Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum ke-1 Hari/Tanggal : Senin, 21 Januari 2019

Kesehatan Hewan Laboratorium Dosen : dr.drh. Erni Sulistiawati SP1


dan Satwa Aquatik Asisten : Kevin A, AMd
Nadya Aulia P, AMd

BIOLOGI KOMPERATIF HEWAN LABORATORIUM RODENTIA


(MENCIT, TIKUS, DAN MARMUT)

Kelompok 4/praktikum 2

Nama NIM TTD


1. Ester Mustika Simbolon J3P117004
2. David Juan Christian J3P117015
3. Aldona Tegar Saputra J3P117026
4. Raudhotul Jannah J3P117053
5. Safira Afifah Putri J3P117078

PROGRAM STUDI PARAMEDIK VETERINER


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hewan laboratorium merupakan hewan yang dikembangbiakkan untuk


keperluan penelitian atau percobaan. Hewan yang digunakan untuk eksperimentasi
berbagai keperluan bidang medis. Hewan yang digunakan saat praktikum yaitu
tikus, mencit, dan marmut. Penelitian hewan tersebut untuk penelitian klinis pada
manusia pemahaman tentang berbagai proses fisiologis dan patologis yang
mempengaruhi manusia (Ferreira et.all 2008).
Terdapat beberapa alasan mengapa marmut dan kelinci banyak digunakan
sebagai hewan coba dalam penelitian yaitu, kelinci dan marmut cenderung lebih
praktis, merupakan hewan yang cukup jinak, mudah untuk di handling,
memerlukan perawatan yang relatif lebih mudah, dan berkembangbiak cenderung
cepat. Hewan marmut berperan penting dalam berbagai penelitian tentang
toksikologi, studi penyakit alergi, penyakit paru-paru non inveksius, gangguan
reproduksi, osteoarthritis, ateroskeleosis.
Hewan laboratorium yang digunakan harus diperhatikan kesejahteraannya.
Hewan harus dalam keadaan tidak stress. Stress pada hewan laboratorium dapat
mengakibatkan hasil yang tidak konkrit atau hasil penelitian yang palsu. Hal
tersebut terjadi karena hewan yang stress mempengaruhi keadaan fisiologis hewan.
Kesejahteraan Hewan dapat mencakup tata cara handling hewan, tata cara
perlakuan hewan laboratorium. Selain cara handling dan perlakuan, hewan juga
dalam keadaan aman dan meminimalisir rasa sakit hewan.

Tujuan

Praktikum pertama dilakukan bertujuan agar mahasiswa dapat


mengidentifikasi sifat sifat biologi hewan percobaan rodentia yang sehat dan
berkualitas.
METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Senin 21 Januari 2019 pukul 09.00-13.00
WIB di Gunung Gede Klinik Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu termometer, penggaris,
timbangan digital, meteran, underpad, kandang dan tray, masker, sarung tangan, dan
alat bantu elektronik berupa handphone. Bahan yang digunakan hewan coba
meliputi tikus, mencit, dan marmot.
Cara Kerja

 Prosedur kerja mencit (Mus Musculus)


Alat dan bahan disiapkan. Underpad dibentangkan diatas meja. Setelah itu
mencit di handling dengan satu atau dua tangan. Hewan yang diperiksa
diambil dan diletakkan di atas meja secara bergantian betina atau jantan.
Kemudian pemeriksaan umum dilakukan meliputi berat badan, jenis
kelamin, suhu tubuh, susunan gigi, panjang badan, panjang ekor, denyut
nadi dan respirasi. Selanjutnya pemeriksaan karakteristik biologi tambahan
dilakukan meliputi bentuk testis, bentuk vagina, jarak vagina sampai anus,
jarak penis sampai anus, dan mampu melihat maupun menghitung kelenjar
mammae pada mencit.

