Anda di halaman 1dari 13

Nama: Cris Gaby

NIM: B1A019084

Tanggal: 24 Juni 2020

Asisten : Aura Amalia Romadhan.

“GLIKOLISIS DALAM SEL RAGI”

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1.1 Mempelajari dan mengamati proses glikolisis didalam sel ragi dengan
mengukur kenaikan larutan ragi dan perubahan warna.

1.2 Mempelajari dan mengamati pengaruh inhibitor terhadap glikolisis

II. TEORI DASAR


Glikolisis merupakan rangkaian reaksi yang mengkonversi
glukosa menjadi piruvat. Pada organisme aerob, glikolisis adalah
pendahuluan daur asam sitrat dan rantai transport electron, saat
sebagian besar energi bebas glukosa dihasilkan. Sepuluh reaksi
glikolisis terjadi didalam sitosol. Pada tahap pertama, glukosa
dikonversi menjadi fruktosa 1,6-bifosfat melalui reaksi fosforilasi,
isomerasi, dan fosforilasi kedua. Dua molekul ATP dipakai per 
molekul glukosa pada reaksi-reaksi ini. Pada tahap kedua, fruktosa 1,6
difosfat dipecah oleh aldolase membentuk dihrosiaseton fosfat dan
gliserildehida 3-fosfat, yang dengan mudah mengalami interkonvensi.
Gliseraldehida 3-fosfat kemudian mengalami oksidasi dan fofforilasi
membentuk 1-3-bisfosfogliserat, suatu asetil fosfat dengan potensi
transfer fosforil yang tinggi. 3-fosfogliserat kemudian terbentuk dan
ATP dihasilkan (Harahap, 2003)
Pada tahap akhir  glikolisis, fosfoenolpiruvat, zat antara kedua
dengan potensi transfer yang tinggi, dibentuk  melalui pergeseran
fosforil dan dehidrasi. ATP lainnya dihasilkan sewaktu fosfienolpiruvat
(Next Page
dikonnversi menjadi piruvat. Terdapat keuntungan bersih dua molekul
ATP pada  pembentukan dua molekul piruvat dari satu molekul
glukosa. Akseptor elektron pada oksidasi gliseraldehida 3-fosfat adalh
NAD+ , yang harus dihasilkan kembali agar glikosis dapat dihasilkan
kembali agar glikolisis dapat berlangsung terus. Pada organism aerob,
NADH yang terbentuk pada glikolisis mentransfer elektronnya ke O2
melalui rantai transport elektron, dan dengan demikian menghasilkan
kembali NAD+ . Pada keadaan aerob,  NAD+ dihasilkan kembali
melalui reduksi piruvat menjadi laktat. Pada sejumlah mikroorganisme,
NAD+ biasanya dihasilkan kembali oleh sintesis laktat atau etanol dari
piruvat. Dua proses ini merupakan contoh fermentasi (Wahyudi, 2001).
Glukosa adalah gula yang umumnya sebagai substrat awal untuk
proses fermentasi. Glukosa melalui jalur glikolisis dapat diubah
langsung menjadi asam piruvat yang nantinya akan menjadi substrat
untuk reaksi fermentasi. Selain itu, glukosa juga terdapat dalam jumlah
banyak bila dibandingkan dengan monosakarida lain. Namun, bukan
hanya glukosa yang dapat melalui proses fermentasi. Manosa, fruktosa,
dan galaktosa dapat difermentasi namun prosesnya tidak langsung.
Prosesnya harus melalui beberapa proses pengubahan monosakarida
tersebut oleh enzim yang berperan mengubah bentuknya menjadi
glukosa. Enzim galaktokinase digunakan pada reaksi pengubahan
galaktosa menjadi galaktosa-1-fosfat. Galaktosa 1-fosfat kemudian
diubah menjadi uridin difosfat galaktosa (UDP-galaktosa) oleh enzim
UDP galaktosapirofosforilase yang terdapat dalam hati orang dewasa.
Selanjutnya, UDP galaktosa diubah menjadi UDP glukosa oleh enzim
UDP glukosa epimerase (Haryadi, 2013)
Alkohol adalah cairan transparan, tidak berwarna, cairan yang
mudah bergerak, mudah bergerak, mudah menguap, dapat bercampur
dengan air, eter, dan kloroform, diperoleh melalui fermentasi
karbohidrat dan ragi (Prihandana, 2007). Menurut Irianto (2006),
menyatakan bahwa setelah air, alcohol, merupakan zat pelarut dan
bahan dasar paling umum yang digunakan di laboratorium dan didalam
industry kimia. Etil alcohol dapat dibuat dari apa saja yang dapat
difermentasi oleh khamir. Karbohidrat adalah bahan baku yang
menunjang proses fermentasi. Dimana prinsip dasar fermentasi adalah
degradasi komponen pati yang berasal dari ragi dan didegradasi oleh
enzim. Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme
mikroba yang mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai
tinggi, seperti asam-asam organic, protein sel tunggal, antibiotika dan
biopolymer. Ragi adalah suatu inoculum atau starter untuk melakukan
fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2 (Muhidin, 2001).
Penerapan metode fermentasi yang banyak digunakan diantaranya
adalah fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat. Fermentasi
alkohol dan fermentasi asan laktat memiliki perbedaan dalam produk
akhir yang dihasilkan. Produk akhir fermentasi alcohol berupa etanol
dan C02, sedangkan produk ahir fermentasi asam laktat berupa asam
laktat. Produk fermentasi berupa biomassa sel, enzim, metabolit primer
mapun sekunder. Keberhasilan fermentasi ditentukan oleh beberapa
faktor yaitu jenis bahan (substrat), suhu, udara, kelembaban, garam, dan
asam (Harahap, 2003)

(Next Page
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan: botol semprot, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, mikropipet, tabung Y, beaker gelas, plastitin, selang dan gelas
ukur.
Bahan yang digunakan: suspensi ragi, aguades, larutan CaOH2,
HCl, aseton, larutan ragi

3.2 Prosedur Percobaan


a. Tabung kontrol positif.

1. Sebanyak 6 ml larutan ragi dimasukkan kedalam tabung reaksi

2. Sebanyak 3 ml larutan gula ditambahkan kedalam tabung


reaksi

3. Tabung reaksi ditutup dan didiamkan selama 15 menit

4. Kenaikan sel ragi pada tabung reaksi diukur menggunakan


penggaris dan dicatat

5. Larutan CaOH2 sebanyak 3 ml ditambahkan pada tabung


reaksi yang lain.

6. Tabung reaksi ragi dan tabung CaOH2 dihubungkan


menggunakan selang dan ditutup dengan plastisin sehingga
tidak terkontaminasi oleh udara

7. Kedua tabung didiamkan selama 15 menit.

8. Kenaikan pada tabung percobaan ragi diukur menggunakan


penggaris
9. Perubahan pada tabung reaksi CaOH2 diamati.

b. Tabung kontrol negative.

- Suspensi ragi dipanaskan kemudian dicampur dengan larutan


gula

- Larutan campuran dihubungkan dengan larutan CaOH2

- Perlakuan 1-7 pada tabung kontrol positif dilakukan kembali


dengan cara yang sama

c. Tabung penambahan inhibitor.

- Sebanyak 2 tetes larutan HCl ditambahkan kedalam larutan


campuran ragi dan glukosa dan diberi nama tabung satu

- Sebanyak 2 tetes aseton ditambahkan kedalam larutan


campuran ragi dan glukosa dan diberi nama tabung dua

- Perlakuan 1-7 pada tabung kontrol positif dilakukan kembali


dengan cara yang sama
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

No Perlakuan Perubahan (Tabung Kontrol


Positif)
1 Kedalam tabung percobaan Larutan percobaan berwarna
ditambahkan 6 ml suspensi putih susu. (Tabung kontrol
ragi, larutan gula 3 ml dan positif). Kenaikan ragi
ditutup lalu dibiarkan selama sebanyak 5 cm
15 menit.
2 Ditabung yang lain, teteskan Larutan Ca(OH)2 berwarna
larutan Ca(OH)2 sebanyak 3 bening.
ml.
3 Tabung larutan Ca(OH)2 dan Larutan percobaan yang
tabung percobaan dihubungi terdapat suspensi mengalami
dengan selang, ditutup dengan kenaikan sebanyak 5 cm.
plastisin dan dibiarkan selama larutan Ca(OH)2 terdapat
15 menit. endapan yang berupa kapur
(CaCO3) dan larutan keruh.

No Perlakuan Perubahan (Tabung


Kontrol Negatif)
1 Perlakuan sama seperti pada tabung Tidak terjadi
kontrol positif yang membedakan perubahan
adalah suspensi ragi dipanaskan
terlebih dahulu

No Perlakuan Perubahan (Tabung


inhibitor)
1 Penambahan inhibitor HCl dan Tidak terjadi
aseton di tabung yang berbeda perubahan
dengan inhibitor yang berbeda

(Next Page
4.2 Pembahasan

Glikosis merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya


konversi satu molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat. Glikolisis
merupakan jalur metabolisme primitive karena bekerja pada sel yang paling
sederhana dan tidak memerlukan oksigen. Glikolisis pada ragi dihasilkan 4
molekul ATP, tetapi 2 ATP digunakan diawal reaksi. Jadi, total hasil bersih
yang dihasilkan 2 molekul ATP. Pada ragi, asam piruvat didekarboksilasi
sebelum direduksi oleh NADH. Hasilnya adalah sebuah CO2 dan sebuah
etanol. Reaksinya sebagai berikut:
C6H1206  2C2H5OH + 2CO2
Glukosa  etanol + karbon dioksida
(Iswari, 2006)
Ragi pada percobaan ini digunakan sebagai tempat
berlangsungnya proses glikolisis. Ragi biasanya mengandung
mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi
organisme tersebut. Percobaan diawali dengan larutan glukosa dan
suspensi ragi dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sama, kemudiaan
ditutup dan didiamkan selama 15 menit. Terjadi kenaikan larutan
percobaan sebesar 5 cm. Hal ini terjadi karena proses hidrolisis glukosa
yang berjalan dengan baik dan percobaan ini menghasilkan CO2,
kenaikan pada tabung percobaan adalah gelembung CO2. Percobaan
selanjutnya, sebanyak 3 ml larutan CaOH2 ditambahkan pada tabung
reaksi yang lain. Kedua tabung reaksi dihubungan dengan selang dan
ditutup dengan plastisin untuk mencegah kontaminasi udara. Setelah
didiamkan selama 15 menit, terjadi perubahan kenaikan sebanyak 5 cm
dan terbentuk endapan pada tabung CaOH2 dan juga berwarna keruh.
Endapan yang terbentuk berupa kapur (CaCO3) merupakan indicator
bahwa percobaan ini merupakan fermentasi alcohol yang menghasilkan
CaCO3. Pada tabung suspensi ragi terdapat kenaikan suspensi ragi
sebanyak 5 cm yang membuktikan fermentasi berjalan dengan baik.
Percobaan ketiga, pada tabung kontrol negative larutan glukosa dan
suspensi ragi dicampur. Sebelumnya, suspensi ragi dipanaskan terlebih
dahulu. Setelah didiamkan selama beberapa menit terlihat tidak terjadi
perubahan. Percobaan selanjutnya, pada tabung dengan penambahan
inhibitor, kedua tabung percobaan yang lain ditambahkan masing-
masing aseton dan HCl. Setelah didiamkan, tidak terlihat perubahan
yang terjadi. Keberadaan inhibitor berpengaruh terhadap kerja enzim.
Oleh karena itu, tidak ada perubahan yang terjadi. Pada percobaan yang
pertama, campuran ragi dan glukosa menghasilkan gelembung CO 2,
sehingga larutan pada tabung percobaan semakin tinggi. Penurunan
volume air menunjukkan volume gas yang dihasilkan, semakin lama
proses glikolisis, maka semakin banyak CO2 dan etanol yang
dihasilkan. Indicator yang menentukan adanya kandungan etanol adalah
larutan phenolphthalein dan larutan yang bau khas alcohol nya tercium
jelas (Yuniarsih, 2009). Produksi etanol melalui dua tahap, pada tahap
pertama khamir mengalami reduksi menjadi glukosa, kemudian glukosa
menjadi etanol melalui jalur fermentasi. Dalam fermentasi alkohol,satu
molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP.
Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alkohol
(etanol). karbondioksida dengan air kapur menghasilkan endapan kapur
dan air. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Ca(OH)2 + CO2 ———> CaCO3 + H2O (Irianto, 2006).
Pada percobaan kedua di tabung kontrol negative, sebelum
dimasukkan ragi dipanaskan terlebih dahulu, sehingga enzim
mengalami denaturasi dan reaksi tidak menunjukkan perubahan.
Temperatur mempengaruhi aktivitas enzim. Pada temperatur rendah,
reaksi enzimatis berlangsung lambat, kenaikan temperatur akan
mempercepat reaksi, hingga suhu optimum tercapai dan reaksi
enzimatis mencapai maksimum. Kenaikan temperatur melewati
temperatur optimum akan menyebabkan enzim terdenaturasi dan
menurunkan kecepatan reaksi enzimatis (Wuryanti, 2004). Pada
percobaan ketiga, penambahan inhibitor seperti aseton dan HCl juga
menyebabkan kerusakan enzim, sehingga percobaannya tidak
(Next Page
mengalami perubahan. Inhibitor membuat proses glikolisis menjadi
tidak sempurna. Inhibitor kompetitif menghambat kerja enzim dengan
cara berikatan dengan enzim pada sisi aktifnya. Oleh karena itu,
inhibitor ini bersaing dengan substrat menempati sisi aktif enzim. Hal
ini terjadi karena inhibitor memiliki struktur yang mirip dengan
substrat. Enzim yang telah berikatan dengan inhibitor tidak dapat
menjalankan fungsinya sebagai biokatalisator (Poedjiadi, 2005)

