Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM KARBOHIDRAT

KELOMPOK 3.3

Nama Anggota :
1. Anastasya Virginia Shintia
2. Julian Nathanael
3. Rizki Vidya Triachristy
4. Audita Cindy Prawika
5. Grace Tiara Pelita Naru
6. Ira Zefanya Pattihahuan
7. Anindita Kristanti
8. Putu Lina Damayanti S
BAB I
DASAR TEORI
Karbohidrat tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan; senyawa ini memiliki peran
structural dan metabolic yang penting. Pada tumbuhan, glukosa disintesis dari karbon

dioksida dan air melalui fotosintesis dan disimpan sebagai pati (kanji, starch) atau
digunakan untuk menyintesis selulosa dinding sel tumbuhan. Hewan dapat menyintesis
karbohidrat dari asam amino, tetapi sebagian besar karbohidrat hewan terutama berasal
dari tumbuhan. Glukosa adalah karbohidrat terpenting; kebanyakan karbohidrat dalam
makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa yang dibentuk melalui hidrolisis
pati dan disakarida dalam makanan, dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati.
Glukosa adalah bahan bakar metabolic utama pada mamalia (kecuali pemamah biak)
dan bahan bakar universal bagi janin. Glukosa adalah precursor untuk sintesis semua
karbohidrat lain dalam tubuh, termasuk glikogen untuk penyimpanan; ribosa dan
deoksiribosa dalam asam nukleat; galaktosa untuk sintesis laktosa dalam susu, dalam
glikolipid, dan sebagai kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan proteoglikan.
Karbohidrat atau sakarida terdapat gugus hidrosil (-OH), gugus aldehid atau gugus
keton. Maka dapat didefinisikan bahwa karbohidrat sebagai senyawa
polihidroksialdehida atau polihidroksiketon, atau senyawa yang dihidrolisis dari
keduanya. Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan jumlah monomer penyusunya.
Ada 3 jenis karbohidrat berdasarkan penggolongan ini, yaitu, Monosakarida, Disakarida
(oligosakarida), dan Polosakarida. Monosakarida (gula sederhana) yang merupakan
karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisia dan tidak kehilangan sifat gulanya., contohnya
ribose dan glukosa. Disakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis
menghasilkan dua monosakarida yang sama atau berbeda, Contohnya yaitu sukrosa
yang jika dihidrolisis akan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Secara spesifik yang
disebut ikatan glikosida. Sedangkan, oligosakarida dihidrolisis untuk menghasilkan
berbagai monosakarida melalui inkubasi yang hasilnya ditepakan pada HPLC untuk
mempelajari komposisi monosakarida. Polisakarida yang merupakan polimer
monosakarida yang memilki bobot molekul yang tinggi dan bila dihidrolisis akan
menghasilkan lebih dari sepuluh monosakarida, contohnya amilum, glikogen, dan
selulosa. Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang
mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan
dai sudut kimia dan fungsinya. Semua karbohidrat terdiri atas unsure-unsur Carbon(C),
hidrogen (H), dan Oksigen (O), yang pada umumnya mempunyai rumus kimia
Cn(H2O)n. Rumus umum ini memberikan kesan zat karbon yang diikat dengan air
(dihidrasi), sehingga diberi nama karbohidrat. Persamaan lain ialah bahwa ikatan-ikatan
organik yang menyusun kelompok karnohidrat ini berbentuk polialkohol. Dari sudut
fungsi, karbohidrat adalah penghasil utama energi dalam makanan maupun didalam
tubuh. Karbohidrat yang terasa manis, biasa disebut gula. Molekul dasar dari
karbohidrat disebut monosakarida atau monosa. Dua monosa yang saling terikat
membentuk disakarida atau diosa, dan tiga monosakarida yang saling terikat diberi
nama trisakarida atau triosa. Ikatan dari lebih tiga monosakarida disebut polysakarida
atau poliosa. Polisakarida yang mengandungjumlah monosakarida yang tidak begitu
banyak disebut oligosakarida. Karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya
gugus karbonil. Senyawa ini juga memiliki gugus hidroksil. Karena itu, karbohidrat

merupakan polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton atau turunan senyawa-senyawa


tersebut.

BAB II
PERSIAPAN PRAKTIKUM
Alat dan bahan

A.

B.

C.

D.

E.

