Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KOMUNIKASI PADA PEREMPUAN PENYANDANG DISABILITAS


Dosen Pengampu : Tahira, S.ST., M.Kes., M.Keb

Kelompok 5

Ime Dangnga 042023348


Yosinta Lipu B 042023366
Alfani Talis S D 042023335
Dewi Listra P 042023337

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkah kasih
kesehatan dan limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini,dengan judul KOMNUNIKASI PADA PEREMPUAN DENGAN
DISABILITAS (FISIK MAUPUN MENTAL), MENYAMPAIKAN KEADAAN BURUK,
PILIHAN, INFORMED CONSENT DAN PEMBERIAN INFORMASI

Penulisan Makalah Ini Kami Susun Berdasarkan Sumber-Sumber Yang Ada Di


Internet.Oleh kerena itu,mahasiswi perlu lebih meningkatkan pemahaman,wawasan dan
memperluas pola pikir.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulis makalah ini masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan perbaikan penulisan makalah ini dikemudian hari.akhir
kata kami ucapkan terimakasih.

Rantepao,06 Februari 2024

Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
A.LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B.RUMUSAN MASALAH.....................................................................................1
C.TUJUAN...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1.Defenisi Komunikasi dan Disabilitas.................................................................3
2.2 Hak Penyandang Disabilitas..............................................................................3
2.3 Etika Berkomunikasi dengan Penyadang Disabilitas.........................................4
BAB III PENUTUP..................................................................................................7
A.KESIMPULAN....................................................................................................7
B.SARAN.................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam membentuk hubungan
antar individu dan kontak sosial. istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu
Commutication yang berhasal dari kata communis yang artinya “sama” dan
communico yang berarti membuat sama. Tujuan komunikasi yaitu dapat
menambah wawasan, dapat menjalin hubungan relasi yang positif, menimbulkan
kesenangan, mengubah sikap maupun memperingati orang lain dan dapat
membantu memecahkan sikap maupun orang lain dan dapat membantu
memecahkan masalah orang lain.
Permasalahan yang muncul dalam komunikasi adalah tidak semua individu
dapat melakukan komunikasi dengan baik, hai ini bisa terlihat pada masalah yang
dialami oleh anak yang terlahir dengan keterbatasan. Anak yang lahir dengan
keterbatasan dapat dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus dan disebut
penyandang disabilitas. Dari hasil survei nasional populasi penyandang disabilitas
pada tahun 2012 adalah sebesar 2,45 % (6.515.000 jiwa dari 244.919.000)
estimasi jumlah penduduk Indonesia oada tahun 2012.
Penyandang disabilitas adalah ketidak mampuan tubuh secara fisik dalam
menjalankan fungsi anggota tubuh dalam keadaan normal. Adapun yang termasuk
penyandang disabilitas adalah individu yang lahir cacat fisik seperti anggota
tubuh, individu yang kehilangan anggota tubuhnya karena amputasi ataupun
kecelakaan, individu dengan gangguan neuro muscular seperti cerebral palsy,
individu dengan gangguan sensormotorik (alat pengindraan) dan individu yang
menderita penyakit kronis. Keterbatasan kemampuan penyandang disabilitas fisik,
menyebabkan individu menarik diri dari pergaulan di masyarakat. Peran orang
disekitarnya sangat penting untuk memberikan motivasi dan bantuan dalam
menyelesaikan masalahnya.
Pada umunya saat bergaul dengan normal, penyandang disabilitas mengalami
kesulitan baik dalam segi sosial, fisik, maupun psikologis. Berdasarkan aspek
psikologis penyandang cenderung merasa apatis, rendah diri, malu, sensitif dan
kadang-kadang muncul sikap egois terhadap lingkungannya. Hal ini menunjukan
bahwa penyandang disabilitas memiliki kesulitan dalam hal komunikasi
interpersonalnya maupun sosialisasinya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana peran kita dalam dalam memahami dan turut menyelesaikan
masalah bagi penyandang disabilitas agar mampu memberikan motivasi dan
menyelesaikan masalahnya tanpa menimbulkan rasa rendah diri dan malu serta
canggung pada penyandang disabilitas.
C. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan dalam hal komunikasi bagi penyandang disabilitas.
2. Mengatasi permasalahan komunikasi penyandang disabilitas.
3. Memberikan manfaat bagi bidang pengetahuan dan pihak terkait yang
memerlukan informasi mengenai komunikasi interpersonal pada penyandang
disabilitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi dan Disabilitas


Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu
pihak ke pihak lain agar terjadi mempengaruhi diantara keduanya. Komunikasi
kebidanan adalah suatu interaksi antara bidan dan Klieannya dimana didalamnya
terdapat suatu proses pernyataan diri, gagasan atau perasaan yang terbentuk verbal
atau non verbal dan bersifat antar pribadi.
Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,
mental dan sensoris dalaam jangka waktu yang lama dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berprestasi secara
penuh berdasarkan kebersamaan Hak (UU No.8 Tahun 2016)
Disabilitas dibedakan menjadi dua macam, yaitu disabilitas fisik yang
meliputi tuna rungu, tuna netra, tuna wicara, tuna daksa dan disabilitas mental
yaitu tuna laras, tuna grahita, tuna ganda yaitu kombinasi disabilitas fisik dan
mental.

2.2 Hak Penyandang Disabilitas


Berdasarkan Undang-undang No.8 Tahun 2016, Negara menjamin
kelangsungan hidup setiap warga negara dan mewujudkan hak dan kesempatan
bagi penyandang disabilitas tanpa deskriminasi.
Tujuannya :
- penghormatan kepada penyandang disabilitas.
- perlindungan kepada penyandang disabiilitas.
- pemenuhan kepada penyandang disabilitas.
- Mewujudkan taraf hidup yang berkualitas dan mandiri kepada penyandang
disabilitas

Apa yang menjadi Hak penyandang disabilitas?

- Memperoleh informasi dan komunikasi yang mudah diakses dalam


pelayanan kesehatan.
- Memperoleh kesamaan dan kesempatan akses atas sumber daya di bidang
kesehatan.
- memperoleh kesamaan dan kesempatan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau.

3
- Memperoleh kesamaan dan kesempatan secara mandiri dan bertanggung
jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya.
- Memperoleh alat bantu kesehatan berdasarkan kebutuhannya.
- memperoleh obat yang bermutu dengan efek samping yang rendah.
- memperoleh perlindungan dari upaya percobaan medis.
- Memperoleh perlindungan dalam penelitian dan pengembangan kesehatan
yang mengikut sertakan manusia sebagai subjek.
- Hidup
- Bebas dari stigma
- Keadilan
- Perlindungan hukum
- Hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat
- Aksebilitas
- Dll.
2.3 Etika Berkomunikasi Dengan Penyandang Disabilitas
A. Disabilitas Sensorik Netra
Penyandang disabilitas sensorik netra mengacu pada gangguan fungsi
indra penglihatan sehingga dalam berkomunikasi biasanya mengoptimalkan
indera pendengaran, perabaan, dan Penciuman

B. Etika Berinteraksi:
a. Salam dan sapa
Sentuhkanlah bagian luar telapak tangan anda kepada tangan mereka,
sambil menyebutkan dan memperkenalkan nama kita.
b. Tanya terlebih dahulu
Selalu tanyakan terlebih dahulu apakah mereka membutuhkan bantuan
atau dampingan kita. Infokan kepada mereka jika kita ingin
meninggalkan mereka
c. Memegang pendamping
Dalam menuntun biarkan penyandang disabilitas netra yang memegang
pendamping. Bukan sebaliknya. Tidak memindahkan barang-barang
milik atau yang sedang digunakan penyandang disabilitas netra tanpa
sepengetahuan mereka.

4
C. Penyandang Disabilitas Fisik
penyandang disabilitas fisik adaalah terganggunya fungsi gerak, antara
lain amputasu, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, CP (celebral palsy),
akibat stroke, aakibat kusta dan orang kecil.

D. Etika komunikasi:
a. Harus dikomunikasikan
Sermua cara bentuk pendampingan harus dikomunikasikan dengan
penyandang disabilitasnya atau diinformasikan oleh penyandang
disabilitasnya, mengambil tindakan tanpa intruksi dari mereka,
kemungkinan besar dapat membahayakan mereka.
b. Posisi mata harus sejajar
Saat berbicara dengan pengguna kursi roda, posisi mata harus
disejajarkan dengan mata pengguna kursi roda.
c. Tidak memisahkan
Tidak memisahkan alat bantu penyandang disabilitas fisik dari mereka
tanpa diketahui oleh mereka.
E. Penyandaang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara
Penyandang disabilitas sensorik rungu wicara mengacu pada
gangguan fungsi indera pendengaran dan gangguan bicara biasanya
menggunakan gerakan syarat atau tulisan dalam berkomunikasi
Etika Komunikasi:
a. cara menyapa menggunakan salam, sentuhan dan sapa.
b. berbicara harus dengan kontak mata dan berhadapan wajah kepada
penyandang disabilitas rungu atau wicara, tidak mengarahkan wajah kita
kepada penerjemah.
c. Gerakan bibir harus jelas
d. Menggunakan mimic/gestur/ekspresi/bahasa tubuh
e. Menyediakan alat tulis
f. Menghindari menggunakan masker dan benda lain yang menutupi
atau menghalangi bibir.
g. Menyediakan interpreter apabila diperlukan.

5
F. Penyandang Disabilitas Mental
Penyandang disabilitas mental mengacu pada terganggunya fungsi pikir,
mosi dan perilaku akibat gangguan fungsi psikologis atau adanya hambatan
dalam interaksi sosial.

Etika berinteraksi:
a. Menayakkan hal-hal apa saja yang peru dikaetahui oleh kita sebagai
pendamping, seperti waktu untuk istirahat, waktu untuk minum obat, dan
lain sebagainya.
b. Berbicara langsung kepada penyandang disabilitas mental, dan lain
sebagainya.
c. Gunakan kata-kata yang sederhana.
d. Gunakan petunjuk-petunjuk pembantu seperti gambar yang berlaku secara
umum.
G. Penyandang Disabilitas Intelektual
Penyandang disabilitas intelektual adalah terganggunya fungsi pikir
karena tingkat kecerdasan dibawah rata-rata, antara lain gangguan
kemampuan belajar atau lambat belajar, disabilitas grahita dan down
syndrome.

Etika Berinteraksi:
a. Percakapan harus dengan cara yang ramah dan mudah dimengerti.
b. berbicaralah langsung kepada penyandang disabilitas intelektual, tidak
melalui pendamping.
c. Perbanyak senyum.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penting untuk kita mengetahui bagaimana seharusnya kita menerapkan
komunikasi kepada penyandang disabilitas. Etika dalam berkomunikasi merupakan
kunci mengetahui langsung apa yang dirasakan oleh penyandang disabilitas agar lebih
terbuka atas keluhannya karena penyandang disabilitas cenderung bersikap apatis dan
susah bersosialisasi yang di akibatkan dari keterbatasan yang mereka alami.
B. Saran
Penulis sadar dan mengetahui bahwasanya materi yang dibahas dalam isi
makalah masih terlalu sempit, namun penulis berharap bahwa hal tersebut tetap
memberikan manfaat dan referensi bagi pembaca. Karena itu untuk menyempurnakan
tulisan dari makalah selanjutnya, penulis mengharapkan saran yang membangun dari
pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA

Suroso G.T. (2015). Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan Perekonomian


Indonesia.diakses 6 Maret 2016. Available from :

Unde A.A. (2014). Televisi dan Masyarakat Pluralistik.Jakarta : Prenada.

West R. &Turner H.L.(2014).Pengantar Teori Komunikasi:Analisis dan


Aplikasi.Jakarta: Salemba Empat
.

SUMBER:

Undang-undang nomor 8 tahun 2018

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/10/etika-berinteraksi-dengan-penyandang- disabilitas

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20545-
masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-perekonomian-Indonesia

Anda mungkin juga menyukai