Anda di halaman 1dari 13

Laporan praktikum ke-1 Tanggal: Senin, 13 February 2017

Kesehatan Hewan Laboratorium dan Satwa Aquatik Dosen : Dr. drh. Erni Sulistiawati, SP1
drh. Henny Endah Anggraeni, Msc
Asisten : Rut Kristina Gratia, A.md

BIOLOGI KOMPERATIF HEWAN LABORATORIUM RODENTIA

Oleh :

Kelompok 2 Praktikum 1

1
1. Dwiky Ramadhan J3P115009
2
2. Fadhilah Dhani SF J3P115018
3
3. Luthfi Fadhillah J3P115031
4
4. M Tio Tigris Manulang J3P115053
5
5. Syifa Fauziah J3P215073

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Persebaran mamalia di bumi begitu luas dan tersebar di setiap relung ekologi. Daerah
penyebaran mamalia dimulai dari kutub sampai daerah tropis. Menyatakan asal-usul
mamalia adalah bangsa reptil, muncul pada era Mesozoikum, mamalia telah menyebar
disetiap relung ekologi di bumi dan diketemkan dilaut, sepanjang pantai, danau, sungai, di
bawah tanah, di atas tanah, di pohon bahkan di udaraCiri yang membedakan mamalia
dengan hewan lainya adalah kelenjar susu yang dimiliki, selain itu juga tubuh mamalia
ditutupi oleh rambut. Hal ini selaras dengan pernyataan menyatakan:Kelenjar mamae yang
menghasilkan susu adalah ciri yang membedakan mamalia seperti halnya juga rambut. Semua
induk mamalia memberikan makanan anaknya dengan susu, makanan seimbang yang kaya
akan lemak, gula, protein, mineral, dan vitamin. Sebagian besar mamalia dilahirkan dan
bukan ditetaskan. Fertilisasi terjadi secara internal dan embrio berkembang di dalam uterus
dari saluran reproduksi betina.

Mamalia ordo Rodentia merupakan mamalia berukuran kecil seperti tikus, berang-
berang, mencit, marmot dan lain sebagainya. Keunikan ordo Rodentia terletak pada gigi seri
yang berbentuk seperti pahat yang tumbut terus menerus.

Pernytaan di atas diketahui bahwa Mamalia ordo Rodentia memeiliki ciri khusus yang
membedakan dari Mamalia ordo lain, yaitu gigi serinya terus tumbuh secara terus menerus
sepanjang hidupnya. Selain itu, Mamalia ordo Rodentia adalah hewan kecil ketimbang ordo-
ordo Mamalia lainya.

Gigi ini yang digunakan oleh Mamalia ordo Rodentia untuk mengkerat biji-bijian atau
jenis makananya untuk di konsumsi. Secara alamipun Mamalia akan membantu pulihnya
kondisi hutan bila mamalia tersebut benar-benar diselamatkan, dikarenakan mamalia juga
berperan sebagai dispersial atau pemecah biji. (Arrington, L. 1972)

Gigi yang terus memanjang ini digunakan untuk mengerat dan memecah biji-bijian
yang di makanya. Ordo Rodentia di alam liar dapat membantu dalam penyebaran biji yang
nantinya biji tersebut akan tumbuh pada tempat yang lain. Perilaku Mamalia Ordo Rodentia
ini akan membantu daripada pelestarian lingkungan agar terus terjaga secara alamiah. Secara
alamia Mamalia ini dapat membantu pulihnya tumbuhan di suatu daerah bila hewan tersebut
diselamatkan.

Rodensia berasal dari kata rodere yang berarti mengerat. Jadi rodensia adalah
binatang pengerat. Ciri utamanya adalah memiliki dua pasang gigi seri yang terus tumbuh
sepanjang hidupnya sehingga dia akan selalu mengerat benda yang dijumpai untuk
mengurangi pertumbuhan gigi serinya tersebut agar tidak membahayakan dirinya. Rodentia
di pilih sebagai hewan coba laboratorium Karena banyak memiliki kesaan system organ
maupun kesamaan struktur jaringan dengan manusia. Oleh Karena itu rodential sangat akrab
di bidang penelitian. (Smith, B. J. dan S. Mangkoewidjojo. 1988)

B. Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu membedaka spesies rodentia
2. Mahasiswa diharapkan mampu menghandle hewan
3. Mahasiswa dapat mengetahui biologi komperatif pada hewan laboratorium
4. Mahasiswa dapat menentukan fase estrus hewan

METODE

A. Alat dan Bahan

Alat: Bahan :

1. Sarung tangan 1. Methanol


2. Thermometer 2. Methylen Blue
3. Penggaris 3. Eosin
4. Pita ukur 4. Alkohol
5. Cotton bud 5. Spidol
6. Underpad 6. Korek
7. Timbangan digital 7. Mencit
8. Kandang + tray 8. Tikus
9. Gelas slide 9. Marmut
10. Mikroskop 10. Tissue
11. Beker glass 11. Air
12. Timer

B. Prosedur

A. Pemeriksaan umum

1. Alat dan bahan disiapkan


2. Meja diberi alas / underpad
3. Hewan yang akan diperiksa diletakkan di atas meja kemudian dihandling
secara bergantian.
4. Pemeriksaan data umum dilakukan, meliputi berat badan, jenis kelamin, suhu
tubuh, susunan gigi, panjang badan dan panjang ekor, denyut nadi, dan
respirasi
5. Pemeriksaan karakteristik biologi tambahan dilakukan, meliputi bentuk testis,
bentuk vagina, jarak vagina sampai anus, jarak penis sampai anus, dan melihat
maupun menghitung jumlah kelenjar mamary pada tikus, mencit, dan marmut.

B. Vagina swab

1. Gelas obyek dibersihkan dengan alkohol 70% dan dikeringkan dengan udara.
2. Hewan dihandle agar tidak banyak bergerak
3. Ujung cotton bud dibasahi dengan air dan dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam vagina, diputar searah jarum jam dua hingga tiga kali.
4. Ujung cotton bud tersebut dioleskan pada gelas obyek sebanyak tiga baris
olesan dengan arah yang sama (sejajar).
5. Ulasan vagina pada gelas obyek difiksasi kemudian diwarnai dengan eosin 10x
celup dan methylen blue 10x celup kemudian cuci dengan air kran 10x celup
6. Kemudian dikeringkan dengan udara
7. Preparat apus vagina yang sudah jadi diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran lemah, baru kemudian dengan perbesaran kuat.

HASIL

A. Mencit

Data Umum

Parameter Mencit
Jenis Kelamin Jantan betina
Berat Badan 35.750 gr 32.070 gr
Suhu Tubuh 37.3 C 37.6 C
Gigi 1:0:0:0 1:0:0:0
9 cm : 9.5
Panjang Badan : Panjang Ekor 10 cm : 10.5 cm
cm
Denyut nadi 220/menit 204/menit
Frekuensi Pernafasan 128/menit 120/menit

Karakteristik Tambahan

Parameter Mencit Keterangan


Jantan
Jarak Testis ke Anus 1.5 cm

Keadaan Testis Testis turun

Betina
Jarak Vagina ke Anus 1 cm

Keadaan Vagina Vagina tertutup

Kelenjar Mamary 10
Siklus Reproduksi

Perlakuan Mencit Fase

I.Fiksasi Proestrus
Methanol

II. Fiksasi Api Proestrus

B. Tikus

Data Umum

Parameter Tikus

Jenis Kelamin Jantan betina

Berat Badan 185.725 gr 169.75 gr

Suhu Tubuh 37.8 C 37.0 C

Gigi 1:0:0:0 1:0:0:0

19 cm : 18.5 17 cm : 18
Panjang Badan : Panjang Ekor
cm cm

Denyut nadi 152/menit 148/menit

Frekuensi Pernafasan 152/menit 128/menit

Karakteristik Tambahan

Parameter Tikus Keterangan

Jantan
Jarak Testis ke Anus 5 cm

Keadaan Testis Testis turun

Betina

Jarak Vagina ke
2 cm
Anus

Keadaan Vagina Vagina tertutup

Kelenjar Mamary 6

Perlakuan Tikus Fase

I.Fiksasi Proestrus
Methanol

II. Fiksasi Api Proestrus


A. Marmut
Data Umum

Parameter Marmut
Jenis Kelamin Jantan betina
Berat Badan 148.605 gr 234.170 gr
Suhu Tubuh 36.2 C 36.8 C
Gigi 1:0:0:0 1:0:0:0
Panjang Badan 15 cm 20 cm
Denyut nadi 140/menit 300/menit
Frekuensi Pernafasan 152/menit 152/menit

Karakteristik Tambahan

Parameter Marmut Keterangan

Jantan

Jarak Testis ke Anus 0.3 cm

Keadaan Testis Tidak turun

Betina

Jarak Vagina ke Anus 0.2 cm

Keadaan Vagina Vagina tertutup

Kelenjar Mamary

Siklus Reproduksi

Perlakuan Marmut Fase


I.Fiksasi Methanol Proestrus
II. Fiksasi Api Proestrus

PEMBAHASAN

Hewan laboratorium adalah hewan yang dipelihara secara intensif di laboratorium


dengan lingkungan, pakan, perawatan, prosedur, dan kesehatan yang standar
(Mangkoewidjojo 2006). Beberapa jenis hewan laboratorium yang biasa digunakan adalah
tikus, mencit, dan marmut atau guinea pig. Pada praktikum kali ini, hewan yang digunakan
adalah tikus Sprague dawley (Rattus norvegicus), mencit (Mus musculus), dan marmut atau
guinea pig (Cavia porcellus). Dari ketiga hewan ini, harus diketahui biologi
perbandingannya. Biologi perbandingan atau biologi komperatif ini terdiri dari data umum
dan data karakteristik biologi tambahan.

Pada data umum terdiri dari jenis kelamin, berat badan, suhu tubuh, gigi, panjang
badan, panjang ekor, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan. Hewan pertama yang diperiksa
adalah mencit (Mus musculus), berat badan dan suhu tubuh mencit jantan yang diperiksa
adalah 35.75 gram dan 37.3C. Sedangkan berat badan dan suhu tubuh mencit betina yang
diperiksa adalah 32.07 gram dan 37.6C. Berat badan dan suhu tubuh kedua mencit dikatakan
normal karena menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), berat badan jantan dewasa adalah
20-40 gram sedangkan betina dewasa 18-35 gram dengan suhu tubuh 36.5-38C baik jantan
maupun betina.

Denyut nadi dari mencit jantan dan betina adalah 220x/menit dan 204x/menit. Hasil
tersebut tidak masuk range diantara 325-780x/menit, karena menurut Malelo dan Pramono
(1989) denyut nadi normal dari mencit adalah 325-780x/menit. Hasil dibawah dari range ini
bisa terjadi karena kesalahan saat menghitung maupun memang mencit tersebut abnormal.
Berbeda dengan denyut nadi yang kemungkinan abnormal, pada frekuensi pernafasan mencit
jantan dan betina dalam keadaan normal yaitu 128x/menit dan 120x/menit. Frekuensi
pernafasan normal pada mencit adalah sekitar 94-163x/menit.

Panjang badan dari mencit normalnya adalah 6-10 cm, diukur dari hidung hingga
pangkal ekor. Sedangkan untuk panjang ekor adalah 7.5-10cm, yang diukur dari pangkal ekor
hingga ujung ekor. Panjang badan: Panjang ekor pada mencit jantan dan betina yang
diperiksa adalah 10cm:10.5cm dan 9cm:9.5cm, dan dapat dikatakan normal karena memasuki
range dari ukuran normal mencit. Mencit memiliki gigi yang sama seperti tikus dengan
jumlah 16 buah. Pada setiap rahang dijumpai 2 pasang gigi seri di atas dan di bawah. Gigi
taring dan gigi premolar tidak ada, tetapi mempunyai gigi molar sebanyak 3 pasang atas dan
2 pasang atau 3 pasang di bawah. Antara gigi seri dan gigi geraham terbentuk suatu celah
yang disebut diastema. Diastema ini berfungsi untuk membuang kotoran yang masuk
bersama makanan ke dalam mulut. (Priyambodo 1995)

Hewan kedua yang diperiksa adalah tikus Sprague dawley (Rattus norvegicus). Berat
badan dari tikus jantan dan betina yang diperiksa adalah 185.725 gram dan 169.75 gram.
Tikus pada usia muda (4minggu) memiliki berat badan rata-rata 35-40 gram, sedangkan saat
usia dewasa kelamin atau pubertas (berumur 50-72 hari) berat badannya 200-250gram.
(Hafez 1970)

Menurut Malole (1989), Pramono (1989), dan Sudrajat (2008), tikus Sprague dawley
(Rattus norvegicus) memiliki suhu tubuh 35.9-37.5C, panjang badan:panjang ekor 15-
22cm:18-25cm, denyut nadi 250-450x/menit, dan frekuensi pernafasan 70-115x/menit. Suhu
tubuh dan panjang badan:panjang ekor dapat dikatakan normal karena memiliki hasil yaitu
suhu tikus jantan 37.8C dan tikus betina 37.0C, sedangkan panjang badan:panjang ekor
tikus jantan 19cm:18.5cm dan tikus betina 17cm:18cm.

Karakteristik Biologik Tambahan

Pada hewan jantan, testis merupakan organ kelamin bagian luar. Testis biasanya turun
saat usia hewan mulai dewasa. Namun pada marmot, testis tetap berada di dalam walaupun
sudah dewasa. Pada betina, organ reproduksi paling luar adalah vagina. Salah satu penanda
bahwa betina telah dewasa dan mulai siap untuk kawin adalah vagina opening (vagina
membuka). Vagina opening menunjukkan hewan pada keadaan proestrus.

Untuk mengetahui perbedaan antara mencit jantan dan mencit betina adalah dengan
melihat jarak antara anus dengan lubang reproduksi. Pada menit jantan jarak anus dengan
organ reproduksi sangat jauh (lebih dari 1 cm), sedangkan pada mencit betina jarak antara
anus dengan vagina lebih dari 1 cm. Hal demikian berlaku pula pada tikus. Pada marmot,
untuk membedakan jantan dan betina dapat dilakukan dengan mengeluarkan penis hewan.
Apabila tidak ada penis yang keluar maka marmot tersebut merupakan marmut betina.
Perbedaan antar mencit, tikus, dan marmot terletak pada jumlah dan distribusi
kelenjar mamae. Kelenjar mamae pada mencit berdistribusi secara latera dengan jumlah 10
kelenjar, yaitu 2 pasang pada bagian caudal dan 3 pasang pada bagian cranial. Pada tikus,
distribusi kelenjar mamae adalah cranial dengan jumlah 12 kelenjar, yaitu 3 pasang di bagian
cranial dan 3 pasang di bagian caudal . Pada marmot, kelenjar mamae hanya terdapat satu
pasang di bagian caudal.

Gigi pada tikus memiliki jumlah 16 buah, persis seperti mencit. Dimana setiap rahang
dijumpai 2 buah gigi seri pada atas dan bawah, gigi molar 3 pasang atas dan 2 atau 3 pasang
di bawah. Tidak mempunyai gigi taring dan gigi premolar, sehingga antara gigi seri dan gigi
geraham terbentuk celah yang disebut diastema.

Hewan ketiga yang diperiksa adalah marmut atau guinea pig (Cavia porcellus).
Setelah dilakukan pemeriksaan pada marmut jantan memiliki hasil berat badan 148.605 gram,
suhu tubuh 36.2C, panjang badan 15cm, denyut nadi 140x/menit, dan frekuensi pernafasan
152x/menit. Pada marmut betina didapatkan hasil berat badan 234.170 gram, suhu tubuh 36.8
C, panjang badan 20cm, denyut nadi 300x/menit, dan frekuensi pernafasan 152x/menit.
Berat badan, suhu tubuh, dan panjang badan memiliki hasil dibawah dari normal.
Seekor marmut dewasa pada umumnya memiliki berat badan 700-1200 gram, suhu tubuh 38-
39C, dengan panjang badan 20-36 cm. Berbeda dengan frekuensi penafasan yang
menunjukkan diatas dari marmut pada umumnya yaitu sekitar 40-150x/menit. Pada denyut
jantung marmut betina dalam keadaan normal sedangkan pada marmut jantan memiliki hasil
dibawah dari denyut nadi marmut pada umumnya yaitu 240-350x/menit.

Marmut memiliki gigi yang berbeda dengan mencit maupun tikus. Marmut meiliki
gigi dengan jumlah 20 buah. Pada setiap rahang dijumpai 2 pasang gigi seri di atas dan di
bawah. Tidak memiliki gigi taring, namun berbeda dengan tikus dan mencit yang tidak
memiliki gigi premolar. Marmut ini memiliki 2 pasang gigi premolar di atas dan di bawah.
Gigi molar yang dimiliki marmut sama dengan tikus maupun mencit yaitu sebanyak 3
pasang atas dan 2 pasang atau 3 pasang di bawah. Namun saat dilakukan pemeriksaan baik
mencit, tikus dan marmut hanya terlihat 2 pasang gigi seri saja.

Swab Vagina

Pada mamalia selain manusia siklus reproduksinya dikenal dengan siklus estrus.
Siklus estrus merupakan salah satu aspek reproduksi yang disebabkan oleh aktivitas hormon
yang selanjutnya menyebabkan perubahan struktur pada jaringan penyusun reproduksi.
Penentuan siklus estrus berperan penting dalam meningkatkan keberhasilan fertilisasi dan
reproduksi (Sitasiwi 2013).

Vaginal smear (Swab vagina) merupakan metode yang digunakan untuk


mengidentifikasi fase siklus estrus yang diamali oleh betina. Setiap fase pada siklus estrus
memiliki perbedaan tipe sel yang dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui suatu fase dalam
siklu sestrus. Satu siklus estrus terdapat empat fase yaitu, proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus (Nalley 2011). Tipe sel yang digunakan untuk mengidentifikasi fase fase tersebut
adalah sel epitel dan sel darah putih (Kate 2010).

Rodensia (mencit, marmot, tikus) merupakan hewan yang mengalami siklus estrus
berkali-kali dalam satu tahun, disebut dengan poliestrus. Pada apusan vagina, fase proestrus
ditandai dengan sel epithel berbentuk oval dan inti terlihat jelas. Pada fase estrus ditandai
dengan sel-sel epithel yang mengalami penandukan (Kornifikasi), tidak berinti, serta tidak
terdapat sel leukosit. Fase metestrus ditandai dengan adanya sel terkornifikasi dan keberadaan
leukosit. Pada fase diestrus terdapat sel leukosit dan sedikit sel epithel berinti (Taylor 1994).

Pada hasil yang didapat, swab vagina pada mencit menunujkkan bahwa
mencit, tikus dan marmut berada dalam fase proestrus. Hasil swab vagina pada mencit, tikus
dan marmot menunjukkan adanya sel-sel epithel berinti yang terlihat jelas di bawah
pengamatan mikroskop dengan perbesaran objektif 40X. Swab vagina yang menggunakan
metode fikasi dengan api menghasilkan gambar yang lebih jelas dan warna yang lebih terang
dibanding fikasis yang hanya menggunakan methanol. Hal tersebut dikarenakan fiksasi
dengan api menyebabkan sel-sel epithel menempel dengan baik pada objek slide. Api juga
berperan untuk men Denyut nadi dari kedua tikus yang diperiksa memiliki hasil yang lebih
rendah dari seharusnya. Berbeda dengan denyut nadi yang memiliki hasil lebih rendah, pada
frekuensi pernafasan kedua tikus menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat
terjadi karena kesalahan praktikan saat menghitung contohnya saat menghitung frekuensi
pernafasan terkecoh dengan gerakan tangan tikus yang terus bergerak sehingga praktikan
keliru.

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan mencit yang dilakukan semua nilai normal kecuali denyut nadi
dari mencit jantan dan betina adalah 220x/menit dan 204x/menit. Hasil tersebut tidak masuk
range diantara 325-780x/menit denyut nadi normal dari mencit adalah 325-780x/menit. Hasil
dibawah dari range ini bisa terjadi karena kesalahan saat menghitung maupun memang
mencit tersebut abnormal. Mencit memiliki gigi yang sama seperti tikus dengan jumlah 16
buah. Pada setiap rahang dijumpai 2 pasang gigi seri di atas dan di bawah. Gigi taring dan
gigi premolar tidak ada, tetapi mempunyai gigi molar sebanyak 3 pasang atas dan 2 pasang
atau 3 pasang di bawah. Pada tikus jantan, testis merupakan organ kelamin bagian luar. Testis
biasanya turun saat usia hewan mulai dewasa. Namun pada marmot, testis tetap berada di
dalam walaupun sudah dewasa. Pada betina, organ reproduksi paling luar adalah vagina.
Salah satu penanda bahwa betina telah dewasa dan mulai siap untuk kawin adalah vagina
opening (vagina membuka). Vagina opening menunjukkan hewan pada keadaan proestrus.

Pada hasil yang didapat, swab vagina pada mencit menunujkkan bahwa mencit, tikus
dan marmut berada dalam fase proestrus. Hasil swab vagina pada mencit, tikus dan marmot
menunjukkan adanya sel-sel epithel berinti yang terlihat jelas di bawah pengamatan
mikroskop dengan perbesaran objektif 40X.

DAFTAR PUSTAKA
Arrington L. 1972. Introductory Laboratory Animal: The Breeding, Care, and Management
of Experimental Animal Science. New York(US): The Interstate Printers and
Publishing, Inc.

Hafez ESE. 1970. Reproduction and Breeding Techniques for Laboratory Animal.
Philadelphia(USA): Lea and Febiger.

Kate K, Walton JCl. 2010. Estrous Phase alters Social Behavior in a Polygynous but Not a
Peramyscus Species. Hormones and Behavior. 58: 193-199.

Malole MBM, Pramono USC. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di


Laboratorium. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Mangkoewidjojo S. 2006. Hewan Laboratorium dalam Penelitian Biomedik. Yogyakarta(ID):


FKH UGM.

Nalley WMM, Handarini R. 2011. Penentuan Siklus estrus Berdasarkan Gambaran Sitologi
Vagina dan Profil Hormon pada Rusa Timor.

Priyambodo S. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta(ID): PT Penebar Swadaya.

Sitasiwi, Janika A. 2011. Hubungan Kadar Hormo estradiol 17-dan Tebal Endometrium
Uterus Mencit (Mus musculus I) Selama Satu Siklus Estrus. Bandung(ID): Universitas
Padjajaran.

Smith BJ, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan


Percobaan di Daerah Tropis Indonesia. Jakarta(ID): UI Press.

Sudrajat J. 2008. Profil Lemak, Kolesterol Darah, dan Respon Fisiologi Tikus Sprague
dawley yang Diberi Ransum Mengandung Gula Daging Sapi Lean [skripsi].
Bogor(ID): IPB.

Anda mungkin juga menyukai