Napthol
Larutan Glukosa
H2SO4
Tabung reaksi
Waterbath
Reagen benedict
Larutan Fruktosa
Larutan Pentosa
Selliwanof reagen
Benzidine 4%
Larutan Cuka glasial
Larutan sukrosa
Tymol Biru
HCl
Larutan Natrium Karbonat (Na2CO3) 2%
Molisch Test
1. Menyiapkan sebuah tabung reaksi
2. Masukkan 2 ml larutan glukosa dalam tabung reaksi
3. Masukkan 2 tetes reagen molisch (alpha napthol 10%), aduk
4. Masukkan 2 ml H2SO4 melalui dinding tabung
5. Amati perubahan pada larutan
Benedict Test
1. Siapkan 1 tabung reaksi
2. Masukkan 2 ml reagen benedict
3. Tambahkan 5 tetes larutan glukosa
4. Panaskan di atas api Bunsen selama 1 menit
5. Amati perubahan warna pada larutan
Selliwanof Test
1. Siapkan 1 tabung reaksi
2. Masukkan 5 ml selliwanof reagen
3. Tambahkan 1 ml larutan fruktosa
4. Panaskan di atas api selama 30 detik
5. Amati perubahan warna pada larutan
Touber Test
1. Siapkan 1 tabung reaksi
2. Masukkan 0.5 ml reagen touber
3. Tambahkan 1 tetes larutan pentose
4. Rebus dalam waterbath selama 1 menit
5. Dinginkan dengan air mengalir
6. Amati perubahan warna pada larutan
Hidrolisis Sukrosa
1. Siapkan 5 tabung reaksi (Label HS, HS I, HS II, HS A, HS B)
2. Masukkan 5 ml sukrosa dalam tabung HS
3. Tambahkan 2 tetes tymol biru
4. Tambahkan 5 tetes HCl encer sampai larutan menjadi pink

5.
6.
7.
8.

Bagi larutan dalam 2 tabung, masukkan pada tabung HS I dan HS II


Pada tabung HS I, didihkan dalam waterbath selama 30 menit
Dinginkan dengan air mengalir
Tambahkan natrium karbonat 2% dalam kedua tabung (HS I & HS II),
hingga larutan menjadi biru
9. Masukkan 2 ml reagen benedict pada tabung HS A & HS B
10. Tambahkan 5 tetes larutan dari tabung HS I ke dalam HS A
11. Tambahkan 5 tetes larutan dari tabung HS II ke dalam HS B
12. Panaskan kedua tabung diatas api selama 1 menit
F. Hidrolisis starch
1. Siapkan 3 tabung reaksi (label starch, A, B)
2. Masukkan 10 ml larutan starch pada tabung starch
3. Tambahkan 3 ml HCN 3N
4. Aduk dengan vortex
5. Didihkan dalam waterbath
6. Tiap 3 menit, ambil 1 tetes dan teteskan ke porceline plate + 1 tetes
iodium, sampai terjadi perubahan warna menjadi seperti iodium
7. Angkat tabung dari waterbath, dinginkan dengan air mengalir
8. Ambil 2 ml larutan tersebut lalu masukkan dalam tabung A
9. Tambahkan natrium karbonat (Na2CO3) sampai merubah lakmus merah
menjadi biru
10. Masukkan 2 ml reagen benedict ke dalam tabung B
11. Tambahkan 5 tetes larutan dari tabung A
12. Panaskan diatas api selama 1 menit
G. Hidrolisis gummi arabicum
1. Siapkan 3 tabung reaksi (label A, B, C)
2. Masukkan 4 ml larutan gummi arabicum pada tabung A
3. Tambahkan 1 ml HCl pekat
4. Masukkan kedalam waterbath selama 2 menit
5. Dinginkan dengan air mengalir
6. Tambahkan NaOH sampai merubah lakmus merah menjadi biru
7. Masukkan 0.5 reagen touber pada tabung B
8. Tambahkan 1 tetes larutan tabung A
9. Rebus dalam wterbath selama 1 menit
10. Dinginkan dengan air mengalir
11. Masukkan 2 ml reagen benedict pada tabung C
12. Tambahkan 5 tetes larutan tabung A
13. Panaskan diatas api selama 1 menit

BAB III
HASIL PRAKTIKUM
A. Molisch Test
Larutan glukosa + reagen molisch + H2SO4 Cincin berwarna ungu diantara 2
larutan. (+) Karbohidrat
B. Benedict Test
Reagen benedict + larutan glukosa warna larutan menjadi orange. (+3)
Karbohidrat
C. Selliwanof Test
Selliwanof reagen + larutan fruktosa 1% warna larutan menjadi merah. (+)
Karbohidrat

