Anda di halaman 1dari 14

Nama: Cris Gaby Sepanya

NIM: B1A019084
Tanggal Pratikum: 10 Juni 2020
Asisten: Aura Amalia Romadhan

PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS ENZIM AMILASE

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1.1 Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas amilase dari air
liur.

II. TEORI DASAR


Enzim merupakan sekelompok protein yang mengatur dan menjalankan
perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologi. Enzim dihasilkan oleh
organ-organ pada hewan dan tanaman yang secara katalitik menjalankan
reaksi. Reaksi-reaksi tersebut seperti hidrolisis, oksidasi, reduksi,
isomerasi, adisi, transfer radikal, dan pemutusan rantai karbon. Enzim
berfungsi sebagai katalisator, yaitu senyawa yang meningkatkan kecepatan
reaksi kimia (Anam, 2010). Enzim amilase merupakan salah satu enzim
pencernaan yang berasal dari getah pankreas. Enzim amilase juga terdapat
dalam duodenum namun sumbernya berasal dari pankreas. Enzim ini
berfungsi mendegradasi karbohidrat menjadi monosakarida dalam proses
metabolisme tubuh dan sebagai penghasil energi dalam bentuk ATP
(Mahardikaningrum, 2012).
Pati dapat dipecah oleh enzim amilase menjadi komponen yang lebih
sederhana. Proses hidrolisis amilum menjadi kurang apabila tidak
ditambahkan enzim α-amilase. Hal ini disebabkan tidak ada pemutusan
ikatan spesifik pada homopoliper rantai α-1,4-glikosida amilum sehingga
glukosa yang dihasilkan tidak optimal. Enzim α-amilase adalah enzim
ekstraseluler. Enzim merupakan katalis yang mengatalisis perubahan satu
(Next Page
atau lebih senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain
(produk) dengan mampu meningkatkan laju reaksi setidaknya 106 kali
dibandingkan jika tidak dikatalisis. Selain sangat efisien enzim juga
merupakan katalis yang sangat selektif. Tidak seperti kebanyakan katalis
yang digunakan dalam bidang kimia sintetik, enzim bersifat spesifik baik
bagi tipe reaksi maupun substrat yang dikatalisis. α-Amilase merupakan
enzim yang berkaitan dengan pemecahan pati dan glikogen menjadi
maltosa. Enzim ini terdapat pada getah pankreas dan saliva. α-Amylase
saliva yang juga dikenal sebagai ptyalin berperan dalam hidrolisis ikatan
α-(1,4)-glukosida dalam polimer glukosa. Hidrolisis pati (starch)
dikatalisis oleh amilase liur dan amilase pankreas. Enzim α-amilase yang
mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan glikosida α-(l,4) menghasilkan
dekstrin, kemudian campuran glukosa, maltosa, dan isomaltosa (Murray,
2009).

Aktivitas enzimatiknya tergantung pada suhu dan pH eksternal.


Temperatur optimum untuk enzim α-amilase berkisar 700 – 900 (Sianturi,
2008). Selain itu, pH optimum untuk enzim α-amilase berkisar 5,2-5,6
(Kimball, 1991). Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah
aktivator enzim, inhibitor enzim, pH, suhu dan konsentrasi Enzim. Tiap
enzim mempunyai pH dan suhu optimum tersendiri. Semakin jauh suhu
dan pH dari kondisi optimumnya maka kerja enzim semakin tidak baik.
Setiap enzim memiliki suhu optimum, yaitu suhu dimana enzim memiliki
aktivitas maksimal. Enzim yang terdapat di dalam tubuh manusia
mempunyai suhu optimum sekitar 370C. Di bawah atau di atas suhu
optimum, aktivitas enzim menurun. Pada suhu mendekati nol, enzim
menjadi tidak aktif, tetapi secara stuktural enzim. tersebut tidak rusak. Jika
suhu dinaikan aktivitas enzim kembali meningkat. Namun demikian
kenaikan suhu yang cukup besar dapat menyebabkan enzim mengalami
denaturasi sehingga aktivitas katalitiknya hilang (Sumardjo, 2009).
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim
tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai
bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila
suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena
mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya
pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu
optimum sekitar 37° C. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada
pemanasan sampai ± 60° C, karena terjadi denaturasi. Suhu campuran
reaksi juga berpengaruh terhadap laju reaksi enzimatik. Jika reaksi tersebut
dilangsungkan dalam berbagai suhu, kurva hubungan tersebut akan
menunjukkan suhu tertentu, yang menghasilkan laju reaksi yang
maksimum. Dengan demikian, dalam hal ini juga ada kondisi optimum
yang disebut sebagai suhu optimum (Kimball, 1991).
Amilase adalah enzim yang merupakan biokatalisator yang
mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi. Enzim bekerja dengan
membentuk kompleks substrat sebelum membentuk produk. Ketika enzim
berada pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan molekul substrat meningkat.
Hal itu menyebabkan energi molekul substrat berkurang pada saat
bertumbukan dengan enzim. Hal tersebut juga memudahkan terikatnya
molekul substrat pada sisi aktif enzim. Aktivitas enzim meningkat dengan
meningkatnya suhu sampai pada titik tertentu (Aryulina,2004).