 Prosedur kerja tikus (Rattus Norvegicus)


Alat dan bahan disiapkan. Underpad dibentangkan diatas meja. Setelah itu
tikus di handling dengan dua tangan, tikus yang akan diperiksa diambil dan
diletakkan di atas kandang yang sudah terdapat kawat. Tikus diperiksa
secara bergantian jantan dan betina. Ekor tikus dipegang dengan tangan kiri
sedangkan tengkuk tikus dipegang dengan tangan kanan. Setelah tikus telah
di handlin dengan baik dan benar. Selanjutnya pemeriksaan umum
dilakukan meliputi berat badan, jenis kelamin, suhu tubuh, susunan gigi,
panjang badan, panjang ekor, denyut nadi dan respirasi. Selanjutnya
pemeriksaan karakteristik biologi tambahan dilakukan meliputi bentuk
testis, bentuk vagina, jarak vagina sampai anus, jarak penis sampai anus,
dan mampu melihat maupun menghitung kelenjar mammae tikus.

 Prosedur kerja marmut (Cavia Porcellus)


Alat dan bahan disiapkan. Underpad dibentangkan di atas meja. Setelah itu
marmut diambil dari kandang untuk diletakkan di atas meja yang telah
disiapkan. Marmut yang akan diperiksa dihandling dengan dua tangan,
bagian kanan di daerah tengkuk dan panggul marmut ditopang dengan
tangan kiri. Selanjutnya pemeriksaan umum dilakukan meliputi berat badan,
jenis kelamin, suhu tubuh, susunan gigi, panjang badan, panjang ekor,
denyut nadi dan respirasi. Selanjutnya pemeriksaan karakteristik biologi
tambahan dilakukan meliputi bentuk testis, bentuk vagina, jarak vagina
sampai anus, jarak penis sampai anus, dan mampu melihat maupun
menghitung kelenjar mammae pada tikus, mencit, dan marmut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel I. Biologi Komperatif


Mencit Tikus Marmut
Parameter
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
Berat badan 47 gr 28 gr 189 gr 195 gr 622 gr 439 gr
0 0 0
Temperatur 36.4 C 36.6 C 36.4 C 38.20C 0
36 C 370C
Susunan Gigi 1:0:0:0 1:0:0:0 1:0:0:0 1:0:0:0 1:0:0:0 1:0:0:0
Panjang badan 11.5 cm 11 cm 17 cm 20 cm 21 cm 19 cm
Panjang ekor 11.1 cm 9.5 cm 14.5 cm 18 cm - -
Denyut nadi
208 180 196 171 140 88
(x/menit)
Respirasi
200 108 172 99 120 116
(x/menit)

