I. PENDAHULUAN
Ginogenesis adalah suatu proses penurunan sifat maternal secara total melalui
perkembangan telur tanpa kontribusi sperma secara genetik untuk menjadi embrio.
Ginogenesis merupakan salah satu bentuk rekayasa genetik yang dapat dimanfaatkan untuk
mendapatkan keturunan yang bersifat homozigot dalam waktu singkat (cloning). Ginogenesis
buatan memungkinkan untuk dilakukan pada semua spesies ikan yang telah dapat dilakukan
pembuahan buatan. Ginogenesis pada dasarnya merupakan suatu perlakuan untuk mengatasi
dua masalah dalam proses pembentukan zigot. Pertama adalah menonaktifkan material
genetik sperma dan kedua yaitu merangsang diploidisasi untuk terbentuknya zigot.
Ginogenesis buatan dilakukan dengan cara merangsang perkembangan embrio dari
nukleus telur dengan menggunakan sperma yang sudah tidak berfungsi secara genetis namun
masih dapat berfungsi secara fisiologis. Rangsangan ini dapat dihasilkan melalui beberapa
perlakuan pada saat pembuahan pada awal perkembangan telur yaitu meradiasi sperma
dengan menggunakan bahan mutagen serta diploidisasi kromosom betina dengan kejutan
panas. Dalam praktek untuk konfirmasi atau memastikan tidak adanya kontribusi sperma
secara genetik, dapat pula digunakan sperma dan spesies yang berbeda. Lebih baik lagi
apabila sperma tersebut tidak mampu membentuk hibrida. Syaratnya adalah ukuran sperma
harus minimal sama dengan spesies ikan betina.
Bahan-bahan mutagen yang dapat digunakan untuk menonaktifkan sperma adalah
sinar gamma, sinar X dan sinar ultraviolet. Dari ketiga jenis sinar tersebut, sinar ultraviolet
relatif lebih mudah digunakan, lebih murah dan lebih aman. Salah satu upaya untuk
meningkatkan diploiditas benih ginogenetik yaitu dengan memberikan kejutan suhu yang
dilakukan pada saat meiosis pertama, meiosis kedua atau mitosis pertama. Ketepatan waktu
awal kejutan, lama kejutan dan suhu kejutan dapat mempengaruhi peningkatan jumlah
kromosom dan keberhasilan ginogenesis.
II. BAHAN DAN ALAT
Bahan
Alat
1. Sperma diencerkan sekitar 10 kali dengan larutan Ringer atau larutan fisiologis sebelum
diradiasi.
2. Lapisan sperma dengan kedalaman 0.1 mm diradiasi dengan intensitas radiasi 4.500
– 4.800 ergs/mm2 selama 1.5 – 2 menit dengan jarak penyinaran 15 cm.
3. Sperma dan telur dicampur merata.
4. 3 menit dari waktu pembuahan, telur tersebut diberi kejutan panas dengan suhu 40 0C
selama 1.5 – 2 menit.
5. Telur diinkubasi dalam akuarium kaca dengan suhu air 28 0C.
POLIPLOIDISASI
I. PENDAHULUAN
Rekayasa genetik dengan melakukan manipulasi set kromosom merupakan salah satu
kegiatan penting dalam pembenihan ikan. Androgenesis, ginogenesis dan poliploidi adalah
tiga macam perlakuan yang telah dilakukan dalam memanipulasi set kromosom. Ketiga
perlakuan ini potensial dalam mengatur jenis kelamin dan manipulasi genom. Dalam
perlakuan poliploidisasi, proses awal pembelahan sel pada telur yang telah dibuahi dihambat
dengan menggunakan perlakuan fisik atau kimia untuk menghasilkan individu triploid atau
tetraploid.
Salah satu tujuan utama dalam poliploidisasi adalah untuk menghasilkan individu
triploid yang diduga steril karena jumlah set kromosom yang ganjil akan menghambat
pembelahan meisosis sehingga perkembangan gonad akan terhambat pula. Dengan demikian
masalah overpopulasi dapat dihindari dan individu ini berpeluang untuk tumbuh dan bertahan
hidup dibandingkan dengan dengan ikan normal.
Keberhasilan pembentukan individu triploid ditentukan oleh tiga hal pokok, yaitu
umur zigot waktu kejutan dimulai, suhu kejutan dan lama pelaksanaan kejutan. Pemilihan
waktu awal, lama waktu dan suhu kejutan yang tepat adalah spesifik atau khas untuk masing-
masing spesies.
Identifikasi tingkat ploidi ikan dapat dilakukan dengan dua cara : 1). Metoda langsung
yaitu melalui penghitungan jumlah kromosom, dan 2). Metoda tidak langsung antara lain
melalui pemeriksaan morfologi, elektroforesis protein, pengukuran volume nukleolus atau sel
dan menghitung jumlah nukleolus.
II. BAHAN DAN ALAT
Bahan
Alat
5. Saringan tahu
1. Telur dan sperma dari induk ikan Nila dicampur dan diletakkan ke dalam wadah
pembuahan (mangkuk)
2. Tunggu selama 4 menit dari awal pembuahan, lalu telur dipindahkan ke dalam saringan.
3. Saringan dimasukkan ke dalam water bath bersuhu ± 41 0C dan dibiarkan selama 4
menit.
4. Pindahkan ke akuarium pemeliharaan yang telah diberi methylen blue dan aerasi.
5. Pelihara telur ikan perlakuan hingga menjadi larva atau benih dan siap diamati tingkat
keberhasilannya.
PREPARASI KROMOSOM TEKNIK JARINGAN PADAT
I. PENDAHULUAN
Kromosom adalah materi genetik yang merupakan kumpulan gen. Sedangkan gen
adalah satuan/unit terkecil informasi genetik yang merupakan sekuen DNA tertentu (500 –
1500 bp) yang bertanggungjawab dalam mengontrol karakter tertentu. Kromosom terletak
dalam inti sel dan hanya dapat dilihat pada saat sel sedang membelah. Setiap spesies
memiliki kromosom yang khas dan berbeda dengan spesies lain. Kekhasan ini meliputi
ukuran, bentuk dan jumlah dari kromosom yang dimiliki.
Untuk mengetahui bentuk, ukuran serta jumlah kromosom dapat dilakukan dengan
pembuatan preparat kromosom. Pembuatan preparat kromosom dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu dengan teknik jaringan padat dan teknik kultur darah. Morfologi kromosom
akan dapat diamati dengan baik bila pembelahan selnya berada pada tahap metafase, karena
pada saat itu kromosom berada dalam keadaan padat maksimum dan mudah menyerap
pewarna sehingga mudah diamati.
Tahapan-tahapan untuk mendapatkan kromosom melalui teknik jaringan padat
meliputi perlakuan kolkisin, perlakuan hipotonik, fiksasi, pembuatan preparat, pewarnaan dan
pengamatan. Perlakuan kolkisin bertujuan untuk menghentikan pembelahan sampai tahap
metafase, karena pada tahap ini kromosom berkontraksi maksimum dan nampak paling jelas.
Selain kolkisin, bahan yang sering digunakan pada perlakuan ini adalah Colcemid.
Agar sel-sel membesar dan letak kromosom menyebar, maka diberikan perlakuan
hipotonik dengan larutan Kalium Klorida (KCl). Proses selanjutnya adalah fiksasi dengan
larutan Carnoy yang bertujuan untuk mempertahankan bentuk dan keutuhan kromosom.
Pewarnaan dilakukan agar kromosom mudah diamati di bawah mikroskop.
Analisa kromosom dapat digunakan untuk menentukan tingkat ploidi (diploid,
triploid, dsb) dan karakteristik suatu spesies yang dikenal dengan teknik karyotip.
II. BAHAN DAN ALAT
Bahan
3
Kalium klorida (KCl) 7. Akuabides
.
4
Ikan uji
.
Alat
1. Larutan kolkisin 0.07% w/v : dibuat dengan melarutkan 70 mg kolkisin dalam 1 liter
air.
2. Larutan hipotonik 0.075 M (1 liter) : dibuat dengan melarutkan 5.6 gr KCl dalam 1 liter
akuades.
3. Larutan Carnoy : dibuat dengan mencampurkan Asam asetat glacial dan etanol atau
metanol dengan perbandingan volume 1 : 3.
4. Larutan alkohol 70% : dibuat dengan mencampurkan etanol absolut dan akuades dengan
perbandingan 7 : 3 (1 liter larutan alkohol 70% = 700 ml etanol Absolut + 300 ml
akuades).
5. Larutan Giemsa 10% : dibuat dengan mencampurkan Giemsa dan akuades dengan
perbandingan 1 : 9 (100 ml larutan Giemsa 10% = 10 ml giemsa + 90 ml akuades).
6. Asam asetat 50% : dibuat dengan mencampurkan asam asetat glacial dan akuades dengan
perbandingan volume 1 : 1.
1. Ikan direndam dalam larutan kolkisin 0.07% w/v selama 6 – 9 jam. Selama perendaman,
ikan dibiarkan berenang dalam wadah dengan aerasi yang baik. Setelah itu ikan
dibunuh.
2. Sirip ekor dan insang ikan dipotong kecil-kecil (Gambar 1). Potongan jaringan tersebut
direndam dalam larutan hipotonik (KCl 0.075 M) selama 60 menit pada suhu ruang.
Larutan hipotonik diganti setiap 30 menit selama waktu perendaman dengan volume 20
kali volume jaringan.
3. Jaringan difiksasi dengan larutan Carnoy selama 60 menit. Larutan Carnoy diganti
dengan yang baru setiap 30 menit.
4. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan preparat (bila diperlukan jaringan yang telah
difiksasi dapat disimpan dalam refrigrator selama 1 - 2 minggu).
Pembuatan Preparat
1. Jaringan yang telah difiksasi diambil dengan menggunakan pinset dan disentuhkan pada
kertas tissue untuk menghilangkan larutan fiksatif.
2. Kemudian jaringan tersebut diletakkan di atas gelas objek cekung dan ditambahkan 3 – 4
tetes asam asetat 50%. Setelah itu jaringan di aduk perlahan dengan menggunakan pisau
bedah secara hati-hati hingga terbentuk suspensi sel (larutan menjadi keruh).
3. Gelas obyek yang akan digunakan sebagai preparat sebelumnya direndam di dalam
Alkohol 70% minimal selama 2 jam.
4. Suspensi sel yang terbentuk diambil dengan menggunakan pipet tetes lalu diteteskan di
atas gelas obyek yang ditempatkan di atas hot plate dengan suhu 45 – 500 C, dan dihisap
kembali dengan cepat setelah terbentuk lingkaran (ring) dengan diameter 1 – 1.5 cm.
Pada setiap gelas obyek idealnya dapat dibuat menjadi 3 lingkaran.
Pewarnaan Preparat
1. Preparat yang telah berisi lingkaran (ring) diwarnai dengan larutan Giemsa 10% dengan
cara memberikan larutan sebanyak 3 – 5 tetes lalu disebarkan hingga menutupi ring
dengan menggunakan tusuk gigi, atau melalui teknik perendaman. Pewarnaan dilakukan
selama 20 – 30 menit pada suhu kamar.
2. Preparat dibilas dengan menggunakan akuades lalu dibiarkan kering udara.
3. Preparat diamati di bawah mikroskop.
Contoh Preparat
Jumlah Kromosom
Spesies
Haploid Diploid Triploid
2. Nila (Oreochromis
22 44 66
niloticus)
3. Tawes (Puntius
25 50 75
javanicus)
PREPARASI NUKLEOLUS
I. PENDAHULUAN
Nukleolus merupakan anak inti yang terdapat di dalam inti sel, organel ini akan
nampak pada tahap interfase dan berfungsi sebagai pengatur dalam pembelahan sel dan
mensintesa ribosom bersama asam nukleatnya. Perhitungan nukleolus merupakan suatu
metode tidak langsung dalam mengidentifikasi poliploidi. Metode ini merupakan metode
yang mudah, cepat dan relatif murah serta berpeluang besar untuk diterapkan pada berbagai
spesies ikan.
Metode penghitungan nukleolus dapat menggunakan perwarnaan yang dipakai oleh
Howell dan Black (1980) yaitu dengan metode pewarnaan perak (silver staining). Pewarna
yang digunakan dalam metode ini adalah perak nitrat yang berfungsi untuk mewarnai
komponen-komponen protein pada nukleolus. Dengan pewarnaan perak nitrat ini, pada saat
interfase, sel inti akan terlihat berwarna kuning sedangkan nukleolus berwarna hitam.
Sedangkan pada saat metafase, kromosom berwarna kuning dan NOR berwarna hitam.
Jumlah nukleolus ini bervariasi atau tetap tergantung pada spesies dan jumlah kromosom
yang memiliki NOR.
Alat
1. Gelas obyek cekung 5. Box staining
2. Mikroskop 6. Tusuk gigi
Pembuatan Preparat
1. Sirip ekor dan insang ikan dipotong kecil-kecil. Potongan jaringan tersebut direndam
dalam larutan hipotonik (KCl 0.075 M) selama 60 menit pada suhu ruang. Larutan
hipotonik diganti setiap 30 menit selama waktu perendaman dengan volume 20 kali
volume jaringan.
2. Kemudian difiksasi dalam larutan Carnoy selama 60 menit dengan penggantian larutan
Carnoy setiap 30 menit.
3. Selanjutnya proses dapat dilanjutkan atau dapat dihentikan dengan menyimpan jaringan
yang telah direndam dalam larutan Carnoy tersebut dalam refrigrator dengan suhu 40C.
Jaringan tersebut dapat digunakan sampai 2 - 3 minggu.
4. Jaringan diambil dan dikeringkan dengan menyentuhkan kertas tissue agar larutan
fiksatif hilang.
5. Jaringan ditempatkan dalam gelas obyek cekung dan ditambahkan dengan 3 – 4 tetes
asam asetat 50%.
6. Jaringan digerak-gerakkan secara hati-hati dengan menggunakan pisau bedah hingga
terbentuk suspensi sel (warna larutan menjadi keruh).
7. Suspensi sel tersebut dihisap dengan pipet tetes lalu teteskan diatas gelas preparat yang
telah direndam dalam alkohol absolut dan ditempatkan di atas hot plate dengan suhu 45 –
500C kemudian hisap kembali dengan cepat hingga terbentuk ring.
Pewarnaan Preparat
1. Sebanyak 2 tetes larutan A dan 1 tetes larutan B (2 : 1) diteteskan di atas preparat lalu
dicampur dan disebarkan ke seluruh permukaan gelas preparat dengan menggunakan
tusuk gigi.
2. Preparat ditempatkan dalam box staining dengan suhu 40 – 450C dibiarkan selama 20
menit atau sampai warnanya berubah menjadi kuning kecoklatan.
3. Preparat diangkat dan dibilas dengan akuades. Biarkan kering udara.
4. Preparat diamati dibawah mikroskop.
Contoh Preparat
A B
Gambar 2. Contoh hasil preparasi nukleolus pada ikan patin jambal (A) dan
patin nasutus (B).
Tabel 2. Jumlah nukleolus ikan pada berbagai tingkat ploidi.
Jumlah Nukleolus
Spesies Haploid Diploid Triploid
Bahan
Alat
Contoh Preparat
(A) (B)
Gambar 4. Contoh hasil pemeriksaan gonad ikan betina (A) dan jantan (B)
pada ikan Nila.