Anda di halaman 1dari 20

KONSEP PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN JANIN DAN PLASENTA

SERTA ADAPTASI JANIN DI EKSTERNA UTERIN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester Genap


Mata Kuliah: Biologi Perkembangan
Tahun Ajaran 2022/2023

Dosen Pengampu:

Oleh Kelompok 11:


Olivia Selanno ()
Sucianti Nur (A1A221234)

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


PROGRAM STUDI S1 – KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas semua nikmat dan karunia-Nya yang
telah peneliti terima, sholawat serta salam kami sampaikan kepada Rasulullah
Muhammad SAW atas pencerahan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan tema “Konsep Pertumbuhan, Perkembangan Janin Dan
Plasenta Serta Adaptasi Janin Di Eksterna Uterin ” dengan lancar.
Kami menyadari dengan sepenuhnya dalam makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu dengan senang hati kami menerima segala saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi hasil makalah yang lebih baik. Sadar akan
kemampuan dan ilmu kami yang terbatas, tetapi kami berusaha untuk
mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin.
Dalam makalah ini, tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam bentuk spiritual, materiil, maupun moril.
Semoga dengan tersusunnya makalah dengan tema “Konsep
Pertumbuhan, Perkembangan Janin Dan Plasenta Serta Adaptasi Janin Di
Eksterna Uterin” ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca dan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Makassar, 16 April 2022

Penyusun
BAB II
PEMBAHASAN

Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa


pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa
fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan
zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju
pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.
Embrio adalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan
menjadi 2 tahap yaitu,
Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai
dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan
akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage).
Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus
A. Pertumbuhan, perkembangan janin dan plasenta
1. Tahapan perkembangan janin trimester pertama
a. Bulan pertama : Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting
seperti jantung yang berbentuk pipa, sistem saraf pusat (otak yang
berupa gumpalan darah) serta kulit. Embrio berukuran 0,6 cm sebesar
bulir beras
b. Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian
dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm, beratnya
mencapai 9,5 gram
c. Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk
organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20
gram.
Perkembangan Janin Trimester Pertama
Gambar 1. Perkembangan Janin TrimesterPertama
BulanKe - 1 BulanKe - 2 BulanKe - 3
(Minggu 1s.d Minggu 4) (Minggu 5s.d Minggu 8) (Minggu 9s.d Minggu 12)

2. Tahapan perkembangan janin Trimester Kedua


a. Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak
aktif. Janin mencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
b. Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan
respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah
lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
c. Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan
memutarkan badan (posisi)

Perkembangan Janin Trimester Kedua

Gambar 2. Perkembangan Janin Trimester Kedua 


Bulan Ke - 4 Bulan Ke - 6
(Minggu 13 s.d Minggu 16) Bulan Ke - 5 (Minggu 21 s.d Minggu 24)
(Minggu 17 s.d Minggu 20)

3. Tahapan perkembangan janin trimester pertama

a. Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang


vagina.
b. Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat
dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan
berat 2500 – 3000 gram.
c. Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina.
Bayi siap untuk dilahirkan.
Perkembangan Janin Trimester Ketiga

Gambar 3. Perkembangan Janin Trimester Ketiga

Bulan Ke - 7 Bulan Ke - 8 Bulan Ke - 9


(Minggu 25 s.d Minggu 28) (Minggu 29 s.d Minggu 32) (Minggu 33 s.d Minggu 36)

Proses Terbentuknya janin laki-laki dan perempuan


Proses terbentuknya janin laki-laki dan perempuan dimulai dari
deferensiasai gonad. Awalnya sel sperma yang berkromosom Y akan
berdeferensiasi awal menjadi organ jantan dan yang X menjadi organ betina.
Deferensiasi lanjut kromosom Y membentuk testis sedangkan kromosom X
membentuk ovarium. Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari
degenerasi cortex dari gonad dan medulla gonad membentuk tubulus
semineferus. Di celah tubulus sel mesenkim membentuk jaringan intertistial
bersama sel leydig. Sel leydig bersama dengan sel sertoli membentuk
testosteron dan duktus muller tp duktus muller berdegenerasi akibat adanya
faktor anti duktus muller, testosteron berdeferensiasi menjadi epididimis, vas
deferent, vesikula seminlis dan duktus mesonefros. Karena ada enzim 5
alfareduktase testosteron berdeferensiasi menjadi dihidrotestosteron yang
kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat dan bulbouretra. Selanjunya
mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum. Kemudian testis turun ke
pelvis terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis berada di cekukan bakal
skrotum saat skrotum mkin lmamakin besar testis terpisah dari rongga pelvis.
Sedangkan kromosom X yang telah mengalami deferensiasi lanjut
kemudian pit primer berdegenerasi membentuk medula yang terisi mesenkim
dan pembuluh darah, epitel germinal menebal membentuk sel folikel yang
berkembang menjadi folikel telur. Deferensiasi gonad jadi ovarium terjadi
setelah beberapa hari defrensiasi testis. Di sini cortex tumbuh membina
ovarium sedangkan medula menciut. PGH dari placenta mendorong
pertumbuhan sel induk menjadi oogonia, lalu berplorifrasi menjadi oosit
primer. Pada perempuan duktus mesonefros degenerasi. Saat gonad yang
berdeferensiasi menjadi ovarium turun smpai rongga pelvis kemudian
berpusing sekitar 450 letaknya menjadi melintang.
Penis dan klitoris awalnya pertumbuhannya sama yaitu berupa
invagina ectoderm. Klitoris sebenarnya merupakan sebuh penis yang tidak
berkembang secara sempurna. Pada laki-laki evagina ectoderm berkembang
bersama terbawanya sinus urogenitalis dari cloaca.
Gangguan Pada Pembentukan Janin
Terkadang seorang wanita yang positif hamil, hasil pembuahannya
bisa mengalami gangguan. Atau pembentukan janin tidak berlanjut. Ada
beberapa jenis gangguan yang berhubungan dengan hasil pembuahan.
Sebagian besar dengan keluhan pendarahan. Macam-macam gangguan pada
pembentukan janin diantaranya ialah :
1. Abortus (Keguguran).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan, sebelum janin mampu
hidup di dunia luar. Rata-rata dengan umur kehamilan kurang dari 22
pekan (kurang dari 5 bulan), dengan berat badan kurang dari 500 gr.
Sebab-sebab terjadinya keguguran, bisa diakibatkan karena kelainan
zigote. Yaitu kelainan hasil penyatuan dari sel sperma (sel kelamin laki-
laki) dan ovum (sel kelamin perempuan)..
2. Kehamilan Diluar Kandungan (Kehamilan Ektopik)
Kehamilan ini terjadi, apabila ovum yang dibuahi masuk dan
tumbuh tidak di tempat yang normal di dalam rahim. Tempat-tempat
tersebut bisa di saluran telur, rahim yang bukan tempat kebiasaan janin
untuk tumbuh, di tempat indung telur (organ penghasil telur), diantara
jaringan ikat yang berbentuk seperti tali penghubung organ-organ tertentu
dengan rahim.
3. Kehamilan Anggur (Mola Hidatidosa)
Kehamilan ini adalah kehamilan abnormal. Pada kehamilan biasa, embrio tumbuh
terus menjadi janin dan kemudian dapat dilahirkan sebagai bayi. Adapun pada
kehamilan anggur ini, perkembangan sel ovum bukan
4. Perkembangan Plasenta
Plasenta merupakan organ yang luar biasa. Plasenta berasal dari
lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi
ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin
itu sendiri selama kehidupan intrauterin. Keberhasilan janin untuk hidup
tergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta.
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena
merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak atau sebaliknya. Jiwa
anak tergantung pada plasenta. Baik tidaknya anak tergantung pada baik
buruknya faal plasenta
Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis
sel
tumbuh menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga
vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya
disebut sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan. Stadium ini
disebut stadium berongga (lacunar stage).
Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium
makin dalam kemudian terjadi perusakan endotel kapiler di sekitarnya,
sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk
oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini
menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta / sistem
sirkulasi feto-maternal.
Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis
sel selaput Heuser, terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari
trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut
mesoderm ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan
sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional somatopleural, kemudian
akan menjadi selaput korion (chorionic plate).
Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal
yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural.
Menjelang 4 akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran
blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan
trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem
trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang lebih aktif
dibandingkan daerah lainnya.
Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk
celah-celah yang makin lama makin besar dan bersatu, sehingga
terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin
jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom
ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion
(chorionic space)
Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel
kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan
sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut
jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai
bertemu dengan aliran darah ibu.
Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional
somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-jonjot primer (bagian
dari selaput korion di daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke
dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem
villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel
sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.
Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik
angiogenik yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut
berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot
yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular
(disebut jonjot tersier / tertiary stem villi) (selanjutnya lihat bagian
selaput janin).
Selom ekstraembrional / rongga korion makin lama makin
luas, sehingga jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas /
selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm
yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk).
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan
angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan
connecting stalk tersebut akan menjadi TALI PUSAT.
Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi
uterus, seiring dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta
dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui
pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan
dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu dan darah janin
tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut sistem hemochorial), tetap
terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.
Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu
(maternal) berhubungan dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal)
melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut dinamakan sirkulasi feto-
maternal.
Plasenta “dewasa” / lengkap yang normal :
a. Bentuk bundar / oval
b. Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
c. Berat rata-rata 500-600 gram
d. insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di
tengah / sentralis, di samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis.
e. di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang
diliputi selaput tipis desidua basalis.
f. di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion)
menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
g. sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu)
meningkat sampai 600-700 cc/menit (aterm)
5. Penuaan/Pengapuran plasenta
Pengapuran plasenta terjadi ketika ada penumpukan kalsium dalam
plasenta atau ari-ari, sehingga jaringan plasenta berubah menjadi lebih
keras secara bertahap. Kondisi ini terjadi secara alami sebagai bagian dari
proses penuaan plasenta saat usia kehamilan semakin mendekati hari
persalinan.
Apa gejala pengapuran plasenta?

Pengapuran plasenta ditandai dengan kemunculan bintik-bintik


putih yang menyebar dari bagian dasar plasenta sampai ke permukaannya.
Bintik-bintik putih tanda pengapuran umumnya terlihat saat pemeriksaan
USG selama kehamilan.
Dokter biasanya akan menyampaikan kondisi bayi sekaligus
masalah lain yang mungkin terjadi pada kehamilan Anda melalui hasil
USG. Biasanya, seiring bertambahnya usia kehamilan, plasenta akan
mengalami perubahan agar mampu mendukung tumbuh kembang bayi dari
waktu ke waktu. Selama perubahan plasenta di masa kehamilan inilah
risiko pengapuran bisa terjadi.
Apa penyebab pengapuran plasenta?

Penyebab pengapuran plasenta belum diketahui secara pasti.


Namun, kondisi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Keturunan
hingga kondisi lingkungan seperti radiasi, frekuensi suara rendah, dan
reaksi terhadap obat-obatan tertentu merupakan faktor risiko kondisi ini.
Infeksi bakteri juga diperkirakan bisa menjadi penyebab pengapuran.
Di usia kehamilan berapa bulan kondisi ini rentan terjadi?

Plasenta sudah mulai terbentuk begitu usia kehamilan menginjak


12 minggu. Kemudian plasenta akan terus mengalami perubahan seiring
masa kehamilan.

Berikut pengelompokan pengapuran plasenta pada ibu hamil:


 Tahap 0: Sebelum usia kehamilan 18 minggu
 Tahap I: Saat usia kehamilan antara 18-29 minggu
 Tahap II: Saat usia kehamilan antara 30-38 minggu
 Tahap III: Saat usia kehamilan sekitar 39 minggu
Pengapuran dinilai lebih berisiko pada kondisi sebagai berikut:
 Kehamilan di usia muda atau remaja.
 Kehamilan anak pertama.
 Ibu yang merokok saat hamil.
Perlu diketahui bahwa perubahan plasenta yang terjadi di akhir
masa kehamilan sebenarnya merupakan hal normal dan tidak perlu
dikhawatirkan.
Akan tetapi, bila masalah pada plasenta ini terjadi saat usia
kehamilan masih terlalu muda, kemungkinan besar ada komplikasi pada
kehamilan.
Apa risiko kesehatan akibat pengapuran plasenta?

Meski pengapuran dinilai sebagai kondisi yang wajar terjadi


selama kehamilan, hal ini juga bisa menandakan adanya gangguan
kesehatan yang dialami bayi di dalam kandungan.
Risiko dari pengapuran pun beragam tergantung pada waktu mulai
terjadi selama kehamilan dan bagaimana kondisi kesehatan Anda saat
hamil.
Pada umumnya, semakin awal pengapuran terjadi, maka semakin
tinggi risiko bahaya yang mungkin ditimbulkan.
Berikut berbagai masalah yang mungkin terjadi akibat pengapuran
plasenta sesuai usia kehamilan:
1. Usia kehamilan 28-36 minggu
Pengapuran pada masa awal hingga pertengahan kehamilan
tergolong dalam kehamilan risiko tinggi, termasuk di minggu 28-
36 ini.
Pengapuran yang terjadi sebelum usia kehamilan menginjak
32 minggu disebut sebagai pengapuran atau kalsifikasi plasenta
prematur dini.
Hal ini dikarenakan pengapuran plasenta sekitar usia 32
minggu berisiko menyebabkan berbagai komplikasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu perdarahan saat
persalinan, solusio plasenta, dan bayi lahir prematur.
Langkah pertolongan medis yang dilakukan untuk
menghadapi kondisi ini akan tergantung dengan risiko yang
ditimbulkan dan tingkat keparahannya.
2. Usia kehamilan 36 minggu
Jika pengapuran terjadi saat usia kehamilan 36 minggu,
Anda berisiko mengalami hipertensi pada kehamilan dan
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Dokter dapat membantu mendeteksi kemungkinan adanya
risiko tinggi kehamilan dengan melakukan pemeriksaan USG saat
usia kehamilan 36 minggu.
3. Usia kehamilan 37-42 minggu
Sekitar 20-40 persen kehamilan normal di usia 37 minggu
dapat mengalami pengapuran plasenta. Meski begitu, Anda tidak
perlu khawatir karena kondisi ini dinilai tidak membahayakan.
Namun, menurut penelitian pada jurnal Placenta,
pengapuran yang terjadi pada tahap III berisiko menyebabkan bayi
lahir mati.
Adakah cara untuk mencegah hal ini?

Risiko kesehatan atau dampak yang mungkin ditimbulkan dari


pengapuran tidak selalu sama pada setiap ibu hamil. Perbedaan dampak
yang dialami ibu hamil akibat pengapuran tergantung dari tingkat
keparahan, seberapa cepat terjadi, kondisi kehamilan yang berisiko atau
tidak, dan penanganannya.
Plasenta memiliki peran penting dalam melindungi kesehatan dan
keselamatan janin selama masa kehamilan. Akan tetapi, karena penyebab
pengapuran plasenta sampai saat ini masih belum diketahui pasti, sulit
untuk menentukan langkah pencegahannya yang spesifik.
Secara umum, menjaga kesehatan ibu hamil merupakan cara
terbaik untuk menghindari gangguan plasenta dan komplikasi kehamilan.
Usahakan untuk berhenti merokok saat hamil, jalani gaya hidup sehat
dengan makan seimbang, dan rajin melakukan olahraga untuk ibu hamil.
6. Fungsi Plasenta
Fungsi placenta ialah mengusahan janin tumbuh dengan baik.
Untuk pertumbuhan ini dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam
amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2
serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu. Dapat
dikemukakan bahwa fungsi placenta adalah:
a. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif).
Saat hamil, apa yang ibu makan dan minum adalah sumber
nutrisi utama bagi bayi. Nutrisi yang ibu dapat dari makanan ini akan
disaring oleh darah dan mengalir menuju pembuluh darah janin
melalui plasenta dan tali pusar.
Hal inilah yang kemudian menjadi makanan untuk janin guna
mendukung pertumbuhan dan perkembanganya. Itu sebabnya, sangat
penting bagi ibu untuk memperhatikan asupan gizi dan nutrisi selama
kehamilan.
b. Sebagai alat yang mengeluarkan metabolisme (ekskresi).
Fungsi plasenta yang tak kalah penting lainnya adalah bertindak
seperti ginjal, yaitu menyaring darah untuk menghilangkan zat
berbahaya yang mungkin dapat mengancam kesehatan sang bayi.
Limbah nitrogen seperti urea dikeluarkan dari darah janin ke dalam
darah ibu yang nantinya akan disaring dan dikeluarkan oleh ginjal ibu.
c. Respirasi

Palsenta bertindak seperti paru-paru untuk janin. Bukan berarti


plasenta bernafas, maksudnya disini yaitu plasenta menjadi tempat
pertukaran darah. Darah ibu yang kaya oksigen di salurkan ke janin,
dan sebaliknya darah kaya karbondioksida dari janin di alirkan ke
darah ibu.

d. Pencernaan
Trofoblas pada plasenta mencerna protein sebelum

memasukkannya ke dalam darah janin.

e. Penyimpanan

Plasenta menyimpan glikogen, lemak, zat besi, dan lain-lain yang


pada akhirnya untuk memenuhi kebutuhan janin. Fungsi plasenta ini
amat penting karena hati janin belum terbentuk sempurna.

f. Barrier penyaring darah ibu

Plasenta berfungsi sebagai penghalang yang efisien (dinding


pertahanan) yang mampu menyaring darah ibu sebelum disalurkan ke
janin. Beberapa zat berbahaya atau bibit penyakit yang ada dalam
darah ibu sebagian dihalangi sehingga tidak bisa masuk ke dalam
darah janin.

Namun beberapa zat berbahaya seperti nikotin dari rokok dan


obat adiktif seperti heroin masih bisa melewati plasenta. Karena itu,
ibu hamil sebaiknya menghindari rokok dan narkoba. Dan beberapa
jenis virus juga masih bisa melewatinya.

g. Imunitas

Antibodi IgG dapat melewati plasenta sehingga memberi


perlindungan pada janin dalam kandungan. Penyaluran antibodi ini
dimulai pada awal minggu ke-20 usia kehamilan, dan tentu saja pada
minggu ke 24.

Imunitas pasif ini tetap ada dalam tubuh janin selama beberapa
bulan setelah kelahiran, sehingga memberi bayi baru lahir kekebalan
humoral jangka panjang dari ibu untuk melindungi tubuh dari berbagai
ancaman infeksi. Sayangnya antibodi yang lain, seperti IgM, tidak
dapat melewati plasenta, oleh karena itu beberapa infeksi yang didapat
selama kehamilan masih bisa berbahaya bagi janin.

h. Fungsi endokrin

Plasenta berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang


mengeluarkan hormon seperti estrogen, progesteron dan human
chorionic gonadotropin (HCG). Kesemuanya bermanfaat dalam
mempertahankan kehamilan, pertumbuhan janin, mempercepat
metabolisme ibu dan juga mempersiapkan tubuh ibu untuk proses
menyusui nantinya. Lebih detil lihat penjelasan di poin berikutnya.

i. Menghasilkan HCG

Hormon pertama yang dihasilkan oleh plasenta disebut human


chorionic gonadotropin (HCG). Hormon inilah yang bertanggung
jawab untuk menghentikan siklus menstruasi dengan
mempertahankan Corpus luteum di ovarium (indung telur). Tahukah
Anda bahwa Korpus luteum memproduksi dan melepaskan
progesteron dan estrogen, dan hCG merangsangnya untuk
meningkatkan produksinya untuk mempertahankan kehamilan.

pada wanita yang tidak hamil, korpus luteum pada ovarium


berangsur menghilang dan menurun fungsinya, akibatnya hormon
estrogen dan progesteron yang tadinya tinggi menjadi rendah sehingga
terjadilah menstruasi.

Ketika seseorang melakukan tespek kehamilan, hormon HCG


inilah yang sebenarnya diperiksa. Tes ini bisa dilakukan saat
wanita telat haid, yakni pada hari ke tujuh sampai sepuluh setelah
proses implantasi.

HCG juga memiliki efek anti-antibodi, melindungi janin dari


reaksi penolakan tubuh ibu. HCG juga membantu janin laki-laki
dengan merangsang testis untuk memproduksi testosteron, yang
merupakan hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan organ seks
pria.

j. Menghasilkan Estrogen 

Estrogen adalah hormon penting dalam proses proliferasi sel-


sel tertentu, yakni merangsang pembesaran payudara dan rahim,
memungkinkan pertumbuhan janin dan produksi air susu ibu.

Estrogen juga bertanggung jawab untuk meningkatkan suplai


darah menjelang akhir kehamilan melalui aktivitas vasodilatasi. Kadar
estrogen selama kehamilan dapat meningkat hingga tiga puluh kali
lipat dari kondisi tidak hamil.

k. Menghasilkan Progesteron

Progesteron membantu embrio (sel telur yang dibuahi) untuk


menempel dan tertanam dalam rahim. Hormon ini juga mempengaruhi
saluran tuba dan rahim dengan merangsang peningkatan sekresi yang
diperlukan untuk nutrisi janin. Progesteron, seperti halnya hCG,
diperlukan untuk mencegah aborstus spontan (keguguran) karena
mencegah kontraksi rahim.

l. Menghasilkan Hormon Laktogen

Plasenta juga menghasilkan hormon yang disebut human


plasenta lactogen (hPL). Hormon ini identik dengan struktur hormon
pertumbuhan yang ada pada setiap wanita, namun pada wanita hamil,
hPL bisa mencapai seribu kali konsentrasi normal. Tugas hPL adalah
untuk menghambat insulin ibu, tujuannya agar glukosa darah tidak
banyak yang masuk ke sel tubuh ibu, sehingga meningkatkan
kadar glukosa darah untuk membuat lebih banyak yang tersedia bagi
janinnya.
Faktor apa saja yang Mempengaruhi Fungsi Plasenta?

Meskipun plasenta merupakan organ yang kuat, namun beberapa


faktor dapat mempengaruhi kesehatan plasenta selama kehamilan.
Masalah pada plasenta tentunya akan membuat ibu hamil lebih rentan
mengalami keguguran atau masalah kehamilan lainnya.

Meskipun beberapa dari masalah ini dapat diobati atau diberikan


terapi untuk penyembuhan, namun ilmu kedokteran modern belum
menemukan solusi untuk kondisi-kondisi yang dapat menganggu fungsi
plasenta seperti berikut ini:

1. Trauma pada Perut. Penyebab trauma ini biasanya akibat jatuh atau


terpukul pada bagian perut ibu hamil.
2. Masalah Pembekuan Darah. Beberapa kondisi medis dapat
menghambat kemampuan darah untuk membeku. Kondisi ini sangat
berisiko pada plasenta.
3. Tekanan Darah Tinggi. Kenaikan tekanan darah pada ibu hamil juga
dapat membahayakan kesehatan plasenta.
4. Hamil di Usia Senja. Ibu yang hamil setelah usia empat puluh tahun
biasanya akan menghadapi masalah dengan plasentanya.
5. Bayi Kembar. Ibu yang hamil bayi kembar atau lebih biasanya
memiliki plasenta yang lebih lemah.
6. Pecahnya Air Ketuban Dini. Selama kehamilan, bayi akan dikelilingi
dan ditopang oleh selaput berisi cairan yang disebut kantung amnion.
Jika kantung bocor atau pecah sebelum persalinan dimulai, risiko
masalah plasenta tertentunya akan meningkat.
7. Riwayat Gangguan Plasenta. Ibu hamil yang memiliki riwayat
gangguan pada plasenta selama kehamilan sebelumnya kemungkinan
besar akan mendapat masalah yang sama pada kehamilan selanjutnya.
8. Operasi Rahim. Jika ibu hamil pernah menjalani operasi rahim
sebelumnya, seperti operasi sesar atau pembedahan untuk mengangkat
fibroid, maka juga akan berisiko mengalami masalah pada plasentanya.
9. Penyalahgunaan Obat. Masalah plasenta lebih sering terjadi pada
wanita yang merokok atau menggunakan obat-obatan terlarang, seperti
kokain, selama kehamilan.
B. Adaptasi Janin Di Eksterna Uterin
1. Periode Fase Transisional
Periode yang berakhir kira-kira 30 menit setelah bayi lahir.
Karakteristik bayi sebagai berikut :
a. Tanda-tanda vital : frekuensi nadi apikal yang yang cepat dengan irama
yang tidak teratur, frekuensi pernapasan mencapai 80 kali/menit, irama
tidak teratur, ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi.
b. Fluktuasi warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Bising usus belum
ada atau pergerakan usus, bayi belum berkemih.
c. Bayi masih dengan sedikit mukus, menangis kuat, refleks menghisap
yang kuat
d. Mata bayi terbuka lebih lama dari pada hari sebelumnya
Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses periode
interaksi antara ibu dan bayi.
Asuhan :
a. Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernapasan, setiap 30 menit
pada 4 jam pertama setelah kelahiran
b. Jaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila 36,6ºc-37ºc) dengan
penggunaan selimut hangat di atas kepala
c. Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk
memfasilitasi interaksi ibu dan bayi
2. Periode Fase Tidur
Setelah periode pertama dan berakhir 2-4 jam
Karakteristik bayi sebagai berikut :
a. Bayi dalam keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernapasan menurun
b. Kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis
c. Bising usus bisa didengar
Asuhan :
Fase tidur ini bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal, orang tua
dapat memeluk dan mengendongnya
3. Periode Fase Reaktivitas
Periode kedua reaktivitas berakhir sekitar 4-6 jam
Karakteristik :
a. Bayi mempunyai tingkat sensivitas tinggi terhadap stimulus internal
dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apikal dari 120 sampai
160kali/menit dan dapat bervariasi mulai (<120 kali/menit) hingga
takikardi (>160 kali/menit). Frekuensi pernapasannya berkisar dari 30
sampai 60kali/menit, dengan periode pernapasan yang lebih cepat,
tetapi perbapasan tetap stabil (tidak ada pernapasan cuping hidung
maupun retraksi)
b. Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke
sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak
c. Bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama periode
ini.
d. Peningkatan sekresi mukus dan bayi tersedak saat sekresi
e. Reflek menghisap sangat kuat dan bayi sangat aktif.
Asuhan :
a. Observasi bayi terhadap kemungkinan tersedak saat pengeluaran
mukus
b. Observasi kemungkinan apnue dan stimulasi segera jika diperlukan
misalnya, masase punggung bayi , miringkan bayi
c. Kaji kebutuhan bayi untuk memberikan ASI
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
 
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.

https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/masalah-kehamilan/pengapuran-
plasenta-saat-hamil/
http://www.sumbarsehat.com/2012/08/asuhan-bayi-baru-lahir-pada-periode.html
https://www.honestdocs.id/fungsi-plasenta

Anda mungkin juga menyukai