Pemeriksaan biologi komperatif dilakukan berdasarkan beberapa parameter


diantaranya berat badan, temperatur, gigi, panjang badan, panjang ekor, denyut
nadi, dan respirasi rate. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa hewan laboratorium
yaitu mencit jantan dan betina, tikus jantan dan betina, marmut jantan dan betina.
Pemeriksaan pertama dilakukan pada mencit. Sebagian besar mencit diperoleh dari
peternak hewan laboratorium digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian, dan
pendidikan.
Hewan mencit digunakan sebagai hewan percobaan dikarenakan mencit
memiliki beberapa sifat yang menguntungkan, antara lain, cepat berkembangbiak,
ukuran tubuhnya relatif lebih kecil dibandingkan berbagai jenis hewan percobaan
lainnya, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, karakter anatomi dan fisiloginya
mudah diamati, Mus musculus memiliki aktivitas reproduksi yang panjang (2-14
bulan), dan variasi genetiknya cukup besar. Adapun morfometri Mus musculus
menurut Harkness dan Wagner (1995) yakni berat tubuh : 20-40 gr, jangka waktu
hidup : 1.5 – 3 tahun, suhu tubuh : 36.5 – 38oC, denyut nadi : 325-780 x/menit,
respirasi : 60-220 x/menit, panjang tubuh total = 153 mm atau 15.3 cm.
Data yang didapat pada hewan mencit yang diperiksa memiliki berat badan
mencit jantan diatas normal yaitu 47 gr, mencit betina memiliki berat normal yaitu
28 gr. Pertambahan bobot badan dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur
pertumbuhan yaitu suatu proses yang sangat kompleks yang meliputi pertambahan
bobot hidup dan perkembangan semua bagian tubuh secara serentak dan merata.
Pertumbuhan mencit memiliki dua fase yaitu fase tumbuh cepat saat laju
pertambahan bobot badan mencit meningkat tajam, dan fase yang kedua yaitu fase
tumbuh lambat saat laju pertambahan bobot badan mulai menurun sampai menjadi
nol yaitu hewan telah mencapai dewasa tubuh. Titik antara dua fase tersebut ialah
titik peralihan dan biasanya terjadi pada umur 29-30 hari (Mangaratua 2008). Smith
dan Mangkoewidjojo (1988) Bobot badan dewasa dipengaruhi oleh Litter size,
bobot lahir (bobot awal), produksi susu induk dan pemberian pakan.
Mencit jantan dan betina memiliki suhu yang normal yaitu terlihat pada
tabel 1 dimana mencit jantan memiliki suhu 36.4 0C dan betina 36.60C. Suhu tubuh
yang konstan penting untuk aktivitas enzimatik normal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi suhu tubuh antara lain, irama diurnal, jenis kelamin, usia individu.
Determinan suhu tubuh adalah keseimbangan antara produksi panas dan
pengeluaran panas. Keseimbangan ini melalui mekanisme homeostatik.
Panjang ekor mencit dapat dikatakan normal sesuai literatur yang
menyatakan panjang ekor tikus dan mencit adalah 80 – 130 % dari panjang badan
(Musser G et al. 2008). Respirasi rate yang normal pada mencit berkisar antara 60-
220 napas / menit (Singagerda 2009) dari hasil tabel I diatas mencit jantan 200
napas/menit, dan betina 108 napas/menit hasil tersebut menunjukan bahwa rata-
rata napas dari mencit jantan dan betina yang normal. Untuk rata-rata denyut nadi
mencit berkisar antara 325-780 denyut / menit, dan dari hasil diatas menunjukan
rata-rata denyut nadi dari mencit jantan dan betina abnormal karena hanya
menunjukan angka rata-rata dibawah 325 yaitu jantan 208 kali/menit dan betina
108 kali/menit.
Mencit memiliki gigi yang termodifikasi dan terspesialisasi untuk
memotong (gigi seri), menyobek (gigi taring), dan menggiling (gigi geraham)
makanannya. Dari hasil pengamatan gigi depan mencit memiliki 2 incisivus atas
dan bawah dengan panjang 0.1 – 0.2 cm (atas) dan 0.4 cm (bawah). Sebagai hewan
pengerat, mencit memiliki gig seri yang cukup kuat dan gigi seri ini terbuka.
Susunan gigi geligi mencit selengkapnya adalah sebagai berikut, incisivus ½,
caninus 0/0, premolar 0/0, dan molar 3/3 tanpa pergantian gigi (Frandson 1992)

Tabel 2. Karakteristik Biologi Tambahan Mencit


Parameter Mencit Keterangan
Karakteristik Jantan L : 1cm P : 1.5cm
 Testikel Testin turun

Jarak testikel ke 0.8 cm


anus

Karakteristik Betina Bentuk Y


 Vagina

Jarak vagina ke anus 0.5 cm

Jumlah kelenjar 5 kelenjar


mammae mammae

Karakteristik Biologi tambahan pada mencit dapat dilihat pada tabel 2


dimana vagina mencit berwarna rose. Mencit yang diamati memiliki lima pasang
kelenjar mamae, Menurut Malole dan Pramono (1989) mencit betina memiliki lima
pasang kelenjar susu, yaitu tiga pasang di bagian dada dan dua pasang di bagian
inguinal. Sehingga dari hasil pengamatan mencit memiliki jumlah kelenjar
mammae yang normal.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan pada tikus jantan, hasil penimbangan
yang diperoleh yaitu pada tikus jantan 189 g, dan tikus betina 195 g. Tikus pada
usia muda (4 minggu) memiliki berat badan rata-rata 35-40 gram, sedangkan saat
usia dewasa kelamin atau pubertas (50-72 hari) berat badannya 200-250 gram.
Selain itu, Mangkoewidjojo (2006) berpendapat bahwa tikus Sparague dawley
(Rattus norvegicus) memiliki berat badan dewasa 300-400 gr jantan sedangkan
betina 250-300 gram.
Tabel 4. Karakteristik Biologi Tambahan Tikus
Parameter Tikus Keterangan
Karakteristik Jantan L : 1cm P : 1.5cm
 Testikel Berbentuk bulat
Jarak testikel ke 2 cm
anus

