera dan sel harus menjalankan fungsinya, maka sel akan
melakukan mekanisme adaptasi. Respon sel yang mengalami cedera dapat bersifat reversibel
disebut juga cedera subletal dan jika mengalami cedera ireversibel disebut cedera letal.
1. Cedera Subletal
Terjadi apabila sel mengalami cederadan menunjukkan perubahan morfolaogis, tetapi
sel tidak mati. Perubahan seperti ini bersifat reversibel. Jika penyebab cedera dihentikan maka
sel akan kembali pulih seperti sebelumnya. Cedera ini disebut juga proses degeneratif. Bentuk
perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pembengkakkan Sel
Perubahan yang paling sering terjadi adalah penumpukan cairan didalam akibat
gangguan mekanisme pengaturan cairan. Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar (degenerasi
bengkak dan keruh) dan akan terjadi gangguan metabolisme pembentukan energi.
Penimbunan Lipid
Didalam sel terjadi gangguan yang lebih berat yaitu degenerasi lemak, dimana terjadi
penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesakke pinggir. Jaringan akan bengkak dan
terlihat kekuning-kuningan. Contoh: proses perlemakan hati (fatty liver) yang terjadi pada
malnutrisi dan alkoholik.
2. Cedera Letal
Cedera pada sel yang cukup berat dan berangsung lamaserta melebihi kemampuan sel
untuk beradaptasi akan menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (tidak pulih) yang
berlanjut kepada kematian sel. Contoh: sel parenkim paru perokok yang mengalami cedera
letal akibat asap rokok yang terus menerus.
Ditinjau dari beban kerja terhadap sel, maka adaptasi sel dibagi menjadi dua yaitu
adaptasi terhadap peningkatan beban kerja sel dan adaptasi terhadap penurunan beban kerja
sel. Berikut bentuk adaptasi yang dilakukan sel akibat beban kerja yang diterima:
a. Menambah Ukuran Sel (hipertrofi)
Berupa pembesaran organ atau jaringan karena pembesaran selnya yang tidak
disertai dengan peningkatan fungsi organ atau jaringan tersebut. Hipertrofi terbagi dua, yaitu
hipertrofi patologik seperti pada otot jantung pasien yang menderita hipertensi selama bertahun-
tahun. Sedangkan hipertrofi fisiologik seperti terjadi pada otot rangka pada binaragawan yang
mendapatkan beban kerja latihan.
b. Mengurangi Ukuran Sel (atrofi)
Adalah proses adaptasi sel dimana organ atau jaringanyang terbentuktumbuh mencapai
batas normal tetapi kemudian mengalami penyusutan. Atrofi dapat bersifat fisiologik misalnya
pada proses penuaan dimana seluruh bagian tubuh tampak mengecil secara bertahap. Atrofi
patologik seperti pada berkurangnya produk hormon yang dikeluarkan ginjal akibat konsumsi
obat golongan kortikosteroid dalam waktu yang lama.
c. Menambah Jumlah Sel (hyperflasia)
Adalah kenaikan absolut jumlah sel pada sebuah jaringan atau organ yang
menyebabkan pembesran jaringan atau organ disertai dengan peningkatan fungsi organ atau
jaringan tersebut. Hiperflasia hanya dapat terjadi pada sel labil seperti sel epidermis dan sel
darah. Contoh: pembesaran uterus. Hiperflasia tidak dapat terjadi pada sel permanen seperti
otot rangka, saraf dan sel jantung.
d. Merubah Sel (metaflasia)
Adalah perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel matur jenis lain. Contoh: sel
epitel thorak padas aluran pernafasan seorang perokok yang dapat bersekresi diganti dengan
sel epitel gepeng berlapis yang tidak dapat bersekresi. Kondisi ini sangat merugikan karena
lendir yang merupakan alat proteksi terhadap bakteri, debu dan benda asing tidak
terbentuk sehingga saluran pernapasan mengalami infeksi

Perbandingan sel normal dan cedera


Kematian Sel
A. Definisi Kematian Sel
Kematian sel adalah peristiwa sel biologis berhenti menjalankan fungsinya yang
disebabkan proses-proses alami sel-sel tua yang sekarat dan digantikan oleh sel yang baru.

B. Patofisiologi Kematian Sel


Setiap sel baik yang cedera ataupun tidak, akan mengalami kematian. Proses kerusakan
sel diawali dengan terjadinya gangguan didalam sel. Empat sistem yang paling mudah
terpengaruh akibat cedera, yaitu:
a. Membran sel
Keutuhan membran sel terganggu akibatnya tugas membran sel untuk
mempertahankan tekanan osmotik seluler menurun.
b. Mitokondria
Pembentukan energi berupa ATP melalui mekanisme respirasi anaerob
terganggu.
c. Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma mensintesa protein mengalami gangguan
d. Nukleus
Sebagai aparatus genetik keutuhan nukleus terganggu akibat cedera
Selanjutnya sel yang mengalami cedera akan mengalami destruksi dan benar- benar
dikatakan mati ditandai oleh dua fenomena berikut:
1. Ketidakmampuan memperbaiki fungsi mitokondria sehingga sel tidak dapat
melakukan pembentukan ATP.
2. Gangguan fungsi membran yang nyata sehingga terjadi penurunan fungsi
membran yang luas.
Sel yang mendapatkan pengaruh berupa cedera hebat dalam waktu yang lama dan tidak
dapat lagi mengkompensasi kelangsungan metabolismenya akan mengalami kematian. Diawal
kematiannya sel akan mengalami pencairan atau koagulasi dengan keluarnya organel internal.
Cairan sel yang mati antara lain berisi enzim yang ketika berada dalam sel hidup tidak
bersifat litik. Tetapi ketikasel telah mati akan bersifat litiksehingga dapat melarutkan sel yang
mati. Enzim tersebut berasal dari lisosom sel yang hancur dan akan mencerna sel itu sendiri
yang disebut autolisis.
Para ahli lebih jauh menjelaskan bahwa kematian sel ditandai dengan menghilangnya
nukleus yang berfungsi mengatur berbagai aktifitas biokimiawi sel dan mengaktivasi enzim
autolisis yang menyebabkan membran sel lisis.
Perubahan yang terjadi pada sel yang mati dapat diamati melalui:
1. Perubahan mikroskopis
Perubahan sel yang mati pada sitoplasma dan organel-organel sel lainnya yaitu:
inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak teratur
dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancurdan meninggalkan pecahan-
pecahan zat kromatin yang tersebar didalam sel.
2. Perubahan makroskopis
Perubahan morfologi sel yang mati tergantung dari aktifitas enzim yang lisis
terhambat maka jaringan nekrotik akan mempertahankan ciri arsitekturnya selama
bebrapa waktu.
3. Perubahan kimia klinik
Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang terdapat pada
intrasel termasuk enzim tertentu masuk kedalam sirkulasi dan meningkat
kadarnya didalam darah.
C. Jenis Kematian Sel
Kerusakan sel yang berakhir dengan kematian sel dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu nekrotik dan apoptosis.
a. Nekrotik
Adalah kematian sel yang terjadi akibat cedera yang memiliki ciri adanya
pembengkakan dan ruptur organel intrnal. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik),
menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan
meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar didalam sel yang disebut karioeksis,
sedangkan inti hilang disebut kariolisis. Selanjutnya sel mati akan diisolir oleh sel disekitarnya
dan akan menimbulkan peradangan. Akibat peradangan yang terjadi leukosit akan berkumpul
didaerah sel mati dan selanjutnya mencerna sel tersebut melalui proses fagositosis.
Nekrosis yang terjadi pada sel akan menimbulkan efek klinis sebagai berikut:
 Fungsi abnormal
Contohnya sel otot jantung yang mengalami nekrosis meskipun tidak luas akan
menyebabkan efek klinis hemodinamika. Berbeda dengan nekrosis yang terjadi pada ginjal,
meskipun seluruh ginjal kanan mengalami nekrosis tetapi tidak akan terjadi gagal ginjal
karena masih dapat dikompresi oleh ginjal kiri.
 Infeksi bakteri
Pertumbuhan bakteri akan mudah terjadi pada daerah sel yang mengalami nekrotik dan
menyebar ke seluruh tibuh melalui aliran limfe dan aliran darah. Oleh karena itu pada kasus
gangren dimana banyak sel mengalmi nekrotik sering memerlukan tindakan pembedahan agar
infeksi bakteri tidak menyebar ke seluruh tubuh.
 Efek sistem
Saat sel mengalami nekrosis, maka sel tersebut akan melepaskan zat pirogen.selain itu
terjadi peningkatan sel darah putih sebagai respon dari radang akut. Akibatnya akan timbul
demam dan leukosis meningkat.
Jenis-jenis nekrosis:
1. Nekrosis koagulatif, sel nekrotik bentuknya tetap, akibat sel litik dihambat kondisi
lokal (pada jantung, ginjal dan limfa).
2. Nekrosis liquefaktif, sel nekrotik mengalami pencairan akibat kerja enzim (pada otak
medula spinalis).
3. Nekrosis kaseosa, sel nekrotik hancur, tetapi pecahannya tetap berada disekitarnya (pada
paru).
4. Gengren, yaitu nekrosis koagulatif akibat kekurangan aliran darah dan disertai
tumbuhnya bakteri safrofit yang berlebihan (gangren kering pada tungkai, gangren
basah pada usus)
5. Nekrosis lemak enzimatis (pankreatik), terjadi akibat enzim pankreas mengalir diluar
duktus (pada pankreas).

