Keb
Mata Kuliah : Asuhan Kasus Kompleks
MAKALAH
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8 :
A1A221093 Nikma
A1A221211 Juniarti Mutiara Syafi
A1A221233 Olivia Selanno
A1A221242 Nur Aolia
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema
“Komunikasi Pada Perempuan Dengan Disabilitas” tepat pada waktunya.
Kami menyadari dengan sepenuhnya dalam makalah ini masih jauh dari
kata sempurna karena sesungguhnya kami hanya manusia biasa yang tak luput dar
salah dan dosa kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, untuk itu dengan
senang hati kami menerima segala saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi hasil makalah yang lebih baik. Sadar akan kemampuan dan ilmu kami yang
terbatas, tetapi kami berusaha untuk mendapatkan hasil yang semaksimal
mungkin.
Dalam makalah ini, tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam bentuk spiritual, materil, maupun moril.
Semoga dengan tersusunnya makalah dengan tema “Komunikasi Pada
Perempuan Dengan Disabilitas” ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembaca dan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuhan menciptakan manusia di dunia ini adalah sama, namun manusia itu
sendirilah yang membedakan di antara sesama manusia, baik berwujud sikap,
perilaku, maupun perlakuannya. Perbedaan ini masih sangat dirasakan oleh
mereka yang mengalami keterbatasan secara fisik, mental, dan fisik-mental,
baik sejak lahir maupun setelah dewasa, dan kecacatan tersebut tentunya tidak
diharapkan oleh semua manusia, baik yang menyandang kecacatan maupun
yang tidak menyandang cacat. Menurut data World Health Organization
(WHO), jumlah penyandang cacat di negara-negara berkembang mencapai
10% (sepeluh per seratus) dari total penduduk keseluruhan. Pada tahun 2009
Badan Pusat Statistik menerbitkan statisik disabilitas dalam 2009. Yang kk
Rm kategorisasi kecacatan sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (selanjutnya
disingkat Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997). Statistik tersebut
menunjukkan bahwa jumlah penyandang cacat di pedesaan berjumlah
1.198.185 jiwa, sementara di perkotaan berjumlah 928.600 jiwa, sehingga
jumlah totalnya sebanyak 2.126.785 jiwa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,masalah yang bisa dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap kesetaraan hak-hak para
penyandang disabilitas ,dapat berkomunikasi dengan baik dan
memperhatikan hak haknya?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat kesetaraan
3. hak para penyandang disabilitas?
1
4. Apa urgensi masalah komunikasi pada penderita disabilitas/fisik serta
adanya informed concent
C. Tujuan
1. Menjelaskan perlindungan hukum terhadap kesetaraan hak-hak para
penyandang disabilitas sebagai warga negara Indonesia
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat komunikasi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Disabilitas
(Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak
Penyandang Disabilitas).
intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
penempatan kerja yang tepat bagi penyandang disabilitas fisik. Hasil FGD
tersebut adanya kesempatan kerja yang diberikan oleh aparat pemerintah dan
Istilah disabilitas berasal dari bahasa inggris yaitu different ability yang
3
mereka, baik yang bersifat bawaan maupun tidak, dalam hal kemampuan
4
B. Jenis-jenis Penyandang Disabilitas
berikut:
1. Cacat Fisik
pembawaan.Cacat tubuh atau tuna daksa berasal dari kata tuna yang
berarati rugi atau kurang, sedangkan daksa berarti tubuh. Jadi tuna daksa
lengan; cacat tulang, sendi, dan otot pada tungkai dan lengan; cacat
2. Cacat Mental
Cacat mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku, baik
5
mental, b) gangguan psikiatrik fungsional, c) alkoholisme, d) gangguan
a. Disabilitas Mental
terhadap tugas.
khusus.
6
b. Disabilitas Fisik
dan lumpuh.
tunawicara.
7
ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya
8
5. Derajat cacat 5: Tidak mampu melakukan aktivitas tanpa bantuan penuh
1. Asas kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau
9
3. Asas keselamatan, yaitu setiap bangunan dalam suatu lingkungan
disabilitas.
4. Asas kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai dan masuk
bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Dalam hal ini yang
memperoleh:
2. Pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat
10
3. Perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati
hasil-hasilnya
1. Sapa dan bicara secara langsung dengan kontak mata. Hindari berbicara
satu arah melalui orang lain, baik melalui penerjemah atau pendamping
kondisinya.
4. Bahasa tubuh yang ramah. Contohnya usahakan bicara dalam posisi sejajar
11
8. Kursi roda, tongkat, alat bantu dengar, tangan palsu, kaki palsu, dan alat
bantu lainnya merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Jadi, jangan
tanpa persetujuan.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya setiap manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat
hiduptanpa bantuan orang lain, sehingga komunikasi sangat berperan
dalammembentukinteraksi sosial antar manusia. Interaksi sosial tersebut dapat
terjadi baikantar individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok
dengan kelompok. Scheidel dalam Mulyana (2014) menyatakan bahwa
komunikasi bertujuan untukmenyatakan dan mendukung identitas diri,
membangun kontak sosial denganorang sekitar dan untuk mempengaruhi
orang lain agar merasa, berpikir ataubertindak seperti yang diinginkan. Seiring
dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat menunjukkanadanya
perubahan dalam komunikasi yang semakin mempermudah manusiadalam
berkomunikasi dan mencari informasi. Perkembangan teknologi tersebut
memunculkan terjadinya komunikasi interaktif yang ditandai dengan
kemunculaninternet. Dengan adanya internet, masyarakat dapat menerima
informasi secaracepat tanpa terhalang jarak dan waktu, serta menjangkau
semua kalanganmasyarakat. (Tamburaka, 2013)
B. SARAN
Sebagai akhir dari makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk
memahami bagaimana cara berkomunikasi serta memberikan pelayanan pada
perempuan dengan disabilitas.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arfiudin, M. B., & Yuliastrid, D. (2021). TINGKAT ANTUSIASME SISWA TUNA RUNGU DAN
TUNA WICARA TERHADAP PORONG KABUPATEN SIDOARJO Dita Yuliastrid. Jurnal
Kesehatan Olahraga, 09(04), 175–182.
Ari Atu Dewi, A. A. I. (2018). Aspek Yuridis Perlindungan Hukum dan Pemenuhan Hak
Penyandang Disabilitas. Pandecta: Research Law Journal, 13(1), 50–62.
https://doi.org/10.15294/pandecta.v13i1.13933
Fariska, I. W. (2019). DUKUNGAN SOSIAL LEMBAGA TERHADAP PENYANDANG
DISABILITAS (Studi Di Lingkar Sosial Kabupaten Malang).
https://eprints.umm.ac.id/55222/%0Ahttps://eprints.umm.ac.id/55222/1/PENDAH
ULUAN.pdf
Itasari, E. R. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Penyandang Disabilitas Di
Kalimantan Barat. Journal.Unnes.Ac.Id, 32(1), 70–82.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/integralistik/article/view/25742
Karim, M. A. (2018). Implementasi Kebijakan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang
Disabilitas di Kota Makassar. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 11(2), 86–102.
Lina. (2017). Implementasi Perda No 3 Tahun 2016 Tentang Pemenuhan dan
Perlindungan Hak-hak Penyandang Distabilitas Dalam Aksesbilitas Fasilitas Umum
(Studi di Jalan Permindo Kota Padang) Penelitian. Ekp, 13(3), 1576–1580.
Mira Damayanti. (2019). Pembinaan Tunanetra Dalam Pembentukan Perilaku
Keagamaan. 1–106.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/download/835/692
Musoliyah, A. (2019). Pemenuhan Hak-hak Anak Berkebutuhan Khusus dalam Perspektif
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas: Studi Kasus
Di Desa Sonoageng Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk. SAKINA : Journal of
Family Studies , 3(2), 1–12. http://urj.uin-malang.ac.id/index.php/jfs