Karakteristik Betina Bentuk Y


 Vagina

Jarak vagina ke anus 1.1 cm

Jumlah kelenjar 3 pasang


mammae

Pemeriksaan suhu tubuh pada tikus jantan mendapatkan hasil 36.2ºC,


sedangkan pada tikus betina 38.2ºC. suhu tikus jantan dan betina dalam keadaan
normal karena suhu tubuh normal pada tikus adalah 36° C- 40° C (Wolfenshon dan
Lloyd 2013). Apabila terdapat temuan hasil pemeriksaan suhu tersebut dibawah
normal karena tikus sampel yang digunakan mengalami stress sehingga mengalami
penurunan kerja enzim didalam tubuh. Suhu tubuh hewan tergantung pada
keseimbangan antara cara yang cenderung menambah panas dan cara yang
cenderung mengurangi panas (soelowo 2000).

Gambar 1. Gigi pada tikus


(Sumber : gambar pribadi)
Pemeriksaan gigi tikus dilakukan dengan menghitung jumlah gigi tikus.
Pertumbuhan gigi pada tikus bersifat monophydont hal ini disebabkan tikus hanya
memiliki satu set gigi permanen yang terdiri dari dua gigi incisivus dan enam gigi
molar yang terletak dirahang atas dan bawah. Hasil pemeriksaan gigi tikus terlihat
pada gambar I hanya dapat menemukan 2 gigi incisivus atas dan bawah
dikarenakan sulitnya membuka mulut tikus hingga lebar. Gigi Incisivus pada
rahang bawah lebih panjang tiga kali lipat dibanding gigi incisivus rahang atas dan
tipe Ciri gigi pada tikus memiliki mahkota gigi lebih panjang dibanding akar
giginya (Sukiya 2003). Gigi incisivus pada kedua rahang akan tumbuh terus-
menerus sepanjang umur tikus menyebabkan terjadinya hilangnya struktur gigi
(abrasi) yang membuat kedua gigi tersebut tetap tajam seperti pahat. Susunan
formula gigi pada tikus yaitu :

Gambar 2. Gigi pada tikus


Sumber : Sukiy (2003)
Pengukuran panjang badan tikus diukur dari hidung hingga pangkal ekor
(Mangkoewidjojo 2006). Panjang badan tikus normalnya 15-25 cm, hasil
pemeriksaan pengukuran panjang badan dari tikus jantan yaitu 17 cm dan betina 20
cm. Hasil pengukuran panjang badan tikus jantan dan betina tersebut dapat
dikatakan normal karena memasuki range dari ukuran normal tikus. Selain panjang
tubuh, panjang ekor tikus juga dihitung. Hasil pengukuran ekor tikus jantan yang
di dapat adalah 14.5 cm dan tikus betina 18 cm.
Perhitungan pemeriksaan denyut nadi dilakukan dengan menempatkan
tangan diarea jantung yang berada disebelah kiri. Hasil yang diperoleh dari
pemerikaan denyut nadi pada tikus jantan yaitu 196 kali/menit dan tikus betina 171
kali/menit. Respirasi rate pada tikus dilakukan dengan cara melihat kembang
kempis dari tubuh tikus, hasil yang didapatkan dalam pemeriksaan respirasi pada
tikus jantan 172 kali/menit dan tikus betina 99 kali/menit. Menurut Wolfenshon dan
Lloyd (2013) denyut nadi normal pada tikus yaitu berkisar antara 250-450 kali/
menit dan respirasi rate normal tikus yaitu 70-115 kali/menit. Beberapa
pemeriksaan menunjukkan hasil yang abnormal, hasil tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor yang dipengaruhi salah satunya hewan tersebut telah mengalami
stress yang disebabkan karena kebisingan dan lamanya pemeriksaan yang
dilakukan oleh praktikan.
Pemeriksaan karakteristik biologi reproduksi tikus jantan dimulai dengan
inspeksi organ reproduksi testikel. Kemudian untuk jarak testikel ke anus adalah 2
cm, semakin jauh jaraknya menunjukkan hewan tersebut jantan. Pada tikus jantan
testis akan turun ke kantung skrotum selama musim kawin dan sisanya berada di
rongga perut (Moore and Keith 2007).

Tabel 5. Karakteristik Biologi Tambahan Marmut


Parameter Marmut Keterangan
Karakteristik Jantan L : 3.5 cm P : 4.1
 Testikel cm
Testis turun

Jarak testikel ke 1 cm
anus

Karakteristik Betina Bentuk Y


 Vagina

Jarak vagina ke anus - -


Jumlah kelenjar 1 pasang
mammae

Marmut (Carvia porcellus) memiliki klasifikasi yaitu Phylum Chordata, Sub


phylum Vertebrata, Class Mammalia, Ordo Rodentia, Familia Cavidae, Genus
Cavia, Spesies Cavia porcellus. Marmut merupakan mamalia yang memiliki tubuh
berbentuk bilateral simetris dengan tulang rangka yang mempunyai kendio okspital.
Marmut digolongkan sebagai hewan pengerat yang memakan tumbuh-tumbuhan
dan memiliki gigi pemotong seperti pahat yang berguna untuk memotong dan
mengerat (Akbar B 2010).
Hasil pengamatan yang didapatkan yaitu berat badan marmut jantan dan
marmut betina memiliki berat yang ideal, karena berat marmut normal yaitu lebih
dari 100 gram sedangkan marmut dewasa bisa mencapai 850 – 1000 gram (Iqbal
2016). Berbeda pada frekuensi pernafasan yang menunjukkan diatas normal, pada
umumnya yaitu berkisar antara 60– 100 x/menit (Akoso 1996). Hewan kecil
mempunyai frekuensi respirasi lebih banyak tiap menitnya dikarenakan ada
beberapa hewan percobaan yang mengalami stress, banyak sedikitnya aktivitas
gerakan, suhu lingkungan kandang dan emosi yang terjadi pada hewan tersebut.
Denyut jantung adalah pukulan ventrikel kiri kepada dinding anterior yang
terjadi selama kontraksi ventrikel. Dalam keadaan normal frekuensi denyut jantung
pada hewan marmut yaitu 120-150 x/menit Marmut betina dalam keadaan
abnormal dengan hasil yang didapat pada tabel 1 dibawah 100 yakni 88x/menit
sedangkan pada marmut jantan memiliki hasil yang normal dengan hasil percobaan
frekuensi denyut jantung sebanyak 140 x/menit. Ukuran setiap hewan percobaan
dapat mempengaruhi kecepatan frekuensi denyut jantung. Semakin kecil hewan
tersebut maka frekuensi denyut jantung akan semakin cepat.
Marmut mempunyai sifat yang spesifik yaitu mempunyai ekor
yang menonjol, pada saat lahir. Marmut mirip seperti marmut dewasa karena
sudah memiliki rambut dan matanya sudah terbuka. Marmut sendiri gigi
pemotong seperti pahat yang berguna untuk pemotong d a n m e n g e r a t . Marmut
menarik lawan jenisnyad e n g a n c a r a m e n y e b a r k a n k e l e n j a r b a u y a n g
t e r d a p a t p a d a l e k u k p i r e n i u m y a n g letaknya posterior dari penis atau
vulva, peristiwa ini disebut hedonik (Mangkoewidjojo 2006).
Organ genitalia marmot betina terdiri dari ureter, osteum tuba,
tuba fallopo, uterus, vesical urinaria, vulva, clitoris. Sistem urogenitalia
marmot betina juga dilengkapi sepasang ren dan kelenjar adrenal. Vulva
merupakan organ dari genitaliamarmut betina yang sering digunakan untuk
memikat lawan jenisnya (Jonhnson 2001). Berbeda dengan jantan sistem
genitalia marmut jantan dibangun oleh sepasang testis yang
bentuknya bulat telur berwarna putih, terletak dalam rongga perut. epididymis
terdiri dari caput,c o r p u s d a n c a u d a . D u c t u s d e f e r e n s b e r u p a s a l u r a n
b e r j a l a n d i s e b e l a h d o r s a l d a r i kantong urin dan bermuara pada
ductus spermaticus yang terdapat pada batang penis (Brotowijoyo 1990)
.

Gambar 3. Kelenjar mammae


(Sumber : gambar pribadi)
Marmut betina memiliki sepasang papilla mammae (muara glandula
mammae) yang terletak diantara kaki belakangnya seperti terlihat pada
gambar 3. Marmut jantan memiliki gland ula mammae yang tidak
melakukan sekresi. bagian belakang penis terdapat lekuk pirenium yang
merupakan lekukan yang dalam dan nampak selalu kotor. Lekuk ini merupakan
tempat bermuarakelenjar bau yang digunakan sebagai pengenal spesies danhedonik
atau pemikat lawan jenis .

SIMPULAN

Hewan rodentia (mencit, tikus, marmut) yang kami amati dapat dikatakan
normal .Dapat dilihat dari sifat biologi dan fisiologi hewan. Seperti beberapa
parameter biologi komperatif terdiri dari berat badan, suhu, frekuensi denyut nadi
dan nafas serta parameter karakteristik biologi tambahan untuk mengetahui bentuk
dan keadaan pada alat kelamin jantan dan betina setiap masing-masing hewan.
Untuk hewan rodentia (mencit, tikus, marmut) yang tidak normal dapat disebabkan
oleh hewan tersebut mengalami stress, faktor lingkungan, pencahayaan, dan
ventilasi udara.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar B. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi


Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta (ID) : Adabia Press.

Brotowijoyo M. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta (ID): Erlangga.


Ferreira LM, Hochman B, Barbosa MV. 2005. Modelos experimentais em pesquisa.
Acta Cir Bras. 20:28-34. [PubMed].
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Harkness,Wagner. 1995. Biology and Medicine of Rabbits and Rodents, 5th


Edition: Colorado, USA. Wiley-Blackwell.

Iqbal MY. 2016. Memelihara Marmut Intensif. Tangerang (ID): Mediakita press

Johnson R. 2001. Biologi. Sixth edition.

Mangaratua, Parlindungan Silitonga Fransius. 2008. Penampilan Reproduksi


Mencit (Musmusculus) yang Diberi Daun Torbangun (Coleus
amboinicuslour) dan Taraf sop Daun Torbangun Kering. Bogor:
Program Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.

Mangkoewidjojo. 2006. Hewan laboratorium dalam Penelitian Biomedik.


Yogyakarta (ID): FKH UGM.

Moore, Keith AA. 2007. Essential Clinical Anatomy, Third Edition. Lippincott
Williams & Wilkins.

Singagerda, Linda Kirana. 2009. Hewan Uji Dalam Eksperimen Farmakologi.


Bandung (ID): ITB press.

Smith BJ. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan


Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis Indonesia. Jakarta(ID):
University Press.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Departemen Pendidikan


Nasional.

Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Yogyakarta(ID): Universitas Negeri Yogyakarta


JICA

Wolfensohn S, Lloyd M. 2013. Handbook of Laboratory Animal Management and

Welfare. 4th ed. Wiley-Blackwell. West Sussex 234.


LAMPIRAN

No. Foto Keterangan


Pemeriksaan gigi mencit

1.

Mengecek temperatur suhu


tubuh mencit

2.
Mengukur panjang tubuh
mencit

Mengukur denyut jantung


mencit

4
.

Gambar alat kelamin jantan,


testis mencit

5.

Gambar alat kelamin betina


mencit

6.
Mengukur berat badan tikus

7.

Gambar alat kelamin jantan,


testis tikus

8.

Jarak testikel ke anus pada


tikus

9.

Mengukur berat badan marmut

10.
Gambar alat kelamin jantan
marmut

11.

Gambar alat kelamin betina


marmut

12.

Mengukur suhu tubuh marmut

13.

Pemeriksaan gigi marmut

14.

Anda mungkin juga menyukai