D. Indikator Nekrosis
 Hilangnya fungsi organ
 Peradangan disekitar nekrosis
 Demam
 Malaise
 Leukositosis
 Peningkatan enzim serum

Apoptosis
A. Definisi
Merupakan suatu jenis mekanisme biologi kematian sel yang terprogram. Apoptosis
digunakan oleh tubuh untuk membuang sel yang tidak diperlukan. Hal ini berlangsung seumur
hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh, berbeda dengan nekrosis yang bersifat akut dan
tidak terprogram.
Sebagai contoh keuntungan apoptosis adalah pemisahan jari pada periode embrio.
Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak diantara jari menyebabkan masing-masing
jari terpisah. Bila sel kehilangan kemampuan apoptosis maka banyak sel yang akan membelah
tak terbatas dan akhirnya menjadi kanker.
Apoptosis disebut juga kematian sel terprogram (programmed cell death) yang terjadi
secara terpisah atau sendiri-sendiri. Berbeda dengan nekrosis yang kematian selnya melibatkan
sekelompok sel. Pada apoptosis sel yang matik akan dimakan oleh sel yang berdekatan atau
yang berbatasan langsung dengannya.
Apoptosis terjadi berdasarkan informasi dari gen yang ada didalam sel. Informasi
genenetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup tertentu. Awalnya terjadi
perubahan secara morfologis, termasuk perubahan pada inti sel. Kemudian sel akan
terfragmentasi menjadi badan apoptosis dan selanjutnya fragmen tersebut diabsorbsi sehingga
sel yang mati menghilang.

B. Faktor-faktor Penyebab Apoptosis


1. Penyebab fisiologik
 Destruksi sel selama embriogenesis. Contoh pembelahan jari pada embrio.
 Involusi jaringan yang bergantung hormon. Contoh kematian sel pada endometrium
dan prostat pada lansia.
 Penghapusan sel dalam populasi yang mengadakan profilasi.
 Kematian sel yang sudah melaksanakan tugasnya. Contoh sel netrofil akan mati setelah
mengalami infeksi akut.
 Penghapusan limfosit reaktif yang berpotensi berbahaya.
2. Penyebab patologik
 Kematian sel yang ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang menyebabkan cedera.
Jika mekanisme perbaikan DNA tidak dapat mengatasi kerusakan yang ditimbulkan,
maka kematian sel karena radiasi atau obat sitotoksik akan menyebabkan sel membunuh
dirinya sendiri melalui apoptosis.
 Kematian sel karena infeksi virus.
 Atrofi patologik organ tertentu pasca obstruksi saluran.
 Kematian sel pada tumor.
Gambaran morfologik apoptosis diilustrasikan sebagai berikut:
 Pengeriputan sel
 Fragmentasi kromatin
 Pembentukan lepuh pada sel
 Fagositosis benda oleh sel didekatnya atau makrofag
 Tidak adanya inflamasi membuat apoptosis sulit terdeteksi melalui pemeriksaan
histologik

C. Karakteristik Biokimiawi Apoptosis


 Pemecahan protein dilakukan oleh enzim protease yang dinamakan kaspase. Enzim ini
dapat mengaktifkan DNA untuk memecah DNAdalam nukleus.
 Pemecahan DNA internukleosomal menjadi fragmen-fragmen.
 Perubahan DNA pada membran plasma memungkinkan sel yang mengalami apoptosis
dikenali untuk difagositosis.

D. Perbedaan Nekrosis Dan Apoptosis

Nekrosis Apoptosis

Kematian oleh faktor luar sel Kematian diprogram oleh sel

Sel membengkak Sel tetap ukurannya


Pembersihan debris oleh fagosit dan
sistem imun sulit Pembersihan berlangsung cepat

Sel sekarat tidak dihancurkan fagosit Sel mati akan ditelan oleh fagosit

Lisis sel Non lisis


Inflamasi merusak sel sekitarnya Sel sekitarnya tetap hidup normal

D. Mekanisme Apoptosis
1. Signaling
Apoptosis dapat dipicu dengan berbagai sinyal yang terprogram intrinsik. Contoh pada
pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
2. Kontrol dan integrasi
Apoptosis dapat mengontrol dan mengintegrasikan kematian sel melalui protein
spesifik yang menghubungkan sinyal kematian sel dan waktu kematian sel.
3. Eksekusi
Apoptosis ditandai dengan pemecahan protein yang menjadi awal kejadian bunuh diri
sel. Kemudian perubahan protein sitoplasma sehingga lebih mudah larut serta pemecahan
DNA.

Suyanto (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Perawatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Underwood, J.C.E, Cross,S.S. (2009). General and Systematic Pathology (fifth edition).
Churchill Livingstone: Elsevier (UK): Elsevier Limited

Anda mungkin juga menyukai