Anda di halaman 1dari 2

Burung dara atau burung merpati merupakan salah satu animal model yang digunakan

pada penelitian khususnya pada atherosclerosis. Burung dara memiliki banyak tipe dan ciri
khas masing-masing yang dibedakan dari warna bulunya. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, burung dara yang diamati pada praktikum kali ini yaitu merupakan burung dara
jenis kelabu atau balap. Burung dara kelabu memiliki ciri-ciri bulu berwarna coklat
kemerahan di seluruh tubuhnya. Burung dara jenis ini umumnya digunakan untuk melakukan
balap burung dikarenakan hewan ini memiliki sifat yang jinak serta mudah dilatih (Haryanto
2016).
Praktikum kali ini dilakukan dengan mengamati dua ekor burung dara dengan jenis
kelamin jantan dan betina. Cara membedakan burung dara jantan dan betina dapat dilakukan
dengan sedikit menekan area pelvis, dimana pada burung dara jantan, pelvis akan terasa lebih
keras dan padat dari pada pelvis betina (Rasdaf 2017). Posisi burung dara berdiri umumnya
tegak, dengan dada yang tampak menonjol ke depan dan bagian punggung yang rata sejajar.
Paruh burung dara memiliki bentuk runcing yang merupakan tipe dari burung yang memakan
biji-bijian. Kaki dari burung dara umumnya berwarna merah dengan bentuk mencengkram,
masing – masing kakinya memiliki empat jari (Marine 2010).
Terdapat tiga macam bulu pada burung dara. Jenis bulu plumae terdapat pada bagian
bulu ekor, bulu sayap, bulu dada, bulu punggung kepala dan leher. Warna dari bulu tersebut
merupakan perpaduan antara warna putih dan cokelat muda. Pada jenis bulu plumulae
ditemukan pada bagian dada. Bulu tersebar di seluruh bagian tubuh burung dan letaknya
tersembunyi. Yang membedakan bulu dari tiga bagian adalah simetri dan ukurannya. Pada
bulu ekor, ukurannya paling besar dan simetri bilateral. Kemudian pada bulu sayap besar
namun tidak simetri karena melengkung ke atas lalu ke bawah. Plumulae terdiri atas calamus
(pendek), rachis (agak mereduksi) dan barbae. Jenis bulu plumulae biasanya terdapat pada
burung yang masih muda dan kadang-kadang juga terdapat pada burung yang sedang
mengerami telurnya (Marine 2010).
Berat badan burung dara yang didapatkan yaitu 399 gram untuk burung dara jantan
dan 390 gram untuk burung dara betina. Menurut Sutejo (2010), berat badan normal pada
burung dara dewasa berkisar 230 – 390 gram. Pemeriksaan mukosa pada burung dara
dilakukan dengan melihat bagian mukosa mata. Kedua hewan yang diamati memiliki mukosa
berwarna pink rose, sesuai dengan yang dikatakan oleh Barney (2010), mukosa normal pada
burung dara yang sehat akan berwarna pink rose, yang artinya sistem sirkulasi pada tubuh
berjalan dengan lancar, tidak dehidrasi atau tidak keracunan. Warna mukosa pada burung
yang dehidrasi akan berwarna pucat, sedangkan mukosa burung yang terkena racun
cenderung akan berwarna kuning atau biru.
Frekuensi nafas pada burung dara jantan didapatkan hasil 68 kali per menit sedangkan
pada betina 32 kali per menit. Menurut Akoso (2006), frekuensi nafas normal pada burung
dara yaitu 20 sampai 50 kali per menit. Pada burung dara jantan frekuensi nafas di atas rata-
rata, hal ini dapat disebabkan oleh lingkungan sekitar yang mempengaruhi kondisi atau
tingkat stress burung dara. Frekuensi detak jantung pada burung dara jantan didapatkan hasil
132 kali per menit sedangkan pada burung dara betina 88 kali per menit. Menurut Akoso
(2006), frekuensi denyut jantung seekor burung dara pada keadaan normal berkisar 50 sampai
90 kali permenit. Tingginya frekuensi jantung pada saat dilakukan pemeriksaan bisa
diakibatkan lingkungan sekitar burung dara yang membuat burung tersebut stress sehingga
frekuensi denyut jantung menaik drastis.
Pemeriksaan suhu dilakukan dengan menggunakan termometer yang dimasukkan ke
dalam kloaka. Hasil dari perhitungan suhu burung dara sebanyak tiga kali, diperoleh 41.6°C
pada burung dara jantan dan 42°C pada betina. Menurut Akoso (2006), suhu tubuh normal
pada aves relatif tinggi daripada hewan lainnya, suhu tubuh normal burung dara berkisar
39.8°C sampai dengan 41.8°C.
daftar pustaka

Akoso. 2006. Kesehatan Burung Dara. Yogyakarta (ID): Kanisius.


Barney. 2010. Pemeriksaan Fisik Pada Hewan. Jakarta (ID): Gramedia.
Haryanto. 2016. Biologi Vertebrata. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.
Marine. 2010. Struktur Hewan Aves. Surabaya (ID): Sinar Wijaya.
Rasdaf. 2017. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya (ID): Sinar Wijaya.
Sutejo. 2010.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta (ID): Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai