Anda di halaman 1dari 47

Departemen Keperawatan Maternitas

LAPORAN PENDAHULUAN
ANTENATAL CARE (ANC)

Oleh:
Nur Hikmah S, Kep
70900121035

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIX


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022

0
i
BAB I

KONSEP DASAR KEHAMILAN

A. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ
reproduksi sehat, jika telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang
pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinan terjadi kehamilan. (Mandriwati dkk,
2021).
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam rahimnya terdapat
embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya
kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi
43 minggu (Kuswanti, 2018).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilasi dan dilanjutkan dengan ridasi atau implantasi.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40
minggu yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (Fatimah & Nuryaningsih, 2017). Pada
keadaan normal, ibu hamil akan melahirkan pada saat bayi aterm (mampu hidup diluar
Rahim) yaitu saat usia kehamilan 37-42 minggu, tetapi kadang-kadang usia kehamilan justru
berakhir sebelum janin mencapai aterm. Kehamilan dapat pula melewati batas waktu yang
normal lewat dari 42 minggu (Putri & Mudikah, 2019).
Gambar 1.1 Fase Kehamilan

Sumber: https://norma07dp.wordpress.com/siklus-menstruasi-dan-kehamilan

1
B. Proses Terjadinya Kehamilan
Awal terciptanya manusia berlangsung dengan adanya pembuahan. Jutaan sperma laki-laki akan
menuju sel telur wanita yang jumlahnya hanya satu dari setiap siklusnya. Sperma melakukan
perjalanan yang sulit di tubuh wanita sampai menuju sel telur wanita. Sel telur wanita hanya akan
membolehkan masuk satu sperma saja. Setelah masuk dan terjadi fertilisasi pun belum tentu zigot
menempel di tempat yang tepat pada rahim. Proses pembuahan atau fertilisasi adalah bertemunya sel
telur dengan sel sperma untuk bersatu sehingga membentuk zigot, lalu menjadi embrio sebagai cikal
bakal janin. Fertilisasi disebut juga sebagai konsepsi, dan inilah awal mula terjadinya kehamilan.
Berikut ini merupakan tahapan proses fertilisasi :

1. Ovulasi
Sebelum terjadi pembuahan, sel telur harus terjadi ovulasi terlebih dahulu. Ovulasi merupakan
keluarnya sel telur dari ovarium / indung telur setiap bulannya. Didalam ovarium banyak sel telur
namun hanya satu yang keluar pada setiap bulannya. Terdapat sebuah kantung yang dipersiapkan
untuk tempat pematangan sel telur dan pematangan ini akan dipengaruhi oleh hormon.

2. Sel Telur Berpindah Ke Saluran Tuba Falopi


Selanjutnya apabila telah keluar dari ovarium, sel telur akan berpindah ke saluran tuba falopi
(saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim). Umur sel telur di dalam tuba falopi
hanya 24 jam, sehingga jika tidak ada sperma yang membuahinya, maka ia akan mati dan
kehamilan tidak bisa terjadi.

3. Meningkatnya Hormon
Apabila sel telur telah berpindah ke saluran tuba falopi maka dinding Rahim akan bersiap-siap
menebalkan dindingnya. Kemudian akan terjadi peningkatan hormon setelah sel telur
meninggalkan folikel. Folikel dalam ovarium akan berkembang menjadi korpus luteum. Korpus
luteum ini kemudian akan menghasilkan hormon progesteron yang berperan sebagai
menebalkan lapisan dinding Rahim.

4. Jika Sel Telur Tidak Dibuahi


Apabila sel telur tidak di buahi maka sel telur akan berpindah ke Rahim dan hancur atau yang
sering di sebut menstruasi pada wanita setiap bulannya. Menstruasi berbeda-beda pada wanita,

2
ada yang 28 hari namun juga ada yang kurang dan lebih, tapi masa normal haid adalah 6 Sampai
8 hari. Korpus luteum mengecil dan kadar hormon dalam tubuh kembali normal seperti
biasanya. Lapisan dinding rahim yang menebal tadi akan mengalami proses peluruhan sehingga
keluarlah darah haid.
5. Jika Sel Telur Dibuahi
Apabila sel telur dibuahi terjadi pembuahan yaitu pertemuan sperma dengan sel telur. Maka
sperma akan menembus kedalam sel telur. Apabila sel telur sudah di buahi maka sperma akan
gugur dan tidak dapat masuk kedalam sel telur. Berikut adalah proses terjadinya manusia
Menurut ilmu sains :
a. Setetes Air Mani
Sebelum proses fertilisasi terjadi, Jutaan sperma laki-laki terpancar pada satu waktu dan
menuju sel telur wanita yang jumlahnya hanya satu dalam setiap siklusnya. Sperma-sperma
tersebut melakukan perjalanan yang sangat sulit untuk menuju sel telur karena saluran
reproduksi wanita yang berbelok-belok, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma
dan juga gaya gravitasi yang berlawanan. Dari Jutaan sperma yang masuk, hanya seribu
sperma yang berhasil mencapai sel telur dan sel telur hanya akan membolehkan satu sperma
saja untuk mencapai inti sel telur. Setelah masuk dan terjadi fertilisasipun belum tentu zigot
akan menempel di tempat yang tepat di dalam rahim.

b. Segumpal Darah Yang Melekat Di Rahim


Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, maka akan membentuk sel
tunggal. Sel tunggal ini dikenal sebagai ‘zigot’ dalam ilmu sains dan zigot ini akan
berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi 'segumpal daging'. Proses
ini hanya bisa dilihat manusia dengan menggunakan bantuan mikroskop. Jangan dikira
prosesnya mudah dan simpel, proses ini sangat sulit di setiap proses pembelahannya. Kalau
sampai ada kesalahan kecil sedikit saja di waktu tahapantahapan tertentu, janin akan
mengalami kecacatan. Tapi zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu
saja, ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi.

c. Pembentukan Tulang Oleh Otot


Didalam rahimlah awal mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot
yang membungkus tulang-tulang ini. Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan
otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Ketika jaringan tulang rawan embrio mulai

3
mengeras, maka sel-sel otot yang disekitar tulangtulang akan bergabung dan membungkus
tulang-tulang tersebut.
d. Tiga Tahapan Bayi dalam Rahim Menurut perspektif sains modern, dijelaskan bahwa proses
kejadian manusia juga terjadi dalam tiga fase yaitu fase zigot yaitu sejak pembuahan hingga
akhir minggu ke 2. Fase embrio yaitu akhir minggu ke 2 hingga akhir bulan ke 2 dan fase
janin yaitu akhir bulan ke 2 hingga kelahiran. Sains modern mendapatkan informasi
perkembangan manusia dalam rahim setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan
peralatan modern.
1) Fase Zigot
Zigot merupakan hasil dari pembuahan atau bisa disebut dengan fertilisasi.
Fertilisasi adalah peleburan dari inti sperma dan inti sel telur yang terjadi di dalam
rahim. Zigot akan tumbuh dan berkembang sampai mengalami pembelahan menjadi
embrio. Proses penciptaan manusia dapat dijelaskan pada fase zigot atau disebut dengan
pre-embriotik. Pada fase ini, Zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel kemudian
menjadi segumpalan sel yang membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring
pertumbuhan zigot yang semakin besar, sel-sel penyusunnya mengatur diri mereka
sendiri untuk membentuk tiga lapisan.
2) Fase Embrio
Proses penciptaan manusia yang berikutnya memasuki tahap kedua atau
disebut dengan embriotik. Tahap ini berlangsung lima setengah minggu. Bayi pada
tahap ini disebut “embrio”. Pada tahap ini, organ dan sistem bayi mulai terbentuk dari
lapisanlapisan sel tersebut. Pada tahap ini juga terjadi pembentukan organ-organ serta
pengatur posisi sumbu tubuh. Fase perkembangan pada embrio memiliki beberapa
tahapan dalam prosesnya. Dalam setiap tahapan memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kondisi kehamilan manusia serta yang akan
dirasakan bunda. Berikut penjelasan selengkapnya :

o Fase Morula
Pada fase morula, zigot yang masih mempunyai sel tunggal akan memulai
pembelahan. Pembelahan tersebut dinamakan pembelahan mitosis dan akan
membentuk sel-sel baru yang bernama blastomer. Sel-sel ini mempunyai sifat
yang padat berisi dan jumlahnya sebanyak 16 sel. Kemudian, sel blastomer yang
berjumlah 16 tersebut akan berkumpul dan membentuk sebuah bola yang

4
dinamakan sebagai morula. Hal ini disebut sebagai morula karena memang
bentuknya menyerupai buah arbei yang bentuknya kecil-kecil serta tidak
mempunyai rongga.
o Fase Blastula
Setelah melewati fase morula, perkembangan berikutnya sampai pada
tahapan atau fase blastula. Pada fase ini, morula yang telah terbentuk akan terus
mengalami pembelahan hingga jumlahnya menjadi 100 sel. Karena jumlahnya
lumayan banyak, maka bola tersebut juga akan membentuk rongga-rongga di
dalamnya yang disebut sebagai blastula.
Rongga yang ada tersebut selanjutnya dinamakan kembali sebagai blastosol.
Selanjutnya, massa sel yang terdiri dari asam laktat, piruvat, asam amino, dan
juga glukosa akan berkembang menjadi embrio manusia. Lalu, sel terluar yang
membungkus massa akan mengalami perkembangan menjadi plasenta yang mana
hal tersebut memiliki fungsi sebagai makanan embrio.
o Fase Gastrula
Dalam fase gastrula, sel-sel yang telah terbentuk dalam fase blastula akan
mengalami perombakan-perombakan. Perombakan tersebut akan menghasilkan 3
buah lapisan germinal. Lapisan ini juga sering disebut sebagai lapisan
embriogenik yang nantinya akan menghasilkan lapisan-lapisan yang ada di dalam
embrio nantinya. Adapun, lapisan yang akan terbentuk pada fase ini meliputi
sebagai berikut:
 Lapisan ektoderm yang merupakan lapisan paling luar dari embrio.
 Lapisan mesoderm yang merupakan lapisan tengah.
 Lapisan endoderm yang merupakan lapisan inti sel dari embrio yang
akan mengalami perkembangan menjadi janin.

o Fase Organogenesis
Fase terakhir dari tahapan perkembangan pada embrio yakni fase
organogenesis. Dalam fase ini, sel-sel tubuh akan mulai terbentuk secara
lengkap tahap demi tahap. Pembentukan ini berasal dari tiga lapisan sel
germinal yang sudah terbentuk pada tahapan gastrula. Setiap lapisan germinal
akan membentuk organ yang berbeda-beda pada janin.
3) Fase Janin Proses penciptaan manusia yang ketiga atau fase fetus dimulai sejak
kehamilan bulan 8 hingga kelahiran. Pada tahap ini bayi telah menyerupai manusia

5
dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang
hanya 3 cm, kesemua organnya sudah jelas. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih
30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.

C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kehamilan


Menurut Winkjosastro et al (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan
antara lain:
1. Faktor Fisik
a. Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi
kesehatan ibu hamil. Pengaruh status kesehatan terhadap kehamilan antara lain:
1) Penyakit atau komplikasi akibat langsung dari kehamilan, seperti hyperemesis
gravidarum, preeklamsi, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, kelainan
plasenta, atau selaput janin dan pendarahan antepartum.
2) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan.
Terdapat hubungan timbal balik dimana penyakit ini dapat memperberat serta
mempengaruhi kehamilan, contohnya:
a) Kelainan bagian kandungan seperti varises vulva, kelainan bawaan, hematoma
vulva, peradangan, gonorea, DM, kista bartholini, fistula vagina, kista vagina,
kelainan bawaan uterus, kelainan letak uterus, tumor uteri, mioma uteri,
karsinoma serviks, karsinoma korpus uteri.
b) Penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, hipertensi, stenosis aorta,
jantung rematik, endokarditis.
c) Penyakit darah misalnya anemia karena kehamilan, leukimia, kelainan
pembekuan darah, purpura trombositopeni, hipofibrinogenemia.
d) Penyakit saluran nafas misalnya influenza, bronchitis, pneumonia, asma
bronchiale, TB paru.
e) Penyakit traktus digestivus misalnya ptialismus, kries, gingivitis, pirosis,
herniadiafragmatikagastritis, ileus, valvulusta, hernia, appendik, colitis,
megakolon, hemmorhoid.

6
f) Penyakit hepar misalnya hepatitis, rupture hepar, sirosis hepatis, ikterus, atrofi
hepar, penyakit pankreas.
g) Penyakit ginjal atau saluran kemih misalnya infeksi saluran kemih, bakteriuria,
sistisis, sindroma nefrotik, batu ginjal, TBC ginjal.
h) Penyakit endokrin misalnya diabetes dalam kehamilan, kelainan kelenjar
gondok, dan kelainan hipofisis.
i) Penyakit saraf misalnya korea gravidarum, epilepsia, pendarahan intakranial,
tumor otak, poliomyelitis.
j) Penyakit menular misalnya IMS, AIDS, kondolimata akuminata, tetanus,
erysipelas, difteri, lepra, torch, morbilli, campak, parotitis, variola, malaria dan
lain-lain.
b. Status Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan,
karena faktor gizi sangat dipengaruhi terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta
guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Keterbatasan gizi selama hamil sering
berhubungan dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau keadaan lain yang dapat
meningkatkan kebutuhan gizi ibu hamil. Gizi merupakan salah satu faktor penting
yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Pengaruh gizi
terhadap kehamilan sangat penting. Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah
sesuai dengan umur kehamilan. Berat badan normal akan menghasilkan bayi yang
normal.
Demikian juga sebaliknya kenaikan berat badan lebih dari normal, dapat
menimbulkan komplikasi keracunan kehamilan (pre-eklamsi), bayi yang terlalu besar
sehingga menimbulkan kesulitan persainan. Jika berat badan ibu hamil kurang dari
normal kemungkinan ibu beresiko keguguran, bayi lahir prematur, berat badan lahir
rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan bayi, dan pendarahan sehabis
persalinan. Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar antara lain:
1) Asam folat, berfungsi sebagai menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural,
spina bifida dan anansepalus, baik pada ibu hamil normal maupun beresiko.
Minimal pemberian asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan
berlanjut 3 bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk preventif

7
adalah 500 kg atau 0,5-0,8 mg, sedangkan untuk kelompok beresiko adalah 4
mg/hari. Bila kekurangan asam folat akan menyebabkan anemia pada ibu dan cacat
bayi yang dilahirkan.
2) Energi, kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh
kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.
3) Protein, berfungsi sebagai menambah jaringan tubuh ibu seperti jaringan payudara
dan rahim dan dapat diperoleh dari susu, telur, dan keju.
4) Zat besi (Fe), membutuhkan tambahan 700-800 mg zat besi. Jika kekurangan, bisa
terjadi perdarahan sehabis melahirkan.
5) Kalsium, berfungsi sebagai untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan
kalsium ibu hamil adalah 500 mg/hari.
6) Vitamin D, berkaitan dengan zat kapur dan jika kekurangan zat kapur maka
pembentukan gigi geliginya dan lapisan luar gigi tidak sempurna.
7) Yodium, berfungsi sebagai mencegah gondongan dan jika kekurangan yodium
pada ibu hamil dapat menyebabkan janin menderita kretenisme, sebuah
ketidakmampuan yang mempengaruhi pemikiran.
8) Vitamin A, berfungsi sebagai mencegah rabun ayam, kebutaan dan membantu
tubuh untuk melawan infeksi.
c. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat,baik
masyarakat yang bersifat positif maupun kebiasaan bersifat negatif yang dapat
mempengaruhi kesehatan. Pengaruh gaya hidup yang mempengaruhi kehamilan
seperti kebiasaan minum jamu, aktivitas seksual, pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
yang terlalu berat, senam hamil, konsumsi alkohol, merokok dan kehamilan yang
tidak diharapkan.
2. Faktor Psikologi
Faktor psikologi muncul karena ketidakmatangan di dalam perkembangan emosional
dalam kesanggupan seseoraang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk
kehamilan. Faktor psikologi ini mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhi
kehamilan, antara lain stressor, dukungan keluarga, subtance abuse, partner abuse.

8
3. Gaya Hidup
Gaya hidup sehat adalah gaya yang digunakan ibu hamil. Ekonomi juga selalu
menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang cukup dapat memeriksakan
kehamilannya secara rutin. Dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat
tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik.
Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi gaya hidup antara lain:
a. Faktor lingkungan
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan ibu hamil. Tenaga
kesehatan harus dapat menyikapi hal ini secara bijaksana dan jangan sampai
menyinggung kearifan lokal pada daerah tersebut. Penyampaian mengenai pengaruh
adat dapat melalui beberapa teknik, misalnya media massa, pendekatan tokoh
masyarakat, dan penyuluhan yang menggunakan media efektif.
b. Faktor sosial
1) Fasilitas kesehatan, berfungsi sebagai menentukan kualitas pelayanan pada ibu
hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat,
sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil serta adanya fasilitas
kesehatan ini dapat menurunkan angka kematian ibu hamil (AKI).
2) Tingkat pendidikan, sangat berperan dalam kualitas perawatan bayinya. Informasi
yang berhubungan dengan perawatan kehamilan sangat dibutuhkan, sehingga akan
meningkatkan pengetahuannya. Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi
Pendidikan seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya tentang sesuatu.
Pada ibu hamil dengan pendidikan rendah kadang ketika tidak mendapatkan cukup
informasi mengenai kesehatannya maka ia tidak tahu bagaimana cara melakukan
perawatan kehamilan dengan baik.
3) Pekerjaan, akan menggambarkan aktifitas dan tingkat kesejahteraan ekonomi yang
didapatkan. Penelitian juga menunjukkan bahwa ibu hamil yang bekerja akan
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dari pada ibu yang tidak bekerja, karena
ibu yang bekerja akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain,
sehingga lebih mempunyai banyak peluang juga untuk mendapatkan informasi
seputar kesehatannya.
c. Faktor budaya dan adat istiadat

9
Adat istiadat merupakan akar budaya masayarakat atau kebiasaan yang
dilakukan. Banyak sekali kebiasaan adat istiadat yang masih dipertahankan di
indonesia untuk mencapai keturunan yang baik secara psikis maupun jasmani. Faktor
sosial budaya yang mempengaruhi kehamilan seperti larangan ibu hamil melihat
orang menyembelih binatang, upacara tujuh bulan, kedekatan masyarakat pada dukun
berbayi, ibu hamil harus makan dua kali lipat, ibu hamil tidak boleh makan nanas,
pisang ambon dan duren, minum es membuat janin besar, ibu hamil tidak boleh
makan daging kambing, minum air kelapa, minum jamu-jamuan tradisional, minum
air rebusan kacang hijau, peringatan 4 bulanan, ibu hamil tidak boleh makan cabe, ibu
hamil tidak boleh memasak sambil jongkok.
d. Faktor ekonomi
Kehidupan berekonomi ada sejak maanusia dilahirkan. Kehidupan berlangsung di
lingkup keluarga maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari nampak berbagai
kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

D. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Kehamilan


Ada beberapa perubahan yang terjadi pada ibu hamil menurut Bobak et al (2015), baik
perubahan fisiologis maupun perubahan psikologis, diantaranya:
1. Perubahan Fisiologis
a. Sistem Integumen
Pada kulit, terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis. Melasma di wajah yang biasa disebut cloasma atau topeng
kehamilan, adalah bercak pada kulit di derah tonjolan maksila dan dahi khususnya
pada wanita hamil berkulit hitam. Linea nigra adalah garis pigmentasi dari daerah
symfisis pubis sampai bagian atas fundus di garis tengah tubuh dan striae gravidarum
atau tanda regangan akan terlihat di bagian bawah abdomen.
b. Perubahan kelenjar
Perubahan kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher
pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.

10
c. Perubahan payudara
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormone Somatomatropin, estrogen,
dan progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Rasa penuh, peningkatan
sensitivitas, rasa geli dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu keenam
gestasi. Puting susu dan areola menjadi lebih berpigmen dan lebih erektil. Hipertrofi
kelenjar sebasea/lemak yang muncul di areolla primer dan disebut Tuberkel
Montgomery.
d. Perubahan Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen
dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya
disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus. Berat uterus normal < 30 gram, pada
akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram dengan panjang < 20
cm dan dinding ± 2,5 cm. Selama minggu awal kehamilan, peningkatan aliran darah
uterus dan limfe mengakibatkan edema dan kongesti panggul. Akibatnya uterus,
servik dan istmus melunak secara progresif dan servik menjadi agak kebiruan (Tanda
Chadwick). Pada sekitar minggu ke 7 dan ke 8, terlihat pola pelunakan uterus sebagai
berikut : istmus melunak dan dapat ditekan (Tanda Hegar), servik melunak (Tanda
Goodell) dan fundus pada serviks mulai fleksi (Tanda McDonald).
Tabel 1.1 Taksiran Berat Janin
Umur Kehamilan Berat badan janin
1 bulan -
2 bulan 5 gram
3 bulan 15 gram
4 bulan 120 gram
5 bulan 280 gram
6 bulan 600 gram
7 bulan 1000 gram
8 bulan 1800 gram
9 bulan 2500 gram
10 bulan 3000 gram
Sumber: Mochtar (2012)

11
Tabel 1.2 Tinggi Fundus Uteri Menurut Usia Kehamilan
Umur Kehamilan TFU
12 minggu 3 jari di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus
Sumber: Manuaba (2009)
e. Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak
kebiruan (livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick. Selama hamil, pH sekresi vagina
menjadi lebih asam. Peningkatan pH ini membuat wanita hamil lebih rentan terhadap
infeksi vagina. Dan peningkatan vaskularisasi vagina dan visera panggul
menyebabkan peningkatan sensitivitas yang menyolok, yang menyebabkan
peningkatan keinginan dan bangkitan seksual, terutama selama trimester kedua.
f. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering
terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang
membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
g. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tubuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
h. Sistem sirkulasi darah
1) Volume darah
Volume darah total dan volume plasma darah meningkat pesat sejak akhir
trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 20%, dengan

12
puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung yang meningkat
sebanyak ± 30%.
2) Protein darah
Jumlah protein, albumin dan gamaglobulin menurun dalam triwulan pertama dan
meningkat secara bertahap pada akhir kehamilan. Betaglobulin dan fibrinogen
terus meningkat.
3) Hitung jenis dan haemoglobin (Hb)
Hematokrit cenderung menurun karena kenaikan relatif volume plasma darah.
Konsentrasi Hb menurun karena volume plasma yang meningkat.
4) Nadi dan Tekanan Darah
Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester kedua, dan
akan naik lagi seperti pra hamil. Nadi biasanya naik, 84x/menit.
5) Jantung
Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3 bulan dan menurun
lagi pada minggu terakhir kehamilan.
i. Sistem pernapasan
Pada kehamilan terjadi  juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi
kebutuhan O2. Di samping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang
membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan
rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar
20-25% dari biasanya.
j. Sistem pencernaan
Saliva meningkat, dan pada trimester pertama mengeluh mual dan muntah. Tonus
otot saluran pencernaan melemah, sehingga motilitas dan makanan lebih lama berada
dalam saluran makanan. Gejala muntah/emesis gravidarum sering terjadi biasanya
pada pagi hari, disebut sakit pagi/morning sickness.
k. Traktus Urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua
terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Desakan tersebut menyebabkan
kandung kemih cepat terasa penuh. Filtrasi pada glomerulus bertambah sekitar 69-
70%.  

13
l. Metabolisme
1) Metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula
2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan 155 mEq/liter menjadi 145
mEq/liter
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi. Dalam makanan diperlukan protein
tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau sebutir telur ayam tiap hari
4) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein
5) BB ibu hamil bertambah
2. Perubahan Psikologis
a. Trimester I
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian
yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung.
Penerimaan tehadap kenyataan ini dan arti bagi semua ini bagi dirinya merupakan
tugas psikologis yang paling penting bagi dirinya. Selama trimester ini wanita
menjadi ambivalen. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan,
kecemasan, depresi dan kesedihan. Akan tetapi bagi wanita terutama mereka yang
telah merencbayian kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil, merasa suka
cita sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari bukti kehamilan
pada setiap jengkal tubuhnya. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi
antara wanita satu dengan wanita yang lain. Meski beberapa wanita mengalami
peningkatan hasrat seksual akan tetapi secara umum trimester pertama merupakan
waktu terjadinya penurunana libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur
dan terbuka terhadap pasangannya masing-masing. Banyak wanita merasakan
kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks.
b. Trimester II
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni
periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala rasa ketidaknyamanan
yang normal yang dialami oleh ibu hamil. Trimester kedua dibagi menjadi dua fase
yakni fase pra-queckning dan pasca quickening. Quickening menunjukkan kenyataan
adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam
melaksbayian tugas psikologis utamanya pada trimester ini yakni mengembangkan

14
identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya. Sebagian besar
wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang lebih 80% wanita
mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibandingkan
dengan trimester I dan sebelum hamil. Trimester kedua hampir terbebas  dari segala
ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar,
lubrikasi vagina menjadi semakin banyak pada masa ini, kekemasan, kekhawatiran
dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita
tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih
sayang dari ibunya menjadi seorang pencari kasih sayang dari pasangannya, dan
semua factor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.
c. Trimester III
Trimester ketiga ini sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Ia mulai menyadari kehadiran bayi sebagi makhluk yang terpisah
sehingga ia tidak sabar menantikan kelahiran sang bayi. Dalam trimester ini
merupakan waktu persiapan yang aktif menantikan kelahiran bayinya. Hal ini
membuat ia berjaga-jaga dan menunggu tanda dan gejala persalinan. Sejumlah
ketakutan muncul dalam trimester ini yaitu merasa cemas dengan kehidupan bayinya
dan dirinya sendiri, seperti : apakah bayinya nanti akan lahir abnormal, terkait dengan
persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali dan hal-hal lain yang tidak
diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak
mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya
akan mengalami cedera akibat tendangan bayi.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat
menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan dan
memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya.  Hasrat
untuk melakukan hubungan seksual  akan menghilang seiring dengan membesarnya
abdomen yang menjadi penghalang. Alternatif posisi dalam berhubungan seksual dan
metode alternatif untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan
perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi
perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan tenaga
kesehatan menjadi sangat penting.

15
E. Tinjauan Islam Tentang Persalinan
Dalam agama Islam, kehamilan merupakan salah satu bentuk kebesaran Allah dan
bukti bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Eneng, 2021). Hal ini tercermin
dalam firman Allah SWT yang menjelaskan tentang penciptaan manusia :

Q.S Al-Mu’minun : 12-14

ْ ُ‫ۖ ثُ َّم َج َع ْل ٰنهُ ن‬


ٍ ‫طفَةً فِ ْي قَ َر‬
‫ار َّم ِكي ٍْن‬
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah

ُ‫ْأ ٰنه‬n‫ا ثُ َّم اَ ْن َش‬nn‫وْ نَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ ًم‬n‫ا فَ َك َس‬nn‫ َغةَ ِع ٰظ ًم‬n‫ض‬ ْ ُّ‫ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن‬
ْ ‫ ْال ُم‬n‫ ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَخَ لَ ْقنَا‬n‫طفَةَ َعلَقَةً فَخَ لَ ْقنَا‬
َ‫اركَ هّٰللا ُ اَحْ َس ُن ْالخَالِقِ ْي ۗن‬ َ ۗ ‫ ٰا‬n‫خَلقًا‬
َ َ‫خَر فَتَب‬ ْ
“ Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikantulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”

Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).”
Kata sulasah dapat diartikan sebagai Sari Pati atau inti sari. Adapun kata nuthfah memiliki
banyak arti, bisa berarti satu tetes air atau ukuran kecil dari benda yang dapat membasahi atau
tetesan zat cair.
Perkembangan nuthfah berjalan secara bertahap, mulai dari pembelahan sel menjadi dua
bagian pada hari pertama, kemudian menjadi empat bagian pada hari kedua, hari ketiga menjadi
enam sampai dua belas sel, dan hari keempat menjadi enam belas sampai tiga puluh dua sel
blastomer. Al-Quran menyatakan bahwa embrio yang menempel tersebut merupakan gumpalan
darah yang bersifat menempel, atau alaq. Kata alaq atau alaqah berasal dari kata alaqa yang
berarti sesuatu yang membeku, tergantung atau berdempet, sehingga ditafsirkan sebagai
gumpalan darah yang bersifat seperti lintah, sehingga menempel di dinding rahim

16
BAB II

ANTENATAL CARE

A. Definisi Antenatal Care


ANC adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim (Guttmacher, 2013).Antenatal Care adalah perawatan yang
ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi
juga pengawasan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga ibu dan anak sehat
(Mochtar, 2010). Pelayanan antenatal adalah untuk mencegah adanya komplikasi obstretri
dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin (Saifuddin, dkk., 2014)

Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk
mencegah masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin agar melalui persalinan dengan
sejat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu sehingga ibu dalam keadaan status
kesehatan oftimal, karena kesehatan ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janinnya ( Departemen Kesehatan, 2010)
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalianan yang aman dan memuaskan (Handaya, 2012).
Adapun standar pelayanan yang di canangkan oleh pemerintah dalam hal ini :
1. Identifikasi ibu hamil
Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
penyuluhan dan motivasi untuk pemeriksaan dini dan teratur. Hasil yang diharapkan
dari identifikasi ibu hamil ini adalah
a Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan,
b Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan
secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan kehamilan.
c Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16
minggu.

17
2. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal dan memeriksakan minimal pada ibu hamil
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
Kunjungan Waktu Alasan
Trimester I Sebelum 14  Mendeteksi masalah yang dapat ditangani
minggu sebelum membahayakan jiwa.

 Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal,


anemia, kebiasaan tradisional yang
berbahaya)

 Membangun hubungan saling percaya

 Memulai persiapan kelahiran & kesiapan


menghadapi komplikasi.

 Mendorong perilaku sehat (nutrisi,


kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).

Trimester II 14 – 28 Sama dengan trimester I ditambah:


minggu kewaspadaan khusus terhadap hipertensi
kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau
TD, evaluasi edema, proteinuria)

Trimester III 28 – 36 Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.


minggu
Setelah 36
– Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau
minggu kondisi yang memerlukan persalinan di RS.

3. Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian
terendah janin, dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul untuk mencari
kelainan, serta melakukan rujukan tepat waktu. 

18
4. Pengelolaan Anemia pada kehamilan
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah defisiensi zat besi
pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar hemoglobin. Wanita hamil perlu menyerap
zat besi rata-rata 60 mg/hari (Tablet mengandung FeSO4 320 mg = zat besi 60 mg
dan asam folat 500 µg), kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester II
karena absorpsi usus yang tinggi. Fe diberikan satu tablet sehari sesegera mungkin
stelah rasa mual hilang, diberikan sebanyak 90 tablet semasa kehamilan.
5. Pengelolaan Dini Hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan,
mengenali tanda dan gejala preeklampsia lainnya, mengambil tindakan yang tepat,
dan merujuknya.
6. Persiapan persalinan
Memberi saran pada ibu hamil, suami dan keluarga untuk memastikan persiapan
persalinan bersih dan aman, persiapan transportasi, biaya. Bidan sebaiknya
melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. Dalam memberikan asuhan/pelayanan
standar minimal 7 T (timbang BB), ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri,
TT, tablet besimin 90 tablet selama hamil, tes PMS, temu wicara dalam rangka
persiapan rujukan. Namun standar ini sudah berkembang menjadi 10 T hingga 14
T.
B. Tujuan Antenatal Care
1. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu.
3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara optimal.

19
C. Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care
Menurut Ardian (2016) sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu:
1. 1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2. 1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
3. 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke-
36)
Menurut Syaifudin (2016), pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Minimal 1 kali pada trimester ke-1 (kehamilan < 14 minggu)
2. Minimal 1 kali pada trimester ke-2 (kehamilan 14 – 28 minggu)
3. Minimal 2 kali pada trimester ke-3 ( >28 minggu sampai kelahiran).
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling
sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, menurut jadwal 1-1-2
yaitu paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali
kunjungan dalam trimester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester
ketiga.
D. Pemeriksaan pada Antenatal Care
Adapun standar asuhan pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Winkjosastro dkk
(2015) adalah sebagai berikut:
1. Timbang Berat Badan (T1)
Pengukuran berat badan diwajibkan setiap ibu hamil melakukan kunjungan. Kenaikan
berat bada normal pada waktu kehamilan sebesar 0,5 kg per minggu mulai trimester
kedua.
2. Ukur Tekanan darah (T2)
Tekanan darah yang normal adalah 110/80 hingga 140/90 mmHg, apabila diketahui
tekanan darah ibu hamil melebihi 140/90 mmHg maka perlu diwaspadai adanya
preeklamsi.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)

20
Merupakan suatu cara untuk mengukur besar rahim dari tulang kemaluan ibu hingga
batas pembesaran perut tepatnya pada puncak fundus uteri. Dari pemeriksaan tersebut
dapat diketahui pertumbuhan janin sesuai dengan usia kehamilan.
4. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
Tablet Fe merupakan tablet penambah darah. Selama masa pertengahan kehamilan,
tekanan sistolik dan diastolik menurun 5 hingga 10 mmHg. Hal ini biasa terjadi karena
vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal selama kehamilan (Indriyani, 2013).
5. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (T5)
Pemberian imunisasi ini sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus
neonatorum. Penyakit tetanus neonatorum yang disebabkan oleh masuknya kuman
Clostridium Tetani ke tubuh bayi merupakan penyakit infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian bayi dengan gejala panas tinggi, kaku kuduk, dan kejang. Imunisasi TT
dianjurkan 2 kali pemberian selama kehamilan, yaitu TT1 diberikan pada kunjungan awal
dan TT2 dilakukan pada 4 minggu setelah suntukan TT1(Bartini, 2012).
6. Pemeriksaan Hb (T6)
7. Pemeriksaan VDRL (T7)
8. Perawatan Payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara (T8)
9. Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil (T9)
10. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)
11. Pemeriksaan protein urin atas indikasi (T11)
12. Pemeriksaan reduksi urin atas indikasi (T12)
13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)
14. Pemberian terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria (T14)

21
BAB II

KONSEP ASKEP PADA IBU HAMIL

A. Pengkajian Keperawatan
Asuhan masa prenatal adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada klien mulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Pengumpulan data pada klien dan keluarga dilakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang/hasil
laboratorium. Adapun pengkajian pada masa nifas menurut Bobak et al (2015) meliputi:
1. Identitas
a. Nama suami dan istri  
Agar dalam melakukan komunikasi dengan pasien keluarga dapat terjalin komunikasi
dengan baik.
b. Usia      
Penyulit dalam kehamilan remaja lebih tinggi dibanding umur 20-30 tahun.
c. Alamat                   
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan/informasi bila diperlukan. Bila
keadaan mendesak, dengan diketahuinya alamat tersebut bidan dapat mengetahui
tempat tinggal pasien/klien dan lingkungannya.
d. Pekerjaan              
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan pasien.
e. Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan pasien/klien.
f. Pendidikan      
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
g. Status perkawinan 
Ditanyakan kepada ibu atau calon ibu, untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
status perkawinan terhadap masalah kesehatan, bila diperlukan ditanyakan tentang
keberapa kalinya.       

22
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien/klien datang mencari
pertolongan.
b. Riwayat keluhan utama
P  : Provokasi/palatif (penyebab)
Q : Quality/bagaimana gejala dirasakan
R : Region/dimana gejala dirasakan
S : Skala keadaan/seberapa parah yang dialami pasien
T : Time/sejak kapan keluhan terjadi dan sampai kapan
c. Riwayat kesehatan sekarang
Yang perlu dikaji : sejak kapan ibu merasakan pergerakan bayi, umur kehamilan,
ANC berapa kali, dimana imunisasi TT didapatkan, terapi yang didapatkan,
penyuluhan yang didapatkan, bila mulai didapatkan gerakan bayi, kalau kehamilan
masih muda adalah mual, muntah, sakit kepala, perdarahan.kalau kehamilan tua
adalah bengkak di kaki/muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari, lama
haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak.
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, bayi hidup atau mati, usia, sehat atau tidak,
penolong siapa, nifas normal atau tidak.
3) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Perlu dicatat bagi ibu yang mengikuti atau pernah mengikuti KB. Hal ini penting
diketahui apakah kehamilan sekarang direncbayian atau tidak.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keturunan dalam keluarga, bayi kembar atau penyakit menular yang
dapat mempengaruhi persalinan.
5) Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional
a) Inspeksi

23
(1) Muka  : adakah cloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau
merah adakah oedema pada muka,bagaimana keadaan lidah, gigi.
(2) Leher : apakah vena terbendung di leher, apakah ada pembesaran kelenjar
gondok dan limpe.
(3) Dada  : bentuk buah dada, pigmentasi puting susu dan gelanggang susu,
keadaan puting susu, adakah kolostrum.
(4) Abdomen GIT  : bentuk abdomen, warna, adakah luka bekas operasi
apendeksitis, terbagi 9 regio hipokondria kanan (pembesaran hepar),
epigastrik (gastritis), hipokondria kiri (pembesaran lien), lumbal kanan dan
kiri (ginjal), umbilikus, iliaka kanan (apendiksitis), hipokondria, iliaka kiri
(scibala).
(5) Abdomen obstetrik  : perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan
pucat, pigmentasi linia alba, nampakkah gerakan bayi atau kontraksi uterus,
adakah strie gravidarum atau bekas luka.
(6) Vulva  : keadaan perineum, carilah varises, tanda chadwick, condyloma
akuminata, flour albus.
(7) Anggota bawah   : cari varises, oedema, luka, cicatrix pada lipat paha, CRT
kembali ≤ 1 detik untuk mengetahui kemungkinan dehidrasi.
b) Palpasi
(1) Leopold I :Untuk mengetahui usia kehamilan dan TFU dan bagian apa
yang di fundus
- Kaki pasien dibengkokan pada lutut dan lipatan paha
- Pemeriksa berdiri sebelah kakan pasien dan melihat ke arah muka
pasien
- Rahim dibawa ke tengah
- Tingginya fundus uteri ditentukan dan bagian apa dari bayi yang
terdapat dalam fundus
(2) Leopold II : untuk menentukan dimana letaknya punggung bayi dan
dimana letaknya bagian-bagian kecil
- Keadaan tangan pindah ke samping

24
- Tentukan dimana punggung bayi, punggung bayi terdapat di pihak
yang memberikan rintangan yang terbesar, carilah bagian-bagian kecil,
yang biasanya terletak bertentangan dengan pihak yang memberi
rintangan terbesar
- Kadang-kadang di samping terdapat kepala/bokong ialah letak lintang
(3) Leopold III : menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah
bagian bawah bayi ini sudah/belum terpegang oleh pintu atas panggul
- Dipergunakan satu tangan saja
- Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya
- Cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan
(4) Leopold IV : menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa
masuknya bagian bawah kedalam rongga panggul
- Pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat ke arah kaki si pasien
- Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah
- Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas
panggul dan berapa masuknya bagian bawah
- Jika kita rapatkan ke dua tangan pada permukaan dari bagian terbawah
dari kepala yang masih teraba diluar :
Convergent → bagian kecil dari kepala turun ke rongga panggul
Sejajar → separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul
Divergent → sebagian besar dari kepala masuk kedalam rongga
panggul
c) Auskultasi
(1) DJJ terdengar dimana, frekwensi, irama, dengan cara 5 detik berselang,
30 menit dikalikan 2/dihitung selama 1 menit penuh
(2) Kalau bunyi jantung janin kurang dari 120/menit atau lebih dari
160/menit atau tidak teratur,maka bayi dalam keadaan asphyxial
(kekurangan O2)
(3) Pemeriksaan panggul
(4) Pengukuran ukuran-ukuran panggul luar, meliputi:
Distantia spinarum (N = 23-26 cm)

25
Distantia cristarum (N = 26-29 cm)
Conjungtiva externa/boudelogue ( N = 18-20 cm)
Lingkar panggul ( N = 80-90 cm)
Distantia spina illiaca posterior superior ( N = 8-10 cm)
Distantia tuberum (N = 10,5-11 cm)
(5) Pengukuran panggul dalam, meliputi:
Promotorium (N = tidak teraba)
Linea inominata ( N = teraba 2/3 bagian)
Sacrum ( N = cekung)
Spina ischiadica (N = menonjol)
Arcus pubis ( N = > 900)
(6) Pemeriksaan laboratorium
- Urin Albumin
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada air kemih,
misal: gejala pre-eklampsia, penyakit ginjal, radang kandung kencing.
- Urin Reduksi
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin, sehingga dapat
mendeteksi penyakit DM pada ibu hamil yang merupakan faktor risiko
dalam kehamilan maupun persalinan.
- Haemoglobin
Untuk mendeteksi adanya anemia, bila Hb kurang dari 10 gr
% (normalnya: 11 gr%).
- USG
Untuk mengetahui keadaan janin, letak janin, usia kehamilan dan
perkiraan persalinan.
(7) Pola kebiasaan sehari-hari
- Nutrisi
Perlu disampaikan bagaimana pemenuhan nutrisi selama hamil,
apakah sudah selesai kebutuhan ibu hamil.
- Eliminasi

26
Bagaimana pola BAB-nya, konstipasi merupakan hal yang umum
selama kehamilan karena aksi hormonal yang mengurangi gerakan
peristaltik usus dan pembesaran uterus yang menahannya. Sering
kencing merupakan hal umum yang terjadi selama bulan pertama dan
terakhir masa kehamilan karena rongga perut dipenuhi oleh
pembesaran uterus.
- Istirahat
Waktu istirahat lebih lama ± 10-11 jam untuk wanita hamil. Istirahat
hendaknya diadakan pula waktu siang hari.
- Aktivitas
Bagi ibu hamil pekerjaan rumah tangga dapat dilaksbayian, bekerja
sesuai kemampuan dan makin dikurangi semakin tuanya kehamilan.
- Personal hygiene
Kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok-pokok yang perlu
diperhatikan dalam hygiene kehamilan meliputi kebersihan mulut,
pemeliharan gigi, kebersihan tubuh, kulit, muka dan kebersihan
pakaian luar dan dalam.
- Seksual
Perlu ditanyakan untuk mengetahui masalah yang terjadi selama
kehamilan, berapa kali dalam seminggu melakukannya.

27
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada masa kehamilan berdasarkan buku
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) adalah:
1. Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Batasan Karakteristik

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1.Mengeluh nyeri 1.Tampak meringis
2.Bersikap protektif (mis.waspada, posisi
menghindari nyeri)
3.Gelisah
4.Frekuensi nadi meningkat
5.Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1.Tekanan darah meningkat
2.Pola napas berubah
3.Nafsu makan berubah
4.Proses berpikir terganggu
5.Menarik diri
6.Berfokus pada diri sendiri
7.Biaforesis
c. Penyebab
1) Agen Pencedera fisiologis (mis.inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen Pencedera kimiawi (mis.terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen Pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

28
2. Masalah: Intoleransi Aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Mengeluh lelah 1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Dispnea saat/setelah 1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
aktivitas 2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah
2. Merasa tidak nyaman aktivitas
setelah beraktivitas 3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
3. Merasa lelah 4. Sianosis

c. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
3. Masalah Keperawatan: Ansietas
a. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat 2. Tampak tegang
dari kondisi yang dihadapi 3. Sulit tidur
3. Sulit berkonsentrasi
Gejala dan Tanda Minor

29
Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi napas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
c. Penyebab
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi sistem keluarga
8) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
4. Masalah Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
a. Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
b. Batasan Karekteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Mengeluh kesulitan tidur (tidak tersedia)
Mengeluh sering terjaga
Mengeluh tidak puas tidur
Mengeluh pola tidur berubah
Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif

30
Mengeluh kemampuan beraktivitas (tidak tersedia)
menurun
c. Penyebab
1) Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkunga,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
5. Masalah Keperawatan: Keletihan
a. Definisi
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat.
b. Batasan Karakteristik

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1.Merasa energi tidak pulih 1.Tidak mampu mempertahankan aktivitas
walaupun sudah tidur rutin
2.Tampak lesu

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1.Merasa bersalah akibat tidak 1.Kebutuhan istirahat meningkat
menjalankan tanggung jawab
2.Libido menurun
c. Penyebab
1) Gangguan tidur
2) Gaya hidup monoton
3) Kondisi fisiologis (mis.penyakit kronis, penyakit terminal, anemia, malnutrisi,
kehamilan)
4) Program perawatan/pengobatan jangka panjang
5) Peristiwa hidup negatif

31
6) Stress berlebihan
7) Depresi
6. Masalah Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh
a. Definisi
Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik individu.
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1.Mengungkapkan 1.Kehilangan bagian tubuh
kecacatan/kehilangan bagian 2.Fungsi/struktur tubuh berubah/menghilang
tubuh
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1.Tidak mau mengungkapkan 1.Menyembunyikan/menunjukkan bagian
kecacatan/kehilangan bagian tubuh secara berlebihan
tubuh 2.Menghindari melihat dan/atau menyentuh
2.Mengungkapkan perasaan bagian tubuh
negatif tentang perubahan tubuh 3.Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
3.Mengungkapkan kekhawatiran 4.Respon nonverbal pada perubahan dan
pada penolakan/reaksi orang lain persepsi tubuh
4.Mengungkapkan perubahan 5.Fokus pada penampilan dan kekuatan masa
gaya hidup lalu
6.Hubungan sosial berubah
c. Penyebab
1) Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis.amputasi, trauma, luka bakar, obesitas,
jerawat)
2) Perubahan fungsi tubuh (mis.proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3) Perubahan fungsi kognitif
4) Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5) Transaksi perkembangan
6) Gangguan psikososial
7) Efek tindakan/pengobatan (mis.pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)

7. Masalah Keperawatan: Defisit Nutrisi

32
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
b. Batasan Karakteristik

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1.Berat badan menurun minimal 10% di
bawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Cepat kenyang setelah makan 1. Bising usus hiperaktif
2. Kran/nyeri abdomen 2. Otot pengunyah lemah
3. Nafsu makan menurun 3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
c. Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (mis. stress, keenggangan untuk makan)
8. Masalah Keperawatan: Risiko Ketidakseimbangan Cairan
a. Definisi
Berisiko mengalami penurunan, peningkatan, atau percepatan perpindahan cairan
dari intravaskuler, interstisial atau intraseluler.
b. Faktor Risiko
1) Prosedur pembedahan mayor
2) Trauma/pembedahan
3) Luka bakar
4) Aferesis
5) Asites
6) Obstruksi intestinal

33
7) Peradangan pankreas
8) Penyakit ginjal dan kelenjar
9) Disfungsi intestinal
c. Kondisi Klinis Terkait
1) Prosedur pembedahan mayor
2) Penyakit ginjal dan kelenjar
3) Perdarahan
4) Luka bakar

C. Rencana Keperawatan
1. Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama …x… jam, diharapkan tingkat nyeri
menurun dengan Kriteria hasil:
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Sikap protektif menurun
d. Gelisah menurun
e. Kesulitan tidur menurun
f. Menarik diri menurun
g. Berfokus pada diri sendiri menurun
h. Perasaan depresi (tertekan) menurun
i. Frekuensi nadi membaik
j. Pola napas membaik
k. Tekanan darah membaik
l. Pola tidur membaik

Intervensi Rasional

34
Manajemen Nyeri
Observasi Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, -Untuk mengetahui keadaan umum
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri klien
- Identifikasi skala nyeri - Untuk memudahkan tindakan
selanjutnya
- Identifikasi respon nyeri non verbal - Untuk memudahkan dalam
pemberian intervensi
- Identifikasi faktor yang memperberat - Untuk memudahkan dilakukan
dan memperingan nyeri intervensi
-Identifikasi pengetahuan dan keyakinan -Mengetahui persepsi klien mengenai
tentang nyeri nyeri
-Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas -Mengetahui sejauh mana nyeri
hidup mempengaruhi kualitas hidup klien
khususnya aktivitas sehari-hari
-Monitor keberhasilan terapi -Memantau sejauh mana keberhasilan
komplementer yang sudah diberikan terapi yang diberikan
-Monitor efek samping analgetik -Untuk mengetahui efek samping
pemberian analgetik
Teraupetik Teraupetik
- Berikan teknik non farmakologis untuk -Untuk membantu menurunkan nyeri
mengurangi rasa nyeri (mis.TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, -Untuk menghindari terjadinya
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, memperberat nyeri
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin) -Mengoptimalkan pasien untuk
-Kontrol lingkungan yang memperberat istirahat
rasa nyeri (mis.suhu ruangan, -Untuk menentukan strategi
pencahayaan, kebisingan) meredakan nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi
- Pendidikan kesehatan dapat
-Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri meningkatkan pemahaman klien
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri - Meningkatkan pengetahuan klien
Edukasi - Klien paham cara memonitor nyeri
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu secara mandiri
nyeri - Membantu klien mengurangi nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri dan meningkatkan pengetahuan klien
- Anjurkan memonitor nyeri secara Kolaborasi
mandiri - Obat analgetik dapat mengurangi
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk rasa nyeri
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

2. Masalah: Intoleransi Aktivitas

35
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama …x… jam, diharapkan toleransi aktivitas
meningkat dengan Kriteria hasil:
a. Frekuensi nadi menurun
b. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
c. Kecepatan berjalan meningkat
d. Jarak berjalan meningkat
e. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
f. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
g. Keluhan lelah menurun
h. Dispnea saat aktivitas menurun
i. Dispnea setelah aktivitas menurun
j. Perasaan lemah menurun
k. Aritmia saat aktivitas menurun
l. Aritmia setelah aktivitas menurun
m. Sianosis menurun
n. Tekanan darah membaik
o. Frekuensi napas membaik

Intervensi Keperawatan Rasional


Manajemen Energi
Observasi Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh -Untuk menghindari terjadinya letih
yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional -Untuk mengetahui status kelelahan
klien dan tingkat emosi
- Monitor pola dan jam tidur - Untuk mengetahui kualitas tidur
pasien
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan -Untuk mengetahui tingkat kemampuan
selama melakukan aktivitas klien

Terapeutik Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan -Agar klien merasa nyaman
rendah stimulus (misalnya cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan latihan gerak pasif dan/atau -Melatih ekstermitas pasien untuk
aktif berlatih dalam batas aman
-Berikan aktivitas distraksi yang -Distraksi bermanfaat dalam
menenangkan memberikan ketenangan

36
-Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika -Pemenuhan aktivitas klien
tidak berpindah atau berjalan
Edukasi Edukasi
-Anjurkan tirah baring -Aktivitas yang berlebihan akan
memperburuk keadaan klien
-Anjurkan melakukan aktivitas secara - Meningkatkan kemampuan klien
bertahap dalam melakukan aktivitas
-Ajarkan strategi koping untuk -Manifestasi koping maladaptif
mengurangi kelelahan mungkin dapat meningkatkan kelelahan
Kolaborasi Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi tentang -Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
cara meningkatkan asupan makanan membantu memilih makanan yang
dapat memenuhi kebutuhan tubuh klien
3. Masalah Keperawatan: Ansietas
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama …x… jam, diharapkan tingkat ansietas
menurun dengan Kriteria hasil:
a. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
b. Perilaku gelisah menurun
c. Perilaku tegang menurun
d. Pola tidur membaik
e. Frekuensi pernapasan membaik
f. Frekuensi nadi membaik
g. Tekanan darah membaik
h. Kontak mata membaik

Intervensi Keperawatan Rasional


Terapi Relaksasi
Observasi Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, - Jika klien mengalami penurunan
ketidakmampuan berkonsentrasi atau tingkat energi, ketidakmampuan
gejala lain yang mengganggu berkonsentrasi atau gejala lain yang
kemampuan kognitif mengganggu, maka klien akan sulit
- Periksa ketegangan otot, frekuensi melakukan teknik relaksasi tersebut
nadi, tekanan darah dan suhu - Untuk mengetahui apakah ada
sebelum dan sesudah latihan perubahan yang baik pada otot,
- Monitor respon terhadap terapi frekuensi nadi, tekanan darah dan
relaksasi suhu sebelum dan sesudah latihan
- Untuk membandingkan perasaan
sebelum dan setelah terapi

Terapeutik
37
- Ciptakan lingkungan tenang dan Terapeutik
tanpa gangguan dengan pencahayaan - Untuk memberikan perasaan yang
dan suhu ruang yang nyaman tenang dan nyaman pada saat klien
- Gunakan pakaian longgar sedang latihan terapi relaksasi
- Gunakan nada suara lembut dengan - Agar klien lebih mudah bergerak
irama lambat dan berirama - Untuk memberikan perasaan
Edukasi tenang pada klien
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan Edukasi
jenis relaksasi - Untuk memberikan informasi
- Jelaskan secara rinci intervensi yang terkait tindakan jenis relaksasi
dipilih - Agar klien memahami terkait
- Anjurkan mengambil posisi nyaman intervensi yang akan dilakukan
- Untuk memberikan rasa nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan pada saat diberikan intervensi
sensasi relaksasi - Sebagai penunjang agar bisa
- Anjurkan sering mengulangi atau merasakan ketenangan
melatih tekhnik yang dipilih - Untuk membuat pasien mudah
mengingat dan menerapkan
- Demonstrasikan dan latih teknik intervensi yang diberikan
relaksasi - Untuk memudahkan klien
melakukan intervensi

4. Masalah Keperawatan: Gangguan Pola Tidur


Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama …x… jam, diharapkan pola tidur membaik
dengan Kriteria hasil:
a. Keluhan sulit tidur menurun
b. Keluhan sering terjaga menurun
c. Keluhan tidak puas tidur menurun
d. Keluhan pola tidur berubah menurun
e. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
f. Kemampuan beraktivitas meningkat

Intervensi Rasional
Observasi Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur- Untuk mengetahui pola aktivitas yang
dilakukan klien sebelum tidur
- Identifikasi faktor penganggu tidur - Untuk mengidentifikasikan faktor
(fisik dan/ psikologis) yang menganggu tidur, agar bisa di
antisipasi
- Identifikasi makanan dan minuman - Untuk menghindari makanan yang

38
yang menganggu tidur (mis. kopi, dapat membuat pola tidur tidak
teh, alkohol, makan mendekati efektif
waktu tidur, minum banyak air
sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang - Untuk meminimalisir gangguan tidur
dikonsumsi akibat obat-obatan yang dikonsumsi
Terapeutik Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis. - Untuk dapat mendukung proses yang
Pencahayaan, kebisingan, suhu, dapat mempercepat tidur
matras dan tempat tidur)
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu - Agar malam hari bisa cepat tidur
- Fasilitasi menghilangkan stress - Agar tidak memiliki beban pada saat
sebelum tidur tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin - Agar dapat menciptakan tidur yang
- Lakukan prosedur untuk efektif
meningkatkan kenyamanan (mis. - Agar dapat meningkatkan kenyaman
Pijat, pengaturan posisi, terapi dalam tidur
akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat - Agar proses pemberian obat tidak
dan/atau tindakan untuk menunjang menganggu proses tidur klien
siklus tidur terjaga
Edukasi Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup - Untuk mengedukasi klien mengetahui
selama sakit pentingnya tidur
- Anjurkan menepati kebiasaan - Agar jadwal tidur selalu terkontrol
waktu tidur baik
- Anjurkan menghindari - Agar tidak mengganggu waktu tidur
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur - Agar tidak mengganggu waktu tidur
yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang - Agar klien mengetahui faktor-faktor
berkontribusi terhadap gangguan yang memicu gangguan pola tidur
pola tidur (mis. psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift bekerja)
- Agar mendapatkan kualitas tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenik
yang lebih nyaman
atau cara non farmakologi lainnya
5. Masalah Keperawatan: Keletihan
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama …x… jam, diharapkan tingkat keletihan
menurun dengan Kriteria hasil:
a. Tenaga meningkat
b. Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
c. Verbalisasi lelah menurun

39
d. Lesu menurun

Intervensi Keperawatan Rasional


Manajemen Energi
Observasi Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh -Untuk menghindari terjadinya letih
yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional -Untuk mengetahui status kelelahan
klien dan tingkat emosi
- Monitor pola dan jam tidur - Untuk mengetahui kualitas tidur
pasien
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan -Untuk mengetahui tingkat kemampuan
selama melakukan aktivitas klien

Terapeutik Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan -Agar klien merasa nyaman
rendah stimulus (misalnya cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan latihan gerak pasif dan/atau -Melatih ekstermitas pasien untuk
aktif berlatih dalam batas aman
-Berikan aktivitas distraksi yang -Distraksi bermanfaat dalam
menenangkan memberikan ketenangan
-Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika -Pemenuhan aktivitas klien
tidak berpindah atau berjalan
Edukasi Edukasi
-Anjurkan tirah baring -Aktivitas yang berlebihan akan
memperburuk keadaan klien
-Anjurkan melakukan aktivitas secara - Meningkatkan kemampuan klien
bertahap dalam melakukan aktivitas
-Ajarkan strategi koping untuk -Manifestasi koping maladaptif
mengurangi kelelahan mungkin dapat meningkatkan kelelahan
Kolaborasi Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi tentang -Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
cara meningkatkan asupan makanan membantu memilih makanan yang
dapat memenuhi kebutuhan tubuh klien

6. Masalah Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh


Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama …x… jam, diharapkan citra tubuh meningkat
dengan Kriteria hasil:
a. Melihat bagian tubuh meningkat
b. Menyentuh bagian tubuh meningkat
c. Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun

40
d. Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain menurun
e. Meyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun
f. Fokus pada bagian tubuh menurun
g. Fokus pada penampilan masa lalu menurun
h. Respon nonverbal pada perubahan tubuh meningkat
i. Hubungan sosial meningkat

Intervensi Rasional
Promosi Citra Tubuh
Observasi Observasi
-Identifikasi harapan citra tubuh -Untuk mengetahui harapan citra
berdasarkan tahap perkembangan tubuh
-Identifikasi perubahan citra tubuh yang -Untuk mengetahui perubahan citra
mengakibatkan isolasi sosial tubuh yang mengakibatkan isolasi
sosial
-Monitor frekuensi pernyataan kritik -Untuk mengetahui frekuensi
terhadap diri sendiri pernyataan kritik terhadap diri sendiri
-Monitor apakah pasien bisa melihat -Untuk mengetahui apakah pasien bisa
bagian tubuh yang berubah melihat bagian tubuh yang berubah
Terapeutik Terapeutik
-Diskusikan perubahan tubuh dan -Agar pasien lebih percaya diri
fungsinya
-Diskusikan perbedaan penampilan fisik -Agar pasien lebih percaya dengan
terhadap harga diri penampilannya sendiri
-Diskusikan kondisi stress yang -Agar pasien mengetahui kondisi yang
mempengaruhi citra tubuh (mis.luka, memengaruhi citra tubuh
penyakit, pembedahan)
-Diskusikan cara mengembangkan -Agar pasien megetahui citra tubuh
harapan citra tubuh secara realistis secara realistis
-Diskusikan persepsi pasien dan keluarga -Agar pasien dan keluarga mengetahui
tentang perubahan citra tubuh tentang perubahan citra tubuh
Edukasi Edukasi
-Jelaskan kepada keluarga tentang -Agar keluarga bisa melakukannya
perawatan perubahan citra tubuh secara mandiri
-Anjurkan mengungkapkan gambaran diri -Agar pasien lebih percaya diri
terhadap citra tubuh
-Anjurkan menggunakan alat bantu -Memudahkan pasien beraktivitas
(mis.pakaian, wig, kosmetik)
-Latih fungsi tubuh yang dimiliki - Agar pasien bisa melatih secara
mandiri
-Latih peningkatan penampilan diri -Untuk menjaga rasa percaya diri
(mis.berdandan) pasien
-Latih pengungkapan kemampuan diri
kepada orang lain maupun kelompok -Agar pasien tetap merasa percaya diri

41
7. Masalah Keperawatan: Defisit Nutrisi
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama …x… jam, diharapkan status nutrisi
membaik dengan Kriteria hasil:
a. Porsi yang dihabiskan meningkat
b. Kekuatan otot pengunyah meningkat
c. Kekuatan otot menelan meningkat
d. Serum albumin meningkat
e. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
f. Pengetahuan tentang pilihan makanan meningkat
g. Pengetahuan tentang makanan yang sehat meningkat
h. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
i. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman meningkat
j. Penyiapan dan penyimpanan minuman yang aman meningkat
k. Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan kesehatan meningkat
l. Perasaan cepat kenyang menurun
m. Nyeri abdomen menurun
n. Berat badan membaik
o. Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
p. Frekuensi makan membaik

Intervensi Rasional
Manajemen Nutrisi
Observasi Observasi
-Identifikasi status nutrisi -Pengkajian penting dilakukan untuk
mengetahui status nutrisi klien
sehingga dapat menentukan intervensi
yang diberikan
-Identifikasi makanan yang disukai -Untuk dapat berselera dalam
makanan
-Monitor asupan makanan -Untuk mengetahui asupan makanan
klien
-Monitor berat badan -Untuk mengetahui BB yang ideal
untuk klien
Terapeutik Terapeutik
-Lakukan oral hygiene sebelum makan, -Untuk meningkatkan nafsu makan
jika perlu
-Sajikan makanan secara menarik dan

42
suhu yang sesuai -Agar pasien lebih lahap dalam
-Berikan makanan tinggi serat untuk memakan makanannya
mencegah konstipasi -Untuk mencegah konstipasi
-Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein -Agar kalori dan protein pasien
Edukasi terpenuhi
-Anjurkan posisi duduk, jika mampu Edukasi
Kolaborasi -Untuk memudahkan proses makan
-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Kolaborasi
menentukan jumlah kalori dan jenis -Agar nutrisi pasien terpenuhi dengan
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu baik dengan mengkonsultasikan
dengan ahli gizi

8. Masalah Keperawatan: Risiko Ketidakseimbangan Cairan


Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama …x… jam, diharapkan status cairan
membaik dengan Kriteria hasil:
a. Turgor kulit meningkat
b. Output urin meningkat
c. Perasaan lemah menurun
d. Frekuensi nadi membaik
e. Tekanan darah membaik
f. Membrane mukosa membaik
g. Kadar Hb membaik
h. Kadar Ht membaik
i. Intake cairan membaik
j. Suhu tubuh membaik

Intervensi Rasional
Manajemen Cairan
Observasi Observasi
-Monitor status hidrasi (mis.frekuensi -Menunjukkan kehilangan cairan
nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian berlebihan atau dehidrasi
kapiler, kelemahan mukosa, turgor kulit,
tekanan darah)
-Monitor berat badan -Penurunan berat badan dapat terjadi
karena muntah berlebihan
-Monitor berat badan sebelum dan setelah -Penurunan berat badan dapat terjadi
dialysis karena muntah berlebihan
-Monitor hasil pemeriksaan laboratorium -Memantau jika terjadi adanya
(mis.hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis peningkatan berat jenis, peningkatan

43
urine, BUN) BUN, dan penurunan hematocrit
-Monitor status hemodinamik -Untuk mengetahui status
hemodinamik pasien
Edukasi Edukasi
-Catat intake-output dan hitung balance -Untuk mengetahui berapa banyak
cairan 24 jam masukan dan pengeluaran cairan ke
dalam tubuh
-Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan -Agar menunjang dalam pemenuhan
cairan
-Berikan cairan intavena, jika perlu -Pemberian cairan IV untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan memperbaiki
asam basa
Kolaborasi Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu -Untuk membuang kelebihan garam
dan air dari dalam tubuh melalui urine
11

44
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Wahyu. (2020). Perkembangan Pada Masa Pranatal dan Kelahiran. Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta Press.

Ardian, Jiemi. (2016). Gangguan Kejiwaan dalam Kehamilan. Diakses pada tanggal 27
Desember 2021 dari http://www.jiemiardian.com/2016/10/gangguan-jiwa-
padakehamilan.html.

Baihaqi, et al. (2017). Kehamilan: Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan. Bandung: PT


Refika Aditama.

Bobak, et al. (2015). Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: Prodi Kebidanan Jember.

Doengoes, M. (2013). Rencana Perawatan Maternitas/Bayi. Jakarta: EGC.

Fatimah & Nuryaningsih. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

Mansjoer, A. (2013). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Mochtar, R. (2014). Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Jakarta: EGC.

Nugrawati, N. & Amriani, S. (2021). Asuhan kebidanan pada Kehamilan. Penerbit Adab

Putri, L.A. & Mudikah, S. 2019. Obstetri dan Ginekologi. Guepedia

Syaifudin, Abdul Bari. (2016). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”. Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”. Edisi 1.
Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan”. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Winkjosastro et al.. (2015). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wulandari et al., (2021). Asuhan Kebidanan dan Kehamilan. Bandung: Media Sains Indonesia.

45

Anda mungkin juga menyukai