Gambar 1) Tabung kontrol positif, terlihat terjadi kenaikan pada sel ragi.

Gambar 2 dan 3) Perlakuan pada tabung kontrol negatif. Terjadi kenaikan pada
suspensi ragi dan perubahan warna dan terbentuk endapan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
5.1 Glikolisis hanya terjadi pada suspensi ragi di tabung kontrol positif.
Semakin banyak kandungan glukosa, maka etanol yang dihasilkan
semakin banyak. Pada tabung kontrol positif terjadi perubahan warna
pada tabung reaksi CaOH2 dan terbentuk endapan berupa kapur
(CaCO3).
5.2 Inhibitor menghambat kerja enzim
5.3 Suhu yang tinggi dapat menghambat kerja enzim bahkan
menyebabkan denaturasi.

(Next Page
VI. DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Hamidah. 2003. Karya Ilmiah Produksi Alkohol. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Haryadi, H. 2013. Analisa Kadar Alkohol Hasil Fermentasi Ketan dengan Metode
Kromatografi Gas dan Uji Aktifitas Saccharomyces Cereviceae Secara Mikroskopis.
Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi. Bandung: CV. Yrama Widya.
Iswari, R. 2006. Biokimia Metabolisme dan Bioenergetika. Graha Ilmu: Yogyakarta
Muhidin. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Kayu Melalui Proses
Fermentasi. JMS Vol.6. No.1; Jakarta
Poedjiadi, A., 2005. Sains Teknologi Masyarakat. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
Prihandana. 2007. Fermentasi Ubi Kayu (Manihot esculenta) dan Ubi jalar (Ipomea
batatas L). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Yogyakarta.
Wahyudi. 2001. Produksi Alkohol oleh Saccharomyces dengan Tetes Tebu sebagai
bahan baku utama. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Yuniarsih, F.N. 2009. Pembuatan Bioetanol dari Dekstrin dan Sirup Glukosa
menggunakan Saccharomyces Cerevesae . Ellipsoideus. Departemen Teknologi
Industri Pertanian Fakultas Tekologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor

Anda mungkin juga menyukai