D. Touber Test
Reagen touber + arabinose warna larutan menjadi merah anggur. (+)
Karbohidrat
E. Hidrolisis Sukrosa

Uji Benedict Sukrosa

Larutan sukrosa diapanaskan

Larutan sukrosa dipanaskan

F. Hidrolisis Starch
Pada perlakuan pertama :

10 ml larutan starch yang ditambahkan dengan 3 ml HCL 3N lalu


dipanaskan di water bath, didapatkan hasil sebagai berikut :

Menit
Perubahan yang terjadi setelah ditambah
N
keIodine

Ada endapan ungu

Ungu kehitaman

Hitam

Coklat keunguan

12

Coklat tua

15

Coklat kekuningan

18

Coklat tua kekuningan

21

Coklat

24

Coklat muda kekuningan

27

Kuning kecoklatan (Warna sama seperti


Iodine)

Pada perlakuan kedua :

Angkat larutan starch yang ada di water bath tadi kemudian didinginkan
dengan air mengalir kemudian ditambahkan dengan NaCO3, didapatkan hasil
setelah ditambahkan NaCO3 sebanyak 50 tetes (2,5 ml) akhirnya kertas lakmus
merah berubah menjadi biru.


Pada perlakuan ketiga :
Larutan starch ditambahkan dengan benedict lalu dipanaskan di atas Bunsen
selama 1 menit lalu dipanaskan kembali di water bath kurang lebih selama 5
menit, kemudian didapatkanlah hasil dari larutan tersebut berwarna hijau (positif
1).
G. Hidrolisis gummi arabicum

Larutan gummi arabicum


Uji Touber

Uji benedict

+1


BAB IV
PEMBAHASAN
Pada molisch test di atas terbentuklah cincin ungu diantara kedua lapisan , hal
itu mendandakan bahwa pada sampel mengandung karbohidrat. Periaksi molisch
terdiri dari naftol dalam alcohol yang akan bereaksi dengan furfular membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu yang di sebabkan oleh daya dehidrasi asam
sulfat terhadap karbohidrat, dan akan membentuk cincin berwarna ungu pada
larutan glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, dan amilum.
Guna dari asam sulfat pekat untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida agar
menghasilkan senyawa furfural. Hasil reaksi yang postif menunjukkan bahwa
larutan yang diuji mengandung kabohidat , sedangkan hasil reaksi negatif
menunjukkan bahwa larutan yang diuji tidak mengandung karbohidrat.
Prinsip uji Benedict ialah ketika suatu senyawa uji memiliki gugus fungsi
aldehida atau gugus fungsi hemiasetal yang dapat membuka menjadi aldehida
maka karbohidrat tersebut merupakan gula pereduksi. Cu2+ yang terkompleks
dengan benedict dapat direduksi menjadi endapan merah bata (Cu2O).
Persamaan reaksi yang terjadi pada uji Benedict :
RCHO + 2 Cu2+ + 5 OH-RCO2- + Cu2O + 3H2O
Monosakarida (glukosa, fruktosa, laktosa) merupakan larutan yang lebih cepat
bereaksi (memberikan warna merah dan endapan merah bata) daripada larutan
karbohidrat lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya kecepatan mereduksi dari
monosakarida. Dimana kecepatan mereduksi dari monosakarida tersebut karena
monosakarida mempunyai molaritas yang tinggi. Selain itu, sifat mereduksi ini
disebabkan oleh adanya gugus aldehid dan keton bebas dalam molekul
karbohidrat. Pada fruktosa yang mengandung gugus keton lebih cepat bereaksi
dari glukosa yang mengandung gugus aldehid. Karena gugus keton langsung
didehidrasi menjadi furfural. Sedangkan gugus aldehid mengalami
transformasidahulu menjadi ketosa kemudian didehidrasi menjadi furfural.
Sedangkan untuk dekstrin dan amilum tidak beraksi seperti pada kedua larutan
karbohidrat lainnya. Karena pada dekstrin dan amilum tidak terdapat endapan
dan tidak terjadi perubahan warna. Penyebab terjadinya endapan pada
monosakarida (glukosa dan fruktosa) dan disakarida (sukrosa dan laktosa) yang
di uji menunjukan adanya sifat mereduksi. Hal ini disebabkan oleh adanya
gugus aldehid (glukosa) atau keton (fruktosa) bebas dalam molekul karbohidrat
yang diuji tersebut. Dalam asam polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis

pasial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang dijadikan dasar
untuk membedakan polisakarida, disakarida, dan monosakarida.
Pada selliwanof test diperoleh data bahwa fruktosa menghasilkan warna larutan
yang spesifik yakni warna merah orange yang mengidentifikasikan adanya
kandungan ketosa dalam karbohidrat jenis monosakarida itu. HCl yang
terkandung dalam pereaksi Seliwanoff ini mendehidrasi fruktosa menghasilkan
hidroksifurfural sehingga furfural mengalami kondensasi setelah penambahan
resorsinol membentuk larutan yang berwarna merah orange.
Pada touber test reagen touber terdiri atas benzidine dan asam cuka glasial.
Ketika dipanaskan, arabinosa dihidrolisis oleh asam cuka glasial menjadi
furfural. Furfural yang terbentuk bereaksi dengan benzidine dan menghasilkan
warna merah anggur.
Berdasarkan hasil percobaan hidrolisis sukrosa diperoleh data bahwa sukrosa
yang ditambahkan HCl pekat dan dipanaskan serta dinetralkan dengan NaOH,
kemudian diuji menggunakan kertas lakmus yang menandakan bahwa larutan
tersebut dalam keadaan asam. Pada uji Hidrolisis sukrosa ini dilakukan uji
Benedict supaya dapat mengidentifikasi monosakarida-monosakarida yang
terbentuk ( glukosa dan fruktosa). Bila diambil beberapa tetes dan diuji dengan
Benedict, sebelum dipanaskan berwarna biru ternyata setelah dipanaskan
menghasilkan suatu endapan berwarna merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa
hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida.
Berdasarkan percobaan hidrolisis pati yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa hasil hidrolisis pati dengan penambahan iodium tiap 3 menit
menghasilkan warna larutan yang berbeda dari warna biru hingga larutan
berwarna kuning pucat. Hal ini didasarkan pada hidrolisis sempurna terbentuk
apabila menjadi senyawa yang lebih sederhana yang terdeteksi pada perubahan
warna. Adapun hasil hidrolisis setelah dinetralkan dengan Natrium karbonat, lalu
diuji dengan pereaksi Benedict akan menghasilkan larutan yang memberntuk
endapan merah bata.
Berdasarkan percobaan gummi arabicum yang telah dilakukan, diperoleh hasil
bahwa larutan gummi arabicum tidak mengandung pentose yang di buktikan
dengan hasil negative pada Touber test. Larutan gummi arabicum menunjukkan
hasil positive terhadap benedict test, sehingga dapat di ketahui bahwa larutan
gummi arabicum mengandung gugus karbonil bebas.

BAB V
KESIMPULAN

Pada molisch test terbentuk cincin ungu yang menunjukkan adanya karbohidrat
dalam larutan glukosa
Pada benedict test terjadi perubahan warna menjadi orange, menunjukkan reaksi
positif tiga (+) terhadap adanya karbohidrat dalam larutan glukosa
Pada selliwanof test membuktikan bahwa larutan fruktosa menunjukkan reaksi
positif terhadap adanya ketosa yang ditandai dengan perubahan warna menjadi
merah
Pada touber test membuktikan bahwa dalam larutan arabinose mengandung
karbohidrat yang di tunjukkan dengan perubahan warna menjadi merah anggur
Pada hidrolisis sukrosa menunjukkan reaksi positif ketika di uji dengan benedict
yang membuktikan adanya kandungan karbohidrat.
Pada hidrolisis starch membuktikan adanya kandungan karbohidrat pada amilum
yang dibuktikan dengan reaksi positif pada uji benedict.
Pada hidrolisis gummi arabicum menunjukkan hasil negative pada touber test,
dan positif pada benedict test yang membuktikan bahwa larutan gummi
arabicum mengandung karbohidrat.

10

DAFTAR PUSTAKA
Murray, Robert K., et al. 2014. Biokimia Harper. Ed. 29. Jakarta : EGC.
Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Campbell, Mary K & Farrel, Shawn O. (2012). Biochemistry, 7th Edition.
Canada: Brooks/Cole, Cengage Learning.

Koolman, J., & Roehm, K. H. (2012). Color Atlas of Biochemistry 3rd Edition.
German: Thieme

Marks,Dawn B,Dkk. 2011. Biokimia kedokteran Dasar. Jakarta:EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai