Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP DASAR KEHAMILAN

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

MARISSELLA BR SITUMORANG (022019011)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan pertolongan-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini berisi tentang konsep dasar kehamilan, Makalah ini
menjelaskan secara terperinci tentang konsep dasar kehamilan. Saya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari Dosen pembimbing
saya dan koordinator mata kuliah ini, demi penyempurnaan makalah ini kedepan.
Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membaca.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah proses fisiologi yang normal di alami wanita. Namun
demikian bidan sebagai tenaga kesehatan yang memfasilitasi seorang ibu hamil
hrauslah faham dan mengerti dengan benar tentang konsep kehamilan dan asuhannya
sehingga dapat memberikan asuhan sesuai dengan batas kewenangannya.Bidan
mungkin dihadapkan dengan keadaan darurat disetiap area pelayanan. Secara teoritis
dan idealnya, semua kmplikasi dan penyimpangan dari normal ini seharusnya telah
didiagnosis atau diantisipasi sebelum pelahiran atau sebelum kejadian itu benar –
benar terjadi. Namun situsional menyatakan bahwa hal itu tidak selalu terjadi. Jarang
sekali bidan dihadapka dengan komplikasi dan penyimpangan itu karena kegagalan
mendiagnosis dengan tepat atau mengantisipasi masalah.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana proses Fertilisasi
b. Bagaimana proses Implantasi
c. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi
d. Bagaimana pertumbuhan dav perkembangan embrio
e. Bagaimana struktur dan fungsi amnion
f. Bagaimana struktur, fungsi dan sirkulasi tali pusat
g. Bagaimana struktur, fungsi dan plasenta
h. Bagaimana sirkulasi darah fetus

C. TUJUAN
Agar mampu memahami bagaimana konsep kehamilan itu terjadi pada sang
ibu, agar kita para bidan mampu memberikan asuhan kebidanan pada klien.
BAB II
KONSEP DASAR KEHAMILAN

1. FERTILISASI

1.1 Pengertian

fertilisasi Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang
dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau
peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan
penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental
dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gametgamet yang melebur
adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut
isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut
anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami.

1.2 Proses fertilisasi

Peristiwa fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat membuahi
ovum di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa diejakulasikan ke dalam
saluran genital wanita. Sekitar 1 juta yang dapat berenang melalui serviks, ratusan yang dapat
mencapai tuba fallopi dan hanya 1 yang dapat membuahi sel telur. Sel spermatozoa
mempunyai rentang hidup sekitar 48 jam (Cambridge, 1998). Sebelum membuahi sel telur,
spermatozoa harus melewati tahap kapasitasi dan reksi akrosom terlebih dahulu. Kapasitasi
merupakan suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, berlangsung sekitar
7 jam. Selama itu suatu selubung glikoprotein dari plasma semen dibuang dari selaput plasma
yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Sedangkan reaksi akrosom terjadi setelah
penempelan spermatozoa ke zona pelusida. Reaksi tersebut membuat pelepasan enzim-enzim
yang diperlukan untuk menembus zona pelusida yang terdapat pada akrosom (Sadler, 1996)
Oosit (ovum) akan mencapai tuba satu jam lebih setelah diovulasikan. Ovum ini dikelilingi
oleh korona dari sel-sel kecil dan zona pelusida yang nantinya akan menyaring sel
spermatozoa yang ada sehingga hanya satu sel yang dapat menembus ovum.

Setelah spermatozoa menembus ovum, ia akan menggabungkan material intinya dan


menyimpan komplemen kromosom ganda yang lazim. Kromosom ini mengandung semua
informasi genetic yang nantinya akan diturunkan kepada keturunannya (Canbridge, 1998).
Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk zigot yang terus membelah secara mitosis
menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya.

2. IMPLANTASI

2.1 Pengertian Implantasi

Implantasi atau disebut juga dengan nidasi merupakan proses tertanamnya embrio
yang merupakan hasil dari konsepsi, ke dinding uterus (endometrium) untuk selanjutnya
mengalami perkembangan.Implantasi biasanya terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-8 dari
perkembangan embrio. Menjelang terjadi implantasi, zona pelusida lenyap dengan jalan lisis.
Sebelum implantasi, cairan blastosul mengandung banyak ion kalium dan bikarbonat. Bahan
ini berasal dari cairan rahim.Setelah terjadi implantasi, jumlah kalium dan bikarbonat
berkurang, sehingga sama dengan kadar yang terdapat di dalam serum induk.