(Next Page
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah: beaker, tabung reaksi, pipet ukur, pipet
tetes, thermometer, dan incubator. Gelas Beaker sebuah wadah penampung
yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan memanaskan cairan
yang biasanya digunakan dalam laboratorium. Fungsi tabung reaksi adalah
sebagai tempat dimana kita mereaksikan bahan kimia dalam laboratorium.
Pipet ukur berfungsi untuk memindahkan suatu volume cairan dari satu
tempat ke tempat yang lain. Pipet tetes merupakan jenis pipet yang
digunakan untuk memindahkan larutan dari suatu wadah ke wadah lain
dengan jumlah yang sangat sedikit dan dengan tingkat ketelitian
pengukuran volume yang sangat rendah. Thermometer berfungsi untuk
mengukur suhu. Incubator adalah sebuah perangkat berbentuk kubus ,yang
digunakan untuk menginkubasi, menggerami atau mengembangbiakan
bakteri atau sel mikroba lainnya dengan memanfaatkan suhu dan
kelembaban yang dapat dikontrol.

Bahan yang digunakan adalah: air liur, larutan pati, aguades, NaCl,
dan larutan iodin. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini: air
liur, larutan buffer, pati, NaCl, aquades, dan larutan iodin. Air liur atau
saliva digunakan sebagai sumber kandungan enzim amilase. Larutan
aquades sebagai larutan penyangga. Natrium klorida (NaCl) digunakan
sebagai larutan penambah atau larutan fisiologis. Larutan aquades
digunakan sebagai larutan penguji pada tabung kontrol. Larutan iodin
digunakan sebagai larutan penguji.
3.2 Prosedur Percobaan
 Gelas beker disiapkan
 Sebanyak 15 mL larutan pati 1 %, 3 mL larutan NaCl 1
%, dan 3 mL larutan buffer ditambahkan ke gelas
beker.
 Sebanyak tiga buah tabung disiapkan. Larutan pada
gelas beker dipindahkan ke tabung dengan jumlah yang
sama (7mL)
 Tabung percobaan dipindahkan berturut-turut ke dalam
incubator dengan suhu 50 C, 370 C, dan 700C.
 Sebanyak 1 mL air liur ditambahkan kesetiap tabung
percobaan.
 Tabung tes sebanyak 8 buah disiapkan dan ditetesi 1
mL larutan iodin.
 Sebanyak 1 tetes larutan dari tabung percobaan
ditambahkan kedalam tabung tes 1.
 Sebanyak 1 tetes larutan dari tabung percobaan
ditambahkan ke dalam tabung tes 2 dengan selang
waktu dua menit sampai tabung tes 8
 Perubahan warna diamati
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
a. Uji pengaruh suhu yang berbeda-beda terhadap aktivitas enzim
amilase
1. Pada suhu 50 C, percobaan ditetesi selang waktu 2 menit.
No Perlakuan Pengamatan
1 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi tua
nama tabung 5A.
2 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi tua
nama tabung 5B
3 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi muda pudar
nama tabung 5C
4 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi pudar
nama tabung 5D
5 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi keunguan
nama tabung 5E
6 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi keunguan
nama tabung 5F
7 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi keunguan
nama tabung 5G
8 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi keunguan
nama tabung 5H

2. Pada suhu 370 C, percobaan dilakukan selang dua menit.


No Perlakuan Pengamatan
1 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi tua
nama tabung 37A.
2 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi keunguan
nama tabung 37B
3 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi
iodin dan air liur dan diberi coklat
nama tabung 37C
4 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi
iodin dan air liur dan diberi cokelat terang
nama tabung 37D sedikit jingga
5 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi
iodin dan air liur dan diberi cokelat
nama tabung 37E
6 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi
iodin dan air liur dan diberi cokelat
nama tabung 37F
7 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi
iodin dan air liur dan diberi coklat
nama tabung 37G
8 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi
iodin dan air liur dan diberi coklat pudar
nama tabung 37H

