Kelompok 4 / Praktikum 2
METODOLOGI
Alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum ini yaitu laptop,
handphone, dan alat tulis.
Cara Kerja
Hog Cholera (HC) disebut juga Swine Fever (SF), Classical Swine Fever
(CSF) atau sampar babi. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari genus Pestivirus
termasuk family Flaviviridae virus ini sangat mirip dengan virus penyebab
penyakit Bovine Viral Diarrhea (BVD) tingkat keparahan penyakin Hog Cholera
bervariasi tergantung keganasan strain virus penyebabnya. Penyakit yang ganas
bisa bersifat akut atau kronis, kejadian yang bersifat ringan sering terjadi. Wabah
penyakit Hog Cholera bisa berdampak serius pada perdagangan dan reproduksi.
Penyakit yang menular pada babi disebabkan oleh suatu virus Nonargotoga virus
dan terjadi secara luas diseluruh dunia termasuk disebagian besar Negara di
daerah tropis (Musser 2006).
Virus Hog Cholera babi termasuk dalam family Flaviviridae, genus
Pestivirus, spesies Classical Swine Fever Virus. Dalam genus Togavirus yang
memiliki asam inti berupa RNA, berdiameter 38-44 nm, berbentuk bulat
beramplop, Nukleokapsid berbentuk simetri kubik. Virus memiliki ukuran 40 -50
nm, dengan nukleocapsid berukuran 29 nm. Virus RNA yang sifatnya single-
stranded bersifat infeksius, dan memiliki dua macam gliko-protein dengan berat
molekul masingmasing 55 dan 46 kD. Kedua glikoprotein tersebut terletak pada
selubung (envelope) virus, dan protein nucleokapsid memiliki berat molekul 36
kD (Sihombing 2006).
Virus mengalami inaktivasi secara fisis, yang tergantung pada media
tempat berkembangnya virus. Didalam cairan biakan sel virus Hog Cholera
menjadi inaktif selama 10 menit pada suhu 60°C, sedangkan di dalam darah tanpa
fibrin virus stabil setelah selama 30 menit dengan suhu 68°C. pada derajat
keasaman (pH) larutan 5-10 virus tetap stabil. Secara kimiawi virus jadi inaktif
dengan pelarut lemak eter, kloroform dan deoxycholat. Larutan NaOH 2% sangat
infektif untuk tujuan desinfeksi alat dan kandang babi. Di kandang maupun feses,
virus jadi inaktif dalam beberapa hari, sedangkan di dalam daging atau produk
olahan daging, virus tetap aktif sampai beberapa bulan (Tarigan 1997).
Gejala klinis yang terlihat apabila babi terkena virus ini yakni tampak lesu,
tidak aktif, malas bergerak, dan bila dipaksa berjalan punggungnya nampak
ditinggikan, dan gemetar. Beberapa penderita tampak menundukan kepala. Nafsu
makan menurun sampai hilang sama sekali. Pada saat tampak inaktif trsebut suhu
tubuh naik sampai 41-42°C, berlangsung selama 6 hari. Pada saat itu jumlah
leukosit menurun, leukopenia dari 9000 turun menjadi 3000/ml darah (Sihombing
2006)
Penderita pada awal terkena penyakit akan mengalami konjungtivitas
dengan air mata berlebihan. Leleran mata berlebihan menyebabkan kelopak-
kelopak mata bertaut. Demam tinggi diikuti dengan konstipasi, dan radang saluran
gastrointestinal menyebabkan diare encer, berlendir, warna abu-abu kekuningan.
Seperti pada (Gambar 1 dan 2)
Sebelum mati pada kulit daerah perut, muka, telinga, dan bagian dalam
dari kaki terlihat bintik-bintik warna jingga. Pada proses akut sejak nampak sakit
sampai mati biasanya memakan waktu 10-20 hari. Pada yang berlangsung subakut
proses berlangsung selama 1 bulan. Pada Hog Cholera yang infeksinya terjadi di
dalam kandungan, yang dikenal sebagai late-onset Hog Cholera, kematian
berkisar 2-11 bulan.
Pencegahan bila kasus Hog Cholera sudah cukup menurun cukup
dilakukan stamping out. Diberbagai bagian Indonesia, di peternakan babi
perusahaan dan babi rakyat, dilakukan vaksinasi massal secara rutin. Vaksinasi
yang digunakan merupakan vaksin yang sudah dilemahkan melalui pasasi
berulang-ulang pada kelinci, dikenal sebagai galur C (China) atau dilemahkan
melalui biakan sel secara berulang-ulang, dan dikenal sebagai jalur Japanese GPE
dan French Triverval. Vaksin-vaksin tersebut, terutama vaksin galur C, memacu
kekebalan sejak 1minggu pasca inokulasi dan berlangsung selama 2–3 tahun
(Tarigan 1997).
Tindakan biosekuriti yang dimaksud untuk mencegah penularan penyakit
dari berbagai sumber penularan yang ada di luar tubuh babi. Prinsip dasar
biosekuriti adalah sanitasi atau pembersihan dan disinfeksi (Dharmawan 2013).
Tindakan tersebut berupa penyemprotan kandang dengan air bersih setiap hari
untuk menjaga kebersihan kandang (menjaga sanitasi kandang) dan membunuh
agen penyakit maupun vektor dengan cara desinfeksi secara teratur dengan
menggunakan desinfektan dilingkungan kandang. Kasus penyakit Hog Cholera
yang parah atau telah lanjut biasanya babi yang telah terserang tidak ada lagi
harapan sembuh. Namun untuk kasus penyakit yang baru tahap awal besar
harapan sembuh melalui pengobatan. Serum anti Hog Cholera diberikan 1.25-
1.50 kali dosis yang biasanya dianjurkan untuk pencegahan. Selain dari serum,
Terramycin/LA Injectible Solution (1 ml/ 5kg bobot badan/ hari selama 3–4)
hendaknya diberikan pada babi yang terserang untuk mencegah infeksi sekunder.
SIMPULAN
Usaha beternak pembibitan babi terdapat beberapa kendala yang sering
dihadapi peternak, salah satunya adalah penyakit yang dapat menyerang ternak
babi yakni Hog Cholera, Mastitis dan Scabies.
DAFTAR PUSTAKA
Aiello, S. 1998. The Merck Veterinary Manual. Merck and co. Usa
Sihombing DT. 2006. Ilmu Ternak Babi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Subronto, Tjahajati I. 2004. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press.
Tarigan S, Bahri S, Sarosa A. 1997. Hog Cholera pada babi. Wartazoa 6[1]: 23-
32.
Taylor RE. 2004. Scientic Farm Animal Production. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.