2.2 Proses Implantasi

Proses implantasi terjadi setelah melalui proses fertilisasi dan proses claveage
(pembelahan). Tepat saat berbentuk morula (mengalami pembelahan menjadi 32 sel), embrio
mulai memasuki uterus. Proses pembelahan masih tetap terjadi. Ketika akan mengalamai
implantasi, embrio yang berupa blastosit. Pertama, zona pellucida akan terlepas sebagai
aktivitas dari enzim proteolitik dari airan uterus disebut proses hatching. Lalu bagian dari
blastosit, yaitu tropoblast akan menempel pada endometrium dan berkembang menjadi
plasenta yang berfungsi sebagai penyuplai zat-zat makanan kepada fetus.

Saat berkontak dengan endomterium, sel tropoblas melepaskan enzim pencerna protein,
memungkinkan sel-sel tropoblas melakukan penetrasi ke dalam endometrium. Selain
membuat lubang yang penting untuk implantasi, pemecahan dinding endometrium yang kaya
nutrisi juga penting untuk sumber bahan bakar dan bahan baku metabolisme. Selanjutnya,
membran plasma tropoblas tersebut berdegenerasi membentuk sinsitium yang multinukleat
yang nantinya menjadi plasenta bagian fetal. Jaringan endometrium yang mengalami
modifikasi pada tempat implantasi disebut desidua. Melalui respon terhadap caraka kimia
yang dilepaskan oleh blastokis, sel endomterial mensekresikan prostaglandin yang secara
lokal menyebabkan peningkatan vaskularisasi, edema dan peningkatan penyimpanan nutrisi.
Saat implantasi selesai, seluruh blastokis terbenam ke dalam endometrium dan sel tropoblas
terus mencerna sel desidua disekitarnya untuk menyediakan energi bagi embrio sampai
plasenta terbentuk.
Endometrium sekitar hasil implantasi akan kembali pulih sehingga seluruh hasil implantasi
tertanam dalam endometrium.Bersamaan dengan invasi embrio ke jaringan ibu, sel trofoblas
kemudian ber diferensiasi menjadi 2 jenis sel, yaitu :

1. Sel sinsitiotrofoblas adalah sel berukuran besar dan multinuklear yang berkembang dari
lapisan sitotrofoblas. Sel ini aktif mengeluarkan hormon plasenta dan mentrasfer zat makanan
dari ibu ke janin.

2. Sekelompok sel sitotroblas memiliki sifat invasif, melewati stroma endometrium untuk
mencapai pembuluh darah induk, termasuk arteri spiralis endometrium. Pada ibu mulai
terjadi junction complexes yang terbentuk diantara tropoblast dan sel-sel epitel dinding
uterus. Tahap berikutnya terjadi asosiasi chorion dan mikrovili serta adesi dengan dinding
uterus. Pada ibu asosiasi itu merupakan suatu area yang merupakan tempat aktivitas difusi
antara chorion dan vilivili (cotyledons).

3. Pertumbuhan dan Perkembangan hasil konsepsi

adalah hasil proses pembuahan sel sperma pada telur yang kita kenal dengan istilah
fertilisasi. Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan
membentuk zigot.Periode ini adalah awal terjadinya kehamilan pada seorang wanita. Proses
konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut :

a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata, yang
mengandung persediaan nutrisi.

b. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma yang disebut vitellus.

c. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutriisi dialirkan ke
dalam vitellus, melalui saluran pada zona pelusida.

d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba

 Tempat yang paling luas

 Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia

 Ovum mempunyai waktu terlama dalam ampula tuba

e. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam


 Spermatozoa ditumpahkan, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan
sendiri

 Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan sebagian dari
“liproteinnya” sehingga mampu mengadakan fertilisasi

 Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba

 Spermatozoa hidup selama tiga hari dalam genitalia interna

 Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona
radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik hialuronidase

 Melalui “stomata” spermatozoa memasuki ovum

 Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum ekornya lepas dan tertinggal di
luar

 Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dan membentuk zigot

Keseluruhan proses tersebut merupakan mata rantai fertilisasi atau konsepsi.

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio

Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa


pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal
dengan peristiwa FERTILISASI. Fertilisasi akan menghasilkan
sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan
melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju
pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu :


4.1. FASE EMBRIONIK

Fase Embrionik adalah fase pertumbuhan dan


perkembangan makhluk hidup selama masa embrio
yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai
dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk
betina.

Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan
zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) 3 tahapan fase embrionik yaitu :

a. Morula

Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus.
Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya
morula

b. Blastula

Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami


pembelahan.Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan
mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang
disebut dengan Blastosoel. Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.

c. Gastrula

Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah
semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh.

Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio
pada fase gastrula. Contohnya :
a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf),
integumen (kulit), rambut dan alat indera.

b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat


reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.

c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan
alat respirasi seperti pulmo.

Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu
organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya :

a. Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam


pembentukan kelopak mata.

Tahapan perkembangan pada masa embrio

Bulan I : Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk
pipa, sistem saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit. Embrio berukuran 0,6
cm.

Bulan II : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan
(cartilago). Embrio berukuran 4 cm.

Bulan III : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar.
Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.

Bulan IV : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janin mencapai berat
100 gram dengan panjang 14 cm.

Bulan V : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan
menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra
Sonographi).

Bulan VI : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan badan (posisi)

Bulan VII : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
Bulan VIII : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin
bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 – 3000 gram.

Bulan IX : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.

5. STRUKTUR DAN FUNGSI AMNION

SELAPUT JANIN (AMNION DAN KORION)

Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi /


jonjot meliputi seluruh lingkaran permukaan korion.
Dengan berlanjutnya kehamilan :

1. jonjot pada kutub embrional membentuk struktur


korion lebat seperti semak-semak (chorion frondosum) sementara

2. jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi, menjadi tipis dan halus disebut
chorion laeve.

Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua, juga mencerminkan
perbedaan pada kutub embrional dan abembrional :

1. desidua di atas korion frondosum menjadi desidua basalis

2. desidua yang meliputi embrioblas / kantong janin di atas korion laeve menjadi desidua
kapsularis.

3. desidua di sisi / bagian uterus yang abembrional menjadi desidua parietalis. Antara
membran korion dengan membran amnion terdapat rongga korion. Dengan berlanjutnya
kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran amnion dan membran korion.
Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membran korion-amnion (amniochorionic
membrane). Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan chorion
laeve dengan desidua parietalis.

CAIRAN AMNION
Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai RONGGA AMNION. Di dalam
ruangan ini terdapat cairan amnion (likuor amnii). Asal cairan amnion : diperkirakan
terutama disekresi oleh dinding selaput amnion / plasenta, kemudian setelah sistem urinarius
janin terbentuk, urine janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion.

Fungsi cairan amnion :

1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar

2. Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin

3. Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa (pH) dalam rongga
amnion, untuk suasana lingkungan yang optimal bagi janin.

4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterin (terutama


pada persalinan).

5. Pada persalinan : membersihkan / melicinkan jalan lahir, dengan cairan yang steril,
sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.

Keadaan normal cairan amnion :

1. pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc.

2. keadaan jernih agak keruh

3. steril

4. bau khas, agak manis dan amis

5. terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama
albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel.

6. sirkulasi sekitar 500 cc/jam

6. STRUKTUR, FUNGSI DAN SIRKULASI TALI PUSAT

1. Struktur Tali Pusat


Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasenta,
panjangnya kira-kira 50 cm, berwarna putih kuning
dan tampak terpilih yang tidak sama tebalnya pada
semua tempat. Di dalam tali pusat terdapat tiga
pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua
buah arteri umbilikalis. Pembuluh-pembuluh darah
biasanya lebih panjang daripada tali pusat, sehingga
berkelok-kelok dan menimbulkan tonjolan pada permukaan tali pusat dan disebut simpul
palsu. Tali pusat diliputi oleh amnion, yang sangat erat melekat, selain berisi arteri dan vena
umbilikalis tali pusat berisi pula zat seperti agar-agar yang disebut selei Wharton.

Seperti kita ketahui panjang rata-rata tali pusat adalah 50 cm. Hal ini cukup untuk
kelahiran bayi tanpa menarik plasenta. Tali pusat dianggap pendek jika kurang dari 40 cm.
tidak ada kesepakatan yang spesifik yang menggambarkan tali pusat terlalu panjang, tapi ada
kerugian dari tali pusat yang terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar leher atau
tubuh janin atau menjadi ikatan, bahkan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh darah,
khususnya pada saat persalinan.

Insersi tali pusat pada plasenta biasanya ditengah (insersio sentralis), di pinggir
plasenta (insersio marginalis) dan kadang-kadang pada plasenta, tetapi pada selaput janin,
disebut insertio velamentosa.

6.1. Fungsi Tali Pusat

Seperti yang dibahas pada struktur tali pusat bahwa tali pusat merupakan penghubung janin
dan plasenta, maka fungsi dan aktivitas yang ada di plasenta yang dibutuhkan oleh janin
untuk pertumbuhan, perkembangan, kelangsungan hidup janin, disalurkan oleh tali pusat agar
bisa digunakan oleh janin. Misalnya transfer O2 dan nutrisi, begitupun sebaliknya, buangan
dari janin dikirim kembali ke plasenta. Jadi fungsi tali pusat yaitu sebagai media.

6.2 Sirkulasi Tali Pusat

Pembuluh darah tali pusat mengantar darah yang kaya akan nutrisi dari villi korealis
dalam plasenta menuju jantung janin dan sebagainya akan mengembalikan darah yang tidak
mengandung nutrisi menuju plasenta untuk kembali diperkaya dengan nutrisi kembali (rep
lenishment). Pembuluh darah tali pusat terdiri dari :

- Satu pembuluh vena, dinding tipis dan lebar yang membawa kira-kira 85% darah kaya
oksigen dari plasenta menuju janin.

- Dua pembuluh arteri, dinding tebal dan sempit yang akan membawa darah yang kurang
mengandung oksigen dari janin menuju plasenta.

Arteri dan vena umbilikalis akan lebih menyempit hingga akhirnya menjadi pembuluh kapiler
pada plasenta dan akan beranastomose sehingga akan terjadi batas sirkulasi selanjutnya
terjadi aliran balik dari janin ke plasenta selanjutnya kembali ke janin.

7. STRUKTUR, FUNGSI DAN SIRKULASI PLASENTA

Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari


selapis sel tumbuh menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-
rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas
(selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling
berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga (lacunar
stage). Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium
makin dalam kemudian terjadi perusakan endotel kapiler di
sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna)
tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-
sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta / sistem
sirkulasi feto-maternal.

Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser,
terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan
penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm ekstraembrional.

Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional


somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate). Bagian yang
berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm
ekstraembrional splanknopleural. Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh
lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang
telah dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas
saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya. Di dalam lapisan mesoderm
ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama makin besar dan bersatu,
sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari
sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic
space) atau rongga korion (chorionic space)

Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas


mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi
sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai
bertemu dengan aliran darah ibu. Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional
somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di
daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot
sekunder (secondary stem villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel
sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik
angiogenik yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel
darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi
suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier / tertiary stem villi) (selanjutnya lihat bagian
selaput janin).

Selom ekstraembrional / rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan
embrional makin terpisah dari sitotrofoblas / selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit
jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk).
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan
berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi TALI
PUSAT. Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan
perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi utero-
plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan
sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi
satu (disebut sistem hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan
lapisan korion. Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan
dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut
dinamakan sirkulasi feto-maternal.

Plasenta “dewasa”
Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai
pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. (struktur plasenta dewasa :
gambar) Plasenta “dewasa” / lengkap yang normal :

1. bentuk bundar / oval

2. diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.

3. berat rata-rata 500-600 g

4. insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di tengah / sentralis, di
samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis.

5. di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis
desidua basalis.

6. di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali pusat.
Korion diliputi oleh amnion.

7. sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat sampai 600-
700 cc/menit (aterm).

Fungsi plasenta

PRINSIP : Fungsi plasenta adalah menjamin kehidupan dan pertumbuhan janin yang baik.

1. Nutrisi : memberikan bahan makanan pada janin

2. Ekskresi : mengalirkan keluar sisa metabolisme janin

3. Respirasi : memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin

4. Endokrin : menghasilkan hormon-hormon : hCG, HPL, estrogen,progesteron, dan


sebagainya (cari / baca sendiri).

5. Imunologi : menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin


6. Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan
melalui ibu.

7. Proteksi : barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir2 ini
diragukan, karena pada kenyataanya janin sangat mudah terpapar infeksi / intoksikasi yang
dialami ibunya).

8. SIRKULASI DARAH FETUS (JANIN)

Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi, anak
dan orang dewasa. Pada janin organ vital untuk metabolisme masih belum berfungsi. Organ
tersebut adalah paru janin dan alat gastrointestinal yang seluruhnya diganti oleh plasenta.
Dengan tidak berfungsinya mekanisme tersebut,harus terdapat mekanisme yang berfungsi
sebagaialat ganti untuk :

1. Paru Janin

Terjadi pergantian O2 dengan CO2 melalui plasenta sehinggga paru-paru tidak memerlukan
aliran darah

2. Gastro intestinal

Gastro ientestinal yang belum berfungsi sebagaia alat penyerapan nutrisi,maka pembuluh
darahnaya belum berfunngsi, kecuali pada janin digunakan untuk tumbuh kembang sendiri.
Perbedaan antara sirkulasi darah janin intra uterine dan ekstra uterine antara lain adalah :

1. Aliran darah arteri pulmonalis dari ventrikel kanan,darahnya akan dialirkan menuju
aorta melalui erteria duktus Bothaki
2. Darah dari vena umbilikal melalui liver langsung menuju vena cava inferior
melalui duktus venous aranthi

3. Darah dari vena cava inferior menuju jantung sebagian langsung menuju atrium kiri
melalui foramen ovale

4. Sebagian menuju ventrikel kiri dan selanjutnya ke aorta sebagian besar digunakan
untuk konsumsi O2 dan nutrisi susunan saraf pusat jantung .

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses pembuahan pada materi genetik dalam sperma dan sel telur yang telah
dibuahi atau zigot berkombinasi membentuk sel-sel baru. Sel-sel yang terbentuk
kemudian akan menuruni tuba falopi menuju rahim.Dalam perjalanan menuju
rahim, sel-sel tersebut terus membelah diri hingga menjadi lebih dari 100 sel saat
tiba di rahim, menjadi embrio. Kehamilan baru akan terjadi ketika embrio telah
menanamkan diri pada dinding rahim untuk kemudian berkembang. Proses ini
disebut implantasi.Sebagian wanita mengalami pendarahan ringan saat implantasi,
yaitu sekitar 1-2 hari. Saat dinding rahim menguat, leher rahim juga tertutup
dengan cairan, sehingga menjadi tempat yang layak sebagai tempat bayi
berkembang.Ada kalanya terjadi kehamilan ektopik, yaitu ketika sel telur yang
telah dibuahi tertanam di luar rahim, contohnya di tuba falopi. Kondisi ini
merupakan kondisi gawat yang memerlukan penanganan medis segera.
Kehamilan ektopik sering ditandai dengan nyeri perut, pendarahan dan nyeri pada
bahu.

Proses pembuahan adalah awal dari kehamilan. Meski Anda tidak dapat
merasakan proses tersebut, segeralah periksakan diri ke dokter kandungan setelah
muncul tanda-tanda kehamilan. Kemudian lakukan pemeriksaan kehamilan secara
teratur sesuai anjuran dokter untuk memantau kesehatan janin dan ibu.

DAFTAR PUSTAKA

Albert Reece and John C. Hobbins. Clinical Obstetrics The Fetus and Mother. Third edition.
Blackwell Publishing , Jakarta; 2007
Evelyn C. Pearce. Anatomi Dan Fisiologi. Gramedia. Jakarta; 2002

Garry Cunningham, Obstetri Williams, edisi 21, EGC. Jakarta; 2006

Salmah, dkk. Asuhan kebidanan antenatal. EGC. Jakarta; 2006

Manuaba I.BG.2007.Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Varney, Helen dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 2007.EGC: Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan.2005.Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta

Yatim, Wildan Dr. Reproduksi dan Embryologi untuk mahasiswa Biologi dan Kedokteran.
1994. TARSITO: Bandung

Anda mungkin juga menyukai