3. Pada suhu 700 C, percobaan dilakukan selang dua menit.


No Perlakuan Pengamatan
1 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi terang
nama tabung 70A.
2 Tabung tes Page
(Next ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi
nama tabung 70B
3 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan menjadi biru pudar
iodin dan air liur dan diberi
nama tabung 70C
4 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi biru
iodin dan air liur dan diberi keunguan
nama tabung 70D
5 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi
iodin dan air liur dan diberi ungu
nama tabung 70E
6 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi
iodin dan air liur dan diberi coklat pudar
nama tabung 70F
7 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi
iodin dan air liur dan diberi coklat muda
nama tabung 70G
8 Tabung tes ditetesi larutan dari Terjadi perubahan
gelas beker lalu diberi larutan warna menjadi
iodin dan air liur dan diberi coklat sedikit pekat
nama tabung 70H
4.2 Pembahasan

Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat


dalam sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator
reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolism
perantara dari sel (Wirahadikusumah, 2011). Molekul awal yang
disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain
karena adanya enzim. Enzim tersusun dari asam amino-asam amino
yang melipat-lipat membentuk globular, dimana substrat yang
dikatalisis bisa masuk dan bersifat komplementer (Martoharsono,
2006).

Enzim amilase merupakan salah satu enzim pencernaan yang


berasal dari getah pancreas. Enzim amilase juga terdapat dari
duodenum, tetapi sumbernya dari pancreas. Duodenum merupakan
muara darigetah pankreeas. Enzim amilase berfungsi mendegadrasi
karbohidrat (pati) menjadi monosakarida dalam proses metabolisme
tubuh dan sebagai penghasil energy dalam bentuk ATP. Amilase
memiliki kemampuan memecah ikan glukosida pada polimer pati
(karbohidrat) (Mahardikaningrum, 2012).

Percobaan pengaruh suhu terhadap kerja enzim diawali dengan


pencampuran larutan pati, larutan NaCl, dan larutan buffer/aquades
pada gelas beker. Kemudian, larutan pada gelas beker dipindahkan ke
tabung percobaan A,B dan C masing-masing tujuh mililiter. Air liur
digunakan sebagai sumber enzim amilase. Tabung percobaan A, B
dan C diberi perlakuan dengan suhu yang berbeda-beda. Suhu yang
digunakan yaitu 5 0C, 370C, dan 70 0 C. Pati sebagai zat yang akan
dihidrolisis. Larutan iodium digunakan sebagai indicator yang
menandai pati akan berubah warna biru apabila hasil positif. Variasi
suhu pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pada suhu
berapakah enzim dapat bekerja dengan baik (Iman, 2005)
Gambar 1. Warna pada tabung sebelum di inkubasi dengan
suhu yang berbeda-beda menunjukkan warna sedikit keruh.

