Anda di halaman 1dari 46

3.

Service per coception =s/c


Atau angka perkawinan perkebuntingan adalah
jumlah inseminasi atau service yang dibutuhkan
oleh seekor betina sampai menjadi bunting.
Sangat bermanfat apabila menggunakan semen
dari satu pejantan yang unggul. Perhitungan
bedasarkan S/C = banyaknya inseminasi atau
jumlah straw yang digunakan dibagi jumlah
betina yang bunting. Ideal s/c adalah 1.contoh
100 ekor sapi: 60 x 1 =60
20 x 2 = 40
10 x 3 = 30
10 x 4 = 40 t0tal = 60+40 +30 +40 = 170/100 =1,7
Metoda bedah
Embrio dibilas dari arah fimbrae ke utero tubal
junction (UTJ) atau sebaliknya, tetapi lebih baik
kearah fimbrae hasil lebih banyak
Dapat juga dari uterus ke arah fimbrae atau
sebaliknya
Keuntungan cara bedah adalah:
– Jumlah media yang digunakan sedikit 20 – 75 ml
– Pencucian dapat dilakukan dari pangkal uterus atau
dari uterus sampai fimbrae
– Embrio lebih banyak didapat
Kerugian : 1. adhesi (pelekatan uterus) dan infeksi
Metoda tanpa bedah
Dilakukan pada hari ke 6 atau ke 8 dan
tidak bisa pada hari ke 1 atau ke 3
Sebaiknya donor dipuasakan sebelum
dibilas selama 24 jam
Diletakkan pada kandang jepit
Pembilasan dengan kateter foley (42 cm
panjang) dan bercabang dua serta tempat
kantong udara ( balon ) untuk menutup
pangkal uterus
Keuntungan ;
– Lebih praktis
– Menghemat waktu dan biaya
Kelemahan:
– media yang digunakan lebih banyak 500 – 1000 ml
– Pengurutan terlalu keras dapat menyebabkan
kerusakan endometrium
Yang harus diingat adalah diperlukan antibiotik setelah
panen untuk mencegah infeksi uterus dan balon
untuk menutup uterus harus pas serta jumlah cairan
yang masuk hartus sama dengan yang keluar
Faktor yang mempengaruhi jumlah
ova yang terkoleksi
Ova tidak dapat ditangkap oleh fimbrae karena
ovari terlalu besar
Ova menghilang dalam saluran reproduksi
karena adanya perobahan hormon steroid
Adanya pembentukan KL tanpa ovulasi
Faktor keterampilan dan ketelitian
Embrio dari uterus menghasilkan CR lebih tinggi
dari di panen pada saluran telur dan embrio
dapat dibekukan
Gunakan pembuka service waktu flushing yaitu
servikal ekspander
6. Penilaian embrio dan evaluasi
embrio
Setelah didapatkan hasil bilasan yg ditampung
dalam botol atau gelas tabung , diamkan ½ jam
supaya embrio mengendap, lalu buang cairan
bagian atas.
Lalu periksa dibawa mikroskop
Evaluasi embrio berdasarkan pada keutuhan
dan kekompakan sel
Faktor penentu keberhasilan TE adalah kualitas
embrio yg berhub dg pregnant rate.
Berbagai stadium perkembangan embrio dapat
dijumpai dari hasil pembilasan.
