Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“PEMERIKSAAN KARBOHIDRAT”
KIMIA PANGAN
DOSEN PEMBIMBING : SITI MAS’ODAH S,Pd,.M.Gizi
DISUSUN OLEH :
NAMA : AMELIA NIDA AULIYANI
NIM : P07131120003
PRODI : DIPLOMA III GIZI
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana metode analisis karbohidrat secara kualitatif?
2. Bagaimana metode analisis karbohidrat secara kuantitatif?
3. Bagaimana uji kuantitatif karbohidrat?
4. Bagaimana tabel Luff Schoorl?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui metode analisis karbohidrat secara kualitatif.
2. Untuk mengetahui metode analisis karbohidrat secara kuantitatif.
3. Untuk mengetahui uji kuantitatif karbohidrat.
4. Untuk mengetahui tabel Luff Schoorl.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANALISIS KARBOHIDRAT SECARA KUALITATIF
1. Uji Molisch
Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Monosakarida, disakarida, dan polisakarida akan
memberikan hasil positif. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan
kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish.
a. Prinsip
Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi
heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa
menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan
kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish.
Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini untuk
semua jenis karbohidrat. Mono-, di-, dan polisakarida akan memberikan hasil positif.
b. Cara Kerja
1) 15 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) 3 tetes pereaksi Molisch ditambahkan dan dicampur dengan baik.
3) Tabung reaksi dimiringkan lalu dialirkan dengan hati-hati 1 mL H2SO4 pekat melalui
dinding tabung agar tidak tercampur.
4) Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara
kedua lapisan
2. Uji Benedict
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi
(yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas). Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa. Uji benedict
berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana
alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah
terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah
bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange.
a. Prinsip :
Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi ion Cu 2+ dalam
suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.
b. Cara kerja
1) Alat dan bahan disiapkan
2) 3 tetes sampel(dalam bentuk larutan) dimasukkan kedalam tabung reaksi yang masih
kering dan bersih
3) 2 mL pereaksi Benedict ditambahkan, kemudian dikocok.
4) Dimasukkan kedalam penangas air selama 5 menit. Amati perubahan warna
endapannya.
5) Pembentukan warna endapan hijau, kuning, atau merah menunjukan reaksi positif
karbohidrat.
3. Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff bertujuan untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang mengandung
gugus keton). Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asam
levulinat dan 4- hidroksilmetilfurfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus
keton akan menghasikan warna merah pada larutannya. Disakarida sukrosa yang mudah
dihidrolisa menjadi glukosa dan fruktosa memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff.
Glukosa dan karbohdrat lain dalam jumlah banyak dapat juga memberi warna yang sama.
a. Prinsip :
Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hodroksimetilfurfural dan dengan
penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks
berwarna
merah oranye.
b. Cara kerja
1) 5 tetes larutan uji dan 15 tetes pereaksi Seliwanoff dimasukkan ke dalam tabung
reaksi
2) Tabung dididihkan di atas api kecil selama 30 detik atau dalam penangas air
mendidih selama 1 menit.
3) Hasil positif ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna merah orange.
4. Uji Barfoed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan mengontrol
kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada analisa ini, karbohidrat
direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil positif bila didihkan
cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
a. Prinsip
Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh
gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna
merah bata.
b. Cara kerja
1) 1 mL larutan uji karbohidrat dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang masih kering dan bersih.
2) 1 mL pereaksi Barfoed ditambahkan, kemudian dikocok.
3) Tabung dimasukkan kedalam penangas air selama 3 menit.
4) Dinginkan dalam air mengalir.
5) Bila tidak terjadi reduksi selama 5 menit, lakukan pemanasan selama 15 menit sampai
terlihat adanya reduksi.
5. Uji Osazon
Untuk membedakan bermacam-macam karbohidrat dari gambar kristalnya.
a. Prinsip
Suatu aldosa atau ketosa dengan fenil hidrazin akan membentuk Kristal osazon. Kristal
osazon yang terbentuk khas sesuai dengan jenisnya.
b. Cara kerja
1) 2 mL larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Seujung spatel fenilhidrazin-hidroklorida dan kristal natrium asetat ditambahkan ke
dalam tabung.
3) Tabung dipanaskan dalam penangas air mendidih selama beberapa menit.
4) Didinginkan perlahan dibawah air keran.
5) Perhatikan kristal yang terbentuk dan diidentifikasi dibawah mikroskop.
1 Kristal Galaktosazon
2 Kristal Glukosazon
3 Kristal Maltosazon
4 Kristal Laktosazon
6. Uji Tollens
Uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang membedakannya dengan heksosa.
Aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaskan unsur perak (Ag).
Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dari
perak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak
sebagi oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia
membentuk kompleks larut air dengan ion perak.
a. Prinsip
Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi
menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam
tabung reaksi.
b. Cara kerja
1) Masukkan beberapa tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang telah
diisi 2 mL pereaksi Tollens.
2) Masukan kedalam penangas air selama 1 menit. Perhatikan perubahan warna yang
terjadi.
