Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DISABILITAS FISIK
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Konseling Krisis
Dosen pengampu : Dr. H.M. Jumarin, M. Pd.

Oleh :
Tri Dhesi Emilia ( 20012085 )

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI WATES
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan karunia-nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Disabilitas Fisik” Pada makalah
ini saya banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih sebesar-
sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, oleh
untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
A. Pengertian Disabilitas.....................................................................................................4
B. Hak-hak bagi Disabilitas.................................................................................................4
C. Cacat Fisik.....................................................................................................................10
BAB III....................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Disabilitas memiliki arti cacat atau terdapat kelainan pada seseorag yang tidak
memiliki oleh orang pada umumnya. Jenis-jenis disabilitas yaitu disabilitas fisik,
disabilitas mental, disabilitas sensorik, disabilitas intlektual dan disabilitas
perkembangan. Disabilitas bisa terjadi pada semua orang selama hidup atau sejak
seseorang lahir di dunia. Disabilitas atau biasa disebut penyandang cacat sering kali
dikucilkan dan dianggap rendah oleh sebagian besar orang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan disabilitas ?

2. Hak apa yang diterima oleh penyandang disabilitas ?

3. Bagaimana penyandang disabilitas cacat fisik?


C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari disabilitas.
2. Menjelaskan hak-hak yang diterima penyandang disabilitas.
3. Menjelaskan bagaimana penyandang cacat fisik.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Disabilitas
1 Pengertian Individu

Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan


aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi
tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh
individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi
merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi
kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan
interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari:

1. penyandang disabilitas fisik (seperti lumpuh layu, cerebral palsy, dan paraplegia)
2. penyandang disabilitas intelektual (termasuk down syndrome dan tuna grahita)
3. penyandang disabilitas mental (contohnya skizofrenia, gangguan bipolar,
depresi, anxiety, autisme, dan hiperaktif)
4. penyandang disabilitas sensorik (tuna netra, tuna rungu, dan tuna wicara)
5. penyandang disabilitas ganda (gabungan fisik dan mental, mental dan sensorik, dan
sebagainya)

Disabilitas, menurut KBBI, diartikan sebagai keadaan (seperti sakit atau cedera) yang
merusak atau membatasi kemampuan mental dan fisik seseorang. Namun disabilitas juga
merupakan kata serapan bahasa Inggris, disability, yang berarti ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan cara yang biasa.

B. Hak Bagi Penyandang Disabilitas


Hak adalah segala sesuatu yang harus diberikan pada sesorang. Hak boleh
digunakan atau tidak digunakan. Hak asasi adalah manusia diatur dalam UU No 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Menurut Pasal 1 angka 1 UU No 39 Tahun
1999 hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan

4
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara,
hokum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia. Jadi hak asasi manusia itu sudah ada sejak manusia ada dan
dilindungi oleh Negara.

Berkaitan dengan penyandang cacat/disabilitas dalam Pasal 5 ayat (3) UU No


39 tahun 1999 diatur bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang
rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya. Kelompok masyarakat rentan dalam ketentuan ini antara lain orang
lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat/disabilitas.

Lebih lanjut Pasal 41 ayat (2) UU No 39 Tahun 1999 mengatur bahwa setiap
penyandang cacat/disabilitas, orang yang berusia lanjut, 21 wanita hamil, dan anak-
anak, berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus. Jadi penyandang
cacat/disabilitas berhak atas pemberian pelayanan, jasa, atau penyediaan fasilitas dan
sarana demi kelancaran, keamanan, kesehatan, dan keselamatan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa penyandang cacat/disabilitas berhak atas


penyediaan sarana aksesibilitas yang menunjang kemandiriannya, kesamaan
kesempatan dalam pendidikan, kesamaan kesempatan dalam ketenagakerjaan,
rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Dalam hal ini
yang dimaksud rehabilitasi meliputi rehabilitasi medik, rehabilitasi pendidikan,
rehabilitasi pelatihan, dan rehabilitasi sosial.

Dalam Deklarasi Hak Penyandang Cacat diatur beberapa hak penyandang


cacat/disabilitas. Pasal 2 deklarasi tersebut menyatakan bahwa: Penyandang cacat
berhak menikmati semua hak yang ditetapkan dalam Deklarasi ini. Hakhak tersebut
harus diberikan kepada semua penyandang cacat tanpa pengecualian apa pun dan
tanpa pembedaan atau diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lainnya, asal usul nasional atau sosial,
kekayaan, kelahiran atau situasi lain dari penyandang cacat itu sendiri atau pun
keluarganya.

Hak-hak penyandang cacat/disabilitas dalam Deklarasi diatur dalam Pasal 3


sampai 13. Hakhak tersebut meliputi :

1. hak yang melekat untuk menghormati martabat manusia

5
2. hak sipil dan politik

3. hak atas kemandirian

4. hak atas pelayanan jasa

5. hak atas jaminan ekonomi

6. hak atas pertimbangankebutuhannya yang khusus

7. hak untuk berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial, kreatif, atau rekreasi

8. hak atas perlindungan terhadap perlakuan eksploitatif atau merendahkan


martabat

9. hak atas bantuan hukum 22

10. hak atas konsultasi

11. hak atas informasi hak-haknya

Dalam Deklarasi Hak penyandang cacat/disabilitas yang diatur dalam


Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas yang telah disahkan dengan UU
No 11 Tahun 2009 meliputi:

1. hak atas aksesibilitas

2. hak untuk hidup

3. hak memperoleh jaminan perlindungan dan keselamatan penyandang


disabilitas dalam situasi berisiko, termasuk situasi konflik bersenjata, darurat
kemanusiaan, dan terjadinya bencana alam

4. hak atas kesetaraan pengakuan di hadapan hukum

5. hak atas akses terhadap keadilan

6. hak atas kebebasan dan keamanan

7. hak atas kebebasan dari penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain
yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia

8. hak atas kebebasan dari eksploitasi, kekerasan, dan pelecehan

9. hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya atas
dasar kesetaraan dengan yang lainnya

10. hak untuk memperoleh dan mengubah kewarganegaraan

6
11. hak untuk hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat

12. hak atas mobilitas pribadi

13. hak atas kebebasan berekspresi dan berpendapat serta akses terhadap
informasi

14. hak memperoleh penghormatan terhadap keleluasaan pribadi

15. hak memperoleh penghormatan terhadap rumah dan keluarga

16. hak atas pendidikan, kesehatan, habilitasi dan rehabilitasi

17. hak atas pekerjaan dan lapanga kerja 23

18. hak untuk mendapatkan standar kehidupan dan perlindungan sosial yang layak
bagi mereka sendiri dan keluarganya

19. hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik dan publik

20. hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan budaya, rekreasi, hiburan dan olah
raga

21. hak untuk memperoleh jaminan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental
untuk penyandang disabilitas perempuan dan anak-anak

Menurut Pasal 5 UU No 4 Tahun 1997 dikatakan bahwa setiap


penyandang cacat/disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam
segala aspek kehidupan dan penghidupan. Lebih lanjut dalam Pasal 6 UU No 4
Tahun 1997 ditegaskan bahwa setiap penyandang cacat/disabilitas berhak
memperoleh:

1. pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan;

2. . pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya;

3. perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati


hasil-hasilnya;

4. aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya;

5. rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial; dan

7
6. hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampu-an, dan
kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat.

Pemenuhan hak-hak atas penyandang cacat/disabilitas tersebut menjadi


kewajiban pemerintah dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
masyarakat untuk turut berperan serta. Hal ini seperti diatur dalam Pasal 8 UU No 4
Tahun 1997. 24 Hak penyandang disabilitas dalam Perda DIY No 4 Tahun 2012
diatur dalam Pasal 3 huruf b meliputi hak dalam bidang pendidikan, ketenagakerjaan,
kesehatan, sosial, seni, budaya, olah raga, politik, hukum, penanggulangan bencana,
tempat tinggal, dan aksesibilitas.

Pemenuhan hak tersebut menjadi kewajiban setiap SKPD yang mempunyai


tugas pokok dan fungsi di bidang pelayanan publik dan dilaksanakan berdasar
penilaian kebutuhan penyandang disabilitas. Kebutuhan tersebut dikatagorikan
menjadi kebutuhan dalam katagori berat, sedang, dan ringan. Ketentuan ini terdapat
dalam Pasal 4 Perda DIY No 4 Tahun 2012.

Pada 2011 lalu, melalui UU Nomor 19 Tahun 2011, Indonesia telah


meratifikasi Konvensi mengenai Hak Penyandang Disabilitas (Convention on the
Rights of Persons with Disabilities/UN CRPD). Konvensi tersebut membantu
menyebarkan pandangan bahwa penyandang disabilitas adalah masyarakat yang
setara dengan masyarakat lainnya.

Berikut hak-hak penyandang disabilitas yang harus dipenuhi oleh negara:

1. Hak Persamaan dan Nondiskriminasi

Penyandang disabilitas memiliki hak untuk mendapatkan kesempatan yang


sama, dengan seluruh umat manusia di hadapan dan di bawah hukum. Mereka
juga berhak mendapatkan perlindungan dan manfaat hukum yang setara, tanpa
mendapat diskriminasi.

Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil, yang dilakukan untuk


membedakan terhadap perorangan atau kelompok. Oleh karena itu, setiap negara
harus melarang semua bentuk diskriminasi terhadap disabilitas, dengan alasan apa
pun. Selain itu, negara harus menjamin penyandang disabilitas memiliki hak dan
perlindungan hukum yang setara.

8
2. Hak Aksesibilitas

Sebagai bagian dari masyarakat, penyandang disabilitas juga memiliki hak


untuk mendapatkan kemudahan yang disediakan oleh negara bagi semua orang.
Dalam hal ini termasuk kesamaan dan kesempatan yang setara terhadap fasilitas
dan layanan publik.

Hal ini bertujuan untuk memberi penyandang disabilitas kesempatan untuk


bisa hidup secara mandiri dan berpartisipasi secara penuh dalam semua aspek
kehidupan. Tidak memenuhi hak aksesibilitas bagi penyandang disabilitas sama
halnya dengan memenjarakan, mengasingkan, dan menutup hak-hak mereka untuk
hidup sejahtera.

3. Hak untuk Hidup

Sama halnya seperti warga negara lainnya, penyandang disabilitas juga


berhak memiliki kesempatan yang sama untuk hidup. Ini adalah prinsip moral
yang didasarkan pada keyakinan bahwa seorang manusia memiliki hak untuk
hidup dan terutama tidak seharusnya dibunuh oleh manusia lainnya.

Penyandang disabilitas memiliki enam hak hidup yang harus dipenuhi oleh
negara, yang meliputi hak atas penghormatan integritas, tidak dirampas nyawanya,
mendapatkan perawatan dan pengasuhan yang menjamin kelangsungan hidupnya,
bebas dari penelantaran, pemasungan, pengurungan, pengucilan, ancaman,
berbagai bentuk eksploitasi, penyiksaan, perlakuan dan penghukuman yang kejam,
tidak manusiawi, dan merendahkan martabat.

4. Hak Peningkatan Kesadaran

Penyandang disabilitas sering kali dipandang sebelah mata di berbagai


negara. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan sosialisasi terhadap
kesadaran disabilitas di masyarakat. Oleh karena itu, negara harus memberi hak
peningkatan kesadaran pada masyarakat, terhadap penyandang disabilitas.

Misalnya, menerapkan kebijakan yang efektif dan sesuai di masyarakat,


serta memajukan program pelatihan peningkatan kesadaran mengenai penyandang
disabilitas dan hak-hak penyandang disabilitas. Peningkatan kesadaran terhadap

9
disabilitas ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat,
termasuk pada tingkat keluarga, mengenai penyandang disabilitas, dan untuk
memelihara penghormatan atas hak-hak dan martabat para penyandang disabilitas.

5. Hak Kebebasan dari Eksploitasi, Kekerasan, dan Pelecehan

Eksploitasi, kekerasan, dan pelecehan adalah hal-hal yang bisa menimpa


siapa saja, termasuk penyandang disabilitas. Oleh karena itu, negara harus
memastikan penyandang disabilitas terpenuhi haknya untuk bebas dari segala
bentuk eksploitasi, kekerasan, dan pelecehan.

Penyandang disabilitas harus dilindungi oleh hukum, dapat menggunakan


hukum, dapat berpartisipasi dalam semua tahap proses dan prosedur pada hukum
dasar kesetaraan dengan orang lain dalam masyarakat.

Itulah beberapa hak penyandang disabilitas yang harus dipenuhi negara.


Konvensi tersebut memberi penekanan bahwa negara harus mengambil langkah
positif agar hak para penyandang disabilitas dapat dipenuhi. Tentu saja, tak hanya
negara, seluruh masyarakat juga harus turut andil dalam menjaga pemenuhan hak
penyandang disabilitas.

C. Penyandan Disabilitas Cacat Fisik

1 Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan isik menjadi lebih besar dan
lebih panjang, dan prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir hingga ia dewasa.
Selama tahun pertama dalam pertumbuhan, ukuran panjang badan bertambah
sekitar sepertiga dari panjang badan dan berat badanya akan bertambah menjadi
sekitar tiga kalinya. Sejak lahir hingga umur 25 tahun perbandingan ukuran badan
individu adalah bahwa pertumbuhan itu kurang proporsional tampak pada awal
terbentuknya manusia sampai menjadi pertumbuhan proporsi yang ideal di masa
dewasa. Pembahasan tentang pertumbuhan isik secara rinci akan diuraikan pada bab
berikutnya.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam
kandungan). Berkaitan dengan perkembangan isik ini, Kuhlen dan Thompson

10
menyatakan perkembangan isik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) sistem
syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-
otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3)
kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,
seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu
kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur
isik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan proporsi (Hurlock, 1991).
Aspek isiologis yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah otak
(brain). Otak dapat dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi
kemanusiaan. Otak ini lebih kurang terdiri atas 100 miliar sel syaraf (neuron), dan
setiap sel syaraf tersebut, ratarata memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan dengan
sel-sel syaraf yang lainnya).
Sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3.1, sistem koneksi tersebut
terbentuk dari yang sederhana menuju ke yang kompleks. Semakin mendapatkan
kesempatan untuk digunakan, maka sistem jaringan hubungan antar sel otak akan
semakin berkembang kompleks dan menandakan bahwa seseorang telah mengalami
kemajuan fungsi otak. Sebaliknya, bila otak tidak banyak digunakan, maka sistem
jaringan akan sederhana dan bahkan sel-sel otak tertentu akan mati.

2 Cacat fisik
Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi
tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan
berbicara. Cacat fisik antara lain: a) cacat kaki, b) cacat punggung, c) cacat tangan,
d) cacat jari, e) cacat leher, f) cacat netra, g) cacat rungu, h) cacat wicara, i) cacat
raba (rasa), j) cacat pembawaan.Cacat tubuh atau tuna daksa berasal dari kata tuna
yang berarati rugi atau kurang, sedangkan daksa berarti tubuh. Jadi tuna daksa
ditujukan bagi mereka yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna.
Cacat tubuh dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Menurut sebab cacat adalah cacat sejak lahir, disebabkan oleh penyakit,
disebabkan kecelakaan, dan disebabkan oleh perang.

2. Menurut jenis cacatnya adalah putus (amputasi) tungkai dan lengan; cacat
tulang, sendi, dan otot pada tungkai dan lengan; cacat tulang punggung;
celebral palsy; cacat lain yang termasuk pada cacat tubuh orthopedi; paraplegia.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan
interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya
untuk melakukan secara selayaknya.

Dalam Deklarasi Hak Penyandang Cacat diatur beberapa hak penyandang


cacat/disabilitas. Pasal 2 deklarasi tersebut menyatakan bahwa: Penyandang cacat
berhak menikmati semua hak yang ditetapkan dalam Deklarasi ini. Hakhak tersebut
harus diberikan kepada semua penyandang cacat tanpa pengecualian apa pun dan
tanpa pembedaan atau diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lainnya, asal usul nasional atau sosial,
kekayaan, kelahiran atau situasi lain dari penyandang cacat itu sendiri atau pun
keluarganya.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah ini kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Salim, Ishak. 2015. "Perspektif Disabilitas dalam Politik Indonesia," SIGAP:
Jurnal Difabel 2, No. 2 Suwarni, Arni.2016. Advokasi Kebijakan Prodi Sabilitas
Pendekatan Partisipatif, Yogyakarta: Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Sholeh, Akhmad. 2015. Islam dan Penyandang Disabilitas:
Telaah Hak Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Sistem Pendidikan di
Indonesia. Vol. 8, No. 2, 293-320

13

Anda mungkin juga menyukai