Beberapa morphologi stadia
perkembangan embrio
1. Morula = tersusun ± 32 sel , dg blastomer yg sulit
dibedakan satu sama lain
2. Morula kompak = blastomer mrpk massa sel yg
kompak menempati 60 – 70 % ruang peri vitelin
3. Blastosisi awal = mrpkn embrio yg telah membentuk
ruangan yg berisi cairan dis. Blastocoel
4. Blastosis = perbedaan antara lap tropoblas dg massa
sel jelas
5. Blastosis memanjang = diameter embrio 1.5 kali
bertambah besar dan zona pelusida menipis
6. Blastosis sudah pecah = mrpk embrio yg sudah pecah
seluruhnya dari zona pelusida
Identifikasi embrio
Koleksi 3 hari setelah inseminasi berada
pada stadium 4 – 8 sel terdapat pada
saluran telur
Pada har ke 4 = pada stadium 8 – 16 sel
terdapat pada uterus
Pada hari ke 5/6 = pada stadia morula
terdiri dari 32 sel
Pada hari ke 7 – 8 = berada pada stadia
blastosis
Menentukan kualitas embrio

Ada beberapa faktor:


1. Bentuk
2. Warna
3. Jumlah sel
4. Kekompakan sel
5. Jumlah sel yang menonjol dan degenerasi
6. Jumlah dan ukuran vesikel
KATEGORI KUALITAS EMBRIO
1. Sangat baik=
Embrio yang ideal berbentuk bulat, simestris, dan sel
blastomer seragam dalam warna ,ukuran dan tekstur
2. Baik=
ada sedikit kelainan seperti blastomer sedikit menonjol,
bentuk sedikit irreguler dan terdapat beberapa vesikel
3. Cukup =
kelainan embrio lebih menonjol dan lebih jelas dan
beberapa sel mengalami degenerasi
4. Jelek =
Kelainan embrio berat , banyak ditemui penonjolan
blastomer, adanya sel yang mengalami degenerasi, sel
mempunyai ukuran yang berbeda namun masih hidup
Penanganan embrio
1. Penyimpanan jangka pendek : secara in
vitro dan in vivo
1. In vitro = dg media berisi glukosa dan Na
pyruvat (PBS = pospat buffer solution) dan
FCS 20 % diletakkan dalam incubator dg
suhu 37 ° C selama 24 – 48 jam
2. In vivo = dengan memasukkan embrio yang
telah dimasukkan dalam straw atau media
agar kedalam uterus domba atau kelinci
selama 1 minggu
2. Penyimpnan jangka panjang
embrio beku dan embrio yang digunakan
adalah pada tahap morulla atau blastosisi
yang masih mempunyai zona pelusida.
Kriteria embrio yang dapat dibekukan
adalah adalah yang berkualitas sangat
baik atau grade A
7.Transfer embrio pada resipien
Embrio yang telah dievaluasi dapat lansung
ditransfer pada resipien berupa fresh embrio
dan diletakkan pada apex cornua resipien.
Metoda dapat dengan pembedahan maupun
tanpa pembedahan (saat ini)
Metoda bedah yaitu dg anstesi umun dan tidak
dilakukan lagi karena berisiko tinggi
Metoda tanpa pembedahan dg menggunakan gu
TE atau gun IB dan memerlukan alat pembuka
servik kemudian embrio di transfer pada apex
cornua resipien
Beberapa masalah dalam kegiatan
transfer embrio pada resipien
1. Kateter hahus melalui servik yang
tertutup
2. Deposisi embrio jauh pada apex kornua
3. Terjadi kelelahan tangan dan
keterampilan khusus
Kriopreservasi embrio
Kriopreservasi adalah preservasi dg menyimpan sel pada
temperatur yang sangat rendah
Pembekuan adalah merubah cairan menjadi beku
Krioprotektan adalah zat kimia non elektrolit yang berfungsi
mereduksi pengaruh letal dari proses kriopreservasi
Prinsip dari kriopreservasi : pengeluaran sbgn besar air dari sel
sebelum membeku intra seluler
Ada 2 macam krioprotektan :
– Krioprotektan intra seluler adalah krioprotektan yang dapat keluar
masuk melalui membran sel dan biasa ukuran mol kecil ( gliserol,
DMSO = dimethylsulfoxida) , ethilen glucol dll
– Krioprotektan ekstra seluler adalah krioprotektan yang tidak dapat
menembus membran sel dan bermolekul besar ( sukrosa, protein, lipo
protein, kuning telur, serum dan susu)
Kerusakan sel akibat krioprervasi
1. Kerusakan mekanis dg timbulnya pembentukan kristal
es intra seluler yang dapat mempengaruhi struktur sel
2. Adanya dehidrasi dari suspensi media baik intra
maupun ekstra seluler sehingga konsentrasi larutan
menjadi toksin dan letal
3. Perubahan dehidrasi kimia dan fisika diantara;
denaturasi, koagulasi dan kehingan sifat – sifat
pengikatan air
4. Interaksi dari ketiga faktor diatas
Jika dehidrasi tidak terjadi akan terbentuk kristal es besar
intra seluler yang dapat merusak sel sel . Pada
keadaan tertentu pengeluaran air yg banyak dapat
merusak dan letal karena sel akan kekeringan
Osmotis sel
PBS memp. Konsentrasi (osmolaritas) sekitar
300 mosm/kg yang seimbang dengan
konsentrasi molekul dalam sel misalnya protein
Rspon sel hewan terhadap PBS:
– Isotonik = adalah konsentrasi sel dan larutan sama
sehingga sel tdk berubah
– Hipotonik = apabila konsentrasi molekul intraseluler
lebih rendah maka sel akan mengkerut
– Hipertonik= apabila konsentrasi molekul intra seluler
lebih tinggi sehingga air masuk kedalam sel dan sel
akan mengembang
Fungsi dari krioprotektan
1. Freezing , khususnya intraseluler freezing.
Membutuhkan krioprotektan karena mampu
menekan titik beku tidak saja 2 – 3 °C lebih
rendah tetapi secara bertahap . Pembekuan
intraseluler terjadi pada suhu -25 sampai – 35
°C
2. Interaksi dg dinding sel yg dapat melindungi
dari kerusakan dg mengurangi dari kerapuhan
3. Mengurangi efek konsentrasi yang terlalu
tinggi karena dehidrasi akibat dari molekul
yang larut dalam campuran air dan
krioprotektan
Prosedur pembekuan embrio
1. Koleksi embrio dan isolasi embrio
2. Pencucian embrio
3. Klasifikasi embrio
4. Equilibrasi embrio 6 – 10 menit pada tempat yang
berisi medium dg gliserol
5. Penandaan container dan cane
6. Pemindahan embrio kedalam ampul gelas atau straw
yang berisi gliserol 0,2 ml dan 0,2 ml PBS dan di patri
7. Pengisian cane dg straw atau ampul
8. Pembekuan embrio dalam freezer automatik dengan
penurunan suhu 1°C/ menit sampai – 4 °C
9. Penyimpanan embrio dalam kontainer pada
temperatur – 196 °C
Keuntungan dan krugian
pembekuan embrio
Keuntungan
1. Embrio dapat disimpan dalam waktu tidak terbatas
2. Embrio dapat dikoleksi sepanjang tahun dan
ditransfer pada waktu musim kawin
3. Pelestarian plasma nutfah
4. Surplus embrio dapat disimpan
Kerugian:
1. Biaya mahal
2. Hanya embrio yang berkualitas A yang dapat
dibekukan
3. 10 % dari embrio setelah thawing akan rusak berat
In vitro fertilisasi (IFV)
IN VITRO = diluar tubuh
IN vitro fertilisasi= pembuahan diluar tubuh
Tujuan IVF pada
– Kedokteran manusia untuk terapi infertilitas
yang dilanjutkan dengan TE
– Pada peternakan untuk tes pejantan dan untuk
memanfaatkan ovarium dari RPH serta
produksi embrio dalam jumlah banyak
Proses IVF
1. Maturasi oosit in vitro dapat dilakukan dg berbagai metoda
1. Oosit dikeluarkan dari dalam folikeldan dipupuk secara in vitro
2. Oosit dalam folikel dipupik in vitro
Cara maturasi adalah oosit diaspirasi atau diisap atau di slicing (disayat)
dari folikel yg berdiameter 1 – 5 mm . Proses pematangan oosit terdiri
dari 2 tahap yaitu periode pertumbuhan dan periode persiapan akhir
dari inti dan sitiplasma sebagai pranyasat dari fertilisasi. Medium
yang digunakan adalah TCM- 199 dan ditambah dengan FSH atau
PMSG. Lama wakti inkubasi adalah 24 jam pada temperatur 37 -39 °
C . Oosit yang matang ditandai dengan terbentuknya polar body I
Prosedur maturasi oosit:
• Koleksi ovarium
• Koleksi oosit
• Evaluasi oosit
• inkubasi
Evaluasi oosit
1. Oosit yang belum matang (immature
oocyte) terdiri dari 3 fase
1. Komplek dg kumulus oophorus dan korona
radiata yg kompak, oosit tdk jelas
2. Komplek dg kumulus oophorus yang
sedikit , korona radiata yg kompak oosit tdk
jelas
3. Komplek dg kumulus oophrus , korona
radiata kompat dan oosit tampak samar
2. Oosit matang (mature oocyte) terdiri dari 2 fase yg
merupakan kelanjutan dari pematanga:
- omplek dg korona radiata dan kumulus oophorus yg
longgar (expanded kumulus), sedikit berlendir
(musifikasi) oosit tampak jelas, tapi belum memiliki
benda kutub
- Komplek dengan korona radiata , kumulus oophorus yg
longgar, cukup lendir , oosit tampak jelas, dan memiliki
b.k Iatau metafase II
3. Post mature oosit = oosit dg corona radiata yg lepas,
sedikit oophorus, atau tampa kumulus, ada b.k.
4. Degenerasi oosit =korona radiata bervariasi , kumulus
lepas dan oosit degenerasi atau piknotis atau pengecilan
Faktor yang mempengaruhi
maturasi oosit in vitro
1. Mosphologi kumulus
2. Ukuran folikel
3. Stimulasi ovarium
4. Prosedur penanganan
Viabilitas oosit dipengarhi :
– Metoda koleksi oosit
– Sumber oosit
– Kualitas oosit
– Koleksi dan transportasi ovarium dari RPH
Perkembangan pematangan inti
oosit
1. Stadium inti (GV) = inti dikelilingi lapisan
yg pekat yang tidak terlihat jelas
2. GVBD=peleburan yaitu pemisahan dan
peleburan sitoplasma serta
nukleoplasma (4jam)
3. Metafase I = terjadi peleburan inti
sehingga tdk terlihat jelas (12 – 14 jam)
4. Metafase II= terdapat benda kutub II atau
stadium matang (10 – 24 jam)
2. Kapasitasi spermatozoa in vitro = adalh proses yg
dialami sperma shg mampu membuahi sel telur
perubahan yang terjadi pada waktu kapasitasi adalah :
1. proses perubahan dari membran sperma yg awalnya
bersifat stabil menjadi labil
2. pelenyapan inhibitor enzim acrosom
Untuk mendapatkan sperma yg telah kapasitasi ada 2 cara;
1, dg membilas alat reproduksi betina beberapa saat
ssudah dikawinkan
2. secara in vitro = dg jalan menginkubasi sperma dalam
medium inkubasi (BO = brackett oliphant) , mencakup
pencucian sperma utk memisahkan plasma semen dan
proses inkubasi selam 30 menit pada suhu 38 °C
3. Fertilisasi ovum oleh sperma dg cara:
- oosit dicuci 3 x kemudian dimaskkan dalam
medium fertilisasi ( TALP = tyroode albumin
laktate pyruvat acid) pada cawan petridis 50ul
medium + 50 ul semen diinkubasi selama 24
jam pada suhu 38 ° C . Fertilisasi ditandai dg :
- penetrasi sperma pada ovum
- terbentuknya pronukleus jantandan betina
Mikromanipulasi embrio
Mencakup klonning, transgenik , ICSI dan suzi
Tujuan : untuk mengetahui atau evaluasi potensi
perkembangan dari satu buah blastomer
Hasil penelitian memberi informasi bahwa embrio (8 sel)
adalah totipoten dan mempunyai potensi untuk
menghasilkan keturunan yang lebih banyak dari sebuah
embrio
Hambatan : embrio dini tidak mampu hidup secara in
vitro tanpa zona pellusida yang utuh , sehngga teknik ini
dikembangkan dengan teknik agar embedding
Manipulasi embrio dilakukan dg cara beda mikro
(mikrosurgery) dan dari satu sel atau blastomer
ditransfer ke z.p. yang dibuang sitoplasma kmd dilapisi
agar dan ditransfer dalam oviduk domba dietrus
Metoda mikrosurgeri ini telah
menghasilkan anak kembar 2, 4 identik
pertama pada sapi dan babi serta
menghasilkan kembar 2 dari embrio yang
diperoleh pada hari ke 5 dari manusia
melalui teknik tanpa bedah
Klonning
Adalah sistim untuk menghailkan ternak yang
mempunyai susunan genetik sama
Ada bebeapa cara
1. Produksi kembar 2 melalui pembelahan embrio.
Prosedr pembelahan (bisection) dapat dengan
tanpa pembedahan pada embrio hari ke 5 atau ke 6
dan embrio paruh hasil splitting dapat segera
ditransfer dg menggunakan jarum mikro dari kaca
untuk membuka z.p dan satu buah pipet transfer
dari kaca untuk memindahkan massa sel embrio
dari zona.
Embrio tanpa z/p/ dibagi menggunakan mikro
scaple dan separoh dikeluarkan massanya
dengan pipet transfer . Hasil 64,2 % bunting
dengan angka kelahiran 66,6 %
Di colorado – embrio paruh dengan embrio tetap
pada z.p. dengan menggunakan pisau yang di
lem pada suatu pipe kapiler dari kaca untuk
membagi embrio utuh. Suatu pipet gelas untuk
menstransfer embrio pada z.p. kosong
Hasil 20 embrio ditransfer dengan pembedahan
(14 embrio) dan 6 tanpa pembedahan pada
resipien. Tingkat kebuntingan 64 % dan 17 %.
Metoda sederhana -- pada tahap morulla atau blastosis
akhir
Prosedur jarum halus dari kaca untuk penetrasi dan
membagi 2 morulla / blastosis yang mempunyai zona
pellusida utuh atau blastosis akhir yang tidak
mempunyai zona pellusida kemudian ditransfer dan
hasilnya 89 % angka kebuntingan
Teknik pembelahan secara cepat tanpa mikromanipulasi
yaitu embrio utuh ditempalkan pada mikro drop dari
medium pada skol mikroskop dan sebuah pisau.
Ditempelkan pada sepasang hemostat untuk membagi
embrio. Hasil 98 % embrio utuh berhasil dibagi 2 dan
tingkat kebuntingan sama
2. Pembentukan hewan klonning
melalui transfer inti
Pertama diperkenalkan oleh Spearman (1938)
untuk mempelajari deferensiasi sel.ada 2
potensi penggunaan transfer inti:
1. Penggandaan dari ternak unggul atau embrio yang
dihasilkan dari perkawinan yang terseleksi
2. Kemampuan menghasilkan keturunan dari sel – sel
yang dapat dipertahankan dalam kultur sebelum
digunakan untuk rekonstruksi embrio dan untuk
memodifkasi genetik.
– Transfer inti melibatkan transfer materi genetik dari
sel – sel donor (karyoplast) pada sebuah oosit atau
zigot yang dikeluarkan material genetk
Pengeluaran inti dngan jalan melewati membran
sitoplasma dibagian bawah polarbody I . Introduksi
material genetik donor dicapai dengan induksi sel yang
berfusi, tetapi teknik ini dibatasi oleh area kontak sel
donor dan resipien serta ukuran karyoplast.
Pengaturan siklus sel donor dan resipien
– Siklus hidup proses dalam inti sel dibagi 4 fase
– 1. fase S – yaitu peride DNA kromosom diduplikasi
– 2. fase G1 yaitu fase sebelum fase S yaitu saat inti mengandung
DNA dipoid
– 3. fase G2 yaitu periode inti mempunyai sebuah tetraploid atau
kandungan DNA
– 4. mitosis yaitu saat DNA inti dikondensasikan kedalam
kromosom dan disegregasi secara seimbang kedalam 2 sel
anak yang baru.

Permulaan mitosis dikontrol oleh aktivitas sitolasmic yang disebut dengan MPF
( maturating mitosis/miosis promoting faktor)

M G0

G2

G1
S
Pengaruh siklus sel terhadap inti
yang ditransfer
Oosit M-II mengandung level MPF yang
tinggi .
Bila oosit MII digunakan , MPF mendorong
perubahan morfologi dalam inti sel donor
setelah fusi termasuk rusaknya selaput inti
(nuklear envelop breakdown ,NEBD) dan
kondensasi kromosom dini (prematur
chromosome condensation,PCC)
Pengaruh MPF terhadap
perkembangan embrio rekontruksi
1. Lansung NEBD dan PCC tergantung pada fase siklus
sel dari donor inti pada waktu transfer. Apabila inti
pada fase S didorong untuk mengalami PCC dengan
MPF ,kromatin --- tinggi abnormalitas. Sebaliknya bila
G1 dan G2 yang didorong untuk PCC kromatin akan
membentuk kromatid tunggal dan kromatid ganda dan
tidak memperlihatkan kerusakan sel
2. Tidak lansung seluruh inti ditransfer pada waktu
aktivasi bila level MPF tinggi mengalami NEBD yang
diikuti oleh kondensasi kromoson prematur. Selaput
inti kembali dibentuk dan sintesa DNA terjadi pada
seluruh inti. Diduga inti berada pada tahap G1 saat
ditransfer
Hewan transgenik
Merupakan teknologi yang menghasilkan ternak
yang mengalami perubahan genotip tertentu
Transgenik pertama pada mencit melalui
mikroinjeksi satu DNA rekombinan yang
dibentuk dari pronuklei zigot.
Melalui cara ini 1,5 % zygot mencit berkembang
menjadi hewan transgenik
Di AS menggunakan embrio sapi yang diinjeksi
dengan DNA – hasil rendah hanya 0,2 % yang
berhasil ditransfer
Hewan transgenik akan memperlihatkan penotip yang
berbeda atau baru sebagai ekspresi dari molekul DNA
asing. Proses ini melibatkan injeksi atau pemasukan gen
asing kedalam sel ternak yang sedang mengalami
perkembangan
Teknologi transgenik memperluas pengetahuan secara
drastis terhadap regulasi gen dan komponen- komponen
Penerapan teknologi ini untuk meningkatkan produksi
dan pemanfaatan ternak
Pada saat ini tujuan
– Untuk mengembangkan model dalam penelitian penyakit,donor
jaringan dll
– Peningkatan ketahanan terhadap penyakit dan penampilan
pertumbuhan
Subzonal inseminasi (suzi) dan
intracytoplasmicsperm injection
(icsi)
Suzi dan ICSI adalah manipulasi mikro
yang ditujukan untuk meningkatkan atau
mengatasi hambatan fertilisasi baik pada
hewan maupun manusia
Tujuan pada ternak untuk meningkatkan
pemanfaatan klonning dan transgenik
Pada manusia untuk mengatasi infertiitas
dan telah menghasilkan 2000 anak
Subzonal inseminasi ( suzi)
Adalah penempatan satu sperma atau
lebih kedalam ruang vitelin
Cara ; pipet injeksi ditanamkan pada zona
dan berhenti dekat benda kutub I
Jumlah sperma sangat menentkan hasil
teknik ni
Pada mencit injeksi satu sperma yang
telah berkapasitasi – tingkat fertilisasi
tinggi
Intra cytolasmic sperm injection
(ICSI)
Adal sperma atau komponen sperma
dapatlansung kedalam oosit
Pada sapi oosit yang matang in vitro di injeksi
dengan sperma beku yang telah mati dapat
menghasilkan anak setelah embrio ditransfer
pada resipien
Oosit diaktivasi dengan calsium ionphor
Telah berhasil pada domba lahir anak jantan
dari oosit yang diinjeksi dengan sperma yang
masih mudah

Anda mungkin juga menyukai