3) Hasil dicatat
7. Hidrolisa Sukrosa
Mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa
a. Prinsip
Sukrosa dalam HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis, lalu menghasilkan fruktosa
dan glukosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan Seliwanoff yang sebelumnya hidrolisis
menghasilkan hasil negative menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan
menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida.
b. Cara kerja
1) Isi tabung reaksi dengan 5 mL larutan uji sukrosa.
2) Tambahkan 1 mL HCl 10%.
3) Masukan kedalam penangas air selama 15 menit.
4) Dinginkan perlahan-lahan, kemudian netralkan.
5) Tes hidrolisa dengan pereaksi Benedict, Seliwanoff dan Barfoed.
6) Catat hasil dan buatlah kesimpulannya
8. Uji Bial
Uji bial untuk menguji adanya gula pentose. Pemanasan pentose dengan HCl pekat akan
menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan orcinol dan ion feri. Hasil pemanasan
akan menghasilkan warna biru hijau yang menunjukkan adanya gula pentosa.
a. Prinsip
Dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dengan penambahan orsinol
(3.5-dihidroksi toluena) akan berkondesasi membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
b. Cara kerja
1) 5 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) 10 tetes peraksi Bial dan 2 tetes HCl pekat ditambahkan
3) Campurlah dengan baik, lalu dipanaskan di atas api kecil sampai timbul gelembung-
gelembung gas dipermukaan larutan.
4) Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk. Terbentuknya warna biru menunjukan
adanya pentose.
9. Uji Iodium
Uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod juga dapat membedakan
amilum dengan nitrogen. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai
poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga dapat
berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida dan
monosakaraida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.
a. Prinsip
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna
yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru , dekstrin
menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis
bereaksi dengan iodium membentuk warna cokelat.
b. Cara kerja
1) 3 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Ditambahkan 2 tetes larutan iodium
3) Diamati perubahan warna yang terjadi
Bahan :
Sampel Madu Al(OH)2 NaOH
Larutan luff schoorl H2SO4 10% Kertas Saring
KI 20 % KIO3 Aquades
Natrium tiosulfat 0,1 N Amylum
Indikator amilum 1 %, HCl
B. Metode Analisa
a) Penetapan Gula Reduksi (Luff Schoorl)
1. Timbang bahan padat yang sudah dihaluskan 1 gram atau bahan cair sebanyak 1 ml
tergantung kadar gula reduksinya, dan pindahkan kedalam labu takar 100ml,
tambahkan 50 ml aquades. Tambahakan bubur Al (OH). Penambahan bahan
penjernih ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan dari reagensia tidak
menimbulkan pengeruhan lagi. Kemudian tambahakan aquades sampai tanda dan
disaring.
2. Filtrat ditampung dalam labu takar 250 ml.
3. Ambil 15 ml fitrat yang diperkirakan mengandung 15- 60 mg gula reduksi dan
tambahkan 15 ml larutan Luff Schoorl dalam Erlenmayer.
4. Dibuat perlakuan blanko yaitu 15 ml larutan Luff-Schoorl dengan 15 ml aquades.
5. Setelah ditambah beberapa butir batu didih, erlenmayer dihubungkan dengan
pendingin balik, kemudian dididihkan. Diusahakan 2 menit sudah mendidih.
Pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit.
6. Selanjutnya cepat-cepat didinginkan dan tambahkan 15ml KI 20% dan dengan hati-
hati tambahakan 10 ml H2SO4 15%.
Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N memakai
indikator pati sebanyak 2 – 3 ml. Untuk memperjelas perubahan warna pada akhir
titrasi maka sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir berakhir.
Perhitungan :
Dengan mengetahui selisih antara titrasi blanko dan titrasi contoh kadar gula reduksi
dalam bahan dapat dicari dengan menggunakan tabel.
b) Penentuan sakarosa (Methoda Luff Schoorl )
1. Ambilah 50 ml filtrat dari larutan (penentuan gula reduksi methoda luff schoorl),
masukkan kedalam erlenmeyer, kemudian ditambah dengan 25 ml aquades dan 10 ml
HCl 30% (berat jenis 1,15). Panaskan di atas penangas air pada suhu 67-70°C selama
10 menit. Kemudian didinginkan cepat-cepat sampai sushu 20°C. Netralkan dengan
NaOH 45%, kemudian diencerkan sampai volume tertentu sehingga 25 ml larutan
mengandung 15-60 mg gula reduksi.
2. Diambil 15ml larutan dan masukkan kedalam erlenmayer, ditambahkan 15ml larutan
Luff-Schoorl. Dibuat pula percobaan blanko yaitu 15 ml larutan Luff-Schoorl
ditambah 15ml aquades.
3. Setelah ditambah beberapa butiran batu didih, Erlenmayer dihubungkan dengan
pendingin bali, kemudian dididihkan. Diusahakan 2 menit sudah mendidih.
Pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit.
4. Kemudian cepat-cepat didinginkan. Tambahkan 15 ml KI 20% dan dengan hati-hati
tambahkan 10 ml H2SO4 15%.