Gambar 2. Perubahan warna pada tabung A, B, dan C setelah


dinkubasi dengan suhu yang berbeda.
Hasil dari percobaan setelah seluruh larutan menunjukkan adanya
perubahan warna secara spesifik maupun perubahan nya tidak terlalu
terlihat jelas. Pada tabung percobaan di suhu 50 C larutan berubah
warna menjadi biru. Perubahan warna terjadi bukan karena pengaruh
suhu, tetapi warna biru terbentuk dari reaksi larutan iodin dengan
amilum. Pada tabung percobaan suhu 50 C tidak berubah menjadi
kecoklatan karena enzim amilase tidak bekerja disuhu rendah dan tidak
bisa melakukan aktivitas enzim. Warna biru terbentuk dari hasil reaksi
dari iodin dan amilum. Proses penyerapan iodin oleh karbohidrat adalah
dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai
heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit
glukosanya. Bentuk ini dapat menyebabkan pati membentuk kompleks
sehingga molekul iodium dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga
menghasilkan warna biru (Anam, 2010).
Pada tabung percobaan dengan suhu 370 C terjadi perubahan warna
yang spesifik dan yang tidak spesifik. Setelah ditetesi larutan campuran
dan diinkubasi di suhu 370 C, tabung percobaan 1 menjadi warna biru
tua, tabung 2 berubah warna menjadi biru keunguan, tabung 3 berubah
warna menjadi coklat, tabung 4 berubah warna menjadi coklat terang
sedikit jingga, tabung 4-7 berubah warna menjadi coklat, dan tabung 8
berubah warna menjadi coklat pudar. Pada tabung 1-2 terjadi perubahan
warna menjadi warna biru dikarenakan terjadi reaksi antara amilum dan
iodin. Pada tabung 3-8 tidak terjadi perubahan warna larutan menjadi
biru menunjukkan bahwa amilum yang terdapat di dalam larutan
sudah habis terhidrolisis oleh enzim amilase, sehingga sudah tidak
terbentuk kompleks warna biru. Tidak terjadi perubahan warna
menjadi biru karena larutan uji yang ditambah air liur yang
mengandung amilase. Enzim amilase aktif pada kisaran suhu 23 0 C –
380 C sehingga pati yang ada sudah dipecah menjadi glukosa dan
tidak berubah warna menjadi biru (Sumardjo, 2009). Pada tabung 3-8
disuhu 370 C berubah warna menjadi cokelat. Terbentuknya larutan
berwarna cokelat pada penambahan aquades disebabkan karena amilum
dapat bereaksi dengan iodine dalam suasana larutan netral.
Terbentuknya warna cokelat ketika ditambahkan dengan aquades
karena dalam suasana larutan netral amilum dapat terhidrolisis sehingga
memudahkan untuk bereaksi dengan iodine membentuk kompleks
berwarna cokelat (Martoharsono, 2006).
Setiap enzim memiliki suhu optimum, yaitu suhu dimana enzim
memiliki aktivitas maksimal. Enzim didalam tubuh manusia
mempunyai suhu optimal sekitar 37 0 C. Dibawah maupun diatas suhu
optimum, aktivitas enzim menurun. Jika suhu dinaikkan, maka
aktivitas enzim meningkat. Namun, kenaikan suhu yang cukup besar
dapat mengakibatkan enzim denaturasi dan mematikan aktivitas
katalisisnya. Sebagian besar enzim mengalami denaturasi diatas suhu
600 C (Lehninger, 1982).
Pada percobaan tabung C di suhu 70 0 C terjadi perubahan warna.
Pada tabung 1 terjadi perubahan warna menjadi biru terang. Pada
tabung 2 terjadi perubahan warna menjadi biru, tabung 3 perubahan
warna menjadi biru pudar, tabung 4 menjadi biru keunguan, tabung 5
menjadi ungu, tabung 6 menjadi coklat pudar, tabung 7-8 menjadi
warna coklat pekat. Untuk adanya warna biru itu sendiri menandakan
bahwa enzim amilase tersebut masih belum terlihat aktivitasnya
dalam menghidrolisis amilumnya dikarenakan oleh berbagai faktor
seperti kontaminasi dari udara atau kondisi larutan pereaksi yang
digunakan. Saat suhu 70 0 C seharusnya aktivitas enzim semakin
tinggi, tetapi dapat mengakibatkan denaturasi. Pada tabung 7-8 di
suhu 700 C terjadi perubahan warna menjadi coklat. Dan terbentuknya
warna cokelat disebabkan oleh terbentuknya kompleks berwarna
cokelat dengan iodine. Berdasarkan pratikum ini, diketahui bahwa suhu
bekerja dalam aktivitas enzim dan masing-masing enzim memiliki suhu
optimum yang berbeda-beda. Enzim amilase bekerja optimum disuhu
370 C (Sumardjo, 2009).

 
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

5.1 Enzim amilase dapat menghidrolisi pati dan kerjanya dipengaruhi oleh
suhu. Suhu optimum pada enzim amilase adalah 370 C.

(Next Page
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anam, K. ,2010, Produksi Enzim Amilase, IPB:Bogor.
Aryulina, D., 2004, Biologi Jilid 3, Erlangga: Jakarta.
Iman, H., 2005, Pengaruh pH terhadap Aktivitas Glucanase Bacillus sp., Jurnal
Biodiversitas 4(6).
Lehninger L.A. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Surabaya: Erlangga.
Mahardikaningrum, S., 2012. Aktivitas Enzim Amilase Rattusnorvegicus pada Diet
Tinggi Serat Pangan, Jurnal Kimia, 1(1), 101-102.
Martoharsono, S., 2006, Biokimia I, UGM Press: Yogyakarta.
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. 2009. Biokimia harper (27 ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sumardjo, D., 2009, Pengantar Kimia, Penerbit Buku Kedoktera EGC: Jakarta.
Sianturi, D.C., 2008, Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase Termofil Kasar dari
Sumber Air Panas Penen Sibirubiru Sumatera Utama, Tesis, USU: Medan.
Wirahadikusumah, M., 2011, Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat, Institut
Teknologi Bandung: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai