OLEH:
Riska Cahyanti
202003034
NIM 202003034
Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik Keperawatan
Maternitas.
Mahasiswa
Riska Cahyanti
1.1.3 Pathway
Proses ejakulasi
Terjadi nidasi
Ovum merupakan sel tersebar pada badan manusia. Setiap bulan satu ovum atau
kadang-kadang lebih matur, dengan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung.
Jumlah oogonium pada wanita pada bayi baru lahir bisa mencapai 750.000, pada
umur 6-15 tahun 439.000, umur 16-25 tahun 159.000, Umur 26-35 tahun 59.00,umur
35-45 tahun sebanyak 34.000, dan pada masa menopause akan menghilang.
(Prawirihardjo,2009).
2. Sperma
Proses pembentukan spermatoza merupakan proses yang kompleks. Yaitu
a. Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus
b. Menjadi spermatosit pertama.
c. Menjadi spermatosit kedua.
d. Menjadi spermatid.
e. Akhirnya spermatozoa
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata rantai hormonal yang kompleks dari
panca indra, hipotalamus, hipofisis dan sel interstitial leydig sehingga
spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seks
ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa
setiap cc.
Spermatozoa terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti),
2. Leher (penghubung antara kepala dan ekor)
3. Ekor (panjang sekitar 10 kali kepala mengandung energi sehingga dapat begerak).
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang
dapat mencapai tuba fallopii. Spermatozoa yang masuk kedalam alat genitalia wanita
dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi
(Prawirohardjo, 2009).
1) Fertilisasi
Fertilisasi adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antar sel mani dan sel telur.
Fertilisasi terjadi di ampula tuba. Syarat dari setiap kehamilan adalah harus ada :
spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi. Dengan
adanya fertilisasi inti ovum segera berubah menjadi pronukleus betina, sementara
spermatozoa setelah melepaskan ekornya berubah menjadi pronukleus jantan. Kedua
pronukleus ini akhirnya melebur di tengah-tengah sitoplasma sel telur dan terjadilah
zigot, sebuah sel tunggak, awal sebuah kehidupan baru makhluk hidup.
2) Implantasi/Nidasi
Nidasi adalah peristiwa tertanamnya/bersarangnya sel telur yang telah di buahi
kedalam endometrium. Sel telur yang sudah di buahi (zigot) akan segera membelah diri
membentuk bola padat terdiri atas sel-sel anak yang lebih kecil yang di sebut blastomer.
Pada hari ke-3 bola tersebut terdiri dari 16 sel blastomer dan di sebut morula. Pada hari
ke-14 di dalam bola tersebut mulai terbentuk rongga,bangunan ini di sebut blastula.
Dua struktur penting di dalam blastula adalah:
a. Lapisan luar yang di sebut trofoblas yang akan menjadi plasenta
b. Embrioblas yang kelak akan menjadi janin.
1.1.5 Pertumbuhan Janin
Pertumbuhan janin terdapat beberapa fase, yaitu :
1. Fase 0-4 minggu
Pada minggu-minggu awal ini, janin Anda memiliki panjang tubuh kurang lebih 2
mm. Perkembangannya juga ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sumsum
tulang belakang yang masih sederhana, dan tanda-tanda wajah yang akan terbentuk
(Kesehatan, 2009).
2. Fase 4-8 minggu
Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung janin mulai berdetak,
dan semua organ tubuh lainnya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang wajah, mata,
jari kaki, dan tangan (Kesehatan, 2009).
3. Fase 8-12 minggu
Saat memasuki minggu-minggu ini, organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk.
Kepalanya berukuran lebih besar daripada badannya, sehingga dapat menampung
otak yang terus berkembang dengan pesat. Ia juga telah memiliki dagu, hidung, dan
kelopak mata yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai diliputi cairan ketuban dan
dapat melakukan aktifitas seperti menendang dengan lembut. Organ-organ tubuh
utama janin kini telah terbentuk.(Kesehatan, 2009).
4. Fase 12-16 minggu
Paru-paru janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat didengar melalui alat
ultrasonografi (USG). Wajahnya mulai dapat membentuk ekspresi tertentu dan
mulai tumbuh alis dan bulu mata. Kini ia dapat memutar kepalanya dan membuka
mulut. Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna. (Kesehatan,2009).
5. Fase 16-20 minggu
Ia mulai dapat bereaksi terhadap suara ibunya. Akar-akar gigi tetap telah muncul di
belakang gigi susu. Tubuhnya ditutupi rambut halus yang disebut lanugo. Si kecil
kini mulai lebih teratur dan terkoordinasi. Ia bisa mengisap jempol dan bereaksi
terhadap suara ibunya. Ujung-ujung indera pengecap mulai berkembang dan bisa
membedakan rasa manis dan pahit dan sidik jarinya mulai nampak
(Kesehatan,2009).
6. Fase 20-24 minggu
Pada saat ini, ternyata besar tubuh si kecil sudah sebanding dengan badannya. Alat
kelaminnya mulai terbentuk, cuping hidungnya terbuka, dan ia mulai melakukan
gerakan pernapasan. Pusat-pusat tulangnya pun mulai mengeras. Selain itu, kini ia
mulai memiliki waktu-waktu tertentu untuk tidur.(Kesehatan, 2009).
7. Fase 24-28 Minggu
Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, sedangkan di kulit kepalanya rambut
mulai bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulai aktif. Ia dapat
mendengar sekarang, baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Ia dapat
mengenali suara ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya
berbicara. Atau boleh dikatakan bahwa pada saat ini merupakan masa-masa bagi
sang janin mulai mempersiapkan diri menghadapi hari kelahirannya (Kesehatan,
2009).
8. Fase 28-32 minggu
Walaupun gerakannya sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin
bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui
dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum
sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah
dapat bertahan hidup.( kesehatan, 2009).
9. Fase 32-36 minggu
Kepalanya telah berada pada rongga panggul, seolah-olah “mempersiapkan diri”
bagi kelahirannya ke dunia. Ia kerap berlatih bernapas, mengisap, dan menelan.
Rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya telah menghilang. Ususnya terisi
mekonium (tinja pada bayi baru lahir) yang biasanya akan dikeluarkan dua hari
setelah ia lahir. Saat ini persalinan sudah amat dekat dan bisa terjadi kapan saja
( Kesehatan, 2009).
1.1.6 Perubahan Fisiologis Kehamilan
Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat
genitalia externa dan interna dan payudara (mamamae). Dalam hal ini hormon
somatotropin, estrogen dan progesteron mempunyai peranan penting. Perubahan yang
terdapat pada ibu hamil ialah antara lain sebagai berikut :
1. Sistem reproduksi
1) Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak
kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda chadwick. Warna portio pun tampak
livide. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini
karena oksigenasi dan nutrisi pada alat genitalia interna akan meningkat
(Prawirohardjo, 2009).
2) Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan mengalami perubahan karena hormon estrogen.
Serviks banyak mengandung jaringan ikat. Jaringan ikat pada serviks ini banyak
mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak (Prawirohardjo, 2009).
3) Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram, menjadi 1000 gr, dengan
ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, ukuran muka belakang 22 cm. pembesaran ini
disebabkan oleh hypertrofi dari otot-otot rahim, tetapi dalam kehamilan muda
terbentuk juga sel-sel yang baru.(Prawirihardjo, 2009).
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat corpus luteum gravidatum sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Corpus luteum
gravidatum berdiameter kira-kira 3 cm. corpus luteum mengeluarkan hormon
estrogen dan progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil oleh plasenta.
Diperkirakan corpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin dalam awal
kehamilan. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin
menjadi baik hingga aterm (Prawirohardjo, 2009).
2. Sistem payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron dan somatotropin.
Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk memberikan ASI dijabarkan sebagai
berikut :
1) Estrogen berfungsi :
a. Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara
b. Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara
tampak makin membesar.
c. Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam meyebabkan rasa
sakit pada payudara.
2) Progesteron berfungsi :
f. Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
g. Menambah jumlah sel asinus.
3) Somatotropin berfungsi :
a. Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasien, laktalbimun dan
laktoglobulin.
b. Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.
c. Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan (Prawirohardjo,2009)
3. Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta,
uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula,
mammae dan alat-alat yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume
darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan
darah yang disebut hidremia. Volume darah akn bertambah banyak, kira-kira 25%,
dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi
sebanyak kira-kira 30%.
4. Sistem respirasi
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang
rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas
oleh karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma,
sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
yang meningkat kira-kira 20%, seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam
(Prawirohardjo, 2009)
5. Traktus urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua
terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Filtrasi pada glomerulus
bertambah sekitar 69-70%. Pada kehamilan ureter membesar untuk dapat
menampung banyaknya pembentukan urine, terutama pada ureter kanan karena
peristaltik ureter terhambat karena pengaruh progesteron (Prawirohardjo, 2009).
6. Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi
disebabkan peningkatan melanophore stimulating hormone (MSH) yang dikeluarkan
oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi
dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum.
7. Metabolisme
Metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi
makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
a. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
b. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil :
a) Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30 sampai 40gram untuk pembentukan tulang
janin.
b) Fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari.
c) Zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari.
d) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.
1.1.7 Diagnosis Kehamilan
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu kehamilan
triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu), kehamilan triwulan kedua (antara 12
sampai 28 minggu) dan kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu).
(prawirohardjo,2009).
Untuk dapat menegakan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap
beberapa tanda dan gejala hamil.
1. Tanda-tanda dugaan hamil
1) Amenorea (terlambat datang bulan)
a. Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel degraf dan
ovulasi
b. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan naegle dapat ditentukan
perkiraan persalinan.
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis).
a. Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang
berlebihan.
b. Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang disebutkan morning
sickness.
c. Dalam batas fisiologis keadaan ini dapat diatasi.
d. Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang
3) Mastodinia (rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara membesar.
Faskularisasi bertambah asinus dan duktus berpoliferasi karena pengaruh estrogen
dan progesteron)
4) Quickening (persepsi gerakan janin pertama biasanya di sadari oleh wanita pada
kehamilan 18-20 minggu)
5) Sering miksi.
a. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan
sering miksi.
b. Pada triwulan kedua sudah menghilang.
6) Ngidam (wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu).
7) Pingsan
c. Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia
susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan.
d. Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu.
8) Konstipasi atau obstifasi. Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
9) Pigmentasi kulit.
2. Sekitar pipi: chloasma gravidarum.
3. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan
pigmentasi pada kulit.
4. Dinding perut : striae livide, striae nigra, linea alba makin hitam.
5. Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol,
kelenjar montgomery menonjol dan pembuluh darah menifes ekitar payudara.
10) Epulis. Hipertropi papilla ginggivae. Sering terjadi pada triwulan pertama
11) Varices atau penampakan pembuluh darah vena.
Terdapat pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea,kaki dan betis.
2. Tanda mungkin hamil
Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditemukan dengan jalan :
1) Perubahan pada uterus.
Uterus mengalami perubahan pada ukuran , bentuk, dan konsistensi. Uterus berubah
menjadi lunak bentuknya globular. Teraba balotemen,tanda ini muncul pada minggu
ke-16-20, setelah rongga rahim mengalami obliterasi dan cairan amnion yang cukup
banyak. Balotemen adalah tanda ada benda terapung atau melayang dalam cairan.
2) Perubahan-perubahan pada serviks
a. Tanda hegar yaitu segmen bawah rahim melunak, tanda hegar terdapat pada dua
pertiga kasus dan biasanya muncul pada minggu ke enam dan kesepuluh
serta terlihat lebih awal pada perempuan yang hamilnya berulang. Tanda ini sulit
diketahui pada pasien gemuk atau dinding abdomen yang tegang, (Rukiyah
dkk, 2009)
b. Tanda chadwicks, biasanya muncul pada minggu ke delapan dan terlihat lebih
jelas pada wanita yang hamil berulang tanda ini berupa perubahan warna. Warna
pada vagina dan vulva menjadi lebih merah dan agak kebiruan timbul karena
adanya vaskularisasi pada daerah tersebut.(Rukiyah dkk, 2009).
c. Tanda piscasek, uterus membesar secara simetris
Menjauhi garis tengan tubuh (setengah bagian terasa lebih keras dari yang
lainnya) bagian yang lebih besar tersebut terdapat pada tempat melekatnya
(implantasi) tempat kehamilan. Sejalan dengan berjalanbertambahnya usia
kehamilan, pembesaran uterus akan menjadi lebih simetris. Tanda piscasek,
dimana uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol ke jurusan
pembesaran tersebut (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2009)
3) Suhu basal
Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara 37,2-37,8 derajat celcius
adalah salah satu tanda akan adanya kehamilan. Gejala ini sering di pakai dalam
pemeriksaan kemandulan.
3. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan :
1) Gerakan janin dalam rahim
a. Terlihat/ teraba gerakan janin.
b. Teraba bagian-bagian janin
2) Denyut jantung janin
a. Didengar dengan stetokop laenec, alat kardiotokograpi,alat doppler.
b. Dilihat dengan ultrasonograf.
c. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka
janin, ultrasonografi (prawirohardjo, 2009).
3) Tanda Braxton-Hiks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam
masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan
misalnya pada mioma uteri, maka tanda ini tidak di temukan.
1.1.8 Diagnosis Banding Kehamilan
Pembesaran perut wanita tidak selamanya suatu kehamilan sehingga perlu dilakukan
diagnosis banding diantaranya :
1. Hamil palsu (pseudocyesis) atau kehamilan spuria dijumpai tanda dugaan hamil,
tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukan
kehamilan.
2. Tumor kandungan atau mioma uteri
a. Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak disertai tanda hamil.
b. Bentuk pembesaran tidak merata.
c. Perdarahan banyak saat menstruasi (wikipedia, indonesia)
3. Kista ovarium
a. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil.
b. Datang bulan terus berlangsung.
c. Lamanya pembesaran perut dapat melampaui umur kehamilan.
d. Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negatif (wikipedia, 2009).
4. Hematometra
a. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui umur hamil
b. Perut teras sakit setiap bulan.
c. Terjadi tumpukan darah dalam rahim
d. Tanda dan pemeriksaan hamil tidak menunjukan hasil yang positif.
e. Sebab himen in perforata (Wikipedia, 2010).
f. Kandung kemih yang penuh
Dengan melakukan katetirisasi, maka pembesaran perut akan menghilang
(Wikipedia, 2009).
1.1.9 Tanda Bahaya Kehamilan
Pada setiap, kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan pada ibu bagaimana cara
mengenali tanda-tanda bahaya pada kehamilan, dan menganjurkan ibu untuk datang ke
klinik dengan segera jika ia mengalami tanda-tanda bahaya tersebut. Dari beberapa
pengalaman akan lebih baik memberikan pendididkan kepada ibu da anggota
keluarganya, khususnya pembuat keputusan utama, sehingga si ibu akan di dampingi
untuk mendapat asuhan. Disini ada enam tanda-tanda bahaya selama periode antenatal
(Rukiyah, 2009).
1. Perdarahan pervaginam
Pada awal kehamilan, pendarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan
banyak atau pendarahan dengan nyeri (berarti abortus, KET, molahidatidosa). Dan
apabila pada kehamilan lanjut, pendarahan yang tidak normal adalah merah, banyak
atau sedikit, nyeri (berarti plasenta previa dan solusio plasenta ). (Rukiyah, 2009).
2. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang
hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang, dengan
sakit kepala yang hebat dan disertai dengan penglihatan yang kabur itu merupakan
tanda dan gejala dari preeklamsi (Rukiyah, 2009).
3. Pandangan kabur
Masalah visual yang mengindifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang (Rukiyah,
2009).
4. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri yang hebat dan menetap serta tidak dapat hilang setelah beristirahat. Hal ini
bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang panggul,
persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi
saluran kemih, atau infeksi lain (Rukiyah, 2009).
5. Bengkak pada muka atau tangan
Menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan. Tidak
hilang setelah beristirahat dan di sertai dengan keluhan fisik lain. Hal ini merupakan
pertanda anemia, gagal jantung, tau preeklamsia (Rukiyah,2009).
6. Bayi tidak bergerak seperti biasanya
Ibu dapt mulai merasakan gerakan janinnya pada bulan ke 5 atau ke 6. Beberapa ibu
dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal, jika bayi tidur gerakannya akan
melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan
bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan
dan minum dengan baik (Rukiyah, 2009).
1.1.10 Pengawasan Antenatal
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya barbagai kelainan
yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan
langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janindalam
rahim ibunya adalah satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan
ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan
janin (Wordpress, 2009). Adapun tujuan dari pengawasan antenatal antara lain :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan
janin.
c. Mengenali secara dini ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
d. Mempersiapkan persiapan persalinan yang cukup bulan melahirkan dengan selamat
ibu maupun janinnya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
1.1.11 Perhitungan Tapsiran Persalinan
1. Metode 1 : metode kalender (untuk HPHT)
Hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk tanggal ditambahkan 7 hari. Untuk bulan
dikurangi 3 bulan dan untuk tahun ditambahkan 1 tahun. Misalnya, HPHT tanggal
12 april 1980, maka untuk hari 12 + 7 = 19 jadi tanggal 19, untuk bulan April : 4 –
3 = 1 jadi bulan januari, untuk tahun ditambah 1 tahun 1980 + 1 = 1981 jadi tahun
1981. Jadi HPHT nya adalah 19 januari 1981 (Admin, 2009).
2. Metode II : metode bulan
Bila ibu hamil mempunyai siklus haid 28 hari ( 4 minggu), bayi akan lahir tepat 40
minggu atau setelah 10 bulan purnama, bila HPHTnya pada waktu bulan purnama
(Admin,2009).
3. Metode III : metode roda kehamilan
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan “roda kehamilan” atau restrogram
(bila ada) (Admin, 2009).
4. Metode IV : untuk umur kehamilan
Hitung berapa bul sudah berlalu sejak HPHT sampai saat pertama kali
memeriksakan kehamilan, misalnya HPHT pada tanggal 6 April dan ibu
memeriksakan diri pada tanggal 12 juni, maka kehamilannya pada waktu itu telah
berumur 2 bulan lebih sedikit. Umur kehamilan diperhitungkan dan di bandingkan
dengan ukuran uterus, untuk melihat apakah janin tumbuh semakin besar pada saat
kunjungan ulang (Admin, 2009).
1.1.12 Standart Pengawasan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.
Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama
periodeantenatal (Saifudin, 2009).
1. Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
a. 1 kali pada triwulan pertama
b. 1 kali pada triwulan kedua
c. 2 kali pada trwulan ketiga (saifudin, 2009)
2. Pelayanan atau Asuhan Standar Minimal “10 T” :
1. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi tetanus toxoid
5. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
6. Test terhadap penyakit menular seksual
7. Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah)
8. Test Laboraturium
9. Tatalaksana Kasus
10. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
1.2 Konsep Kehamilan Sc (Sectio Caesarea)
1.1.13 Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (amru sofian,2012). Sectio Caesarea adalah suatu
cara melahirkan janin dengan membuat sayatann pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina (Mochtar, 1998 dalam Siti, dkk 2013)
1.1.14 Etiologi
1. Etiologi Yang Berasal Dari Ibu
Yaitu Pada Primigravida Dengan Kelainan Letak, Primi Para Tua Disertai
Kelainan Letak Ada, Disproporsi Sefalo Pelvik (Disproporsi Janin / Panggul ), Ada
Sejarah Kehamilan Dan Persalinan Yang Buruk, Terdapat Kesempitan Panggul,
Plasenta Previa Terutama Pada Primigravida, Solutsio Plasenta Tingkat I – Ii,
Komplikasi Kehamilan Yang Disertai Penyakit ( Jantung, Dm ). Gangguan
Perjalanan Persalinan (Kista Ovarium, Mioma Uteri, Dan Sebagainya).
2. Etiologi Yang Berasal Dari Janin
Fetal Distress / Gawat Janin, Mal Presentasi Dan Mal Posisi Kedudukan Janin,
Prolapsus Tali Pusat Dengan Pembukaan Kecil, Kegagalan Persalinan Vakum Atau
Forceps Ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).
2.1.1 Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal
tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectiocaesarea, bahkan
sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010). Adanya
beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan bayi tidak dapat
dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis,
pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan
mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan
yang akan menyebabkan pasien mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi.
Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
2.1.2 Pathway
Plasenta previa,
rupture sentralis dan Section
lateralis, panggul sempit,
caesarea
pre-eklamsia, partus lama
Post
anestesi Luka post
operasi
Penurunan
medulla Penurunan Jaringan Jaringan
oblongata
kerja pons terputus terbuka
Merangsang area
Penurunan Penurunan kerja Proteksi
sensorik
refleksi otot eliminasi
batuk kurang
Gangguan
Penurunan Invasi
Akumulasi rasa
peristaltik
nyaman bakteri
sekret usus
Bersihan jalan
nafas tidak efektif Konstip N Resiko
Terlacak/negatif
Protein Urin Protein urine
Bening/negatif
Kuning,
Glukosa
Warna hijau orange, Diabetes
dalam urin
coklat
VDRL/RPR Negatif Positif Syphilis
Faktor
Rh + Rh- Rh sensitization
rhesus
Golongan Ketidakcocokan
A B O AB -
Darah ABO
HIV - + AIDS
Anomali pada
Rubella Negatif Positif janin jika ibu
terinfeksi
Feses untuk
ova/telur Anemia akibat
Negatif Positif
cacing dan cacing
parasit
b) Pemeriksaan Rontgen
Dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena
sebelum bulan ke IV rangka janin belum tampak. Pemeriksaan
rontgen dilakukan pada kondisi-kondisi:
Diperlukan tanda pasti hamil
Letak anak tidak dapat ditentukan dengan jelas dengan palpasi
Mencari sebab dari hidraamnion
Untuk menentukan kelainan anak
c) Pemeriksaan USG
Kegunaannya:
Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
Mengetahui posisi plasenta
Mengetahui adanya IUFD
Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin. (Marjati
dkk, 2010;95-97)
II. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1) Kehamilan Trimester I
a) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan nutrisi dan cairan yang berlebihan dan intake yang kurang.
b) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh,
penurunan metabolisme sel
d) Mual berhubungan dengan biofisik kehamilan
2) Kehamilan Trimester II
a) Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuhyang behubungan dengan
persepsi perubahan biofisik, respon,orang lain
b) Perubahan seksualitas berhubungan dengan konflik mengenai
perubahan hasrat seksual dan harapan, takut akan cidera
3) Kehamilan Trimester III
a) Kurangnya pengetahuan tentang persiapan persalinan berhubungan
dengan kurangya informasi
b) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan pembesaran
uterus,peningkatan tekanan abdomen.
III. Perencanaan
1) Kehamilan Trimester I
Dx Tujuan & kriteria hasil
Gangguan Setelah dilakukan 1. Manejemen gangguan nutrisi:
nutrisi tindakan asuhan - Monitor nutrisi
kurang dari keperawatan selama 2x24 - Terapi Nutrisi
kebutuhan jam nutrisi dapat terpenuhi 2. Bantuan peningkatan berat
tubuh Kriteria hasil : badan : Manejemen berat
berhubungan 1. Adanya badan
dengan peningkatan berat 3. Intervensi tambahan :
kehilangan badan sesuai dengan Pemberian makan
nutrisi dan tujuan
cairan yang 2. Berat badan ideal
berlebihan sesuai dengan
dan intake tinggi badan
yang kurang. 3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan
nutrisi
4. Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
5. Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
6. Tidak terjadi
penurunan BB
yang berarti
Gangguan Setelah dilakukan 1. Manejemen elektrolit
keseimbanga tindakan asuhan atau cairan
n cairan dan keperawatan selama 1x24 2. Pemantauan (monitor) elektrolit
elektrolit jam kebutuhan cairan dan 3. Manajemen cairan :
berhubungan elektrolit dapat terpenuhi - Monitor cairan
dengan Kriteria Hasil: - Monitor tanda-tanda vital
kehilangan 1. Mempertahankan
cairan urine output sesuai
dengan usia dan BB
2. Tekanan darah,suhu
tubuh,nadi dalam
batas normal
(TD:120/80 mmHg,
S:36,50C,
N:80x/menit)
3. Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi
4. Elastisitas turgor kulit
baik, membrane
mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang
berlebihan
Intoleransi Setelah dilakukan 1. Terapi Aktivitas :
aktivitas tindakan asuhan peningkatan mekanika tubuh
berhubungan keperawatan selama 3x24 2. Manajemen energi :
dengan jam pasien dapat -Peningkaatan tidur
kelemahan melakukan aktivitas - Batuan perawatan diri (ADL)
tubuh, dengan normal 3. Intervensi tambahan :
penurunan Kriteria Hasil: Manajemen lingkungan :
metabolisme 1. Berpartisipasi kenyamanan
sel dalam aktivitas fisik
tanpa disertai
peningkatan
tekanan darah, nadi,
dan RR
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
secara mandiri
3. Tanda-tanda vital
normal
(TD:120/80
mmHg, S:36,50C,
N:80x/menit)
4. Mampu
berpindah dengan
atau tanpa
bantuan alat
Mual Setelah dilakukan 1) Pengurangan kecemasan
berhubungan tindakan asuhan 2) Manajemen pengobatan
dengan keperawatan selama 5x24 3) Manajemen mual
biofisik jam pasien tidak terjadi 4) Monitor nutrisi
kehamilan mual berlebihan
Kriteria Hasil:
1. Menghindari faktor-
faktor penyebab
bila mungkin
2. Mengenali
pencetus stimulus
(mual)
3. Mendeskripsikan
faktor-faktor
penyebab mual
4. Menghindari bau yang
tidak menyenangkan
2) Kehamilan Trimester II
Dx Tujuan & kriteria hasil
Resiko tinggi Setelah dilakukan Peningkatan citra tubuh
terhadap tindakan asuhan 1. Peningkatan koping
gangguan keperawatan selama 1x24 2. Peningkatan harga diri: -
citra tubuh jam pasien menjadi Peningkatan sosialisasi
yang percaya diri 3. Peningkatan dukungan
behubungan Kriteria Hasil: kelompok
dengan 1. Body image positif
persepsi 2. Mampu
perubahan mengidentifikasi
biofisik, kekuatan personal
respon,orang 3. Mendeskripsikan
lain secara faktual
perubahan fungsi tubuh
4. Mempertahankan
interaksi sosial
Perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Peningkatan koping
seksualitas asuhan keperawatan 2. Pengajaran: seks aman
berhubungan selama 1x24 jam pasien 3. Intervensi tambahan menejemen
dengan mampu melakukan perilaku: seksual
konflik aktivitas seksual dengan
mengenai normal
perubahan Kriteria Hasil:
hasrat 1. Mengetahui
seksual dan masalah reproduksi
harapan, 2. Kontrol resiko
takut akan penyakit menular
cidera seksual
3. Mampu
mengontrol
kecemasan
4. Menunjukkan
keinginan untuk
mendiskusikan
perubahan fungsi
seksual
5. Meminta informasi
yang dibutuhkan
tentang perubahan
fungsi seksual